"Mih, aku berangkat kuliah dulu!" teriak seorang gadis menuruni tangga.
"Sarapan dulu, Sayang," ucap seorang ibu yang melihat anaknya terburu-buru.
"Gak sempet, Mih. Aku udah telat." Gadis itu menyalami tangan ibunya.
"Hati-hati bawa motornya, jangan ngebut," ucap ibunya menasehati.
"Ay-ay, siap kapten!" serunya seraya berhormat.
Setelah berpamitan kepada ibunya, gadis itu segera berangkat ke kampus dengan menaiki sepeda motornya. Gadis itu adalah anak orang berada, namun dia lebih suka membawa motor ketimbang mobil. Di kampus juga tidak ada yang mengetahui identitas nya. Yang mereka tau, gadis itu hanyalah anak orang biasa.
Sesampainya di kampus, gadis itu segera memarkirkan motornya. Lalu beranjak masuk dengan
terburu-buru, dia takut telat, karena dia anak baru di kampus itu.
Benar saja, saat gadis itu tiba di kelas sudah ada Dosen yang sedang mengajar. "Maaf pak, saya telat. Apa boleh saya masuk?" tanya gadis itu sedikit menunduk.
"Kenapa kamu telat?" tanya dosen itu tegas dan juga dingin.
"Kesiangan, Pak," jawab gadis itu jujur.
"Kenapa bisa kesiangan? kamu tau 'kan, jadwal mengajar saya jam berapa?" Dosen itu menatap tajam gadis yang sedang menunduk dan masih berdiri di ambang pintu.
"Saya nonton drakor, Pak. Saya tau pak jadwal mengajar Bapak, tapi saya tidak merencanakan untuk telat, Pak. Suer deh." Gadis itu mengangkat kepalanya, lalu dia mengangkat kedua jarinya membentuk peas.
"Kamu boleh masuk, lain kali jangan di ulangi lagi," ucap dosen itu tegas.
"Baik pak, Terima kasih." Akhirnya gadis itu bisa masuk untuk mengikuti pelajaran.
Selama pelajaran berlangsung, gadis itu sangat memperhatikan dengan baik ketika dosennya menerangkan materi.
"Baiklah, apa ada yang ingin kalian tanyakan?" Dosen itu bertanya setelah dia menerangkan materi.
Tiba-tiba gadis itu mengangkat tangannya.
"Nama Bapak dosen siapa?" tanya gadis itu dengan tersenyum manis.
"Apa itu berhubungan dengan materi yang saya terangkan?" Sang dosen menatap gadis yang menanyakan namanya.
"Tidak. Tapi saya belum tau nama bapak," ujar gadis mungil itu.
"Baik. Perkenalkan nama saya Rayen Alfarizi," ucap sang dosen masih dengan nada tegas dan raut wajah super datar.
"Oh, Pak Rayen. Terima kasih bapak Dosen," ucap gadis itu tersenyum kembali.
"Apa ada yang ingin di tanyakan lagi?" tanya Rayen.
"Tidak Bapak Dosen, sudah cukup," sahut gadis itu.
Usai sudah materi hari ini. Rayen pun langsung saja pergi menuju keruangannya.
"Hai, boleh kenalan?" sapa seorang gadis berambut sebahu menghampiri gadis itu.
"Boleh banget, aku belum punya teman disini. Nama kamu siapa?" jawabnya tersenyum ramah.
"Nama aku Dela Apriliani. Kalau kamu?" tanya Dela kembali.
"Nama aku Stela Anandira. Salam kenal ya, Dedel," ucapnya riang.
"Dedel?"
"Iya, kan Nama kamu Dela. Boleh kan kalo aku panggil Dedel aja?" pintanya dengan penuh harap.
"Boleh kok, Stela." Dela menatap intens gadis cantik di hadapannya.
"Ella, panggil aku Ella ok," ujarnya.
"Ok Ella, ayok kita kekantin," ajak Dela.
"Lets go Dedel, Ella udah laper banget." Ella langsung menggandeng tangan Dela menuju ke kantin.
Sesampainya mereka di kantin, Dela langsung memesan makanan untuk mereka berdua, sedangkan Ella dia hanya menunggu di meja paling pojok.
"Hai, boleh gue gabung?" sapa seorang pria tampan menghampiri Ella.
"Emangnya kursi penuh ya?" Ella menatap malas pria yang sedang berdiri di hadapannya itu.
"Enggak ko, masih banyak yang kosong." jawab cowok itu.
"Kalau banyak yang masih kosong, kenapa mau duduk disini?" tanya Ella sembari menyandarkan tubuhnya dikursi.
"Mau kenalan sama elo, apa boleh?" jawab pria itu dengan tersenyum manis, kalau cewek lain auto meleleh deh.
"Nggak boleh elo-elo, itu kasar tau." Ella menatap tajam pria itu.
"Maksud aku, mau kenalan sama kamu, bolehkan?" tanya pria itu kembali.
"Boleh kok, kenalin nama aku Stela.Tapi jangan ngejek nama aku kayak nama pewangi ruangan ya. Aku juga heran, kenapa Mamih namain aku kayak nama pewangi ruangan. Apa karna aku wangi kali ya?" cerocos Ella panjang kali lebar.
"Nama kamu bagus kok, Cantik lagi. Secantik orangnya. Oh ya, kenalin nama aku Yuda Afriza." ucapnya seraya mengulurkan tangan.
"Iya, salam kenal juga ya, Iyud." Ella meraih uluran tangan Yuda. Yuda heran kenapa Namanya jadi Iyud? Tetapi biarlah terserah mau di panggil apapun.
"Udah 'kan kenalannya? kalau udah Iyud pergi ya, Ella soalnya mau makan bareng Dedel," ucap Ella lagi yang sukses membuat Yuda terbengong, baru kali ini ada wanita yang mengusirnya. Biasanya dia selalu di kejar-kejar namun wanita imut yang berada di hadapannya ini sungguh berbeda sekali, Yuda menjadi penasaran dengan wanita ini.
"Ah ya, baiklah aku pergi dulu. Sampai ketemu lagi." Yuda melangkah pergi meninggalkan meja Ella sembari melambaikan tangan.
"Ih! Dedel kok lama banget sih, Ella kan laper." Ella mengerucutkan bibirnya,
"Maaf ya lama, tadi ngantri soalnya." Dela datang dengan membawa nampan pesanan mereka.
"Ella udah laper tau gak, Dedel." ucapnya merengek.
"Nih makan, katanya baso disini enak banget." Dela menyerahkan satu mangkok bakso kepada Ella.
"Masa sih? aku jadi penasaran." Ella langsung menyantap baso yang masih panas itu.
"Bener, enak banget Del." Ella mengacungkan jempolnya.
"Enak si enak, tapi pelan-pelan juga makannya," ucap Dela menasehati.
"Ih, Dedel bawel kayak mamihnya aku." Ella berucap dengan mulut yang masih mengunyah.
"Telen dulu, baru ngomong," ujar Dela.
"Iya, Dedel bawel."
Setelah selesai makan, mereka pun kembali ke kelas untuk melanjutkan mata kuliah kedua.
"Nanti yang ngajar kita bapak dosen yang tadi lagi ya, Del?" tanya Ella saat mereka sudah sampai di kelas.
"Bukan atuh Ell, kan ganti lagi. Sekarang yang ngajar kita, Bu Linda," jawab Dela.
"Kirain, Bapak Dosen itu lagi."
"Kamu suka ya sama pak Ray? tapi wajar sih semua mahasiswi di sini pada suka sama pak Ray. Dingin-dingin gitu banyak fansnya dia mah," ujar Dela.
"Emangnya dia belum nikah gitu?" tanya Ella penasaran.
"Katanya sih belum kalau menikah, Kalau pacar mungkin dia udah punya."
"Apa kamu juga suka sama dia?" Ella melirik Dela yang sibuk memainkan ponsel nya.
"Siapa sih yang gak suka sama Pak Ray. Udah ganteng, tinggi, putih idaman semua wanita pokok nya. Tapi aku sadar aku siapa, masuk sini aja karena beasiswa," jawab Dela sembari menyimpan ponselnya kedalam tas.
"Tapi kamu hebat Dedel, berati kamu pinter. Nanti aku mau belajar sama kamu ah, biar akunya pinter kayak kamu," ucap Ella.
"Biasa aja kok, masih banyak yang lebih pinter dari aku," ujar Dela merendah karena dia tidak mau berbangga diri.
Tak lama Bu Linda datang, bu Linda sangat ramah dan juga penyabar. Berbeda dengan Rayen, dia amat dingin dan juga tegas.
Setelah materi kedua selesai, mereka langsung saja pulang karena ini adalah materi terahir. Dela dan juga Ella berjalan beriringan menuju parkiran.
"Dedel, kamu kesini naik apa?" tanya Ella saat mereka sudah berada di parkiran.
"Aku naik angkot Ell, sekarang aku juga mau naik angkot lagi. Kenapa emang?"jawab Dela seraya merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Bareng aku aja yuk. Aku anterin," ajak Ella.
"Emangnya boleh?" tanya Dela.
"Boleh kok, tapi naik motor nggak pa-pa 'kan?" ucap Ella.
"Gak pa-pa kok, aku mah naik apa aja hayuk."
"Ok, kalau gitu kita lets go!"
"Mamih kemana Bi?"tanya Ella kepada pembantunya saat dirinya baru saja sampai dirumah.
"Nyonya sedang pergi arisan Non."jawab Bi Izah.
"Udah lama perginya bi?"tanya Ella lagi.
"Baru saja Non, Non Ella mau makan sekarang?"tanya bi Izah pada Ella yang sedang merebahkan dirinya di sopa.
"Nanti ajalah bi, belum laper. Akunya mau bobo dulu ngantuk banget."dia menjawab sambil merebahkan diri disopa.
"Di kamar atuh Non bobonya, nanti pegel-pegel badannya kalau bobo disitu."ujar bi Izah memberi tahu.
"Gak ah bi, disini aja cuma bentaran doang kok bobonya, sambil nunggu Mamih pulang."jelas Ella yang sudah menutup kedua matanya, tak lama diapun tertidur dengan begiu lelap.
"Cepet banget si Non pulesnya."gumam bi Izah, kemudian dia pun meninggalkan Ella pergi kedapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
Stela Anandira Wirawan.
dia adalah anak kedua dari keluarga Wirawan, dia sangat manja dan juga kekanak-kanakan, karna sedari kecil Ella selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya dan juga kakak laki-lakinya. Ella mempunyai kakak laki-laki bernama Satria Ardana Wirawan. Satria sangat menyayangi Ella dia juga selalu memenuhi apa saja permintaan adik kecilnya itu,
"Bi, kenapa Ella tidur disini?"tanya seorang pria tampan kepada bi Izah.
"Itu Den, tadi bibi sudah menyuruh Non Ela tidur dikamar, tapi dia tidak mau. Katanya mau bobo disini aja, sambil nunggu Maminya."jelas bi Izah pada Satria,
Ya, pria itu adalah Satria, kakak laki-laki dari Ella, dia mempunyai paras yang tampan idaman para kaum hawa, dia masih melajang pacar pun dia tidak punya. Usianya saat ini baru memasuki 27 tahun, dia bekerja di kantor Wirawan membantu sang Ayah.
"Ya sudah, biar aku pindahkan saja bi. Kasian pasti badanya pegal-pegal."ucap Satria sembari menggendong Ella untuk dipindahkan kedalam kamarnya.
"Nyenyak banget sih tidurnya dek. sampai gak kerasa kakak gendong."Satria mengelus sayang kepala adiknya saat dia sudah merebahkannya di kasur.
"Apa kamu bakal menerima keputusan orang tua kita nanti, maafin kakak ya. Kali ini kakak gak bisa bantu kamu, kakak cuma bisa berharap kamu akan bahagia, apapun yang akan terjadi nanti."gumam Satria sembari mengecup kening sang adik, lalu dia berjalan keluar dari kamar Ella.
Disisi lain.
"Ray, ini sudah saatnya nak, kamu harus memenuhi janji kamu pada mendiang kakek sayang, gadis itu sudah cukup untuk kamu nikahi sekarang. Apa kamu sudah siap?"tanya seorang Wanita yang sudah ber umur tapi masih terlihat sangat cantik.
"Ray sip kok mam, Ray akan memenuhi janji Ray pada mendiang kakek."Jawab Rayen tanpa eksfresi.
"Mamah seneng dengernya nak, rencananya besok malam kita akan bertemu keluarga calon istrimu."Jelas Wina ibunya Rayen.
Rayen Alfarizi Wardana.
Dia adalah seorang putra tunggal dari keluarga Wardana, dia berprofesi sebagai seorang Dosen di kampus milik keluarganya. Tapi tidak ada yang mengetahui bahwa dialah pewaris tunggal Wardana, karna dia menyembunyikan identitasnya. Keluarga Wardana adalah keluarga terkaya no1 di kota itu dan memiliki perusahaan yang bergerak di bidang proferti. Rayen memilih menjadi seorang Dosen karna itu adalah cita-citanya, dia akan memimpin perusahaan setelah dia siap nanti.
"Baiklah, Mama atur aja. Ray kekamar dulu"ucapnya sembari melangkah pergi kedalam kamarnya.
Sesampainya di kamar, Ray langsung saja merebahkan tubuhnya dikasur, hari itu benar-benar akan tiba, dia akan bertemu dengan Calon istrinya yang dipilihkan oleh sang kakek. Awalnya dia ingin menolak, tapi melihat sang kakek memohon dia menjadi tidak tega, dia bisa saja mengingkari janji terhadap sang kakek, toh dia sudah tidak ada, tapi dia bukan orang yang seperti itu.
"Semoga saja dia adalah wanita yang baik, selama ini gue selalu menutup hati gue hanya untuk dia, orang yang gak gue kenal dan gak gue tau seperti apa orangnya!"gumam Ray sembari menatap langit-langit kamarnya.
Dret dret dret, ponsel Ray berdering.
"Ada apa?"tanya Ray to the point pada sang penelpon.
"Lo kesini, ke kafe Victoria. kita lagi ngumpul nih, ada Satria baja hitam juga disini."ucap orang di sebrang sana.
"Ok"jawabnya singkat sembari mematikan telphonenya,
Ray pun berjalan kearah lemari, dia mengambil jaket hitam favorit nya, setelah itu dia berjalan keluar dari kamar. Saat melewati ruang keluaraga, disana ada Mama dan Papanya yang sedang berbincang-bincang.
"Kamu mau kemana Ray?"tanya sang Papah.
"Ray mau ke kafe pah."Jawab Ray yang berhenti sebentar,
"Yaudah Hati-hati ya."ucap sang Mama.
"Iya Mam, Ray berangkat dulu."Ray kembali melanjutkan langkahnya, setelah sampai di luar, dia langsung saja menaiki mobilnya, kemudian dia melajukan mobilnya sedikit kencang karna jalanan tidak terlalu ramai.
"Tumben, lo ngajak nongkrong di kafe?"tanya Ray pada sahabatnya, setelah dia sampai di kafe.
"Kalo gue ngajak nongkrong di bar, lo kagak bakalan dateng Ray."jelas Galang sahabat Rayen.
"Iya lah, dia kagak bakal dateng. Dia kan alim kagak kaya elu."ucap Rendi, sahabat Ray yang satunya lagi.
"Bukannya gue alim, tapi nongkrong di bar itu gak ada faedahnya sama sekali."tutur Ray.
"Bener tuh kata si Ray, kagak ada faedahnya yang ada malah nambah dosa."sahut Satria.
"Caelah, kompak bener dah calon kakak ipar, sama adek ipar."ucap Rendi, memang mereka sudah tau perihal perjodohan Ray dengan adiknya Satria.
"Harus dong, ya gak bro."Ray melirik Satria sekilas.
"Yo'i, Btw lo udah siap Ray buat ketemu sama adek gue besok malem?"tanya Satria serius.
"Siap, gak siap."Jawab Ray singkat.
"Gue tau, gak mudah buat lo yang tiba-tiba dijodohkan dengan cewek yang gak lo kenal. Tapi gue harap lo jangan pernah ngecewain adek gue, jangan sakiti dia. Dia sangat berarti buat gue, dia anaknya emang kekanak-kanakan, manja dan juga cengeng. Tapi gue harap lo bisa maklumin itu dan juga sabar menghadapinya, itu semua salah kami karna terlalu memanjakannya."jelas Satria menatap Ray serius.
"Gue gak bisa janji, tapi gue akan berusaha."Ray menyeruput kopi yang di pesankan Galang untuknya.
"Lo pasti udah ketemu sama adek gue, dia kuliah dikampus tempat lu ngajar."ucap Satria sembari bermain ponsel.
"Dia kuliah dikampus tempat gue ngajar, serius lo? semester berapa?"tanya Ray kaget sekaligus penasaran.
"Baru masuk, dia mahasiswi baru."Satria berucap tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponsel.
"Tadi pagi gue ngajar anak-anak baru, berarti tadi gue ketemu sama dia dong? Lo pasti punya potonya kan? mana sini gue liat."pinta Ray pada Satria.
"Ntar juga ketemu."Satria masih sibuk berbalas pesan entah dengan siapa.
"Ayolah Sat, gue penasaran sumpah." ucap Ray memelas.
"Gak sabaran amat sih lo Ray. Ntar juga ketemu."Galang menimpali.
"Ya, gue penasaran aja, Lang."ujar Ray
"Nih, tatap sepuasnya."Satria menyodorkan ponsel nya pada Ray.
"Cewek ini kan!!"Ray mengingat-ngingat cewek didalam poto ini, sepertinya sangat familiar.
"Lo kenal?"tanya Satria.
"Ah iya, ini cewek mahasiswi baru yang telat tadi."Ray ingat sekarang.
"Telat?"Satria menaikan sebelah alisnya.
"Iya telat, mana pas gue tanya kenapa telat? dia bilang kesiangan. Dan lo tau alasan dia kesiangan apa."Ray menatap Satria.
"Apa?"Satria penasaran.
"Nonton Derakor, dan pas gue ngajar ditengah-tengah materi yang gue ajarin, kan gue bilang siapa yang mau bertanya. Maksud gue takut ada yang gak ngerti sama materi yang gue ajarin."jelas Ray.
"Emang apa yang dia tanyain?"kali ini Rendi yang bertanya, dia juga penasaran.
"Nama bapak dosen siapa?"Ray menirukan gaya bicara Ella.
"Gue gak bisa bayangin eksfresi muka lo saat itu."Rendi tertawa ngakak.
"Kesel banget pastinya."Sahut Galang.
"Tapi, adek gue jujur banget kan?"Satria menaik turunkan alisnya.
"Bangettt"
.
Keesokan harinya,
Ella begitu terburu-buru memilih pakaian yang akan dia kenakan ke kampus. Pasalnya hari ini dia kesiangan lagi. Dia merutuki kebodohan nya, kenapa harus mengulangi kesalahan yang sama. Sudah tau kemarin kesiangan gara-gara nonton Drakor, eh, semalem malah nonton lagi.
"Ya ampun, kok aku malah pake baju ginian sih!"Ella menilik penampilannya sendiri. Kemeja lengan pendek yang warnanya merah menyala, rok jeans diatas lutut yang begitu ketat, hingga menampilkan lekuk tubuhnya.
"Bodo ah, gak bakalan sempet inimah kalau diganti lagi."gumam Ella sembari berjalan keluar dengan terburu-buru. Sebelumnya dia juga menyambar tasnya terlebih dahulu.
"Ella, sarapan dulu."panggil sang Mamih saat Ella sudah berada di ambang pintu.
"Udah telat mih, nanti aja dikampus."dia langsung saja berlari kearah motornya. Lalu dia menjalankan nya sedikit ngebut.
Sesampainya dikampus, benar saja Dosennya sudah berada di dalam kelas. Dia sudah memulai materi pelajaran dan dia langsung menatap Ella dengan tatapan yang sulit di artikan manakala Ella sudah berada di ambang pintu.
"Telat lagi?"Dosen itu bertanya dengan sangat dingin sembari bersidekap dada.
"Iya, bapak dosen."Jawab Ella yang malah cengengesan. Tidak ada eksfresi takut seperti kemarin.
"Jangan nanya alasannya lagi ya bapak dosen, karna tetap sama seperti kemarin
Jadi bolehkan aku masuk?"Sambungnya tanpa dosa.
"Sudah datang telat, sekarang seenaknya saja ingin masuk. Untuk kali ini tidak semudah itu."Ray menatap tajam Ella.
"Silahkan kamu keluar, besok-besok jika ingin mengikuti kelas saya, jangan datang terlambat lagi."lanjutnya lalu dia kembali menerangkan materi yang tadi sempat tertunda.
"Dasar bapak dosen kejam."gerutu Ella sembari melangkah pergi dari sana.
Ray yang samar-samar mendengar gerutuan calon istrinya itu, hanya tersenyum tipis.
"Bocah kaya dia calon istri gue. yaampun bisa setres gue."gumam Ray dalam hati lalu dia menghela nafas panjang.
Sementara itu, Ella kini sedang berada dikantin sembari menikmati makanannya. Perutnya begitu keroncongan karna tadi pagi dia belum sempat sarapan.
"Dasar bapak dosen rese, ngeselin. Aku kan udah buru-buru dateng kekampus, eh, sampai sini gak di bolehin masuk. Pengen banget deh aku bikin bapak dosen itu jadi karedok, aku ulek-ulek, terus di bejek-bejek sampe benyek."Ella ngedumel sendiri sambil mengaduk-ngaduk makanannya.
"Hay, kenapa jam segini sudah dikantin? emang kamu gak ada kelas?"tanya seorang cowok yang langsung saja duduk dikursi yang berada di hadapan Ella.
"Aku ada kelas Iyud, tapi aku disuruh keluar sama bapak dosen rese bin nyebelin itu."dia menjawab dengan nada yang sangat kesal.
"Emang kenapa kamu disuruh keluar?"tanya Yuda lagi.
"Kesiangan."Jawab Ella singkat.
"Oh, pantes aja. Pak Ray itu orangnya terkenal tegas dan juga sangat disiplin, jadi dia tidak akan mentoleransi pada anak yang telat untuk yang kedua kalinya. Pasti kamu udah dua kali telat ya? karna kalau baru yang pertama kali dia akan mempersilahkan masuk."jelas Yuda panjang lebar.
"Tapikan aku udah buru-buru dari rumah, eh sampai sini gak belajar, malah ngejogrog di kantin."Ella mencebik karna masih kesal.
Merekapun mengobrol panjang lebar, sebenarnya Yuda sih yang banyak bertanya. Ella hanya menjawabnya saja, daripada Bete sendirian, kan lumayan ada yang nemenin pikirnya.
Tak terasa mereka dikantin sampai jam pelajaran pakultas Ella selesai, tapi kok Dela temannya belum kelihatan juga dia melirik kesana kemari.
"Kamu nyariin siapa?"tanya Yuda yang melihat Ella seperti tengah mencari seseorang.
"Nyariin si Dedel aku te Iyud, kemana ya? kok belum keliatan, padahal anak-anak yang lain udah pada kesini."Jawabnya cemberut.
"Mungkin temen kamu ada urusan dulu, aku temenin disini ya! sambil nunggu temen kamu."ujar Yuda menatap Ella, menurutnya Ella sangat lucu jika sedang cemberut.
"Emangnya Iyud gak ada matkul?"tanya Ella sembari memperhatikan cowok didepannya, menurutnya Yuda lumayan cakep juga.
"Aku matkulnya nanti siang."Jawab Yuda tersenyum, Ella hanya manggut-manggut saja.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat interaksi mereka.
"Apa mereka pacaran?"gumam seseorang sembari menyeruput kopi yang masih mengepul itu.
Entah kenapa? dadanya merasa tidak nyaman melihat interaksi mereka, ada rasa tidak rela dan juga dia rasanya ingin marah.
"Dedel kamu darimana dulu? aku nunggu kamu dari tadi tau."cebik Ella kesel.
"Aku tadi dari toilet dulu, Ell."Jawab Dela dan langsung menundukan diri disamping kanan Ella.
"Kok lama?"tanya Ella lagi.
"Biasa urusan wanita hehe."ujarnya cengengesan.
"Eh ini siapa La?"Dela baru sadar jika ada orang lain dimeja yang Ella tempati.
"Dia Iyud, temen barunya aku."Jawab Ella sambil menyeruput minumannya.
"Kenalin, aku Yuda."Yuda mengulurkan tangannya kearah Dela.
"Aku Dela kak."Dela menyambut uluran tangan Yuda.
"Kok Dedel panggil kakak?"tanya Ella menatap Dela.
"Kan kak Yuda ini kakel kita Ell."Jawab Dela melirik Ella.
"Oh, jadi Iyud itu kakel kita! berati aku harus manggil kak Iyud ya?"dia menatap kearah Yuda.
"Panggil senyaman kamu aja."sahut Yuda yang salting karna ditatap oleh Ella.
"Kak Iyud ajalah, biar samaan kaya Dedel."dia tersenyum tipis, tapi menurut Yuda itu sangat menggemaskan.
"Dedel, aku mau ke toilet dulu ya."Ella bangkit dari tempat duduknya.
"Ok, hati-hati jangan lari-lari ntar kepeleset."teriak Dela pada Ell yang sudah menjauh sambil berlarian.
Bruuk, dia menabrak sesuatu yang keras.
"Aduh, apasih yang aku tabrak? kok keras bener ya, sampe sakit kening aku."Ella meraba-raba apa yang dia tabrak.
"Ekhem."
"Loh kok, bersuara?"Ella mendongkakan kepalanya keatas." Eh, bapak dosen. Aku pikir tembok, soalnya keras bener."Ella cengengesan dengan tangan yang masih nangkring di dada bidang Ray.
"Mana ada tembok setampan saya."ucap Ray dingin.
"Eleh, geningan si bapak Dosen teh narsis."Ella menatap intens wajah Ray."Tapi emang bener sih, bapak ganteng. Bapak udah punya pacar belum?"tanya Ella tanpa melepaskan pandangannya dari wajah tampan Ray.
"Buat apa nanya-nanya?"ketus Ray padahal dia sedang gugup karna ditatap terus oleh Ella, tapi dia sangat pandai menyembunyikan ke gugupannya.
"Jawab aja sih, bapak dosen ganteng." bluss wajah Ray memerah, saat dibilang ganteng oleh Ella.
"Saya gak punya pacar."ucap Ray sembari menjauhkan diri dari gadis itu. Dekat-dekat dengannya tidak baik untuk kesehatan jantung, karna sedari tadi jantungnya terus berdisko ria, apalagi saat ditatap seperti tadi. Sepertinya tatapan Ella mengandung sengatan yang langsung menjalar kedalam hatinya.
"Sayang dong, ganteng-ganteng kok jomblo sih. Gak laku ya? makan nya jangan dingin-dingin amat, biar bapak dosen gak jomblo mulu."ucap Ella meledek.
"Kamu! berani ya meledek saya. Memang saya tidak punya pacar, tapi saya punya calon istri."bener-bener gadis ini, dia telah membuat perasaannya Nano-nano.
"Maaf bapak Dosen aku kira jomblo!"ucap Ella cengengesan sembari ngibrit ke toilet.
"Aku lupa bapak dosen, akutu mau ke toilet kebelet. Gara-gara bapak dosen sih, akunya jadi lupa kan, kalau akuteh lagi kebelet."teriak Ella yang mulai menjauh.
"Sejak kapan? kebelet bisa lupa?"
Jangan lupa tinggalkan jejak guys😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!