NovelToon NovelToon

Kisah Cinta Renara

Renara Prameswari

Please!! Selesai membaca mohon kasih Like dan komennya. Mohon dukungannya agar author nya semangat menulis. Dukungan kalian berarti banget loh buat Author. Tekan favorit juga biar kalau author update dapat notif nya. Kalo punya poin kasih juga biar bisa menyemangati si penulis.

...Selamat Membaca...

...----------------...

Hujan deras mengguyur kota. Seorang gadis tengah berdiri di halte menunggu angkutan umum lewat yang akan dia naiki untuk mengantarnya ke rumah. Namun sudah lima belas menit berlalu belum ada angkutan yang rute menuju rumahnya lewat.

Satu persatu orang-orang yang ikut berteduh meninggalkannya karena jemputan mereka sudah datang meninggalkan dia seorang diri di sana.

Dia duduk di kursi untuk menghilangkan rasa pegal di kakinya. Sedari tadi dia terus berdiri, karena kursinya penuh. Gadis itu menghembuskan nafasnya kasar kala hujan turun semakin deras.

Dia juga merasa kedinginan. Dia memeluk tubuhnya untuk menghilangkan sedikit rasa dingin itu sambil sesekali meniup telapak tangannya untuk mendapatkan rasa hangat dari nafasnya.

Tak lama datang seorang pria yang juga ikut berteduh, dia duduk di samping gadis itu. Pria dengan memakai blazer biru Dongker serta kemeja biru telor asin ditambah dasi berwarna senada dengan blazernya. Serta celana Chino abu-abu panjang, membuat dia terlihat tampan dan juga cool.

Gadis itu melirik pria di sampingnya. Wajahnya tampan, kulitnya kuning Langsat, hidungnya mancung bak perosotan dan bibirnya agak hitam tapi tidak hitam banget dan agak tebal. Tampan, meski hanya di lihat dari samping. Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain saat pria itu menoleh ke arahnya.

Sudah dua puluh lima menit berlalu, hujan sedikit reda dan tidak sederas tadi. Tapi angkutan yang di tunggu gadis itu tak kunjung lewat.

Sedangkan pria yang di sampingnya sudah pergi dari lima menit yang lalu karena ada mobil yang menjemputnya.

"Lama banget!" keluhnya.

Dia justru malah merasa ngantuk karena pegal menunggu. Sayangnya dia tidak punya siapapun untuk menjemputnya. Dia punya sahabat yang bisa menjemputnya, tapi dia takut sahabatnya itu sedang sibuk dan mengganggunya.

Semenjak perceraian kedua orang tuanya dia tinggal bersama ibunya. Tapi ibunya sudah meninggal tiga tahun yang lalu karena penyakit lambung kronis yang di deritanya.

Ayahnya meninggalkannya dan juga ibunya saat dirinya berusia 12 tahun. Ayahnya mengkhianati ibunya dengan wanita lain dan meninggalkannya demi wanita itu.

Gadis cantik bernama Renara Prameswari yang biasa disapa Nara itu, kini hidup seorang diri. Dia tinggal di rumah peninggalan ibunya. Sekarang dia bekerja di restoran cepat saji yang terkenal di kotanya.

Nara baru saja akan terlelap karena merasa ngantuk, tapi dia di kagetkan dengan suara klakson yang memaksanya harus membuka mata. Terlihat seorang gadis menaiki motor matiknya sedang menatap ke arahnya.

"Ngapain di situ?" tanyanya tanpa beranjak dari motor. Nara menghela nafas. Lalu beranjak dan menghampiri gadis itu

"Salto, emang kamu pikir ngapain?"

Gadis itu terkikik. "Naik!" serunya.

Nara pun bergegas naik ke motor matic milik sahabatnya yang sudah dia anggap saudara itu. Motor dengan nuansa dark itu selalu setia menemani perjalanan gadis yang bernama Nana Maulida.

"Habis dari mana na?" tanya Nara saat motor itu melaju.

"Dari rumah teman! Lo ngapain di sana sendirian bengong? Kaya orang-orangan sawah Lo!" cibir Nana.

Nara mencebik sebal, lalu dia menceritakan dirinya yang terjebak hujan dan tidak bisa pulang karena angkutan yang menuju rumahnya itu tidak lewat.

Nana adalah sahabat Nara, kebetulan dia kost di rumah Nara. Selain kost, Nana juga ingin menemani Nara yang hidup seorang diri, dia kasian melihat sahabatnya hidup sebatang kara. Akhirnya dia memutuskan untuk menemani Nara dengan cara kost di rumahnya.

"Kenapa Lo gak telpon gue?"

"Takut kamu sibuk, kan kamu lagi sibuk ngerjain tugas!" jawab Nara.

Nana memang masih kuliah. Sebenarnya dia anak orang berada tapi entah apa yang membuatnya mau tinggal bersama Nara di rumah sederhana yang jauh dari kemewahan. Gadis itu memang baik dan tidak sombong. Mereka bersahabat sejak dari SMA. Jika Nara tidak melanjutkan kuliah karena dia harus mencari nafkah untuk menghidupi dirinya.

Jika dia memaksa untuk kuliah, takutnya uangnya tidak cukup untuk membiayai kuliahnya. Akhirnya dia lebih memilih bekerja saja mencari uang untuk kehidupannya. Toh dia juga menikmati kehidupannya sekarang.

Tak lama mereka pun sampai di rumah.

***

Pagi hari Nara sudah siap berangkat bekerja. Sedangkan Nana masih meringkuk di kasurnya.

"Na, kuliah gak?" Nara menggoyangkan tubuh Nana.

"Hm.." Nana hanya menggeliat dan merubah posisi tidurnya.

"Kamu kuliah gak na?" tanya Nara lagi.

"Eungh.." lenguh Nana namun matanya masih terpejam.

"Aku berangkat ya!"

"Hm.. iya." jawabnya dengan nada malas karena masih mengantuk.

Nara menggelengkan kepalanya, melihat sahabatnya memang kebluk kalau tidur. Dia bergegas berangkat ke tempat kerjanya. Seperti biasa dia menunggu angkot untuk mengantarnya ke tempat kerja.

Hari-hari Nara tidak ada yang istimewa. Seperti biasa dia sibuk melayani para pelanggan yang datang untuk mengisi perutnya yang kosong di resto tempat dia bekerja.

Nara hanya sebagai pelayan biasa, gajihnya pun tidak besar. Tapi cukup untuk kehidupan sehari-harinya dan sedikit menabung untuk masa depan. Dia juga punya tabungan dari uang sewa Nana.

Jika resto ramai, dia akan bekerja sampai malam. Tapi Jika sepi hanya sampai Sore. Biasanya saat Weekend Nara dan teman-temannya lembur karena saat itu ramai pengunjung.

Nara sedang bersiap mengantar makanan ke salah satu meja di tempat meeting room, memang Resto itu menyediakan meeting room atau ruang VIP untuk orang yang ingin mengadakan meeting atau ruang privat.

Nara dan Adi temannya bertugas melayani tamu VIP di sana. Terlihat ada empat orang di sana, tiga pria dan satu wanita.

Nara menaruh pesanan mereka di meja.

"Silahkan, selamat menikmati!!" ucap Nara sambil sedikit membungkukkan tubuhnya setelah menaruh semua pesanan di meja.

Namun saat dia mengangkat kepalanya, dia menatap satu wajah yang tak asing baginya.

"Kayak pernah lihat," gumamnya dalam hati.

Dia pun pamit dan menunggu di depan pintu. Takut mereka membutuhkan sesuatu, jadi tidak perlu orang itu berteriak memanggil pelayan. Nara sesekali melirik pada orang yang tak asing wajahnya.

Dia berusaha mengingat di mana dia pernah bertemu pria itu. Tak lama dia ingat, dia bertemu pria itu di halte saat hujan kemarin. Ah, akhirnya dia tidak penasaran lagi dengan pria itu.

Dia bukan tipe wanita yang mudah suka apa lagi jatuh cinta. Dia usianya yang hampir 23 tahun ini, belum sekalipun dia berpacaran apa lagi jatuh cinta. Dia trauma akan masa lalu orang tuanya, terutama ayahnya yang berkhianat. Membuat gadis itu tidak percaya akan pria apa lagi cinta.

Dia takut mengalami hal yang sama seperti ibunya. Di khianati dan di campakkan. Trauma itu dia rasakan hingga sekarang, dia takut mengenal pria.

Apa lagi dia sering melihat teman-temannya sakit hati gara-gara di khianati kekasihnya. Dan trauma itu membuat dia menjaga jarak dengan para pria, bahkan dia menutup hatinya rapat-rapat.

Tanpa dia sadari pria itu pun terus memperhatikannya. Dia tersenyum saat melihat Nara yang sesekali melirik ke arahnya.

"Manis!" gumamnya sambil tersenyum tipis.

Bersambung..

...Terima kasih yang sudah membaca. Mohon dukungannya terus ya.. 😊😊...

Pertemuan 1

Kisah Cinta Renara

By Un Kurniasih

Selamat Membaca

****

Nara berjalan gontai di atas trotoar sambil sesekali meregangkan otot-ototnya yang terasa lelah. Hari ini dia bekerja lembur karena pengunjung ramai. Juga karena tadi ada salah satu pelanggan yang merayakan ulang tahun di sana.

Nara melirik arloji di tangannya, sudah hampir jam sebelas. Nara sudah sangat lelah dan mengantuk, sedari tadi pun dia terus menguap. Ingin sekali dia cepat sampai rumah dan langsung menghempaskan tubuhnya di kasur empuknya.

Dia menunggu angkot di pinggir jalan. Dia berharap masih ada angkot yang lewat. Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan Nara, penumpang di belakangnya berusaha merampas tas Nara.

"Ngapain kalian? Lepasin!!" pekik Nara, sambil menarik tasnya yang ingin di rebut penjambret itu.

"Lepasin.. tolong.. tolong.." teriak Nara.

"Serahin tas Lo!!" pekik penjahat itu.

"Enggak, jangan ambil tas saya!!" pekik Nara berusaha mempertahankan tasnya.

Tiba-tiba si penjambret itu turun dari motornya, dan menodongkan pisau ke arah Nara.

"Serahin atau lo mati!!" ancam penjambret itu.

Nara meringis saat penjahat itu menodongkan pisaunya ke arah lehernya. "Iya, iya.."

Dengan terpaksa Nara pun memberikan tasnya, dari pada nyawanya melayang. Tapi saat penjahat itu akan kembali naik ke motornya, tiba-tiba ada seseorang yang menendangnya hingga dia dan temannya tersungkur dari motor.

"Sia*an!!" pekiknya kesal.

Nara kaget, dia melihat seorang pria menghajar penjambret itu. Tapi sepertinya nyali penjambret itu kecil, baru di hajar seperti itu aja mereka langsung kabur ketakutan. Sepertinya cuma hanya berani sama wanita saja.

Pria itu membawa tas Nara dan menghampiri Nara lalu mengembalikan tas Nara.

"Kamu gak apa-apa?" tanyanya. Nara mengangguk.

"Terima kasih!" Dia mengangguk dan tersenyum.

Nara menatap pria itu, lagi-lagi pria yang dia temui di halte kemarin.

"Ini sudah malam dan ini tempat sepi. Kamu cuma sendiri?" Nara mengangguk.

"Tadi saya lagi nunggu angkot!" balas Nara.

"Udah malam, mungkin gak ada angkutan umum lewat sini karena ini daerah rawan!"

Nara mengangguk. "Kalo gitu saya permisi!"

"Biar saya anter!" Nara mendongak dan menatap pria itu.

Nara bisa melihat dengan jelas wajah pria itu, karena saat di halte dia hanya melihat dari samping dan sekilas. Waktu di Resto juga dia hanya melihat sekilas-sekilas, tapi sekarang dia melihat jelas wajah tampan pria itu yang berdiri di hadapannya.

"Gak usah pak, saya pulang sendiri aja. Terima kasih!" ucap Nara datar sambil berbalik meninggalkan pria itu.

"Nanti kamu di begal lagi!" ucapan pria itu sontak menghentikan langkah Nara.

"Biar saya antar. Gak usah takut, saya bukan orang jahat!" ujarnya meyakinkan Nara.

Nara terdiam, dia belum pernah pergi atau hanya berduaan dengan pria. Karena setiap ada pria yang mendekatinya, dia akan menjauh. Dia membentengi dirinya dari para pria yang mencoba mendekatinya. Makanya dia selalu menutup diri dan bersikap dingin pada pria. Dan sikapnya itu membuat para pria enggan untuk kembali mendekatinya.

"Gimana? Apa kamu mau pulang sendiri dan nanti kamu di begal lagi?" Nara menggeleng.

"Ya udah biar saya antar!" Akhirnya dia pun mengangguk demi keselamatan dirinya.

"Saya Arga!" ucap pria itu memperkenalkan dirinya saat mereka sudah di mobil dan mobil pun sudah melaju menuju rumah Nara. Nara hanya mengangguk membalas pria yang bernama Arga itu.

Arga tersenyum baru kali ini ada cewek yang super dingin dan juga cuek seperti Nara. Biasanya cewek yang selalu berebut ingin berkenalan dan mendekatinya. Tapi gadis itu terlihat cuek dan biasa saja.

"Apa kamu tidak ingin memperkenalkan diri kamu?" Nara menoleh pada pria yang ada di sampingnya itu.

"Apa perlu seperti itu?" tanya Nara balik. Arga tersenyum mendengar jawaban cewek di sampingnya itu.

"Tentu, bisa saja nanti kita bertemu lagi. Saya bisa memanggil nama kamu jika ingin menyapa!" tukas Arga.

"Tapi saya rasa kita tidak akan bertemu lagi!" jawab Nara yakin, membuat Arga semakin menyunggingkan senyumnya.

"Maaf saya berhenti di pertigaan depan saja!" lanjut Nara, saat mobil itu akan melewati pertigaan.

Tepat di pertigaan mobil pun berhenti. "Terima kasih sudah menolong saya dan juga terima kasih sudah mengantar saya. Saya permisi pak Arga!"

Nara membuka pintu mobil tanpa menunggu jawaban dari Arga. Dia langsung berjalan meninggalkan mobil Arga.

Baru kali ini dia berbicara banyak dengan seorang pria. Biasanya dia akan acuh dan cuek, bahkan jika bicara pun hanya seperlunya jika lawan bicaranya adalah pria.

Sedangkan Arga menatap gadis itu. Dia tersenyum menatap kepergian Nara yang mulai hilang dari pandangannya.

"Menarik! Bikin penasaran!" gumamnya sambil menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman.

"Saya yakin kita pasti akan ketemu lagi!" lanjutnya. Lalu dia menekan pedal gas dan meninggalkan tempat itu.

***

Hari ini Nara cuti bekerja, dia minta cuti selama tiga hari karena ingin mengistirahatkan tubuhnya, karena bagaimanapun tubuhnya butuh istirahat. Kasian jika terus di porsir tenaganya, bisa-bisa tumbang.

"Na, kamu gak kuliah?" Nana menggeleng sambil terus fokus pada layar laptopnya dan jemarinya asyik menari-nari di atas keyboard.

Nara duduk di samping Nana, sambil memakan cemilan yang dia beli di toko sebrang.

"Oh iya Ra, mungkin nanti gue mau pulang dulu. Nyokap gue sakit!" ujar Nana sambil menyomot cemilan yang sedang di pegang Nara, lalu memasukkan ke mulutnya.

"Tante Rina sakit apa?" tanya Nara.

"Biasa sakit orang tua," jawab Nana.

"Berapa lama?"

"Tiga hari mungkin!" jawab Nana ragu.

"Yaaa.. aku sendiri dong!" ucap Nara sambil mengerucutkan bibirnya.

"Cuma sebentar say, entar kesayangan mu ini balik lagi kok!" Nara hanya tersenyum simpul.

"Kamu pulang naik bis atau kereta?"

"Enggak dua-duanya!"

"Terus, naik pesawat?" Nana terkekeh.

"Di jemput!" Nara mengangguk-anggukan kepalanya.

"Oke! Kapan pulang?"

"Entar sore!" Nara mengangguk lagi dan kembali fokus mengunyah cemilannya.

***

Nara baru saja selesai mandi. Dia hanya memakai handuk saat keluar kamar mandi. Saat menuju kamarnya tanpa dia sadari ada yang menatap ke arahnya saat dia akan masuk kamar.

Merasa ada yang memperhatikan Nara menoleh ke arah depan. Matanya terbelalak saat menangkap sosok pria yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menatap ke arahnya tanpa berkedip.

"Aaaaa.."

Sontak Nara langsung berteriak dan menyilangkan tangan ke dadanya.

"Siapa kamu? Maling ya??" pekik Nara.

Dia langsung mengambil sapu dan memukuli pria itu yang entah dari mana datangnya?

"Siapa kamu, maling ya kamu? Atau kamu mau mesum? Dasar mesum, pergi mesum!!" Nara memukul-mukul pria itu menggunakan sapu.

"Stop, saya bukan maling saya juga gak mesum!" ucap pria itu sambil menghindari pukulan Nara.

"Bohong, kamu pasti maling dan mau mesum!" Nara memukul pria itu dengan kencang dan mengejar pria itu yang terus menghindar.

"Auw.. sakit, jangan pukul lagi!!"

"Biarin, dasar mesum!!" pekik Nara kesal.

Pria itu pun menangkap sapu yang terus memukulinya. Dan dia langsung menarik sapu itu cukup kencang hingga tubuh Nara tertarik dan menabrak tubuh pria itu, sontak pria itu pun langsung memeluk pinggang Nara.

Mata mereka saling bertatap tanpa jarak, wajah mereka berdekatan dengan jarak yang hanya beberapa senti. Bahkan Nara bisa merasakan hangatnya hembusan nafas pria itu. Terlebih wajah pria itu Nara mengenalnya, tapi Nara bingung bagaimana pria itu bisa ada di rumahnya?

"Pak Arga!"

Bersambung..

...Tolong dong bantu like, sama komennya. Kasih hadiah juga biar othornya seneng 😭😭😭...

Pertemuan 2

Kisah Cinta Renara

By Un Kurniasih

Selamat Membaca

****

Nara merasakan degup jantungnya yang berdetak kencang. Dan entah perasaan apa yang dia rasakan karena dia baru merasakannya.

Mata itu masih saling bertatap, Arga mengeratkan pelukannya pada pinggang Nara, sontak tubuh mereka semakin dekat dan intim. Darah Nara berdesir dan dia merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, jantungnya berdegup kencang kala menatap manik mata pria itu.

Mata Arga beralih ke bibir merah muda milik gadis itu. Terlihat menggoda, dia menelan salivanya saat manik matanya mengarah ke leher dan pundak Nara yang terbuka dan terpampang kulit putih nan mulus.

"Ekhem.. ekhem.." sebuah suara menyadarkan mereka dari keheningan.

Nara dan Arga jadi gugup dan salah tingkah, Arga langsung melepaskan pelukannya dari Nara.

"Nana!" ucap Nara gugup.

Nara langsung berlari ke arah kamarnya saat dia sadar jika dia hanya memakai handuk.

Nara memegangi dadanya yang berdebar kencang. Dia juga merasa aliran darahnya terasa mengalir lebih cepat. Nara bergegas memakai baju, setelah itu dia kembali keluar.

Dia melihat Nana sedang mengobrol akrab dengan Arga.

"Hei Ra, kenalin ini bang Arga. Kakak sepupu gue, dia kesini mau jemput gue, maaf dia bikin lo kaget ya?" ujar Nana sambil menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Nara menghela nafas kasar. "Kenalin bang, ini Nara ibu kost sekaligus sahabat baik gue!" ujar Nana memperkenalkan Nara dengan senang.

Arga mengangguk dan tersenyum, lalu dia mengulurkan tangannya pada Nara.

"Arga!"

"Nara!" balas Nara datar tanpa membalas uluran tangan Arga. Arga tersenyum kecut dan kembali menarik tangannya.

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Nara pada Nana.

Nana mengangguk. "Iya ini tadi gue nungguin lo mandi, terus gue keluar terima telpon. Tapi tiba-tiba denger suara berisik. Sorry gue bikin lo parno ya? Gara-gara abang gue," tanyanya sambil melirik ke arah Arga.

"Iya aku kira dia maling dan pria mesum masuk rumah!" ucap Nara dingin, membuat Arga mendelik ke arah Narantak terima di sebut mesum dan maling.

Nana terkekeh. "Tapi dia memang mesum sih orangnya. Hati-hati jangan deket-deket sama dia!" ledek Nana.

Arga mencebik sebal dan mengacak rambut Nana.

"Iihhh, abang. Jangan di rusakin rambut gue!" cetus Nana sebal.

"Ya udah deh ra kita pulang ya. Lo hati-hati di rumah!" Nara mengangguk.

"Salam buat tante Rina. Semoga cepat sembuh!" Nana mengangguk lalu memeluk Nara.

"Gue gak lama kok, kalo mama udah sembuh. Gue pulang!" Nara tersenyum sambil mengusap punggung Nana.

Arga menatap gadis itu. Baru kali ini dia melihat gadis itu tersenyum, karena saat berhadapan dengannya wajah gadis itu datar tanpa ekspresi.

Nara dan Nana melepaskan pelukannya. Lalu dia pamit pada Nara untuk pulang ke Bandung. Nara mengantar Nana sampai depan rumah.

"Dahhh..." Nana melambaikan tangannya saat berada di mobil. Nara tersenyum dan membalas lambaian tangan Nana. Dan dia sama sekali tidak melirik Arga lagi, padahal Arga terus mencuri-curi pandang ke arahnya.

Nara menghela nafas panjang. "Sepi deh gak ada Nana!"

Nara duduk di sofa sambil, menyenderkan kepalanya di sofa lalu memejamkan matanya. Tiba-tiba dia ingat kejadian tadi, dia sangat malu. Dan tiba-tiba dadanya berdebar-debar saat mengingat itu.

Nara menggelengkan kepalanya dan berusaha melupakan kejadian tadi.

***

Nana memperhatikan Arga yang sedang senyum-senyum sendiri sambil mengemudi.

"Kenapa lo bang? Udah gila?" Arga hanya mengendikan bahunya.

Nana memperhatikan Arga dengan seksama. "Lo suka sama Nara?" tanya Nana memastikan.

Arga tak menjawab, tapi dia menoleh dan hanya tersenyum menatap Nana.

"Awas lo ya bang kalo macem-macem sama Nara. Dia cewek baik-baik, gue gak akan biarin lo nyakitin sahabat gue!" ucap Nana tegas penuh penekanan dengan kata-katanya.

Arga tak menjawab dia masih sibuk dengan pikirannya, apa lagi soal kejadian tadi. Dia benar-benar penasaran dengan gadis itu, dia sangat berbeda dengan wanita-wanita yang pernah di temuinya.

Nana menggelengkan kepalanya melihat sikap kakak sepupunya itu.

Arga teringat dengan bibir ranum gadis itu, ingin sekali dia mencicipi bibir itu yang terlihat sangat menggoda. Apa lagi saat melihat tubuh mulus gadis itu, membuat darahnya berdesir dan libido pria itu bangkit.

***

Baru sehari Nana pergi ke Bandung, Nara sudah merasa sangat kesepian. Tidak ada lagi yang bisa dia ajak ngobrol dan juga ribut.

Ini hari terakhir dia berlibur, dia tidak ingin kemana-mana dan hanya ingin berleha-leha di rumah. Tadinya kalau Nana tidak pulang dia ingin mengajak Nana jalan-jalan untuk merefresh otaknya. Tapi gadis itu malah pulang dan meninggalkannya sendirian.

Merasa bosan Nara berniat mencuci motor Nana yang terlihat sudah sangat kotor. Nara menggelengkan kepalanya melihat kondisi motor Nana.

"Udah berapa hari nih anak gak cuci motor?" gumam Nara saat melihat motor Nana yang sangat kotor.

Nara mempersiapkan alat untuk membersihkan motor Nana. Ember, sabun dan lap dia siapkan semuanya.

Nara menarik selang yang sudah terhubung dengan keran, lalu dia mulai membasuh motor Nana dan mulai menggosoknya dengan sabun.

Sedang asyik mencuci motor tiba-tiba ponsel Nara berdering, tapi saat dia akan melangkah untuk mengambil ponselnya dia terpeleset karena lantainya licin.

Namun tubuhnya tidak terjatuh karena ada yang menangkap tubuhnya. Nara kaget karena hampir terjatuh dan kaget karena ada yang memeluknya.

Nara menatap pria yang sudah tak asing lagi wajahnya.

"Kamu gak apa-apa?" Nara menggeleng dan langsung melepaskan diri.

"Pak Arga, ngapain ke sini?" tanya Nara bingung tiba-tiba pria itu ada di rumahnya.

"Maaf, ini saya di suruh Nana buat bawain kamu oleh-oleh khas Bandung," jawab Arga sambil menunjukkan paper bag di tangannya.

Nara mengangguk dan mempersilakan Arga untuk duduk. "Saya ambilin minum dulu pak!"

Nara berlalu ke dapur membuat minuman untuk pria itu. Detak jantung Nara kembali berdebar, Nara merasa aneh dengan jantungnya. Tidak biasanya dia seperti itu, meski banyak pria yang mendekatinya tidak pernah dia merasakan hal seperti itu.

Nara menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya untuk menetralkan debaran jantungnya.

Setelah selesai membuat kopi, Nara kembali ke depan dan menghidangkan kopi itu untuk Arga. Entah apa Arga atau suka, dia lupa menanyakan kepada pria itu minuman yang dia inginkan.

"Silahkan pak Arga!" ujar Nara.

Arga menatap wajah Nara intens, membuat gadis itu gugup dan salah tingkah dan juga agak risih di tatap seperti itu.

"Maaf ada apa ya pak liatin saya kayak gitu?" tanya Nara.

"Apa saya sudah terlihat tua? Kenapa kamu selalu panggil saya pak?" Nara terdiam dengan manik mata menatap ke arah bawah, lalu dia kembali menatap Arga.

"Sepertinya bapak emang lebih tua dari saya!" jawab Nara santai. Arga tersenyum sambil meminum kopi yang di sediakan Nara.

"Sepertinya kamu pandai membuat kopi? Ini enak!" puji Arga setelah menyesap kopi itu. Nara tak merespon apa-apa, dia tetap memperlihatkan raut datar di wajahnya.

"Saya memang lebih tua dari kamu, tapi apa harus panggil saya bapak? Apa saya sudah seperti bapak-bapak?"

Nara masih terdiam, jujur dia merasa tidak nyaman dengan kehadiran Arga. Kalau saja dia bukan saudaranya Nana, Nara tak mau meladeninya.

"Terus saya harus panggil apa? Saya rasa itu cocok buat panggilan anda!" Lagi-lagi Arga menyunggingkan senyumnya mendengar ucapan Nara dengan bahasa formal seperti itu.

Gadis itu benar-benar menarik perhatiannya dan membuat dia semakin penasaran dengan gadis itu.

"Panggil seperti Nana juga boleh!"

Nara nampak berpikir. "Tapi saya bukan sepupu anda!" jawab Nara.

Dia terlihat mulai gelisah dan tidak nyaman. Dan itu tak luput dari perhatian Arga, dia mengerti gadis itu tidak nyaman dengan kehadirannya.

"Oke, sepertinya saya harus kembali ke kantor!" ucap Arga sambil melirik arloji yang melingkar di tangannya, lalu dia beranjak. Nara pun beranjak, karena dia juga harus melanjutkan mencuci motor.

Sebelum Keluar, Arga menghampiri Nara dan mencondongkan tubuhnya ke hadapan Nara, membuat Nara semakin gugup dan tegang. Dia menatap wajah pria itu yang persis di depan wajahnya.

"Kalo begitu panggil saja saya mas!" bisik Arga. Nara menatap wajah pria itu, lagi-lagi jantungnya berdebar-debar.

Arga semakin mendekatkan wajahnya, dia tidak tahan melihat bibir gadis itu yang terlihat menggoda. Tapi saat bibir mereka sedikit lagi beradu, Nara memalingkan wajahnya.

Arga tersenyum, lalu menjauhkan kepalanya lagi.

"Kalo begitu saya permisi. Terima kasih kopinya, manis seperti yang buat!" ucap Arga lalu dia melenggang pergi keluar rumah.

Nara masih terdiam dan mematung ditempatnya. Arga menoleh dan tersenyum melihat Nara yang sedang menegang.

"Menarik!" gumamnya pelan sambil menyunggingkan senyumnya.

Bersambung..

...Please, jangan pelit Like dan komen ya. Kan gratis.. 😁😁 Kalo ada Vote dan hadiah juga boleh. Terima kasih.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!