NovelToon NovelToon

Stay With Me

Bingung

Sejak lulus SMA Cua memilih kuliah di kota besar Jakarta. Disalah satu Universitas ternama. Cua mengambil jurusan bisnis. Cua seorang gadis lugu dari daerah terpencil Riau.

Cua menyewa sebuah kamar kos tidak jauh dari kampus. Bersama seorang temannya Lingga.

Dua gadis kepulauan, merantau ke Jakarta, jauh dari orang tua, untuk melanjutkan cita-citanya sebagai bisnis women.

"Kau mau kemana?"

Lingga merapikan pakaiannya dilemari.

"Aku beli makan dulu, kalau ada yang nelfon, kau angkat aja, mana tau mamak kau nelfon, rindu." kekeh Cua.

"Kalau mamak kau yang nelfon, gimana aku jawabnya?"

"Kau jawablah aku beli makan." kekehnya.

Cua berlalu menuruni anak tangga, menyisir gang sempit daerah kota, mencari warung kecil membeli makan siangnya.

Warung kecil bertuliskan warteg atau warung tegal.

"Pasti enak nih." batin Cua.

"Bu, beli nasi bungkus." Cua mencari lauknya, "hmmmm... nggak ada yang menggugah selera." bisiknya. "Pake ayam berapa bu?" berhubung anak kos jadi mesti ngirit.

"12 ribu neng, mau?" senyum si ibu ramah.

"Hmmmm... ya udah, ayam dan krupuk aja yah bu, buatkan dua bungkus."

Cua melihat keluar warung, begitu banyak gedung pencakar langit, tersenyum sumringah mengagumi. "Di daerahnya nggak ada yaaah guys."

"Nih neng, 24 ribu." senyum si ibu ramah.

"Ooooh iya bu." Cua memberikan uang 50 ribu. Si ibu dengan sigap mengambil kembaliannya.

Sambil bernyanyi kecil, Cua melihat sosok Angga, sahabat masa sekolahnya, lebih tepat abang kelasnya semasa SMA. "Bang Angga." panggil Cua.

Angga menoleh, merasa mengenal suara gadis yang memanggil.

Angga menyapa Cua, "Heeeeiii....kamu disini?" senyum Angga menyeringai bak orang kaya.

"Iya..." kekeh Cua.

"Kerja?" Angga melihat penampilan Cua tidak begitu banyak perubahan, secara Cua gadis tomboy didaerahnya.

"Kuliah bang." senyum Cua.

"Oooh... dimana?" tanya Angga remeh.

Cua tidak menjawab, cukup tersenyum karena Angga menganggap Cua adalah gadis bodoh tidak ternilai.

Angga menemani Cua melewati gang sempit menuju kosnya.

"Hmmmm.... nanti abang juga tau." kekehnya berlalu, setelah tiba didepan kosannya.

Senyum Cua membuat hati Angga sedikit penasaran.

Cua dan Angga pernah satu acara, di acara music, tapi terpisah karena berbeda dalam pergaulan.

Angga seorang anak band, digandrungi kaum hawa pada masanya.

Cua gadis lugu yang friendly, lebih mementingkan pertemanan dari pada diri sendiri, tidak bucin pada zamannya, tapi cukup terkenal di daerahnya.

Prestasi belajar juga tidak begitu pintar, hanya faktor keberuntungan.

Banyak teman-teman Cua yang meremehkan dia dalam study, tapi berbeda dengan hasil akhirnya cukup memuaskan, membuat teman-temannya beranggapan negatif.

"Keberuntungan." itulah moto hidup Cua memilih merantau di kota besar.

Cua dari keluarga biasa saja, tidak kaya tapi cukup.

Semua yang dinginkannya selalu dikabulkan Papa.

Cua memiliki satu abang, lebih memilih kuliah dikota Bandung.

Disalah satu kampus pariwisata.

Hubungan Cua dan abangnya Tanser tidak begitu harmonis.

Yaaaah... kecemburuan sosial lebih tepat dialami Cua dan abangnya, tapi Cua tidak begitu memikirkan hubungannya dengan Tanser, akan berakhir seperti apa, yang penting saat ini mereka lebih menikmati diri sendiri.

Menghabiskan hari-hari sebagai mahasiswa di kota Jakarta, membuat Cua berfikir untuk bekerja, mencari pengalaman.

Hitung-hitung agar Cua juga bisa berpenghasilan.

"Pa... aku kerja yah?" memohon izin lewat telfon duduk dibalik lemari kamar.

"Nggak... kamu kuliah yang bener, beres kuliah baru kerja. Papa masih bisa membiayaimu."

tegas Papa terhadap Cua.

"Iya." kesalnya pelan. Menutup telfonnya, membanting handphonenya kesal.

Semenjak kuliah Cua dan Lingga berpisah.

Lingga dijemput saudaranya, agar tinggal di rumah saudara.

Takut anak kos sering bergaul tidak senonoh.

Cua melanjutkan kuliah. Setahun pertama kuliah lancar.

Gimana nggak, pulang kuliah langsung pulang jarang keluar, hanya menghabiskan waktu dikamar kos yang yaaaah... lumayan... 3x4... hehehe...

Semua fasilitas kos dilengkapi oleh Papa.

Agar Cua tidak keluar, diawasi tante Nanik, setiap minggu datang ke kosan melihat keadaan Cua.

"Seperti anak kecil, selalu didatangi beliau, grrrrrrrh..... resah Cua dalam hati.

Tante Nanik teman Papa, setelah pensiun menetap di Jakarta mengawasi kedua putranya.

Yaaaah... Setahun pertama bisa dikendalikan.

Semua teratur mendapat nilai IPK 3,2.

Cua mendapat beasiswa dari tempat Papa berkerja sebesar 1,5juta pertiga bulan.

"Lumayan... yah untuk anak kos seperti aku."

Ditahun kedua semua berubah. Cua kembali didekati Angga.

Abang kelas yang awalnya songong, tiba-tiba luluh lantah hanya karena main dikos Cua yang baru, menurut beliau elite.

Mendengar study Cua yang bagus, mendapat beasiswa.

Angga membawa cinta, katanya

cinta masa remaja.

Di usia Cua 18 tahun, yang tidak memahami cinta.

Merasa perhatian Angga sangat membantunya dalam menemukan tambatan hati,

Cua mau berteman dengan Angga.

Cua gadis yang tidak pernah mendatangi dunia malam.

Mulai tergoda oleh bujuk rayu Angga.

Suatu malam Angga datang akan membawa Cua melihat band Padi idola Cua masa sekolah.

"Ayuuuklah... abang jagain, aman kok." pujuknya.

"Pulangnya jam berapa?" tegas Cua.

"Hmmm... jam 11 udah beres, mau yah adek sayang." rayu Angga memohon.

"Ya deh, besok aku kuliah bang, aku nggak mau telat." tegas Cua.

"Iya adek sayang."

Angga senang, karena niat Angga membawa Cua malam ini adalah untuk membayarkan minumannya.

Mereka menggunakan taxi online, tentu dibayari Cua.

Cua menggunakan baju kaos putih, celana jeans, sangat santai.

Cua bukan tipe wanita modis.

Tibalah saatnya Cua hadir dalam club.

"Tidak ada band Padi seperti yang dikatakan Angga." geram Cua.

Cua memilih berpisah dari Angga.

Nafas Cua terasa sesak berada di keramaian club, music yang berdentum kencang seperti akan mengeluarkan gendang telinganya.

Tiba-tiba, tangan Cua ditarik oleh orang yang tidak dikenalnya, membawanya ke sudut club.

"Halo..." ramah seseorang merangkul Cua.

"Ya haaii..." dentuman suara music mengalahkan suara seseorang itu.

"Nama lo siapa?" kata seseorang sedikit berteriak.

"Cua..." bisik Cua.

"Siapa... kencengan dikit, nggak kedengeran." suara seseorang itu kembali berteriak.

"Cua..."

"Ooooh, ya... gue Dani." bisiknya.

Cua memperhatikan Dani,

'hmmmm... good, manis, tatto di lengan kiri bergambar Dewa.'

"Kuliah?" teriaknya lagi.

"Iya." jawab Cua.

"Dimana?"

"Universitas Pelita Harapan." jawab Cua lagi.

"Ooooh... sama dong, jurusan apa?"

Dani memeluk pinggul Cua dari belakang.

"Bisnis." Cua merasa nyaman dengan perlakuan Dani.

"Gue di media." peluknya dengan nafas menderu.

"Lo disini ama siapa?" Dani bertanya kembali.

"Hmmmm... sama temen." jelas Cua.

"Lo suka tempat ini?"

"Ehmmm... nggak seeh... biasa aja, kamu mabuk?" Cua membalikkan tubuhnya.

"Kamu ??? lo pake kamu ?"

"Hmmm... nggak boleh?" Cua penasaran.

"Boleh seeeh... gue seneng, ada cewek sopan kayak lo." jawabnya masih memeluk.

"Ehmmm... keluar yuk... pusing aku disini, nggak biasa, nafas ku terasa sesak." kekeh Cua lugu.

"Lo nggak minum?" tanya Dani lagi.

"Nggak lah, aku pusing, nanti aku pingsan kamu mau gendong aku."

Cua menarik tangan Dani agar keluar dari club, mencari angin seger.

Dani menarik tangan Cua ke pintu keluar.

Menyandarkan Cua ditembok, langsung mencium bibir Cua.

Cua kaget, tapi tidak menolak, ada perasaan berbeda, Cua menatap mata Dani.

"Hmmmm... kamu mabuk?" tanya Cua penasaran.

"Nggak, kenapa?" Dani menempelkan kepalanya dikening Cua.

"Sory, aku nggak bisa membalas." jujur Cua.

"Hmmmm... is this your first kiss?"

Dani menangkup wajah Cua dengan kedua tangannya.

Cua mengangguk.

"But... I like it." senyum Cua.

"Ok, you just do what I do."

Dani melakukan kembali, mencium bibir Cua sangat lembut.

Cua membalas ciuman Dani sesuai yang diarahkan Dani.

"Cua... What are you doing here?? hmmmm.... jangan bilang kamu menyukai sesama jenis." bentak Angga.

"Haaaaah... kamu cewek?"

Mata Cua menatap Dani dengan seksama.

"Aaaaaaiiiih... Pantes, tangannya beda." batin Cua.

"Uuuups sory."

Dani memilih pergi meninggalkan Cua dan Angga masih dengan wajah kaget.

"Aku fikir dia cowok bang, hikz..."

Cua menyandarkan kepalanya kebahu Angga.

'Sedikit kecewa permirsah... dikira cowok, rupanya cewek. Secara... Sangat tampan.'hahahaha....***

Lebih bingung

"Udah... Yuuuk pulang, nggak jadi lah kita senang-senang disini." kesal Angga meninggalkan club dengan wajah kecewa.

Kecewanya pertama Angga terpisah dari Cua selama didalam. Kedua niat membuat Cua mabuk gagal total. Ketiga Cua tidak bisa membedakan mana perempuan mana laki-laki.

Lugu banget yaaaah, hmmmm...

Cua pulang menggunakan taxi online, diantar sampai kosan oleh Angga, Angga hanya menemani Cua didepan gerbang, kemudian berlalu.

"Makasih bang. See you." lambaian tangan Cua hanya di balas senyuman jelek si Angga.

Cua masuk ke kamar, membuka pintu kamar, kemudian menguncinya.

Cua mencuci muka, minum air putih yang banyak, karena badannya merasakan dehirdrasi selama diclub.

"Hmmm... nggak nyaman sama sekali, apa enaknya tempat seperti itu, nggak ada untungnya." gerutu Cua.

Tok tok tok...

'Angga pasti, mau nginap.'

Cua membuka pintu kamar melihat seseorang yang tadi berciuman dengannya.

'Dani' yaaaah... Dani.

"Kok." kaget Cua menatap mata Dani melihat kiri kanan, memastikan Dani napak atau tidak.

"Iya ini gue." Dani menunggu basa basi dari Cua.

"Kok tau kosan aku?" bisik Cua, ada perasaan takut.

"Tenang aja, gue aman, nggak usah takut." senyumnya sinis.

"Hmmmm... bukan takut, tapi menjaga." kekeh Cua.

"Am I scary?" wajah Dani yang dingin membuat Cua kaku.

"It's not like that.. I'm just surprised where you got my address from?" tanya Cua.

"Hmmmm... am I going to stand outside until tomorrow morning?" sindir Dani.

"Oooh... nggak, hmmm... silahkan masuk."

Cua membukakan lebar pintu kamarnya untuk Dani, mempersilahkan duduk dilantai.

Dani memperhatikan sekeliling kamar kos Cua, sesekali mencuri pandang kearah Cua.

Cukup lama mereka terdiam, saling tatap, ada perasaan aneh.

Sudah lebih dari satu jam Cua dan Dani saling diam.

Dani merebahkan tubuhnya di lantai kamar milik Cua.

Sementara Cua, diatas kasur menatap langit-langit kamar.

'Kenapa aku dipertemukan dengan orang seperti ini?' batinnya.

"Eheeem..." Dani mendehem layaknya seorang pria.

Cua menghadap kearah Dani masih menatap langit.

"Hmmmm... maaf, kamu datang kesini mau ngapain? dan tau dari mana kos ku?" Cua memberanikan diri bertanya.

"Eeeee.... lo marah, kalau gue jujur?"

Dani duduk dari baringannya.

"Eeeeeh... jangan mendekat, aku nggak mau kamu melakukan hal aneh padaku, ngomong aja dan tetap ditempatmu." perintah Cua. Jujur matanya sudah sangat mengantuk, tapi karena kehadiran tamu tidak di undang membuat Cua tetap menahan matanya.

"Yaaa... gue ngikutin lo sama temen lo si Angga itu, penjahat kelamin yang sering gonta ganti pasangan, gue kesini untuk melindungi lo." tegas Dani menatap wajah Cua yang saat ini duduk bersila memeluk bantal.

"Hmmmm.... makasih, tapi aku masih nggak percaya semua ucapan mu, karena setau ku Angga itu pria baik." bantah Cua.

"Menurut lo, gue sering ketemu dia di club yang tadi." Dani membaringkan kembali tubuhnya.

"Hmmm... aku ngantuk, kalau kamu mau tidur disini silahkan besok aku ada class jam 9.00, jangan coba-coba mendekati ku." tegas Cua.

"Tidurlah, gue akan menjagamu." Dani memejamkan matanya, masih ditempat yang sama.

Cua menyelimutkan tubuhnya, 'Semoga besok menjadi hari yang baik.' batinnya.

Suasana Pagi yang berbeda.

Cua membuka mata, menggeliatkan tubuhnya diatas kasur, melihat kamarnya sudah bersih dan ada sarapan diatas meja kecil kamar.

"Kemana tu bocah?" bisiknya.

Mata Cua melihat sosok Dani keluar dari kamar mandi kosnya.

"Lo dah bangun? tuh, sarapan lo, gue cuma numpang mandi, kita bareng aja ke kampus, kebetulan gue juga ada kuliah, setelah kuliah kita kekantor bokap gue dan ke apartemen mami gue ngambil baju, karena beberapa hari ini, gue menemani lo agar jauh dari Angga." Dani menegaskan tidak meminta persetujuan dari Cua.

Cua mengikuti perintah Dani.

"Males berdebat, masih pagi." bisik Cua menggerutu. Cua mempersiapkan semua persiapan kuliahnya, hari ini ada persentasi, untung semua tugas sudah dikerjakan.

Dani mengantarkan Cua kekampus, mereka memang satu kampus, hanya beda jurusan. Cua tidak pernah bertemu Dani selama setahun kuliah disini.

Disela-sela makan siang mereka di kantin kampus, Cua merasa teman-teman menatap aneh, karena kedekatannya dengan Dani. "Eeeeh... kamu ngerasa nggak mata mereka manatap kita?" bisik Cua.

"Biarin aja, mereka penasaran, kok bisa lo deket ama gue, itu aja." senyum Dani.

"Hmmmm... kamu asli Jakarta?" tanya Cua penasaran.

"Hmmmm... ya, lo?" Dani balik bertanya.

"Aku dari Riau, anak pulau." kekeh Cua.

"Ooooh... mau kerja nggak? di kantor bokap gue? kebetulan bokap gue butuh karyawan, kalau lo mau seeeh." Dani melahap nasi goreng dihadapannya, sambil memainkan hp pintar yang berada digenggamannya.

"Hmmm... aku nggak boleh kerja sama papa ku." tunduknya.

"Why? gue menawarkan kerjaan di bidang lo, bukan mau niat jahat sama lo." tegas Dani.

"Aaaagh... sambilan kan." sindir Cua.

"Maksud lo?" wajah Dani berubah.

"Yaaaah... kamu mau deketin aku, karena sesuatu kan?" tegas Cua.

"Heeeeiiii, untung lo gue selametin, kalau nggak mungkin hari ini lo udah kehilangan masa gadis lo, dan Angga lah tersangkanya, laki-laki yang akan merusak lo." sarkas Dani tanpa basa basi.

"Hmmmm... apakah setragis itu akan dilakukan Angga pada aku?" Cua menatap tidak percaya.

"Nggak percaya, buktikan saja omongan gue." Dani menghela nafasnya panjang.

"Teruuus.... kamu deketin aku mau ngapain? mau ngajakin aku pacaran gitu?" Cua menatap Dani.

"Ge er lo." tawanya sombong.

"Kalau nggak mau ngapain?" tanya Cua lagi.

"Mau bertemanlah. Mau ngapain lagi, emang lo mau jadi cewek gue? kalau gue mau, bukan lo tipe gue, ngerti." tegas Dani.

"Udah cepetan minum, kita ke kantor bokap gue." Dani menarik tangan Cua menuju mobilnya.

"Hmmm... bentar, gue... huuuufh..." kesal Cua.

Cua menghabiskan makanannya dengan perasaan kesal, memegang pergelangannya sangat sakit digenggam Dani.

"Ini cewek kasar banget seeh! Iiigh!" Batin Cua.

Cua memperhatikan wajah kaku Dani, 'lumayan ganteng jika jadi cowok! Kalau jadi cewek juga cantik, kok ada yah orang jadi-jadian gini didunia ini. Dikampungku malah nggak ada tuh manusia separuh gini.' Kekenya membatin.

"Apa lo liatin gue?" Merhatiin Cua lebih senang senyum sendiri sambil menyuapkan makanan ke mulut mungilnya.

"Siapa yang liatin kamu bro! Aku hanya menikmati makanan. Kamu orangnya senstiv yah! Mengalahkan detektif conan!" Kekeh Cua membuat Dani semakin kesal.

"Cepet dong! Gue ada janji sama bokap gue! Biar nggak kesorean juga kita mampir ke apartmen nyokap gue." ucap Dani lembut sedikit mengalah.

Cua tersenyum, "Bisa lembut juga kamu?" Goda Cua tersenyum ngeledek.

"Lo mau gue tinggal? Atau mau ikut? Udah cepetan! Gue nggak bisa nunggu! Lo bayar, gue nggak ada uang cash! Nanti gue ganti." Perintah Dani meninggalkan Cua meracau sendiri.

"Iiigh! Aku anak kos yah! Uang ku pas-pasan buat sebulan!" Geramnya, membayar makan mereka siang itu.***

Tantangan

Dani ternyata anak pengusaha ternama. Bergerak dibidang perhotelan, sudah beberapa tahun Hartono menghabiskan waktu hanya kerja, kerja, kerja dan kerja. Semenjak perceraiannya Hartono Wijaya Sukoco lebih fokus mengembangkan bisnisnya di seluruh nusantara.

"Ini kantor papa kamu?" tanya Cua takjub.

"Ya, kenapa? ada masalah?" Dani menekan tombol lift menuju ruangan Papinya.

"Siang mas Dani." kekeh secretaris Hartono.

"Hmmm... Papi ada?" Dani menatap wajah Laras yang manis.

"Ada mas, sepertinya lagi nggak sibuk." senyum Laras, membukakan pintu untuk Dani.

"Silahkan mas." kekehnya lagi.

"Makasih." Dani berlalu, membawa Cua masuk bersamanya.

"Haiii Pi." Dani menghampiri Papinya mencium dan memeluk, kemudian berlalu menuju sofa yang ada dihadapan meja Hartono.

Cua menghampiri Hartono, mencium hormat pada tangan orang tua Dani.

"Cua om." Senyumnya.

"Ooooh... kamu siapanya putri saya." Hartono memperhatikan wajah Cua yang lugu.

'Sepertinya anak ini anak baik-baik.' batin Hartono.

"Hmmm saya temen Dani om." Cua menghampiri Dani ikut duduk disamping Dani.

"Oooh... kamu temen Dani di kampus?" tanya Hartono.

"Iya om." senyum Cua sopan. Hartono menelan salivanya, sambil menggelengkan kepalanya.

"So... what is your goal to meet Papi?" senyum Hartono.

"Hmmm... menerima tawaran Papi untuk bekerja disini." senyum Dani.

"Ooooh... are you serius?"

Hartono masih belum yakin.

"Serius pi, tapi dengan catatan, Cua juga berkerja disini." pinta Dani dengan wajah tanpa dosa.

"Permintaan apa ini, ini kantor Dani, bukan ajang coba-coba atau traning." penolakan Hartono sangat jelas di telinga Cua.

"Kalau Papi keberatan aku nggak akan pulang." ancamnya terdengar sangat biasa.

"Oke, biarkan Papi mewawancarai temanmu, jika masuk kriteria mungkin akan Papi pikirkan." tegas Hartono.

"Deal, aku menunggu di luar, silahkan wawancara." tegas Dani, berlalu keluar meninggalkan Papi dan Cua.

Cua tampak bingung sedikit takut, karena baru kali ini dia bertemu dengan pengusaha ternama. 'Hartono Wijaya Sukoco' pfffh....

Hartono melihat kepergian putrinya kembali menatap Cua, menghela nafas dalam.

"Oke... bisa ceritakan sedikit perkenalan kamu dengan putri saya? dan darimana asal keluargamu? apa maksud kamu mendekati putri saya."

Hartono menatap Cua tajam, memperhatikan secara seksama, dari ujung rambut hingga sepatu yang di gunakannya.

"Hmmm... saya baru mengenal anak om tadi malam. S s s saya dari Riau, kuliah di bisnis, satu kampus dengan anak om, saya hanya berteman, nggak ada niat yang lain." jujur Cua menunduk. Jantungnya berdegub kencang. Ingin lari, tapi tidak bisa.

"Oke, apa kamu berprestasi di kampus?" tambah Hartono lagi.

"Setidaknya saya mendapatkan beasiswa dari tempat papa saya bekerja." Cua masih menunduk.

"Ooooh... berarti kamu anak yang pintar, mendapat beasiswa." Senyum sinis Hartono.

"Kira-kira seperti itu om." jawab Cua masih gugup.

"Saya akan mencari informasi, silahkan tinggalkan KTP mu di depan, besok silahkan kesini untuk mengambilnya." Hartono memperhatikan Cua.

"KTP buat apa om? saya nggak pinjam uang sama om, atau memanfaatkan putri om, saya seorang mahasiswa, merantau kesini masih di biayai orang tua saya, walau tidak banyak, tapi cukup untuk saya." tegas Cua menolak.

"Ooooh... kamu pintar sekali, saya hanya ingin memastikan, posisi apa yang cocok untuk wanita abege seperti mu, bukan untuk memberimu pinjaman." tegas Hartono, didalam hati tersenyum lucu berdebat dengan teman putrinya.

"Saya akan menuliskan CV saya, bisa beri saya selembar kertas? pulpen saya ada." jawab tegas Cua membuat Hartono makin tertantang.

Hartono memanggil secretarisnya, meminta kertas sesuai permintaan Cua. "Baik... tulis disini semua data kamu, cantumkan nomor rekening mu dan gaji yang kamu inginkan." tegas Hartono.

Cua menelan salivanya, menerima kertas pemberian Hartono. Mulai menulis data diri, mencantumkan nomor rekening, dan gajinya, setelah Cua rasa tidak ada yang mesti dirubah, Cua memberikan kembali pada Hartono yang dari tadi memperhatikannya. "Ini om." Cua percaya diri. Merasa ini tantangan untuknya menakhlukkan kota Jakarta. Mencoba kembali, 'keberuntungannya.'

"Hmmmm... masih 18 tahun, sangat muda, semester empat, jurusan bisnis, aktif berbahasa inggris, tinggal didaerah Slipi. kuliah di UPH, Rekening BRI, Gaji 8 juta. Luar biasa, menakjubkan." mata Hartono kembali menatap Cua,

"Apa yang bisa kamu berikan pada saya, jika saya memberimu upah 8 juta?" tanya Hartono santai.

"Saya akan melakukan pekerjaan saya sesuai joblist yang om berikan, beri saya kesempatan 3 bulan menjiwai pekerjaan saya secara profesional." jawab Cua sombong.

"Baik, saya akan meletakkan kamu dibagian Promosi, saya akan menggaji kamu 10 juta/bulan, dengan syarat.

Kamu bekerja jam 8.00 sampai jam 16.00.

Target kamu 2,5 milyar sebulan.

Kita sangat propesional di luar persahabatanmu dengan putri saya Dani.

Ubah putri saya menjadi wanita yang sesungguhnya, ini bonus yang saya berikan kepada kamu, jika kamu berhasil dalam waktu setahun.

Apa kamu setuju?"

Hartono menatap wajah Cua yang tiba-tiba memerah.

Cua menarik nafas dalam, menyandarkan tubuhnya yang menegang, karena wawancara yang aneh menurut pikiran Cua. 'Kesal.' batinnya. "Target 2,5 milyar? ngerubah anak om? Oooh my God." Cua memijat pelipisnya.

"Sanggup? jika tidak, tinggalkan ruangan saya, dan jangan pernah mendekati putri saya." sinis Hartono sambil tersenyum.

"Saya sanggup, berapa bonus yang akan saya terima?" tegas Cua lagi menerima tantangan yang diberi Hartono.

"Saya akan memberikan fasilitas, membiayai kuliah kamu, jika kamu bisa merubah putri saya. Dengar, saya tidak pernah main-main, jika kamu melanggar satu point saja, saya akan menuntut kamu." sarkas Hartono.

"Hmmmm..." Cua menelan lagi salivanya, menatap wajah Hartono sangat serius.

"Baik, bisakah saya meminta gaji saya dimuka? karena saya tidak memiliki baju formal, dan saya akan mengatur jam kuliah saya." tegas Cua.

"Ternyata kamu gadis polos dan jujur, menyikapi sesuatu." senyum Hartono menatap wajah Cua.

"Ya... saya menerima tawaran om, untuk menggali kemampuan saya, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan saya." senyum Cua.

"Oke, saya sudah mentransfer 20 juta, anggap itu bonus diawal, ingat... jangan main-main sama saya, silahkan masuk besok pagi. HRD akan membantu kamu."

Hartono meletakkan kembali hp pintarnya. Meminta secretarisnya menyiapkan perjanjian mereka, ditanda tangani diatas matrai 10 ribu, di copy rangkap dua sebagai pegangan Cua.

"Deal." Hartono memberikan tangannya dihadapan Cua setelah perjanjian mereka di tanda tangani. Cua menerima tangan Hartono tanda setuju. Sesuatu yang baru memacu adrenalin Cua. Merubah anaknya sebagai wanita tulen, itu sangat gampang. Lagian waktu yang diberi masih lama. Satu tahun, kekehnya dalam hati. Kali ini keberuntungan kembali berpihak padanya. 'Yeeeesss.'

"Tapi jika anaknya tidak mau berubah jadi wanita tulen! Habislah aku dikulitin bapaknya Dani! Ooogh Tuhan! Bodohnya aku menandatangani semua perjanjian ini! Hikz!" Batinnya kesal.***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!