NovelToon NovelToon

PETAKA DALAM RUMAH TANGGA KU

Bab 1 Masuk kantor

Pagi itu hujan masih lebat dan udara begitu dingin.

Nita sudah rapi dan siap dengan perlengkapan yang harus dibawanya kekantor.

Dilihatnya keluar jendela, tampak kendaraan melaju menghantam hujan yang masih begitu deras.

Cuaca hari itu membuatnya enggan untuk pergi kekantor, dan Nita ingin sekali untuk tidur lagi menarik selimutnya.

Dia masih menatap keluar jendela dengan pandangan nanar. Dia melamun memikirkan sesuatu, namun hatinya merasa cemas akan berhadapan dengan kepala direktur yang sangat galak.

Banyak desas - desus dari para karyawan dikantor, bahwa dia sudah tua dan masih sendiri.

Mereka juga mengatakan tidak ada yang mau menjadi pacarnya, karena sifatnya yang tempramen.

Tiba - tiba ponsel Nita berbunyi dan menyadarkannya dari lamunan.

" Tring..." (suara ponsel)

" Hallo Nit.. !"

" Kamu sudah ada dimana sekarang ?" tanya Ani.

"Aku masih dirumah, Ni."

" Jemput aku dong Ni...?!" kata Nita.

" Baiklah, tunggu aku disana." ucap Ani dan memutuskan pembicaraan.

Sepuluh menit kemudian terdengar suara klakson mobil berbunyi.

" Tin... tin..." Nita bergegas menyambar tas dan segera keluar mengunci pintu rumahnya.

Dia berlari menerjang hujan deras itu dengan payungnya.

Ani membukakan pintu mobilnya dan Nita pun masuk kedalam mobil itu.

" Ani, terima kasih kamu sudah menjemput ku ."

" Maaf ya sudah merepotkan mu ." kata Nita .

" Tak masalah Nit, lagian kan kita sekantor juga ." kata Ani .

Nita duduk disebelah Ani sambil merapikan bajunya, dia melirik jam tangan yang dipakainya.

Mobil melaju dengan pelan dan hati - hati, semua kendaraan pada terburu - buru ingin sampai ke tujuan. Sehingga membuat Ani gelisah saat di persimpangan tiga yang sering sekali macet disana.

" Tin.., tin.., tin..." Satu persatu klakson kendaraan yang mengantri dijalanan itu berbunyi.

Lampu merah sudah berubah menjadi hijau, dan semua kendaraan ingin melaju dengan cepat dibawah guyuran hujan deras dipagi hari.

Ani dengan cepat memutar setir mobilnya dan berbelok ke kanan.

Dia langsung menginjak pedal gasnya dengan cepat agar sampai tujuan tepat waktu.

Nita agak cemas dan deg, degan.

Akhirnya hanya berjarak lima meter dari persimpangan itu mereka sampai ditujuan.

Satpam penjaga membukakan pintu gerbang untuk mereka.

" Terlambat nih mbak Ani ?" tanya Pak satpam.

" Iya pak Wahyu." Ani menjawab sambil mengisi absen pegawai di pos tersebut.

" Terima kasih ya pak.." mereka serempak mengatakannya.

Hujan mulai berhenti, jantung Ani dan Nita mulai berdebar - debaran. Mereka tampak sedikit gelisah, dan gugup.

Mereka keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya selebar lantai keramik petak itu.

" Ani, semua barang mu sudah dibawakan ?" tanya Nita.

" Coba lihat lagi.., nanti ada yang ketinggalan." ucap Nita lagi.

" Sudah semua kok, gak ada yang ketinggalan." kata Ani.

Sebab Ani orangnya suka pelupa dan selalu ada saja yang tertinggal barang bawaannya.

Ani mencoba mengecek kembali barang bawaannya.

" Map sudah, tas ada, dan..." Eh, ponsel ku ketinggalan."

" Nit, kamu duluan saja, nanti aku menyusul ya.." kata Ani.

" Ini ponsel kamu sudah sama aku." Tuh kan kamu selalu begitu.., kalau gak begitu bukan Ani namanya." kata Nita.

Mereka mempercepat jalannya dan hampir sedikit berlari.

" Kamu Nit, suka mengagetkan aku saja." Untung sudah kamu bawa ponselku, jadi aku gak perlu balik lagi deh." ucap Ani sembari melemparkan senyumnya

Tiba - tiba Ani menabrak seseorang, dan dia merasa dunia ini akan runtuh setelah tahu orang yang ada didepannya.

" Maaf pak..!" kata Ani.

" Kamu tahu, tempat apa ini ?" tanya orang tersebut.

" Iya pak, saya minta maaf." kata Ani.

Suara itu sangat khas dan mereka mengenalnya dengan pasti.

Ternyata pemilik suara itu adalah atasan dari Ani dan Nita dikantor.

" Saya tahu pak, tapi saya lagi buru - buru karena sudah tidak tahan lagi ingin ketoilet." Ani beralasan agar bisa cepat pergi dari hadapannya.

Ani dan Nita permisi sambil sedikit membungkuk memberi hormat kepada atasan mereka.

Mereka pergi dari situ dengan merasa lega, sambil berlalu Nita melirik dari jendela yang terbuka di bagian keuangan.

Tampak pemuda yang selalu membuat jantungnya berdebar selama ini.

Dari pertama kali masuk Nita sudah suka kepada pemuda itu.

Langkah Nita melambat saat pemuda itu tersenyum dengan teman disebelahnya. Nita jauh tertinggal beberapa langkah dari Ani.

" Jantungku rasanya ingin copot dari tempatnya." bergumam dalam hatinya.

" Hei Nita cepat..!" terdengar suara Ani, dari ujung depan Ani memanggilnya.

Nita tersentak lalu mempercepat langkahnya.

" Lihat sudah hampir terlambat nih..!" kata Ani sambil menunjukkan jam tangannya ke Nita.

Sambil berjalan mereka tertawa kecil mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

" Ani, kamu punya filing bakal dipanggil gak ?" tanya Nita.

" Ah, mana mungkin."

" Aku kan tidak sengaja." kata Ani.

Mereka sampai diruangan mereka, dan masuk untuk langsung duduk mengerjakan kerjaan mereka.

Tak berapa lama kemudian,seseorang masuk dan ternyata pak Udin si pengantar minuman untuk semua karyawan.

Sambil meletakan minuman dimeja Ani, pak Udin mengatakan sesuatu.

" Mbak, dipanggil pak Rahmat kekantornya." kata pak Udin.

Ani langsung terkejut dan pura - pura tidak mendengarnya agar karyawan yang lain tidak tahu.

Ani melirik dan melihat karyawan yang lain.

Ani dan Nita saling melihat dan memberi kode satu sama lain.

Lalu Nita tetap menundukkan pandangannya ke meja kerjanya, seakan dia serius dengan pekerjaannya.

Namun didalam hatinya Nita, dia berdoa semoga tidak terjadi apa - apa kepada Ani.

Dan Ani dengan gaya santainya berjalan, agar karyawan yang lain tidak curiga kepadanya saat pergi keruangan pak Rahmat.

Setelah sampai diluar ruangan kerja, dia berjalan buru - buru ke ruangan pak Rahmat.

Dia sedikit ketakutan seperti dikejar kecoak terbang.

Sesampainya didepan pintu ruangan pak Rahmat, seorang sekretaris menyapa Ani dengan senyuman.

Ani pun membalas senyuman itu kepadanya.

" Tok, tok, tok, permisi pak.." kata Ani.

" Silahkan masuk.." terdengar suara yang mempersilahkannya untuk masuk keruangan.

" Selamat pagi pak, saya Ani." kata Ani dengan sopan.

Terlihat raut wajah tua pak Rahmat serta uban putih yang sedikit terlihat disela rambutnya yang hitam.

Pak Rahmat melihat ke arah Ani dengan raut wajah tegas dan tatapan tajamnya.

" Kamu terlambat hari ini..?" tanya pak Rahmat.

" Tidak pak." kata Ani langsung menjawab.

" Jadi yang kamu terburu - buru itu karena kebelet atau karena kamu terlambat ?" tanya pak Rahmat lagi.

" Benar pak, saya tadi kebelet ke toilet, hari hujan jadi saya kebelet pak." ucap Ani lagi berbohong.

Pak Rahmat hanya terdiam dan menatap kertas yang dia pegang.

" Ya sudah kembalilah ke meja kerjamu."

" Lain kali hati - hatilah jika melangkahkan kakimu." ucap pak Rahmat.

Ani pun pamit permisi dari ruangan pak Rahmat. Dia merasa lega setelah keluar dari ruangan itu, yang menurutnya seperti masuk ke wahana rumah hantu.

...****************...

Hari terasa cepat berlalu, sementara Nita sangat ingin sekali bisa menyapa pemuda yang selalu diam - diam dia perhatikan. Namun Nita selalu tidak punya keberanian dan keberuntungan selalu tidak berpihak kepadanya.

Sementara dihari sabtu ini Nita lagi tidak bersemangat, udara terasa begitu terik pada jam makan siang.

Nita dan Ani pergi ke kantin kantor mereka, dan memesan makanan untuk makan siang. Sambil duduk membelakangi meja yang lain, Nita memukul meja tempat mereka duduk.

" Yah kalah deh jadinya.." kata Nita yang dari tadi bermain game diponselnya.

" Ih, kok gak menang sih..!" celetuk Nita.

Ternyata suara Nita telah mengusik seseorang, dan orang itu datang menghampiri meja mereka berdua.

" Permainan apa sih ?" Sampai segitunya kesal..?" tanya lelaki yang ada di hadapan mereka.

Ani menginjak kaki Nita dibawah meja, dan memberi kode ke Nita agar dia melihat kearah lelaki itu.

" Eh, mas Panji." kata Nita tersipu malu.

" Ah, cuma iseng sambil menunggu pesanan saja kok mas." kata Nita lagi.

Pesanan mereka pun sudah datang, Ani dan Nita sudah sangat lapar sekali.

" Mari mas makan bersama - sama." ajak Nita.

" Ya silahkan kalian makan, mas sudah selesai makannya." Dan ini akan balik keruangan karena masih banyak pekerjaan." ucap Panji.

Saat itu jantung Nita berdetak sangat kencang. Namun dalam hatinya dia sangat senang bisa berbicara dengan pemuda itu.

Nita merasa dunia terasa indah hari itu, dan dia menjadi begitu bersemangat hari itu.

Nita cepat menghabiskan makanannya dan bergegas mengerjakan tugas kantornya.

Dia menjadi lupa dengan temannya Ani yang belum selesai makan siang bersamanya.

Bab 2 Sakit dan kecelakaan

Pukul 6 sore, tampak diparkiran kendaraan. Karyawan satu persatu meninggalkan halaman kantor, Nita dan Ani juga pergi langsung tancap gas menuju rumah mereka masing - masing.

Dirumah Nita terlihat ruang depan gelap gulita hanya lampu belakang yang hidup. Dihalaman depan tampak bayangan seseorang mondar - mandir sambil menelpon berulang kali.

" Hallo An, Nita tidak ada dirumah sepertinya." Ujar Panji.

" Tapi tadi dia bilang ke aku gak kemana - mana kok malam ini."

" Kemana dia yah..?" Ani bertanya - tanya.

" Coba aku telpon lagi deh an.." kata Panji.

Dan saat Panji menelponnya kembali, baru Nita menjawab telpon darinya.

Terdengar suara Nita yang begitu lemah dan parau.

" Hallo Nit, kamu kenapa..?!" tanya Panji.

" Ini siapa?"

" Tolong perutku sakit sekali." kata Nita lalu ponselnya mati dan terputus.

" Nita, aku Panji sudah ada dihalaman depan rumahmu."

" Nit, Nita..., hallo.., Nit...!" Panji memanggil - manggil.

Ponselnya terjatuh dari tangan Nita, dia pingsan terjatuh kelantai kamarnya.

Panji mengetuk pintu rumah Nita, namun tidak ada jawaban atau seseorang pun keluar.

Panji menelpon Ani kembali dan menceritakan kejadian tadi ke Ani. Dan Ani pun mengerti, dia langsung ke rumah Nita.

Ani membuka pintu rumah Nita dengan kunci cadangan yang diberikan Nita kepadanya.

Panji menghidupkan lampu depan dan Ani langsung membuka pintu kamar Nita. Terlihat Nita terbaring dilantai kamarnya, dengan pakaian tidurnya.

Ani melarang Panji masuk kedalam kamarnya Nita. Ani mengganti pakaian Nita, dan kemudian memanggil Panji untuk mengangkat Nita ke mobil Ani dan membawanya ke rumah sakit.

Nita segera ditangani oleh dokter dan perawat dirumah sakit, tak berapa lama Nita pun sadar dan membuka matanya.

" Ani, aku dimana?"

" Kenapa ada mas Panji juga?" tanya Nita.

" Iya Nit, tadi kamu pingsan dirumah mu, dan mas Panji yang menolong ku untuk membawamu kerumah sakit." ujar Ani menjelaskan.

" Kamu kenapa Nit?"

" Kambuh lagi penyakit mu?" tanya Ani.

" Iya An, dan aku kepikiran ibu ku sakit keras dikampung."

" Aku berencana akan ambil cuti dan pulang ke kampung." ucap Nita.

Setelah menginap satu hari satu malam, Nita pun diperbolehkan untuk pulang kerumah.

Ani dan Panji sudah menceritakan kondisi Nita ke atasan mereka.

Dan Nita diberi cuti selama seminggu untuk pulang ke kampung melihat ibunya.

Nita pun pergi ke kampungnya dengan diantarkan oleh Ani dan Panji pakai mobil.

Setelah sampai disana Ani dan Panji langsung pulang kembali, karena besok harus masuk kerja lagi.

Selama dikampung, Nita selalu merawat ibunya yang sakit, dan dia juga mematikan ponselnya agar tidak ada orang kantor yang sibuk menelponnya. Karena dia cuma mau fokus merawat ibunya yang sakit itu.

Hari jumat Panji datang menjenguk Nita, disaat itu Nita tidak dapat banyak bercerita kepada Panji.

" Nit, Ani menyuruh aku kemari untuk menanyakan kertas dari kepala biro perjalanan kau letakan dimana?"

" Sebab ponsel mu tidak dapat dihubungi beberapa hari ini."

" Dan sudah berulang kali Ani menelpon mu tetapi tidak dapat tersambung." ujar Panji.

" Aku sudah memberikan kertas itu kepada sekretaris pak Puji, dan beliau yang memintanya."

" Memangnya ada apa mas?" tanya Nita.

" Oh, kalau begitu syukurlah."

" Tidak ada apa - apa kok, cuma besok kertas itu harus sudah ditanda tangani oleh pak Rahmat." kata Panji.

Nita dan Panji asyik duduk dan ngobrol dibawah pohon yang rindang. Dan Panji menanyakan kabar ibunya Nita saat ini.

Panji juga bercerita ke Nita tentang hal yang lucu sehingga membuat dia tertawa dan tersenyum sejenak.

" Kamu tadi pulang kerja langsung kemari ya mas?" tanya Nita.

" Iya Nit, kalau tidak begitu mana ada waktu lagian." kata Panji.

" Mas juga gak bisa berlama - lama Nit." Panji berkata lagi.

Tanpa terasa sudah satu jam mereka bercanda dan berbincang - bincang. Tanpa menyadari hari sudah malam dan Panji pun pamit untuk pulang kembali ke rumahnya.

" Oh iya Nit, kamu minggu balik ke rumahkan?"

" Nanti biar mas saja yang jemput kamu untuk balik pulang ya." kata Panji.

" Tidak usah mas, Nita bisa naik bus saja dari sini." kata Nita.

Namun Panji tetap bersikeras ingin menjemput Nita dan janji akan tepat waktu datangnya.

...****************...

Keesokan paginya, Nita melihat ibunya sudah mulai membaik dan sehat. Dan sudah dapat berjalan dan beraktivitas kembali. Nita senang melihatnya, dan akan sedikit tenang bila nanti Nita kembali.

Nita juga menyarankan kepada ibu dan ayahnya untuk selalu memeriksakan kesehatan mereka berdua ke klinik terdekat.

Nita juga tidak lupa meninggalkan uang untuk ayah, ibu, dan adik satu - satunya.

Mereka hanya dua bersaudara, dan Nita lah yang menjadi tulang punggung setelah ayahnya sakit - sakitan . Dan ayahnya sudah tidak dapat bekerja lagi selama tiga tahun ini.

Panji menelpon Nita agar menunggunya datang, dan sudah lama menunggu tapi Panji belum juga muncul atau pun menelponnya.

Lalu ponsel Nita berbunyi dan dia menjawab telpon dari seseorang itu.

" Hallo, iya benar."

" Apa..?!"

" Dirumah sakit mana dia pak?"

" Baik, saya akan kesana." ujar Nita.

Nita lalu menelpon Ani dan memberi tahunya, mereka akan bertemu disana saja.

Tak beberapa lama Ani pun sampai, sementara Nita masih cemas diluar ruangan mondar - mandir.

Seorang bapak - bapak menanyakan alamat rumah Panji kepada mereka berdua. Namun mereka tidak ada yang tahu dimana Panji tinggal.

Ani dan Nita hanya bisa berdoa semoga tidak mengalami luka yang parah.

Tiba - tiba seorang wanita datang menghampiri dengan menuntun anak kecil yang usianya lima tahun datang bersama suster.

Wanita itu menangis sejadi - jadinya didepan mereka.

" Kenapa kamu jadi begini mas.."

" Padahal kamu bilang hanya pergi sebentar, tapi kenapa kamu bisa begini mas.." wanita itu menangis dan memeluk anaknya.

Nita yang tidak tega melihatnya karena merasa bersalah mendekati wanita itu dan bertanya kepadanya.

" Maaf mbak, anda siapanya ?" tanya Nita.

" Saya istrinya dari Panji dan ini anak kami." Anda sendiri siapa..?" tanya wanita itu balik.

" Kami teman sekantor Panji dan kebetulan teman kami kampungnya disini jadi..." Ani berhenti berbicara.

" Oh.., jadi kamu yang meminta dijemput dan akhirnya suami saya yang menjadi korban." kata istrinya Panji dengan marah.

Setelah beberapa lama dokter pun keluar dari ruangan Panji.

" Siapa keluarga pasien?" tanya dokter.

" Saya istrinya dok, bagaimana keadaan suami saya dok?" tanya wanita itu ke dokter.

Dokter mengajak istrinya keruangan dokter, dia menjelaskan kalau Panji harus dioperasi matanya karena kecelakaan itu mata Panji yang menjadi korban.

Setelah beberapa lama ngobrol, istrinya Panji pun setuju untuk mengoperasi mata Panji saat itu.

wanita itu pun menandatangani kertas persetujuan bahwa Panji akan segera dioperasi. Dan dia juga pergi ke tempat adminitrasi untuk membayar biaya Panji disana.

Bab 3 Istrinya Datang

Dua hari kemudian Nita dan Ani datang menjenguk Panji dirumah sakit lagi. Disaat jam makan siang dan karyawan kantor sedang beristirahat.

Sesampainya disana, seorang suster memberi tahukan bahwa pasien yang diruangan itu sudah dipindahkan, ke kamar yang lain atas permintaan istrinya.

Nita dan Ani pergi ke kamar yang diberi tahukan oleh suster yang membereskan kamar bekas Panji tersebut. Mereka mencari kamar itu dan menemukannya tidak jauh dari kamar Panji yang lama.

sampai didepan pintu, Nita dan Ani mengetuk pintu dan masuk kedalam kamar itu.

Terlihat disana ada istri, anak, dokter dan suster yang akan membuka perban mata Panji setelah dioperasi.

Perlahan - lahan dokter membuka perban itu dan menyuruh Panji untuk tidak membuka dulu matanya.

" Pak, sekarang bukalah mata bapak dengan perlahan saja, jangan terburu - buru untuk membukanya." kata dokter tersebut.

Panji mengikuti perkataan dokter itu, dia membuka matanya dengan perlahan - lahan.

Dan pada saat itu semuanya menunggu hasil dari operasi mata itu dengan cemas.

Nita menggenggam tangan Ani dengan sangat erat dan bahkan diremasnya karena dia sedikit cemas.

Panji sudah membuka matanya, tapi dia merasa aneh dengan pandangan kosongnya. Panji meraba wajahnya dan mencoba ingin melihat tangannya, namun dia tidak dapat melihat apapun sama sekali.

Dokter sangat terkejut dengan hasil operasi itu dan tak percaya ternyata diluar dugaannya.

Panji mendengar suara dari wanita yang ada disampingnya.

" Mas, kamu benar - benar tidak bisa melihat kami mas." tanya istrinya yang menangis sedih melihat keadaan Panji.

" Siapa kamu?" tanya Panji terkejut.

" Ini aku mas, istri mu Linda." kata wanita itu.

Panji bertanya kenapa dia berada dirumah sakit saat ini. Namun dokter kembali bertanya kepada Panji agar dia mengingat kembali apa yang dia alami saat itu.

Nita sangat gelisah dengan mengingat kejadian itu, terlebih lagi Linda istrinya Panji selalu menyalahkannya berulang kali.

Linda menyalahkan Nita yang menjadi penyebab kejadian itu, dia menyalahkan Nita didepan dokter dan para suster disana.

Linda membuat keributan karena suaranya yang berteriak menyalahkan.

Dokter menyarankan agar Panji dioperasi kembali matanya agar dapat melihat kembali.

Namun Panji tidak mau menjalankan operasi lagi kali ini.

Mengingat biayanya yang terlalu besar, dan walaupun separuhnya kantor yang akan menanggung biaya, Panji tetap tidak mau dioperasi kembali.

Linda mencoba memberi penjelasan agar Panji mau menjalankan operasinya sekali lagi setelah 6 bulan kemudian. Tetapi Panji tetap bertahan tidak ingin mengoperasikan lagi matanya.

Sudah 2 bulan Panji hanya dirumah saja, dan tidak bekerja karena keadaannya. Tetapi perusahaan memberi kebijakan kepada Panji, dengan tugas yang diberikan kepada Nita untuk dikerjakan secara bersama - sama atas petunjuk dari panji.

Lalu Nita bisa menuliskannya dikertas itu, dan menyelesaikan dengan cepat.

Dengan kesabaran Nita serta perhatian darinya dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan cepat.

Setelah terbukti Panji dapat mengerjakannya dengan sempurna, akhirnya dia mengatakan kepada atasannya bahwa dia sebenarnya dapat melihat.

Namun dia hanya berpura - pura saja. Hanya atasannya saja yang mengetahui rahasia Panji saat ini.

Pagi itu Panji duduk di sofa dengan teh yang tersedia dimeja sampingnya. Seorang anak kecil duduk disebelahnya, Panji pura - pura dengan kebutaannya.

Anak itu yang diakui Panji bukan anaknya itu bertanya padanya.

" Papa, apa yang papa lihat?" tanya Ririn dengan polos.

" Eh, ada Ririn rupanya, papa tidak tahu kalau kamu disini." kata Panji.

" Ririn.., ayo cepat kemari...!"

" Bibi Nisa sudah menunggu kamu tuh..!" ucap Linda dari depan pintu rumah.

" Ririn mau dibawa kemana Lin?" Panji bertanya.

" Dan kamu mau kemana?" tanya Panji lagi.

" Ririn aku titipkan ke Nisa tetangga sebelah, seberang jalan."

" Dan aku akan bekerja dengan temanku Lisa, mas pun tahu dan kenal dengannya." ujar Linda yang buru - buru ingin pergi.

Setelah Linda pergi, Panji bergegas ganti pakaian dan menemui Ani yang sudah menunggunya dari tadi.

Hari ini kantor libur karena hari minggu, jadi Ani dapat mengintai istri Panji saat itu.

Sudah 1 bulan mereka mengintai Linda secara diam - diam, tetapi belum mendapatkan bukti dari desas - desus yang terdengar oleh Panji.

Pada saat Pak udin satpam kantor mereka pernah melihat Linda bersama laki - laki lain datang kerumah sakit saat itu. Dan mereka terlihat sangat akrab, seperti ada hubungan.

Terlihat dari kejauhan Linda turun dari mobil bersama temannya. Mereka mampir ke Apotik sebentar lalu pergi lagi dengan mobil yang sama.

Panji dan Ani mengikuti mobil mereka, tak berapa lama mobil mereka berhenti didepan sebuah bangunan. Mobil mereka masuk kedalam parkiran bangunan itu.

" Tempat apa ini pan?" tanya Ani.

" Aku juga tidak tahu An, ayo kita ikuti saja mereka." ujar Panji.

Bangunan itu berlantai dua dan diatasnya tertulis Brian.

Ani dan Nita sudah tahu kalau Panji sudah bisa melihat. Namun istrinya Linda hanya tahu kalau Panji itu pria buta sekarang.

Tempat itu sedikit tertutup dari orang - orang, dan mereka sempat bertanya pada orang disekitar mereka pun tidak ada yang tahu tempat apa itu.

Ani dan Panji hanya menunggu diluar saja. Karena mereka tidak dapat masuk ketempat itu, ada dua orang penjaga pintu yang berbadan besar disana.

kalau mau masuk harus mengetahui kode rahasia dari mereka dulu baru dipersilahkan.

Ani dan Panji menunggu Linda diluar bangunan. Sudah hampir 1 jam mereka disana menunggu tetapi Linda tidak tampak keluar juga dari bangunan itu.

Akhirnya Ani dan Panji pun pergi dari tempat itu pulang kerumah.

Ani mengantar Panji kerumahnya dan dia masuk dari pintu belakang rumahnya, agar tidak ketahuan orang kalau dia keluar rumah sendirian.

Keesokan harinya Panji kekantor selalu diantar jemput oleh ojek yang selalu dipesan oleh Linda.

Saat pulang dari kantor, Panji turun dari ojeknya dan langsung masuk kerumahnya.

Linda keluar dari rumah dan menghampiri tukang ojek itu, tampak mereka berbincang sedang membicarakan sesuatu.

Setelah itu ojek itu pun pergi, dan Panji berpura - pura tiduran disofa ruang tamu mereka.

" Mas, aku pergi jemput Ririn dulu sebentar." kata Linda berpamitan ke suaminya.

Panji hanya diam saja, dan melirik jam dinding diruangan itu.

Pukul 20:30, Linda pergi dari pintu depan dan Panji mengikutinya dari pintu belakang.

Dari kejauhan seorang pria menghampirinya dan menciumnya. Panji penasaran, dia pun mengendap lebih dekat lagi dengan mereka.

Dia pun mendengar pembicaraan mereka.

" Dia masih seperti biasa, tidak banyak bicara dan bertanya." tanya pria itu.

" Ya, sepertinya dia benar - benar sudah lumpuh dan tak berdaya."

" Di rumah pun dia sudah tidak berguna." kata Linda.

" Sudahlah sayang, besok kita kan banyak waktu untuk berdua."

" Ingat jangan terlambat ya, aku tunggu kamu besok ya sayang." pria itu mencubit hidung Linda.

Lalu Linda kembali dan pria itupun pergi meninggalkan Linda ditempat itu.

Panji merasa kesal, ternyata Linda benar - benar sudah mempermainkan dirinya.

Linda pun pergi menjemput Ririn dari rumah tetangganya. Sedangkan Panji kembali pulang lewat pintu belakang dan masih berpura - pura tiduran disofa lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!