"Mulai hari ini, jam ini, menit ini, LO JADI PACAR GUE!!" Ucapan itu terdengar lantang saat dikatakan oleh seoang laki-laki pada gadis di hadapannya yang nampak kaget dan bingung.
Laki-laki itu adalah Nyko, laki-laki tampan yang menjadi cassanova SMA Mentari. dan gadis itu adalah Tiffany, gadis tak berdosa yang dipaksa untuk menjadi kekasih Nyko.
"Maksud lo apa sih? Lo kenal sama gue? Gue kenal sama lo? Nggak kan? Jadi jangan ngawur kalau ngomong" Kata Tiffany dengan ketus dan memasang wajah tak sukanya.
"Gue nggak perlu tahu semua semua hal itu, yang penting gue pacar lo, dan lo pacar gue" Ucap Nyko tak mau tahu.
"Alasannya apa? Kenapa gue harus jadi pacar lo?" Tanya Tiffany meminta penjelasan.
"Alasannya itu gak penting, yang lebih penting itu status dalam hubungan" Kata Nyko seraya mendekatkan kepalanya pada Tiffajy yang lebih pendek dari padanya.
"Persetan dengan status hubungan, gue nggak kenal sama lo" Kata Tiffany sinis.
"Gue Nyko, pacarnya Tiffany" Katanya setengah berbisik.
"Gak, gue nggak mau jadi pacar lo!" Tiffany berkata setengah berseru.
Beberapa siswa mulai berkumpul dan menyaksikan kejadian antara cassanova dan gadis tak berdosa itu.
"Lagian dari mana lo tahu nama gue?!"
Nyko menunjuk pada baju Tiffany, "Nametag lo"
Tiffany menepis telunjuk itu, "Gue nggak sudi pacaran sama orang asing kayak lo"
"Gue bukan orang asing, gue sekarang adalah pacar lo" Kata Nyko penuh penekanan.
"Benar-benar, kayaknya lo lagi mabuk. Pulang sana, istirahat" Nada suara Tiffany terdengar mengusir.
Nyko menatapnya tajam, "Jangan main-main sama gue, apa yang gue bilang, apa yang lo dengar. Akan tetap terjadi"
"Lo stress!" Tiffany berbalik badan dan hendak meninggalkan Nyko.
Namun hal itu ditahan oleh Nyko, "Mau kemana?"
"Bukan urusan lo!" Tiffany berusaha melepas tangan Nyko yang mencekal lengannya.
"Jelas ini urusan gue" Sahut Nyko bersikeras. Status yang ada diantara mereka, mulai membuat Nyko menjadi pengatur hidup gadis di hadapannya itu.
"Gak usah SKSD sama gue!" Gertak Tiffany. Lalu ia menendang tungkai kaki Nyko dan berlari pergi saat cekalan tangan itu terlepas. Meninggalkan Nyko dan kerumunan orang banyak.
"Laki-laki brengsek" Gerutu Tiffany.
Ia berjalan di koridor sekolah dengan diam. piiurannya masih menayangkan kejadian yang baru saja terjadi dan disaksikan banyak orang.
"Tiffany" Suara laki-laki memanggil nama gadis itu.
Tiffany menoleh ke belakang dan mendapati seorang laki-laki mendekatinya.
"Rio? Kenapa?" Tanyanya seraya berhenti melangkah dan memilih untuk menghadap pada Rio. Teman baiknya.
"Selamat ya, pacar lo ganteng. Padahal selama ini hue berharap bisa jadi yang pertama di hati lo" Suara Rio terdengar kecewa.
Ia sudah bersusah payah untuk mendekati Tiffany, perempuan yang ia sukai sejak kelas sepuluh. Dan sekarang harapan itu musnah karena pernyataan Nyko barusan.
"Pacar? Maksud lo apaan?" Sepertinya Tiffany tak mengerti akan ucapan Rio padanya barusan.
"Bukan apa-apa. Selamat ya" Setelah mengucapkan hal itu, Rio berlalu pergi dengan hati yang kecewa berat.
Tiffany menatapnya bingung. Ada rasa aneh yang terbersit dalam pikirannya.
Pacar?
Jika Rio memang mendengar klaim-an itu. seharusnya ia juga tahu kalau Tiffany menolak keras pernyataan 'gila' yang ditujukan pada dirinya.
Menjadi pacar dari seorang laki-laki asing. yang sama sekali tak ia kenali.
Instagram : fionakesl259
"Nyko"
" Lo gila? Anak orang main lo cap sebagai pacar aja. Emang lo kenal?"
Begitulah suasana di gudang SMA Mentari, tempat yang diubah menjadi markas Nyko dan dua orang temannya. Dan saat ini mereka sedang membicarakan mengenai kejadian yang Nyko lakukan pada Tiffany.
Ucapan Lutfi dan Daniel membuat Nyko menyengir ringan.
"Jawab Nyk, kayak orang gila aja lo. Cengar-cengir sendiri" Sindir Daniel.
"Jadi lo kenal gak?" Desak Lutfi.
"Makanya gue jadiin dia pacar. Kalau nggak kenal buat apa gue ngelakuin hal itu?" Jawab Nyko sambil terus menyengir.
"Dan lo nembak dia karena suka gitu?" Tanya Daniel memastikan.
"Gue iseng" Jawaban dari Nyko benar-benar bego ketimbang otaknya yang smart.
"Ck, ck, ck, benar-benar" Ucap Lutfi.
"Itu udah pacar yang ke berapa Nyk?" Tanya Daniel tang kenal betul akan sahabatnya itu.
Tapi Nyko bukan cowok playboy. Camkan itu.
Nyko menatap ke arah Daniel sambil menyunggingkan senyumnya. "Pertama"
"NGACO!" Seru Lutfi dan Daniel bersamaan.
Di samping kesibukkan Nyko membicarakan Tiffany.
. . .
Suasana kelas sebelas IPA 3 terlihat ricuh mengenai berita antara Tiffany dan Nyko.
"Wah hebat lo Fan, bisa jadian sama Nyko" Gita, sahabat Tiffany berkata dengan heboh dan antusias.
"Iya, secara kan lo tahu kalau Nyko itu--"
"Gue nggak tahu siapa dia" Potong Tiffany penuh penekanan akan ucapan Natca yang sangat melebih-lebihkan itu.
"MASA?!" Satu kelas menanggapi perkataan Tiffany dengan nada serempak.
"Gue nggak kenal dan nggak mau kenal sama cowok itu" Tiffany menegaskan kembali kalimatnya. Seolah tak ada yang mengerti akan ucapan dan penjelasan darinya.
Suasana di kelas menjadi hening untuk sesaat.
.
.
.
"Alasan pertama doang, nanti pas suka aja nggak mau lepas" Celetuk seorang perempuan berambut ikal. Dan disertai gelak tawa oleh satu kelas.
"Terserah" Ucap Tiffany dengan jenuh.
. . .
Tiffany berjalan di koridor yang mengarah pada kantin. Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan Nyko dan seorang perempuan berambut pendek sebahu. Mereka tampak berbicara dengan begitu sengit.
Tiffany berjalan begitu saja melewati dua sejoli tersebut. Namun tangannya dicekal oleh Nyko sehingga menahan pergerakannya. Tiffany menoleh dan menatap pada pemilik tangan yang mencekal tangannya.
Nyko.
"Lama-lama gue stress ngomong sama lo. Gue mau sama yang baru dulu. LO UDAH JATUH TEMPO" Ucap Nyko penuh penekanan pada perempuan berambut pendek itu, lalu menarik tangan Tiffany menuju kantin.
"Apa-apaan nih? Lo gila atau apa sih? Lepasin gue" Berontak Tiffany pada Nyko yang masih kokoh menarik tangannya.
"Hssh, pacar Nyko harus nurut" Ucap Nyko sambil menatap Tiffany sekilas.
"Gue bukan pacar lo, lagian gue nggak kenal sama cowok kayak lo" Tiffany berusaha melepas cekalan itu.
Nyko berhenti melangkah lalu menatap tajam pada Tiffany. Ia menarik Tiffany hingga punggung gadis itu membentur tembok, laku mengurungnya dengan kedua sisi tangannya.
"Dengerin gue, lo adalah pacar dari seorang Nyko Alexander Saputra, dan apa yang gue bilang gak ada yang boleh ngebantah" Ucap Nyko penuh penekanan.
"Gue nggak akan pernah ngejalanin hubungan sama orang asing kayak lo, ngerti?"
"Otak lo terlalu bodoh untuk ngertiin ucapan gue. Sekali gue bilang nurut artinya lo harus nurut. Atau hal yang nggak pernah lo alamin akan terjadi' Ancam Nyko. Ia menatap manik mata cokelat Tiffany.
Indah.
"Otak lo terlalu munafik, tatapan mata lo mencerminkan sikap lo yang suka permainin hati cewek. Lo nggak pernah serius" Ucap Tiffany sengit.
Tatapan mata Nyko kian menajam, "Pilihan lo antara dua" Ia menjeda, " Tatap mata gue"
"Udah gue tatap!" Nada suara Tiffany terdengar tertekan.
"Lo pilih nurut atau nggak?"
"Nggak akan" Ucap Tiffany langsung.
Nyko tertawa licik, " Seberapa pun usaha lo untuk petgi dari sisi gue, akan gue pastiin kalau itu sia-sia"
Tiffany mengerinyitkan dahinya.
"Karena cuma gue, cowok yang boleh nyakitin, mutusin, sampe nyenengin lo"
"Kenapa harus gue? Sedangkan banyak cewek di luar sana, yang kenal dan tahu soal lo" Kata Tiffany dengan raut dan nada yang menunjukkan jika ia tak menyukai sikap Nyko terhadap dirinya.
"Karena lo, adalah cewek yang selama ini gue perhatiin, Nggak pernah tertarik sama cowok ganteng kayak gue"
"Cuma itu? Lo cuma mandang hal itu doang?" Tiffany berkata dengan nada yang tegas, "Lo kelebihan narsis, untuk apa punya wajah tampan tapi nggak punya hati? Lo cuma bisa mainin hati cewek tanpa tahu gimana rasanya dipermainin"
Nyko menatap Tiffany datar, "Lo kenapa? Belum juga 24 jam pacaran sama gue, udah baperan" Sindir Nyko akan ucapan Tiffany.
Tiffany diam sejenak untuk mencerna ucapan Nyko yang benar adanya, " Tahu ah, lama-lama gila gue disini" Tiffany menyingkir dari situ dengan keluar dari celah bawah lengan Nyko lalu pergi.
"Sesuai prediksi gue" Gumam Nyko seraya tersenyum kecil. Lalu ia melangkahkan kaki menuju tempat yang menurut feelingnya adalah tempat yang Tiffany tuju.
Instagram : fionakesl259
Di situ Tiffany duduk bersama dua sahabatnya, yakni Gita dan Natca, mereka terlihat tenang dan menikmati makan siang yang sudah mereka pesan. "Fan, bye the way lo sama Rio gimana?" Tanya Gita disela makannya.
"Gimana apanya?" Tanya Tiffany tak mengerti.
"Gue liat lo lagi deket sama Rio, gak pacaran?" Ucapan dari Gita langsung membuat Tiffany tersedak kuah bakso yang baru masuk ke kerongkongannya.
"Apa kata lo?" Ucap Tiffany setelah menenangkan dirinya.
"Tentang lo sama Rio" Jawab Gita dengan singkat tanpa keterangan lainnya.
"Nggak ada apa-apa, cuma temenan aja" Jawab Tiffany datar dan jujur.
Natca yang dari tadi diam kini menoyor kepala Gita kesal.
"Apaan sih Ca?" Tanya Gita dengan kesal tatkala Natca menoyor kepalanya dengan kasar.
"Pertanyaan lo bego. Mana mungkin Fany pacaran sama Nyko kalau dia juga pacaran sama Rio" Tuturnya dengan nada judes. Ia sudah terlalu sabar meladeni sikap sahabatnya yang kadang kurang-kurang.
Gita menepuk dahinya lalu menatap pada Tiffany, "So, lo gimana bisa sama Nyko?" Tanyanya kepo.
"Nyko siapa?" Tanya Tiffany dengan begitu polosnya. Melupakan sosok Nyko yang baru saja ia jumpai.
Dua orang sahabatnya itu menatapnya dengan datar, "Pacar lo Fany, bercanda lo kalau didengar Nyko bisa-bisa malah berantem lho" Natca memperingati Tiffany.
"Oh Nyko yang itu, gue nggak pacaran sama bocah tengil itu" Tiffany melanjutkan acara makannya. Tanpa memperdulikan tatapan dari Gita dan Natca.
"Ceileeeh, sok polos" Ledek Gita dan Natca bersamaan.
"Kalau pacaran itu nggak usah backstreet. Satu sekolah juga tahu kalau lo pacaran sama Nyko" Sindir Gita dengan nada percaya dirinya.
Seorang perempuan dengan rambut curly, baju ketat, dan rok pendek tampak menatap tajam pada Tiffany. Ia berjalan dengan amarah yang menjadi-jadi. Tak tahan akan apa yang sudah terjadi di sekolah ini.
"Lo Tiffany kan?" Sebuah suara terdengar menyentakkan di telinga Tiffany, Gita, dan Natca.
"I-iya, ada apa ya?" Tanya Tiffany berusaha sopan walau ia tak mengenal perempuan di hadapannya ini.
"Artinya gue nggak salah orang" Perempuan itu menyemprotkan cairan merah tua yang tiada lain adalah saus pada seragam Tiffany.
Tiffany terlihat kesal dan terkejut dengan perilaku perempuan itu yang sudah keterlaluan. "Maksud lo apa sih? Lagian lo siapa juga"
"Gue Tina pacar Nyko. Dan lo jangan bangga karena Nyko nembak lo. Bagi dia, lo gak lebih dari seorang cabe" Ucap Tina dengan sengitnya.
Pendangan seluruh pengunjung kantin kini mengarah pada mereka.
Tiffany menatap perempuan yang memiliki nama Tina itu. Tatapan tajam. "Gue nggak kenal sama lo, lagipula gue nggak peduli hubungan lo dengan Nyko" Balasnya.
"Gak usah munafik deh lo jadi cewek, sekali cabe tetap aja cabe" Sahut Tina.
Tak tahan jika sahabatnya diinjak-injak Natca dan Gita ikut bersuara, "Jaga ucapan lo" Sahut Gita sengit.
Tina melototkan matanya pada Gita, "Apa?! Jangan ikut campur lo"
"Lo berurusan dengan sahabat gue, jadi gue harus turun tangan" Balas Gita lagi.
"Lagian lo ngaca, yang cabe itu lo bukan Tiffany" Natca ikut menimbrungi perdebatan itu.
"Ada apa ini?" Suara tegas seorang laki-laki menyentakkan empat remaja itu. Nyko. Pandangan matanya mengarah pada Tiffany dan juga seragamnya. "Baju lo kenapa?"
Tak ada jawaban.
"Baju lo kenapa?!" Nada suara Nyko naik satu oktaf.
Tiffany menatap tajam pada Nyko lalu ngeloyor pergi tanpa menjawab pertanyaan laki-laki itu yang sedari tadi terus menatap manik matanya.
Gita dan Natca mengikuti kepergian Tiffany.
Nyko menatap tajam pada Tina, "Lo apain cewek gue?"
Tina diam tak berkutik melihat ekspresi menyeramkan dari Nyko.
"Jawab Tina!"
Tina kasih diam.
"Oke kalau lo nggak mau jawab pertanyaan gue" Suara itu terdengar datar namun menusuk, "Lo, gue putusin. Jadi kita nggak punya hubungan lagi" Ucap Nyko tegas pada Tina.
Tina menggenggam jemari-jemarinya yang kini mendingin, "Lo tega ngelakuin itu ke gue? Setelah perjuangan gue selama ini?" Tanyanya dengan suara bergetar.
Bayangkan jika kalian ada di posisi Tina, pasti malu diputusi secara 'tidak terhormat' di hadapan banyak siswa yang memenuhi kantin.
Mata Tina mulai berkaca-kaca. menahan antara malu, sedih, marah dan kecewa pada Nyko.
"Bagi gue lo cuma sekedar cewek murahan yang hanya ngandelin fisik lo untuk mengikat cowok. Lo itu *****" Ucap Nyko penuh tekanan di setiap kata yang ia ucapkan.
"Cukup Nyk, belum puas lo ngehina gue? Belum puas Lo ngerendahin gue? Gue benar benar menyesal pernah kenal sama Lo" Tina langsung berlari meninggalkan Nyko yang sedari tadi menghinanya di depan banyak orang.
Nyko menatap kepergian Tina sang mantan kekasih dengan datar, lalu ia melangkah pergi dari kantin. Menyisakan banyak pembicaraan dan berita hangat di kantin tersebut.
. . .
Sedangkan itu, Tiffany dan dua sahabatnya tengah sibuk mengurus noda merah di seragam Tiffany. Tak lama kemudian, seorang perempuan membuka pintu toilet dan menghampiri Tiffany. "Tiffany ya?" Tanyanya.
"Iya" Jawabnya.
Perempuan itu tersenyum kecil, lalu memberikan sebuah plastik pada Tiffany, "Nih baju ganti lo"
Tiffany menerima plastik itu dengan ragu, "Lo siapa?"
"Gue Nori"
Tiffany mengangguk, ia tahu tentang Nori yang menduduki peran sebagai wakil ketua OSIS. Ia memasuki salah satu bilik toilet dan mengganti bajunya. Saat mengenakan seragam itu, tangannya merogoh saku baju itu dan mendapatkan sebuah memo. Ia membacanya.
__kalau punya mulut itu dipake, jangan diam aja. Kalau masalah sekecil itu Li nggak bisa ngadepin, gimana kalau dapat masalah besar_
Tiffany mengernyitkan dahinya saat selesai membaca memo tersebut. Lalu ia keluar dari kamar mandi. "Nori tadi mana?" Tanya Tiffany pada kedua sahabatnya dan tidak menjumpai keberadaan Nori lagi.
"Balik, katanya ada rapat OSIS" Jawab Natca.
Tiffany mengangguk dan mengajak untuk keluar dari kamar mandi.
"Ikut gue" Baru saja Tiffany keluar dari kamar mandi, tangannya langsung ditarik oleh seseorang.
Instagram : fionakesl259
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!