Serra Alifiana gadis berusia 17 tahun, masih duduk di bangku SMA. Serra sudah mempunyai suami seumuran dengan dirinya. Suaminya bernama Arkananta Xander. Serra menikah bukan karena perjodohan tetapi Arka yang melamarnya terlalu cepat. Serra yang memang pada saat itu mencintai Arka jadi tak bisa menolak lamaran tersebut.
Pernikahan mereka disembunyikan dari seluruh siswa/I disekolah. Arka dan Serra juga satu sekolah di ‘Xander High School International.’ Sekolah milik kakeknya Arka.
Tetapi walaupun satu sekolah, kedua pasangan suami istri itu tetap tak bebas. Devita Frianka telah mengaturnya, agar kedua pasangan halal itu tidak ketahuan bahwa sudah menikah. Bahkan Devita memita kepada suaminya Alkaverro agar kedua kelas pasangan tersebut dipisah untuk menghindari pernikahan keduanya tidak akan ada yang tahu.
Sebelum menikah Serra tinggal di kontrakan kecil bersama dengan Rida Cahyani sang ibu. Setelah menikah dengan Arka, mengharuskan Serra mengikuti dimanapun sang suami tinggal.
Sebenarnya Serra pun tak tega meninggalkan ibunya di kontrakan kecil itu. Tetapi jika mengajak ibunya untuk tinggal bersamanya itu sama saja menjadikan ibunya pembantu di rumah mertuanya.
Beberapa kali Serra sudah mengatakan pada Arka agar tinggal terpisah dari mertuanya. Serra menginginkan hidup mandiri bersama sang suami. Tetapi jawaban Arka sungguh mengejutkan, suaminya mengatakan jika mama Devita tidak mau berpisah dari Arka. Serra yang tak bisa membantah hanya menerima dan menuruti apa kata suaminya.
🌷🌷🌷🌷
Tetapi bagaimana kedatangan seorang Alrezivanno Eldrick Xander, pria berusia 30 tahun. Seorang Ceo di perusahaan yang di bangun sendiri olehnya, perusahaan itu benama Eldrick’s Corp. Pria itu adalah uncle dari Arka.
Arlez yang baru pulang dari perjalanan bisnisnya selama satu bulan berada di Jerman membuatnya memutuskan mendatangi mansion Alkaverro untuk memenuhi permintaan kakaknya yang mengundangnya makan malam bersama dengan seluruh keluarga besar Xander. Entahlah saat merasakan hidangan makan malam disana membuat dia sangat kaget dengan cita rasa masakan tersebut, yang menurutnya sangat lezat. Makanan di restoran bintang lima sekalipun kalah dengan makanan yang dimakannya saat ini.
Arlez yang tadinya ingin langsung pulang setelah makan malam selesai, mengurungkan niatnya. Karena dia penasaran dengan orang yang memasak makanan lezat yang tengah dinikmatinya sekarang ini. Apalagi Arlez memang pria penyuka masakan rumah, daripada makanan di luar.
Sayang sekali Serra yang tidak keluar dari kamar selama makan malam berlangsung. Membuat Arlez tidak mengetahui sosok istri keponakannya yang telah memasak makanan sebanyak ini.
Tidak melihat perempuan itu, tambah membuat Arlez begitu sangat penasaran dengan istri keponakannya. Arlez pun mengatakan pada sang kakak untuk menginap satu hari di mansionnya.
Arlez tak menghiraukan pembicaraan para perempuan yang menceritakan istri keponakannya. Arlez berpikir seperti keluarga belum sepenuhnya menerima gadis yang dinikahi oleh Arka. Dengan wajah datarnya Arlez diam mendengarkan para anggota keluarga membicarakan yang tidak baik tentang gadis itu.
Bagaimana jika Arlez malah terpikat dengan kecantikan, kelembutan, dan ketulusan istri keponakannya dan bukannya menjauh Arlez malah berusaha mendekatinya. Saat dimana Arlez dengan beraninya mengungkapan perasaan yang dimiliki pada istri keponakannya. Pria itu malah mendapatkan penolakan, karena cintanya semakin dalam pada wanita itu membuat Arlez tidak mudah menyerah dan terus gencar mendekatinya Serra untuk mendapatkan dan menjadikan miliknya seorang.
Sayang sekali Serra yang sangat mencintai Arka membuatnya tidak menanggapi perasaan paman dari suaminya itu. Malah tidak memperdulikannya sama sekali, bahkan menghindari kontak fisik saat bertemu pria itu.
Sampai dimana keduanya terjebak sebuah hubungan terlarang, yang membuat Serra merasa bersalah terhadap sang suami, karena telah menghianati cinta suci pernikahan mereka.
🌷
🌷
🌷
🌷
Bersambung. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
Terimakasih ❤
Setelah keluar dari ruangan kerja Alka sang papa. Arka langsung melangkah menuju ke kamarnya, pria itu sudah tak sabar melakukan hubungan suami istri malam ini.
Seminggu sudah pernikahan mereka, tetapi Arka belum mendapatkan haknya. Bukan karena Serra menolaknya, tetapi gadis itu tengah mendapatkan menstruasi saat acara pernikahan dilaksanakan. Itulah yang membuat acara malam pertama mereka gagal melakukannya.
Malam ini membuat Arka senang, karena menstruasi Serra telah selesai dan gadis itu sudah bersih dari kotoran darah. Arka juga sudah menyiapkan pakaian yang akan di pakai istrinya malam ini. Pria itu sudah menaruhnya di atas tempat tidur mereka. Mungkin saja sekarang Serra telah memakainya.
“Aku bisa membayangkan, istriku pasti sangat sexy.” Batin Arka berjalan cepat.
‘Ceklek’ Suara pintu kamar yang di buka oleh Arka dari luar. Membuat Serra malah menyelimuti dirinya karena malu dengan pakaiannya yang kekurangan bahan.
Arka bingung melihat istrinya yang berselimut hingga sebatas leher. “Sayang kamu kenapa? Sakit,” tanyanya, bergegas mendekati istrinya membawa tangannya ke dahi sang istri.
“Tidak panas yank,” ujar Arka.
Dengan sekali tarikan selimut yang menutupi tubuh Serra terlepas sampai jatuh ke bawah ranjang. Serra menyilangkan tangannya di dadanya saat merasakan selimut tidak menutupi tubuhnya lagi.
“Sexy, kamu cantik sekali sayang,” puji Arka, Serra yang dipadang intens oleh suaminya membuat gadis itu malah merasa malu. Karena ini kali pertama baginya memakai pakaian yang kekurangan bahan.
“Ka, aku malu,” kata Serra dengan semburat merah dipipinya.
“Jangan malu sayang, kitakan sudah halal,” sahut Arka.
Arka perlahan naik ke atas ranjang, pertama kali dilakukannya adalah mencium kening istrinya, turun ke pipi kanan kiri, lalu terakhir di bibir istrinya. Kegiatan mereka terganggu akibat suara ketukan pintu, bahkan di gedor dari luar.
Tokk...tokk..
“Ka sepertinya ada orang diluar,” ujar Serra baru bisa bicara saat Arka melepaskan ciumannya.
“Siapa sih yang ganggu,” kesal Arka tetap beranjak untuk membukakan pintu.
Saat pintu terbuka, berdirilah Devita ibunya Arka. Devita langsung masuk ke kamar Arka dan Serra dan mengambil tempat duduk di tepian ranjang. Serra pun menyelimuti tubuhnya kembali dengan mengambil selimut yang tadi terjatuh akibat tarikan Arka.
“Ma, ada apa?” tanya Arka.
“Duduklah dulu ka, ada yang mama ingin sampaikan sama kalian berdua. Tapi terlebih dulu mama ingin bertanya, apa kalian sudah melakukan hubungan suami istri selama satu minggu pernikahan kalian?” tanya Devita sebelum menyampaikan sesuatu yang sangat penting bagi wanita itu untuk kelangsungan keluarganya.
“Belum ma, Serra masih perawan. Kami baru saja ingin melakukannya,” ucap Arka berkata jujur, membuat Serra memelototi suaminya itu yang bicara sangat vulgar menurutnya.
Devita menatap Serra memastikan jawaban yang dikatakan oleh Arka itu benar, Serra mengangguk yang artinya membenarkan perkataan suaminya.
“Baguslah, jika kalian belum melakukannya,” Devita tersenyum.
“Memangnya kenapa mah?” tanya Arka sedangkan Serra hanya diam saja, gadis itu tidak ingin ikut menimpalinya jadi memilih untuk diam saja.
“Begini Arka, mama tidak ingin kalian berdua sampai kebablasan dan membuat Serra hamil nantinya. Walaupun mama tahu banyak cara untuk mencegahnya, tetapi itu akan membahayakan Serra nantinya. Jadi mama minta untuk kalian berdua agar bisa menahannya sampai kelulusan sekolah nantinya, mama tidak ingin sampai pernikahan kalian diketahui satu sekolahan ataupun orang diluar sana. Jaga rahasia pernikahan kalian baik-baik, jika sampai ada orang yang mengetahui siap-siap saja mendapat hukuman dari papa. Ini keputusan mama dan papa dan demi kebaikan kalian juga," jelas Devita memberitahu panjang lebar. Padahal semua ini bukanlah keputusan suaminya, melainkan dirinya yang meminta suaminya agar menyetujuinya.
“Kami bisa menjaga rahasia pernikahan kami agar tidak diketahui oleh orang lain. Tapi untuk urasan tidak melakukan hubungan suami istri, rasanya aku tidak bisa menahannya mah,” kata Arka menolak permintaan mamanya itu.
“Ini perintah papa mu ka, jadi turuti perintah papa mu atau kamu mau menerima hukuman dari papa mu,” ujar Devita.
“Tapi ma-“
“Ka sudahlah, kita turuti saja perintah papa ya. Sebentar lagi juga kita akan lulus,” ucap Serra akhirnya bersuara, agar suaminya tidak membantah perkataan mama Devita.
“Baiklah aku akan menuruti perintah papa, tapi aku juga mau setelah kami lulus nanti aku minta rumah sendiri. Bagaimana mah?” Tanya Arka, sepertinya pria itu akan mempertimbangkan keinginan istrinya yang ingin pindah rumah sendiri.
“Untuk itu bicaralah nanti dengan papa mu, tapi yang pastinya mama tidak mau kamu pindah dari rumah ini,” tegas Devita, lalu bangkit berdiri melangkah keluar dari dalam kamar anak dan menantunya.
Kini sepeninggal Devita, Arka menatap istrinya seperti ingin melanjutkan kegiatan mereka yang tertunda akibat gangguan mamanya. Tetapi Serra menggeleng, ini demi kebaikan pernikahan mereka berdua.
“Tahan ya ka, ini demi kebaikan pernikahan kita,”
“Iya sayang, tapi aku pengen yank,”
“Sini, aku kelonin aja ya,”
Akhirnya Arka mengangguk dan merapatkan tubuhnya dengan Serra. Serra mengelus kepala suaminya yang menempel di dadanya, gadis itu juga tetap memakai pakaiannya yang sama tidak menggantinya. Jadi memudahkan suaminya mencium dadanya, sebagai ganti karena tak bisa melakukan hubungan suami istri.
🌷🌷🌷🌷
Tiba-tiba Serra terbangun tengah malam saat membuka matanya melihat jarum jam menunjukkan pukul 01:00. Lalu beralih pada suaminya yang tidur menyamping dengan memeluk guling.
Serra merasa tenggorokan kering dan melihat ke meja nakas. Ternyata air dalam gelasnya kosong.
“Huh, rasanya males banget mau turuh,” ucapnya mengeluh dengan suara kecil agar tak menganggu tidur suaminya.
Gadis itupun melangkah keluar dari kamar menuju dapur yang berada dibawah. Hampir sampai didapur Serra menghentikan langkah ketika mendengar suara orang sedang berbicara lewat telpon.
“Aku tidak mau tahu dengan kesibukan mu itu. Pokoknya kau harus datang makan malam besok. Jika kau tidak datang siap saja perusahaan mu ku acak-acak, aku tidak perduli.” Ancam Alka pada orang yang tengah diajak bicara lewat telpon.
Sedangkan Serra masih berdiri ditempatnya, kakinya belum bergerak untuk melangkah ke dapur. Sampai suara bariton papa mertua membuatnya terlonjak kaget dan hampir gelas ditangan terlepas.
“Ehem, kenapa kau berdiri disitu,” dehem Alka.
“Eung, anu pa. Anu Serra kebangun dan haus. Ini mau ke dapur ambil air putih,” ucap Serra gugup sampi bicara tergagap.
“Oh, yasudah ambilah. Papa mau keatas istirahat,” ujar Alka berjalan melewati menantunya dan pergi menuju lantai atas menggunakan lift agar cepat.
“Huh, untung aja papa ngga curiga. Lagian aku ngapain sih pakai berhenti segala dan kepo sama orang ditelpon papa,” dumel Serra mengelus dadanya yang sempat berdebar takut. Menurut Serra papa mertuanya itu berwajah datar serta tegas dalam bicara. Itulah yang membuatnya seakan segan dan takut pada papa mertuanya.
Setelah mengambil air putih, Serra segera naik kembali ke atas dan berbaring diranjang. Entahlah mata gadis itu sangat susah untuk tidur kembali setelah terbangun.
🌷
🌷
🌷
🌷
Bersambung. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
Terimakasih ❤
Pagi harinya Serra bangun kesiangan, matanya terbuka ketika cahaya matahari masuk dari celah gorden. Semalam setelah dari dapur, matanya tak mau tertidur, hingga jam 3 dini hari barulah matanya bisa tertidur.
‘Ceklek’ pintu kamar terbuka dari luar, muncul suami tercintanya dengan peluh menetes dari dahi ke pipi.
“Baru bangun yank?” Tanya Arka mendekati sang istri dan mencium bibirnya.
“Iya ka, maaf ya aku bangunnya kesiangan. Tadi malam aku engga bisa tidur, entahlah aku juga tidak tahu mengapa,” terang Serra menjelaskan mengapa dia bisa bangun kesiangan.
“Ada yang kamu pikirkan semalam, hingga kamu tak bisa tidur,” ujar Arka.
Serra menggeleng, “Engga ada ka,” jawabnya.
Arka mangut-mangut paham dan mengerti.
“Ka mau mandikan? Aku siapin air buat kamu mandi dulu ya.” Serra beranjak dari ranjang, melangkah masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air serta handuk untuk suaminya mandi.
“Mandi bareng yuk,” ajak Arka tiba-tiba sudah berada di dalam kamar mandi dan memeluk pinggangnya.
“Arka kamu ngaggetin aku aja. Kamu mandi aja duluan aku mau turun kebawah dulu siapin sarapan buat kamu,” ujar Serra menolak keinginan suaminya untuk mandi bersama. Karena yang ada bukannya mandi Arka malam mesumin dirinya. Sebenarnya baginya itu tidak masalah, hanya saja takut kebablasan.
“Please yank, mau ya,” mohon Arka.
“Tapi aku takut kita kebab-“
“Kalau kamu pikir kita akan melakukan, aku berani berjanji tidak akan menyentuhmu berlebihan. Kecuali nanti saat kita sudah lulus sekolah, seperti permintaan mama. Jadi mau ya,” ucap Arka memelas menggenggam tangan istrinya. Semua ini dilakukanan karena perintah papanya, Arka tak mau menerima hukuman sang papa. Menurutnya hukuman dari papa sangat mengerikan, apalagi papa memiliki sifat seperti kakek dan unclenya.
“Oke aku mau.” Mendengar jawaban Serra, membuat Arka sangat senang dan mengangkat istrinya membawa kedalam bathup yang sudah berisi air dan sabun.
Hampir mau siang suami istri memilih untuk berendam bersama dengan sedikit aktivitas yang dilakukan di dalam bathup. Terlalu asik sampai melupakan orang yang berada di bawah mencak-mencak karna tak melihat putranya berada di meja makan sarapan bersama.
“Mama kenapa, kok mukanya kusut gitu?” Tanya Liora sambil tertawa pelan.
“Ini loh sayang, kakak mu itu belum turun buat sarapan pagi,” ujar Devita menjawabnya.
“Biarin aja mah, Arka sudah punya istri. Biar keperluannya ada istrinya yang mengurus,” imbuh Alka meminum kopinya dengan tenang, sesekali memeriksa ipad takut ada email masuk.
“Walaupun Arka sudah punya istri, tetapi Arka tetap anak mama pah. Jadi mama akan terus memperhatikan makannya, pakaiannya. Lagian mama belum bisa menerima pernikahan mereka,” ketus Devita, mengingat pernikahan putranya yang menikah terlalu cepat. Selalu membuatnya mau marah mengingatnya.
“Iya mah, mana nikahnya sama gadis miskin dan kampungan seperti itu. Liora juga belum bisa terima kakak nikah,” sambung Liora berkata pedas.
“Liora jaga bicaramu, dia tetap kakak iparmu,” tukas Alka menegur putrinya agar menjaga ucapan. Seolah-olah merendahkan derajat seseorang, padahal Alka sendiri tidak pernah mencela siapapun. Menurutnya semua sama di mata sang maha pencipta.
Liora hanya diam ketika papanya yang sudah bicara.
“Tapi kak Serra baik kok kak Lio, mah.” Timpal Avrio yang sedari tadi diam menikmati sarapan pagi.
"Benar son, kakak iparmu orang yang baik dan sangat sopan, itulah mengapa papa menyetujui pernikahan mereka," tutur Alka, membuat senyum Avrio mengembang mendengar penuturan sang papa.
Avrio adalah adik Arka yang terakhir, Avrio paling berbeda diantara mereka karena anak itu tidak bisa berjalan sehingga hanya bisa duduk di kursi roda. Cara berpikirnya pun sangat lemah, tapi anak itu selalu strong dan tak mau menunjukkan sisi lemah pada orang lain. Devita sebagai ibu tidak terlalu memperhatikan anak terakhirnya.
“Belain aja terus, dia kan kakak kamu,” dengus Liora kesal pada sang adik.
“Sudah-sudah sebaiknya kita lanjutkan sarapan. Mah ayo sarapan, Arka biar istrinya yang mengurus,” tukas Alka menghentikan pembicaraan mereka saat di meja makan dan menghindari pertengkaran yang berlanjut.
Devita tidak berani membantah perkataan Alka. Devita memilih untuk menurut dan memakan sarapannya, ketika sarapan mereka selesai barulah kedua pasangan yang baru satu minggu menikah itu terlihat menuju meja makan.
“Jam berapa ini, kenapa baru bangun?” Ketus Devita bertanya dengan menatap marah menantunya.
Tubuh Serra seketika menegang mendengar nada ketus keluar dari mulut mama mertuanya. Serra bingung memberikan jawaban seperti apa, karna alasan apapun yang keluar dari mulutnya pasti tetap tidak diterima oleh mama mertuanya yang galak menurut gadis itu.
“Tadi malam aku engga bis-“
“Serra engga bisa tidur tadi malam ma, dia kelonin aku sampe tidur. Baru Serra bisa tidur,” sela Arka yang memberikan alasan, agar mama tak memarahi istrinya.
Serra menatap Arka bertanya, kenapa suaminya malah berbohong. Padahal tadi malam memang dirinya tak bisa tidur. Mungkin suaminya tak ingin melihat dia kena marah.
“Oh benarkah itu, tapi kalian tidak melakukannya kan?” Devita bertanya memastikan kembali.
Keduanya menggelengkan kepala bersamaan.
Devita merasa tenang sekarang, padahal dia tahu bahwa seorang pria pasti sangat susah menahan keinginan untuk menyentuh wanita yang sudah sah menjadi istri. Tapi ini Devita lakukan sebenarnya untuk mencegah agar keluarga Xander tak memiliki cucu dari perempuan kalangan bawah seperti istri putranya itu. Nanti setelah kelulusan keduanya bagaimana pun caranya keduanya harus bercerai.
“Baguslah mama lega mendengarnya... Arka mau makan apa? Biar mama ambilin,” ujar Devita menawari putranya sarapan pagi.
“Biar aku aja mah, yang menyiapkan makan untuk Arka,” kata Serra.
“Memang saya tidak boleh, menyiapkan makan untuk putra saya. Sebelum ada kamu juga saya yang menyiapkan sarapan untuk putra saya,” sahut Devita berkata pedas.
Berhubung Alka sudah meninggalkan meja makan, itulah yang membuat Devita mempunyai keberanian berbicara pedas. Jika ada Alka pasti lelaki itu akan menegurnya kembali dan menasehatinya. Jadi ini kesempatan untuknya berbicara semaunya.
“Mamah masih bolehkan sayang menyiapkan sarapan untuk kamu?” Tanya Devita pada putranya dan melirik sinis menantunya.
“Iya mah, boleh kok,” jawab Arka.
“Sayang kamu duduk disini samping aku, kamu mau makan apa biar aku ambilin,” ucap Arka.
“Aku mau roti pakai selai nutella aja ka,” sahut Serra tersenyum. Tingkah mama mertuanya memang keterlaluan, tapi dia harus sabar menghadapi mama mertuanya dan selalu berpikir positif.
“Istri mu itu masih punya kedua tangan loh ka. Biarkan dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri,” lontar Devita.
“Engga papa ka, biar aku ambil sendiri aja," sergah Serra mengambil roti dan mengoleskan sedikit selai nutella. Sebenarnya jika dirumah kontrakan bersama ibunya, ibunya atau dia sendiri pasti akan memasak nasi goreng untuk sarapan pagi mereka.
"Sarapan orang kaya memang beda.” Batinnya.
“Oh ya Serra, nanti sore bantuin pelayan lainnya masak didapur. Malam ini papa mengadakan makan malam bersama keluarga besar Xander dan Frianka,” ujar Devita.
“Loh mah, kan banyak pelayan yang bisa masak. Kenapa Serra juga harus ikut membantu di dapur,” protes Arka tidak terima dengan perintah mamanya menyuruh istrinya juga membantu di dapur.
“Ini semua agar keluarga besar kita tahu bahwa menantu Xander bisa masak. Jadi mama hanya ingin melihat kamampuan Serra di dapur,” kata Devita ngasal, padahal hanya ingin mengerjai menantunya itu.
“Tapi mah, Serra kan memang bisa memasak. Buktinya selama satu minggu ini Serra sering bantuin memasak di dapur. Bahkan kadang Serra sendirian memasak hanya untuk makan malam kita,” ucap Arka membela istrinya.
“Iya Arka, mamah tahu itu. Tapi keluarga besar kita belum mengetahui kemampuannya berada di dapur dan belum pernah mencicipi rasa masakannya,” sahut Devita kembali.
“Aku tidak setuju mah, jika Serra harus ikut membantu di dapur. Karna istriku bukan pembantu.”
“Mamah tidak ada mengatakan bahwa istri mu pembantu ka. Mamah hanya ingin keluarga kita mengetahui bahwa istrimu bisa memasak itu saja.”
“Tetap Arka-“
“Sudah cukup ka, yang dibilang mamah benar. Keluarga Xander atau Frianka belum tahu kemampuan ku memasak dan mereka juga belum pernah mencicipi masakan ku. Jadi ijinkan aku membantu pelayan memasak di dapur,” sergah Serra menghentikan perdebatan ibu dan anak. Dia tahu bahwa suaminya ini membelanya, tapi jika tidak dihentikan sudah dipastikan perdebatan ini tidak akan selesai.
“Itu Serra saja mau ka, jadi apalagi yang mau kamu permasalahkan,” tukas Devita.
Arka mengalah dan mengijinkan Serra. Padahal dirinya tidak suka istrinya berada di dapur. Tapi hanya untuk kali ini saja dia membiarkannya.
****
Bersambung. . .
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaitu vote, like, comennt dan gifts agar author semakin semangat updatenya.
Yuk follow ig author : @dianti2609
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!