NovelToon NovelToon

Natasha Finding Love

Natasha

...Novel ini adalah lanjutan dari novel......

...Pertama (My Butler)...

...Kedua (Sekar & Raja Phinisi)...

...Ketiga (My Personal Tour Guide)...

...Bila berkenan boleh dibaca dari ketiga novel itu....

...Tapi Jika Tidak Juga Gak Apa-Apa ...

...🏡🏡🏡...

...Cheers... Happy Reading...

____________

Bali, 11.35 WITA (Waktu Indonesia Tengah)

 

“Satu... Dua... Tiga... Action! Terimakasih buat kalian udah mau ngikutin vlog aku. Semoga vlog aku semakin bikin hari kalian lebih berwarna dan... menambah imun semangat!!! Sampai jumpa di next vlog berikutnya. Dan aku ingetin buat kalian semua agar selalu jaga kesehatan... Healthy inside, fresh outside and sexy outside... See you... Bye bye everyone...!” ucap seorang youtuber perempuan berambut panjang.

 

Namanya adalah Natasha. Tapi dia lebih sering dipanggil Sasa oleh keluarganya. Kamera merupakan salah satu bagian terpenting dari hidupnya sejak salah satu unggahan videonya di youtube meroket dengan 5juta kali ditonton.

 

Drrttt...Drrttt...Drrtt...

 

“Huft... mommy? Untung nelponnya pas udah selesai ambil video. Hihii...” ucapnya sambil memandangi layar ponsel. Ada panggilan masuk di handphonenya itu. “Hallo mommy!”

 

“Hai sayang! Lagi apa? Mommy, daddy sama adik kamu baru sampai di Bali. Kita jadinya bakal adain Pesta Ulang tahun pernikahan di St Regis Bali. Di kawasan Nusa Dua. Kamu bisa datang kan?” tanya perempuan paruh baya bernama Ajeng. Dia adalah ibu dari Sasa. Sebetulnya bukan ibu kandung, hanya ibu angkat. Tapi kedekatan Sasa dan ibunya itu bagai hubungan anak dan ibu kandungnya. Sangat dekat, seolah memiliki ikatan darah. Begitu pula dengan daddynya. Daddynya itu juga bukan orang tua kandungnya. Tapi Sasa sangat beruntung memiliki orang tua angkat yang begitu menyayanginya. “Jangan bilang kamu lagi gak ada di Bali...” ucap Ajeng membuat Sasa tersenyum mendengar celotehan mommynya itu.

 

“Iya mommy... Aku pasti dateng. Aku lagi ada di Bali kok. Acaranya masih besok kan?” tanya Sasa.

 

“Iya sayang... Tapi mommy udah kangen banget sama kamu,” ucap Ajeng membuat senyum di bibir Sasa semakin merekah. “Udah 2 bulan kita ga ketemu. Padahal kuliah kamu udah selesai. Tapi bukannya berkurang kesibukannya... ini malah makin nambah sibuk... hmmm mommy kan kangen sayang...” ucap Ajeng semakin dinikmati oleh telinga Sasa.

 

“Ya gimana dong mommy... Nanti sore aku masih ada acara buat ngevlog bareng sama temen-temen. Belom lagi masih ada video yang belum selesai aku edit. Lagian kado yang ku order online buat mommy sampainya besok juga. Sabar ya mommy... besok aku nyusul mommy ke Nusa Dua,” sambung Sasa menjelaskan. Meski dirinya dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan, dia berusaha belajar mandiri. Sejak duduk di bangku SMA sampai kuliahnya selesai, Sasa memilih tinggal sendiri di daerah Ubud Bali. Sedangkan kedua orangtuanya tinggal di Jogja bersama adik laki-lakinya yang bernama Bondan.

 

“Iya sayang... ini ada daddy kamu, mau ngomong juga,” ucap Ajeng memberikan ponsel kepada suaminya. “Mas Bimo, ini HP nya...”

 

“Hallo Sasa... apa kabar kamu, nak?” sapa Bimo, daddynya Sasa.

 

“Hallo daddy! Aku sehat. Daddy apa kabar? Besok Sasa datang ke sana bawa stick golf. Kita harus battle. Tanding satu lawan satu. Hihiii...” tegur Sasa membuat daddynya tertawa kecil. Keduanya memiliki kesamaan hobby bermain golf. Karena memang daddynya itu mengajarinya bermain golf sejak kecil. Jadilah kegiatan bermain golf memiliki arti sendiri bagi Sasa dan daddynya.

 

“Pasti Kita akan tanding. Hahaha... Tapi bukan satu lawan satu saja. Karena ada tamu special yang bakal ikut main sama kita juga,” ucap Bimo membuat Sasa penasaran.

 

“Tamu special...? Siapa, dad?”

 

“Deni. Kamu ingat kan sama om Deni?” tanya Bimo balik kepada anaknya.

 

Sosok Deni yang dia kenal sejak kecil tidak mungkin terlupakan di memori Sasa. Deni adalah assistant Bimo. Dia bekerja dengan Bimo sejak Sasa kecil. Tapi karena beberapa hal, dirinya memutuskan untuk pindah kerja ke Melbourne Australia.

 

“Om Deni??? Pasti ingat dong, dad...! Emang sekarang om Deni ada di Bali?” tanya Sasa penuh penasaran. Sudah 8 tahun lamanya dia tidak berjumpa dengan sosok Deni.

 

“Iya, Sa. Kebetulan dia lagi liburan di Indo. Jadi daddy sekalian undang dia di acara wedding anniversary daddy sama mommy kamu,” jawab Bimo.

 

“Waaa pasti acaranya bakal seru ya dad...” sambung Sasa sambil melihat album foto keluarga.

 

“Iya, sayang. Temen-temen lama daddy kayak om Galang, om Raja... mereka bakal datang juga ke sini sama istrinya. Kata mereka juga bakal ajak anak-anaknya sekalian buat liburan keluarga,” jelas Bimo membuat memori Sasa bangkit mengingat wajah-wajah lama yang sudah lama tidak dijumpainya.

 

“Hmm... Sasa jadi makin semangat buat acara besok. Pasti banyak anak rekan bisnis daddy yang ganteng... Hihiii... Sasa harus siap tampil dengan gaun yang paling super nih...” celetuk Sasa membuat bibir Bimo tersenyum lebar.

 

“Hahahaa... Iya banyak... Tapi daddy ga bakal sedikitpun kasih izin mereka buat deketin kamu. Apalagi yang cuma mau main-main sama kamu,” sambung Bimo membuat bibir Sasa manyun.

 

“Apalah daddy ini... Aku kan udah gede. Masa mau dilarang-larang terus...” sahut Sasa dengan nada manja.

 

Bagi Bimo, meskipun kini Sasa sudah menginjak usia 20tahun, anaknya itu akan tetap menjadi anak kecil baginya yang akan selalu dia jaga.

 

“Iya... boleh dekat. Cuman harus tahu batasannya. Daddy ga akan ngelarang,” ucap Bimo membuat Sasa tersenyum senang. “Lagian nanti ada om Deni juga. Daddy jadi tenang,” ucap Bimo membuat bibir Sasa manyun kembali.

 

“Hummm..... Om Deni kan bukan assistant daddy lagi. Jangan bilang kalau daddy mau nyuruh om Deni buat ngekorin aku lagi?!  Om Deni mana mau juga mata-matain aku terus laporan ke daddy?” celetuk Sasa dengan pendapatnya. Selalu ada kata keluar dari bibirnya bila harus berdebat dengan daddynya.

 

“Hahaa...” tawa Bimo menanggapi celotehan anaknya. “Sasa... udah dulu ya, nak. Ini si Raka, anaknya om Galang ke sini,” ucap Bimo bersiap menutup ponselnya.

 

“Raka? Emmm... Iya dad. Sampai jumpa besok. Bye bye daddy... Love you...” sahut Sasa.

 

Panggilan handphone pun selesai. Sasa bisa merasa lega karena kesibukan yang membuatnya tidak bisa datang ke Nusa Dua saat ini tidak membuat orang tuanya marah.

 

“Huft... untung mereka ga marah karena aku masih sibuk ngurusin vlog. Hihiii... By the way... siapa itu yang disebut daddy...? Raka...? Apa Raka anaknya om Galang?” tanya Sasa dalam benaknya. “Kayak apa dia sekarang? Kok dia mau sih dateng ke acara wedding anniversary daddy sama mommy? Ini kan acara orang tua... bukan generasi di usianya... Hihiii...”

 

Banyak wajah lama bermunculan di benak Sasa saat ini. Dirinya mencoba mengingat-ingat dengan membuka album foto lama yang ada di ruang santai depan kolam renang.

 

 

“Daripada aku lihat-lihat foto, mending aku edit video terus upload ke youtube... Biar besok aku bisa santai dateng ke acara anniversary daddy sama mommy,” ucap Sasa yang kemudian menutup album foto di pangkuannya.

 

Meski sudah sejak lama dirinya berkecimpung dalam dunia youtube, Sasa memilih untuk melakukan proses editing sendiri. Dirinya pun tidak memiliki asisten pribadi seperti para youtuber lainnya meski subscribernya sudah menembus angka jutaan.

 

“By the way... Emm.... besok bagusnya pakai gaun yang mana ya?” ucap Sasa sambil mengingat koleksi gaun di lemari pakaiannya.

 

*****

Bersambung...

*****

 

 1. Visual Hailee Steinfeld sebagai Natasha

 

Visual Ashton Kutcher sebagai Raka

Visual Jamie Dornan sebagai Om Deni

...Dan bila visual tidak cocok, maka mari berhalusinasi dengan imajinasi masing-masing...

Sosok Lama

Meski ada banyak hal yang harus dikerjakan, Sasa tetap menyisihkan waktunya untuk mempersiapkan diri pada acara anniversary orang tuanya. Malam ini, setelah selesai membuat vlog bersama teman-temannya, dia melajukan mobil menuju sebuah butik yang masih di area Ubud. Ada banyak koleksi gaun yang menarik mata. Tapi tentu saja hanya satu gaun yang akan dipakai pada acara wedding  anniversary.

 

“Okay.... gaun sudah dipilih. Sekarang waktunya pulang... istirahat... bobok cantik,” gumam Sasa mengepuk – epuk tas belanjaan berisi gaun pilihannya.

 

Bila kepala sudah menyentuh bantal, dia menggunakan waktunya itu untuk mengecek setiap pesan yang masuk. Rupanya ada pesan yang masuk dari adiknya.

 

📲Bondan (17:15)

Oiii kak! Sini ke Kuta. Aku sama mas Raka lagi nonton konser musik.

 

Begitulah isi pesan yang dikirim adiknya. Melihat waktu pengiriman dan waktu sekarang, nampaknya konser itu sudah selesai.

 

“Huft... Sorry Bondan. Aku baru baca. Next time aja nonton konsernya.  Aku capek... Sampai jumpa besok di Nusa Dua,” seperti itulah kalimat balasan yang dikirim Sasa untuk adiknya.

 

Bondan yang saat ini tengah bersantai dengan Raka, menunjukan isi balasan yang dikirim kakaknya itu ke Raka.

 

“Konser udah selesai... Kita juga baru sampai kamar... Dia baru balas nih...” ucap Bondan menyodorkan ponselnya ke Raka yang tengah duduk di balkon sofa. Dia menunjukan pesan balasan dari kakaknya itu.

 

“Hmmm...” gumam Raka melirik layar ponsel.

 

“Mas Raka emangnya mau ngomong apa ke kak Sasa?... Soal kerjaan? Penting ya? Dia orangnya sibuk. Kalau diajak meet up emang susah,” celetuk Bondan ikut duduk di samping Raka.

 

“Emmm... Bukan soal kerja,” sambung Raka mulai membuka akun sosial media Sasa. Pan tatnya sedikit dia geser menjauhi Bondan agar bisa leluasa melihat foto-foto Sasa di layar handphonenya. “Kamu sono tidur di dalam. Sakit ntar kena angin malam,” pinta Raka yang kemudian menyenggol pahaa Bondan dengan kakinya.

 

“Haishhh mas Raka pikir aku anak kecil apa? Bisa sakit karna angin malam... Hm... ckckck...” Bondan berlanjut mencari posisi yang nyaman dengan bermain game pada handphonenya. “Mas Raka tuh... sono tidur di kamar... Jangan stalking IG kak Sasa. Disabar-sabarin dulu. Besok orangnya juga bakal ke sini. Hihiii...” ucap Bondan membuat wajah Raka memanas. Dengan gerak cepat dirinya menutup handphonenya.

 

“Stalking IG apa coba? Hmm...” Raka menghela nafas dalam menanggapi ucapan Bondan. Sedikit gusar. Dirinya mengelak meski sudah tertangkap basah melihat foto-foto Sasa.

 

“Ga usah boong, mas Raka... Aku bila lihat jelas kok dari kaca belakangmu itu...” celetuk Bondan semakin membuat Raka malu.

 

Raka melirik ke belakang menengok kaca yang disebut Bondan.

 

“Ga usah ngelak lagi... Okay? Calon adik ipar nih... Kalau jadi,” ucap Bondan dengan senyum tipisnya menggoda Raka.

 

Karena merasa malu, Raka segera beranjak bangkit dari tempat duduknya. Dia menyambar botol mineral dan meminumnya.

 

“Yah... Kalau jadi ya,” sambung Raka dengan gaya lebih tenang. “Tidur, ah. Ngantuk,” ucap Raka yang kemudian berbalik badan meninggalkan Bondan di balkon.

 

Bila dipikir-pikir, untuk usianya saat ini yang sudah menginjak angka 30 tahun, bukan waktunya bagi Raka untuk main-main atau hanya sekedar mengagumi lawan jenis. Perjalanan cintanya mencari sosok perempuan yang tepat belum dia temukan sampai saat ini.

 

“Apa mungkin Sasa mau sama aku? Huft... Dia saja nampaknya masih asyik dengan karirnya yang lagi naik daun. Mama ni kalau ngasih option suka nyleneh. Jarak aku sama Sasa aja 10 tahun...” gumam Raka setelah mencuci mukanya. Sebetulnya dia tidak tertarik hadir di acara anniversary wedding orang tuanya Sasa. Tapi karena bujukan mamanya untuk mendekati Sasa, dia mencoba mengabulkan permintaan mamanya.

 

Masih belum selesai begitu saja, setelah mencuci muka, Raka kembali menengok foto-foto Sasa di instagram sambil rebahan. Ada banyak foto yang bertaburan di sosial media itu.

 

“Untung bukan private account. Jadi bebas nengokin kamu. Bebas liat-liat tanpa harus memfollow,” gumam Raka dengan senyumnya. Dirinya sendiri tidak sadar kalau saat ini tengah tersenyum menikmati wajah cantik Sasa.

 

“Hmm.... Apa kamu masih ingat aku?” tanya Raka dalam pikirannya.

 

______

 

Setelah banyaknya persiapan yang dilakukan, akhirnya acara wedding anniversary orang tua dari Sasa dan Bondan, berlangsung juga saat ini. Acara yang diadakan di taman pada malam ini begitu meriah. Ada banyak tamu undangan yang hadir untuk memberi ucapan selamat atas perayaan pernikahan yang ke-15.

 

“Happy wedding anniversary mommy... daddy...” ucap Sasa sambil mengeccupp kedua pipi orang tuanya bergantian.

 

“Kamu kemana seharian? Kok baru dateng?” tanya Ajeng kepada anak perempuannya itu.

 

“Sorry mommy. Aku tuh lupa kalau sebenernya tadi siang ada janji buat ngevlog...” jawab Sasa menjelaskan. Banyaknya acara vlog membuatnya kebingungan dalam membagi waktu.

 

“Ngevlog sama siapa sih? Artis atau selebgram yang mana satu?” tanya Bimo daddynya Sasa. “Kamu tahu gak... Daddy sama om Deni nungguin kamu dari pagi sampai siang di lapangan golf. Panas... Ternyata yang ditunggu asyik ngevlog...” ucap Bimo yang disambut dengan senyuman canggung Sasa. “Kalau dimarahin malah cengar-cengir...” tegur Bimo yang kemudian menarik hidung Sasa sampai istrinya tertawa melihat perkelahiannya dengan Sasa. “Kamu tuw sama Bondan emang sebelas dua belas. Kalau ditegur bisanya cuma cengar-cengir!”

 

“Hihiii... Sorry sorry... Aku beneran lupa, dad. Besok ya kita main golfnya,” sambung Sasa mulai merangkul lengan daddynya. “Lagian Ngevlog itu kerjaanku, dad... Aku Janji deh... besok kita main golfnya,” membujuk dengan mendaratkan ciumann di pipi daddynya. “Senyum dong dad... Jelek tahu kalau gak senyum. Nanti mommy diambil cowok lain loh,” ucap Sasa membuat mommynya memicingkan alis.

 

“Kamu nih ada-ada aja!” sambung Ajeng memukul pan tat Sasa.

 

Ketika ketiganya tengah asyik bercanda dan melepas rindu, anak laki-laki dari pasangan Ajeng dan Bimo itu datang sambil membawa piring yang berisi banyak camilan kue manis.

 

“Kakakku yang pemesss... artis selebgram artis youtube, apa kabar?” sapa Bondan dengan menyodorkan kue ke mulut Sasa.

 

“Emm....” Sasa pun melahap kue pemberian adiknya itu. “Kuenya enak banget. Mau nyoba lagi dong...” pinta Sasa sambil mengunyah kue yang masih ada di mulutnya.

 

“Ini laper apa doyan nih?” ucap Bondan sambil menyuapi kakaknya dengan kue lagi.

 

“Emmm... Dua – duanya...” jawab Sasa yang kemudian melahap kue dari tangan Bondan.

 

Sejak kecil keduanya memang akrab. Meski tidak ada ikatan darah, Bondan sangat menghormati dan menyayangi kakaknya itu.

 

 “Kak, ada yang mau ketemu kakak dari kemarin,” ucap Bondan semakin cepat menyuapi mulut Sasa dengan kue.

 

“Siapa?” tanya Sasa.

 

“Raka,” jawab Bondan membuat pikiran Sasa mengingat-ingat nama Raka. Tidak asing. Tapi ada beberapa wajah dengan nama Raka yang melintas di benaknya. “Ke sono yuk kak! Orangnya ada di sana tuh,” ucap Bondan menunjuk ke sebelah kanan. Ada banyak kerumunan orang yang ditunjuk oleh jari Bondan.

 

Tapi baru saja Sasa akan melangkahkan kakinya mengikuti Bondan, keduanya berhenti karena ada seseorang yang menepuk bahu Sasa.

 

“Om Deni...” ucap Sasa terkejut mengetahui orang yang menepuk bahunya adalah sosok lama yang dulunya begitu dekat dengannya.

 

*****

Bersambung...

Pilih yang mana ya??? Om Deni atau Raka ya??? Othor siap menampung yang mana ajah

😅

*****

 

 

 

Villa Ubud

Penampilan yang selalu terlihat rapi dan penuh kharisma itu kini dilihat Sasa lagi. Wajahnya sedikit berubah. Tapi sorot mata Deni yang hangat, masih  tetap sama.

 

“Sudah besar kamu sekarang,” ucap Deni dengan senyum tipisnya.

 

Sosok Sasa kecil yang dulu pernah dia jaga, kini sudah menjadi seorang perempuan dewasa. Cantik.

 

“Maklum, om... makannya dia emang banyak. Rakus. Kue aku aja hampir habis dimakan kak Sasa,” celetuk Bondan membuat orang tuanya dan Deni tertawa.

 

“Hmmm... Nimbrung terus kamu ya...” Sasa mencubit kecil lengan Bondan. Tapi yang di cubit masih bisa cengar-cengir. “Sono kamu duluan ke sana. Ntar aku nyusul,” pinta Sasa kepada Bondan untuk pergi menghampiri Raka terlebih dahulu.

 

“Okey  okeyyy... jangan lama-lama. Karatan ntar mas Raka nungguin kakak,” celetuk Bondan membuat orang-orang yang berdiri di sekitarnya tertawa kecil.

 

“Iyaaa... sono, ckckck” pinta Sasa berdecak heran dengan sikap adiknya itu. Selalu usil.

 

Selagi Bondan pergi menyusul Raka, Sasa kembali memalingkan pandangannya ke Deni. Dia memberi salam dan pelukan untuk menghormati laki-laki yang dulu pernah menemaninya semasa kecil.

 

“Om Deni gak banyak berubah ya... Awet muda,” Puji Sasa membuat Deni kembali tersenyum.

 

“Tanyain dong, Sa... biar daddy juga tahu rahasianya,” sambung Bimo membuat Deni tertawa kecil.

 

“Cuma hidup sehat saja, pak. Konsumsi healthy food sama olahraga,” ucap Deni jujur sambil mengusap punggung Sasa.

 

Ketika mereka tengah asyik bercakap-cakap, tiba-tiba suara musik yang dimainkan oleh kru entertainment, menarik perhatian banyak orang. Termasuk Sasa, Deni, Bimo dan Ajeng. Alunan musik itu membuat banyak tamu tertarik untuk berdansa.

 

“Sa, kamu temani om Deni dansa. Daddy mau ajak mommy kamu dansa,” ucap Bimo berbisik ke telinga Sasa.

 

 

Banyak para tamu undangan yang  berdansa, membuat Sasa dan Deni ikut terbawa suasana. Tanpa mereka sadari, kini keduanya sudah beberapa menit berdansa dalam diam. Menggoyangkan kaki mengikuti alunan musik. Sesekali saling pandang dan tersenyum.

 

“Om Deni... Em, di sini liburan sama siapa?” tanya Sasa membuka pembicaraan. Tangannya masih melingkar di tengkuk Deni.

 

“Sendiri. Saya dengar dari daddymu, sekarang kamu terjun jadi public figure ya?” tanya Deni balik memandangi sorot mata Sasa.

 

“Ah...? Hehee... Daddy ngomong apa aja ke om?” jawab Sasa dengan pertanyaan. Meski tengah naik daun, Sasa merasa sungkan  dan kurang nyaman bila hasil pencapaiannya itu terus-terusan dibahas. “Aku tuh bukan publik figure yang setenar Agnes Mo... Raffi Ahmad atau Luna Maya...” jelas Sasa membuat Deni tersenyum.

 

“Ga usah merendah seperti itu. Saya tadi iseng-iseng nengok channel youtube kamu. Amazing ya subscriber sama viewers kamu. Ga nyangka Sasa yang dulu hobby nonton cartoon, sekarang balik ditonton sama jutaan orang...” ucap Deni memuji.

 

Sikap Sasa yang nampak sopan dan lebih dewasa saat ini semakin membuat Deni kagum. Apalagi raut wajahnya yang dulu nampak imut sekarang terlihat begitu cantik. Sasa kecil yang dikenalnya itu seolah menjelma menjadi perempuan yang anggun dan menawan.

 

“Makasih, om buat pujiannya. Heheee... Ngomong-ngomong kita duduk aja yuk biar ngobrolnya lebih nyaman,” ucap Sasa sambil melirik bangku kosong yang sedikit jauh dari kerumunan tamu.

 

“Good idea,” ucap Deni yang kemudian menuntun pinggang Sasa.

 

Keduanya mulai mendaratkan pan tatnya untuk duduk berdua. Tapi baru saja mereka duduk, ada seorang waiter yang membawa nampan berisi minuman mendekati mereka.

 

“Mau coba Red wine atau white wine, pak?” tanya waiter itu menawarkan kepada Deni.

 

Harum aroma wine yang menusuk di hidungnya itu membuat Deni tertarik dan memandangi gelas yang berisi minuman anggur itu.

 

“Kamu minum alkohol?” tanya Deni melirik sorot mata Sasa.

 

“Hm? Aku... Iya, om. Dikit...” jawab Sasa dengan senyumnya.

 

Dirinya memang sudah diberi izin oleh orang tuanya boleh meminum alkohol. Tapi dalam batas wajar. Itupun bila dia ingin minum, biasanya selalu bersama teman-teman perempuannya. Jadilah saat ini Sasa merasa sungkan karena akan meminum alkohol bersama seorang laki-laki. Ditambah lagi laki-laki itu adalah Deni, orang yang dulu selalu menjaganya.

 

“Mau red wine atau white wine?” tanya Deni bersiap mengambil gelas yang ada di nampan.

 

“Red wine, om,” jawab Sasa sambil melirik gelas berisi anggur merah.

 

Deni pun mulai mengambil 2 gelas anggur merah dari nampan itu. Rasanya sangat nikmat saat lidah keduanya mencecap anggur itu.

 

“Hmm... Nice,” ucap Deni setelah merasakan anggur merah yang ditawarkan oleh waiter itu. “Boleh saya pesan satu botol red wine yang sama?” tanya Deni kepada waiter itu.

 

“Boleh, pak. Saya ambilkan ya...”

 

“Yeah, please. Kita tunggu,” balas Deni dengan ramah.

 

Selagi menunggu red wine yang dipesan, keduanya melanjutkan obrolan mereka. Obrolan ringan membahas tentang kegiatan yang keduanya lakukan selama beberapa tahun kebelakang.

 

“Owhh... jadi sekarang om Deni berencana buat tinggal di Singapore setelah putus dari pacar om dari Melbourne itu? Hmmm....” ucap Sasa setelah mendengar cerita yang disampaikan Deni.

 

“Bukan tinggal menetap selamanya di Singapore, Sa... Cuma sementara waktu aja sambil... yaaahh... Buat menata diri, menata hati... introspeksi,” jelas Deni dengan raut wajah yang seolah mengingat masa lalunya.

 

“Yeah... I know... Aku tahu itu ga mudah. Setelah menjalin hubungan bertahun-tahun, yang seharusnya endingnya bahagia, tapi tiba-tiba orang yang om sayang minta pisah tanpa alasan yang gak jelas,” ucap Sasa yang kemudian meneguk minumannya.

 

Keduanya semakin berbagi cerita sambil menikmati anggur merah yang dipesan. Satu botol... Dua botol... sampai keduanya mulai berjalan menyusuri pantai dengan penerangan lampu yang tidak begitu terang.

 

“Lama tidak ngobrol sama kamu, ternyata setelah kamu besar... asyik dan nyaman juga ngobrol sama kamu,” ucap Deni mengusap punggung Sasa.

 

Keduanya sudah jauh melangkah meninggalkan kerumunan  pesta yang saat ini masih sedang berlangsung.

 

“Mungkin juga... Saya akan merubah rencana buat stay di Bali daripada stay di Singapore sendiri,” celetuk Deni membuat Sasa menoleh melirik sorot mata Deni. “Kalau disini kan ada kamu, jadi kalau kamu punya waktu luang... pas ga sibuk... Kita bisa jalan bersama, kayak sekarang ini,” jelas Deni membuat aliran darah Sasa tergelitik.

 

“Oh iya, om... pasti. Hihiii...” sambung Sasa dengan senyumnya. Jujur saat ini kepalanya sudah sedikit berat. Banyaknya anggur merah dan hantaman angin malam membuat langkahnya sedikit meliyuk. Apalagi harus berjalan di atas pasir pantai yang halus. Langkahnya semakin berat. Sesekali terhuyung ke kanan dan ke kiri.

 

“Kamu di Bali ini, tinggal di daerah mana?” tanya Deni sambil menghentikan  langkahnya di depan Sasa.

 

“Aku... Emm... tinggal di Ubud, om. Jadi Aku tuh tinggal di villa tengah persawahan gitu, om... Kalau om Deni berencana stay di Bali, coba aja tengok salah satu villa yang dekat di villa aku. Masih banyak villa kosong,” jawab Sasa panjang lebar dengan suaranya yang sedikit tidak jelas karena pengaruh alkohol.

 

“Wah... ide bagus. Gimana kalau sekarang kita ke sana. Kayaknya lebih bagus memang stay di Bali,” ucap Deni yang kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Sasa. Sasa pun persiap merogoh kunci mobilnya dari tas.

 

“Sini kuncinya, biar aku yang nyetir, Sa,” ucap Deni sambil merebut kunci mobil yang dipegang Sasa.

 

Keduanya pun segera berjalan menuju area parkir.

 

“Itu kan Sasa sama om Deni? Mau kemana mereka?” ucap Raka sambil memandangi mobil yang ditumpangi Deni dan Sasa.

 

*****

Bersambung...

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!