NovelToon NovelToon

PERJALANAN SANG DETEKTIF

part 1

"Shakilaaaaaa!!!!!!" Teriak seorang wanita, menggoyang-goyangkan tubuh putrinya yang masih terlelap dengan selimut yang menutupi seluruh tubuh.

"Emzzz.." sahut Shakila membalikan badan menjadi memunggungi ufairah.

Sudah mulai gemas dengan sikap putrinya yang pemalas, dengan jahil ufa mengkelitiki pingganya membuat Shakila repleks memundurkan tubuhnya.

Brukkkk

Awwwww ringis Shakila mengusap pinggulnya yang sakit.

"Ummi..." keluh Shakila mengkerucutkan bibirnya kesal.

"Apa?!"balas ufa tenang sambil bersedekap.

"Sakit tahu!. Bagaimana kalau pinggangku retak,lalu aku masuk rumah sakit. Terus ummi nanti cemas, dan bersedih karena aku sakit" cerocos Shakila membuat ufa menautkan sebelah halis.

"Lihat jam. Mau jam berapa kamu sholat subuh?" Tunjuk ufa ke arah jam.

Kepala Shakila menoleh ke arah jam. Spontan matanya langsung membulat.

"ummi!.kenapa tidak membangunkan ku dari tadi." panik shakila langsung berlari ke kamar mandi, untuk mengambil wudhu.

Ufa hanya menggeleng kecil melihat sikap putrinya.

"entah dari mana sikap pemalasnya. Bahkan kamarnya, terlihat seperti kapal pecah." keluh ufa menepuk dahi,melihat sekeliling kamarnya yang tidak pernah tertata rapih

"Dulu juga kamarmu seperti ini." sahut Hisyam dari belakang, sambil memegang dasi lalu menyodorkannya pada ufa.

Ufa terdiam sejenak,kemudian membenarkan perkataan Hisyam.

"ahh..ya juga. Dulu kan aku paling malas bersihin kamar." setuju ufa terkekeh.

"Ternyata dia memang anakku." aku ufa kemudian tertawa.

"Kenapa mas berangkat pagi sekali?" Tanya ufa sambil memasangkan dahi ke leher Hisyam.

"Mas harus berangkat ke luar kota. Apalagi Adam kembali lagi ke Mesir, jadi kamu tahu sendiri lah?, Mas yang harus turun tangan."

Kepala ufa memangut-mangut.

"seperti apa yah sekarang Malih. Mungkin dia sangat tampan.." ucap ufa yang tiba-tiba teringat Malih yang tidak lain putra Sarah.

Hisyam tertawa kecil membuat ufa jadi bingung.

"kenapa tertawa?"tanya ufa bingung.

"Tampannya seperti Adam. Sikap dinginnya seperti Sarah. Ramahnya seperti Adam, juga pintarnya seperti Sarah. Dan satu lagi, dia anak yang bijaksana seperti Adam dulu. Bahkan anaknya sangat teliti akan sesuatu seperti Sarah yang selalu seperti detective" jelas Hisyam membuat ufa terperangah karena kagum.

"Mereka memang pasangan yang cocok!"puji ufa gemas dengan kedua pasangan itu.

"Ummiii!!!!"teriak Shakila dari kamar mandi, membuat ufa dan Hisyam tersentak.

"Shakila!"

Hisyam segera berlari,kemudian mencoba membuka gagang pintu kamar mandi berkali-kali.

"Shakila!!, buka pintunya nak!!" Pinta Hisyam menggedor pintu beberapa kali dengan panik bahkan ufa sudah tidak kalah paniknya.

Brakkk

Pintu terbuka, karena Hisyam mendobraknya. Dengan panik mereka menghampiri Shakila yang sedang berdiri di pojok dinding dengan takut.

"Ada apa?!" Panik Hisyam melihat putrinya.

"Itu.." tunjuk Shakila ke arah kecoa yang ingin menghampiri ufa.

"Aaaaaaarrrrrrrrrgghhhhh." teriak ufa ikut menjerit. membuat wajah Hisyam Berubah masam.

"Ibu dan anak sama saja." batin Hisyam jengkel.

******

Di meja makan Malih sedang duduk. Tatapannya masih fokus melihat makanannya, bahkan ia tidak berucap atau sekedar beranjak sebentar dari tempat duduknya.

"Malih.." panggil Sarah melirik putranya lembut.

"Iya."

"Bagaimana dengan sekolah barumu?. Apa kamu suka?"

Malih terdiam sebelum ia kembali membuka bibirnya.

"sekolahnya bagus." balas malih singkat.

"Kamu seperti ayahmu. Selalu menjawab singkat jelas dan padat." ucap Sarah terkekeh,sambil mengingat kenangannya dengan Adam.

"Aku berbeda dengan ayah." Bantah malih, tampa mengangkat wajahnya untuk melihat raut wajah ibunya yang terkejut.

"Kenapa kamu seperti membenci ayahmu sendiri?" Tanya Sarah pelan kemudian mendekati Malih.

Dengan cepat Malih berdiri.

"karena Malih bukan seperti ayah." tambahnya lagi membuat hati Sarah menohok sakit.

"Dia terlalu baik untuk kamu benci nak." sahut Sarah menatap putranya sedih.

Malih memalingkan wajah ke arah lain.

"ayah tidak pernah ada untuk Malih." jujur Malih menahan sakit di hatinya.

"Dia bekerja dan mengajar di sana nak!. Dia sedang memberi manfaat ilmu kepada semua orang. Harusnya kamu bangga." ucap Sarah memegang pundak putranya.

"Untuk apa memberi manfaat ke pada orang lain!. Sedangkan keluarganya saja yang membutuhkan kehadirannya,ayah tidak pernah ada." tutur Malih kecewa.

Sarah tersentak,kembali menatap putranya pilu.

"sudahlah Bu..,Malih tidak ingin bertengkar dengan ibu,Malih takut berdosa." pinta Malih memohon.

"Kamu pikir. Membenci ayah juga tidak termasuk dosa!"

Malih bungkam.

"Malih..ayah sangat menyayangimu, walau dia jarang bersama kita. Percayalah, hatinya selalu ada bersama kita." kata Sarah menjelaskan ke pada putranya secara perlahan.

"Sebaiknya aku berangkat sekolah." mencium punggung Sarah,kemudian berbalik.

"Assalamu'alaikum" alih Malih memilih pamit pergi.

"Sikapnya terlalu sama seperti Adam." gumam Sarah menghela nafas berat.

*******

Gerbang sekolah sudah hampir tertutup, membuat Shakila cepat-cepat berlari untuk menghadangnya

"Pakkkkkk....jangan tutup gerbangnya!!!" teriak Shakila berlari, dan "hap" dia bisa menahan pintu gerbang itu sebelum tertutup.

"Tolong bukakan gerbangnya pak." pinta Shakila memelas.

"Kamu sudah telat Shakila. Ini pelajar buatmu, karena kamu sering telat masuk!" Tegur satpam kembali ingin Menutup gerbang.

"Tapi kan, tidak tiap hari aku telat!" Bela Shakila kesal

"Pokonya kamu sudah telat titik." Teguh satpam tidak bisa di ganggu gugat.

"Assalamualaikum pak. Boleh saya masuk." salam seorang pria yang langsung di beri senyuman ramah satpam.

"Tentu saja, silahkan nak Malih." sahut satpam sambil membuka pintu gerbang dengan senang.

Shakila melongo, hatinya sudah mendumel jengkel.

"kalau begitu aku juga masuk!" Pinta Shakila tegas.

"Tidak bisa!" Tolak satpam kembali menutup gerbang.

Kaki Malih melangkah melewati koridor sekolah. Semua orang sudah menatap Malih dengan kagum, bahkan tidak banyak gadis sudah langsung meleleh melihat Malih yang lewat .

Bagaimana tidak?,di sekolah Malih terkenal dengan ketampanan dan kecerdasannya yang di ambang batas. Semua kegiatan di sekolah ia ikuti, membuat hampir sebagian siswi,berlomba-lomba untuk masuk kegiatan sekolah hanya untuk bertemu Malih.

"Dia sangat tampan." puji seorang wanita dengan gemas.

"Dia juga sangat pintar. Katanya di sekolah dulu, dia menjuarai lomba mate-matika se asia, dan dia mendapatkan juara satu. Bukankah itu keren!!" Sahut satu gadis lagi dengan heboh.

Tidak lama Shakila melewat. Dari tatapan kagum, wajah mereka berubah menjadi muram. Bahkan ada beberapa orang yang sudah berbisik-bisik dan itu membuat telinga Shakila jadi panas.

"Apa dia tidak gerah dengan mukenanya?"

"Kalau saranku, lebih baik dia pakai mukena aja sekalian. Kan sama-sama lebar,benar kan Shob?" Aju gadis itu membuat kedua sahabatnya tertawa

Mendengar pembicaraan gadis yang sedang bergosip,zio melirik malih yang tadi ikut duduk di sebelahnya.

"Menurut lo gimana Malih!. Kalau menurut gue, Shakila itu berlebihan. padahal kan kita masih 3 SMA, harusnya dia lebih banyak bergaul, dan kurangin dikit dalam hal pakaianya yang terlihat gerah itu." kata zio yang kebetulan sedang duduk dekat Malih.

Malih diam enggan menjawab. Ia lebih memilih memejamkan mata sambil bersedekap, kakinya di silangkan untuk mendapatkan kenyamanan duduk. di pikirannya sedang mengulan-ngulang hafalan Al-Qur'an,tampa orang ketahui.

"Lo itu tidur yah!" Tegur zio karena Malih tidak merespon ucapannya.

Terdengar helaan nafas berat.

"Lo lagi bicarain orang?" Tanya Malih melirik zio

"Gue bilang Shakila itu berlebihan. Padahal dia kan cantik nih..seharusnya dia agak banyak bergaul. Dan lagi pakaian nya terlalu ribet." ulang zio.

Malih mendesah pelan, kemudian berdiri.

"gue pergi. Assalamualaikum." salam Malih yang langsung di hentikan zio.

"Kenapa Lo malah pergi?" Tanya zio heran.

"apa jangan-jangan Lo suka sama Shakila yah." tuduh zio terkekeh.

"Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [al Hujurat/49 : 12]."

" Sekarang Lo tau kan. alasannya, kenapa gue malah memilih menghindar." tambah Malih dingin. kembali berjalan pergi meninggalkan zio yang langsung bungkam.

Di dalam kelas sudah ramai, semua siswa-siswi sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Seperti Shakila, ia memilih mencoret-coret buku dengan kesal,pasalnya semua orang selalu melihatnya dengan berbeda.

"Menurutmu emang salah kalau aku pakai kerudung panjang?" Tanya Shakila ke arah sahabatnya Nia.

Nia yang sedang bermain game menoleh.

" tentu saja tidak!. Jangan dengarkan mereka. Istiqomah saja okhe." semangat Nia kembali memainkan game dengan heboh.

Tidak lama Malih masuk kelas. Seketika Kelas langsung menjadi hening. Malih yang adem ayem merasa tidak terganggu dengan tatapan mereka, ia segera memilih duduk bersama pria yang memang terlihat culun.

Pria itu menoleh melihat Malih dengan kaget.

"jangan duduk di sini!!" Tolak pria itu panik, karena Malih memilih duduk di dekatnya.

"Ini meja punya sekolah. Jadi gue berhak duduk di mana aja." timbal Malih cuek, sambil memasang headset di sebelah telinganya.

"Malih!. Lo jangan duduk sama anak culun itu, sama kita aja di sini. Nanti Lo ketularan virusnya." ucap salah seorang pria membuat semua siswa-siswi tertawa

Pria culun itu tertunduk. Sedangkan Malih seperti biasa enggan untuk membalas. Sebenernya Malih mencoba menghindari mereka, alasannya cukup sederhana, Malih tidak suka dengan orang yang banyak bicara tapi tidak ada faedah dalam setiap perkataanya. Menurutnya lebih baik mereka diam,dari pada banyak kata yang keluar namun dosa yang di ucapkan.

Pembelajaran pun sudah di mulai. Seperti siswa biasanya, Malih akan mencatat dan memperhatikan apa yang di ucapkan guru di depan.

Setiap pertanyaan yang di ajukan,bila siswa-siswi di kelas tidak bisa menjawab,maka mereka pasti langsung melirik malih. Karena bagi mereka,Malih punya 1000 jawaban di otaknya.

"Apa kamu tahu kapan Albert Einstein lahir?" Tanya guru itu ke pada Malih, karena semua orang menunjuk Malih untuk menjawabnya.

"14 Maret 1879"

"William James sidis?"tanya lagi guru

"1 April 1898"

"Kamu tahu berapa IQ nya?"

"IQ (tingkat Kecerdasan) di atas 250-300. Kejeniusannya mengalahkan Da Vinci, Einstein, Newton dan ilmuwan lainnya. Yang tidak bisa saya sebutkan lagi"jawab Malih tenang,masih fokus melihat gurunya

Semua orang menganga, berdecak kagum dengan kepintaran Malih.

"Selalu makan apa dia pagi hari?" Tanya salah seorang siswi menggeleng-geleng kepalanya tidak percaya.

"Mungkin dia selalu makan buku pelajaran. Aku tidak tahu seluas apa otaknya, hingga bisa menjawab semua pertanyaan guru."

"Kamu bisa menjelaskan, biodata singkat William James sidis?" tantang guru karena merasa mulai tertarik dengan kepintaran Malih.

Malih menggeleng kecil, tidak menjawab atau menolaknya .

"kamu bisa menjelaskannya?" Tanya lagi pak Gian karena ia yakin Malih bisa menjawab

Malih lagi-lagi menggeleng kecil membuat Gian mendesah pasrah.

"baiklah..kita lanjutkan pemlajaran"sambung Gian kembali menjelaskan materi di bor

"Kenapa tidak menjawabnya?" Tanya pria culun itu ragu

"Tidak papa" balas Malih dingin. Sebenarnya..Malih tahu, tapi ia tidak ingin membuat semua orang terlalu memujinya, karena ia bisa menjawab semua pertanyaan guru.

dan lagi tatapan kagum itu hanya membuat Malih tidak nyaman, karena tatapan kagum itu takut hanya akan membuatnya menjadi tinggi hati.

********

Bel istirahat sudah berbunyi. semua siswa-siswi sudah berhamburan keluar kelas. Begitupun Shakila dan Nia.

"Kamu tahu itu Malih anak baru. Masya Allah di buat apa itu otaknya,kok encer banget yah!!" kagum Nia mengingat jawaban Malih yang selalu sukses membuat semua siswa-siswi diam 1000 bahasa.

Shakila tertunduk tidak menjawab ucapan Nia. Karena sebenarnya Shakila lebih tahu tentang Malih dari pada semua orang. Karena dulunya Malih pernah di titipkan beberapa kali oleh Sarah di rumahnya. Shakila sudah tau benar sikap Malih yang dingin dan irit bicara dan kata ufairah mamahnya, kalau Malih paling banyak menuruni sifat Sarah dari pada Adam ayahnya.

"Woyyy!!,malah bengong.." Tegur Nia menepuk punggung Shakila. membuatnya langsung terbatuk-batuk.

"Astagfirullah!!. Anak ini pinginnya di jitak kali." geram ufa hendak menjitak kepala Nia, namun Nia sudah berlari terbirit-birit sambil tertawa.

Kini shakila sudah berada di kantin, tidak biasanya kantin terlihat sepi. Mungkin mereka memilih bergosip di taman sekolah, karena biasanya memang begitu dan Shakila selalu menghindarinya.

Mata Shakila melirik meja yang berada di pinggir dinding, hingga langkahnya tertarik untuk berjalan ke sana. Baru saja ia sampai, kursi itu sudah bergeser.

Srrttttt kursi bergeser ke belakang, dan kursi itu sudah terisi oleh pria yang amat di kenali Shakila.

"Maaf. aku yang duluan kesini." kata Shakila agak keberatan dengan tindakan pria yang seenaknya menduduki tempat orang lain.

Seperti biasa Malih tidak menjawab, ia memilih menyimpan mangkuk mie nya di meja lalu melahapnya.

"Malih!. Ini tempatku." kukuh Shakila yang sudah geram dengan tingkah Malih.

Tidak ada jawaban,sampai Malih menyelesaikan makanannya.

"silahkan!" balas Malih dengan enteng berjalan pergi meninggalkan meja makan.

Tangan Shakila sudah menggepal. Bagi Shakila kelakuan Malih masih terlihat sama, sangat menjengkelkan baginya.

Semenjak mendapat kabar Malih pindah ke sekolahnya, sudah membuat shakila ingin berteriak, memohon agar kepala sekolah tidak menerimanya.

Namun sayang. Malih malah mendapat beasiswa karena sudah beberapa kali mendapat penghargaan di sekolahnya dulu.

"Kenapa kau terlihat marah?" Heran Nia ikut duduk di depan Shakila.

"Anak baru itu.. ingin sekali ku pites dia bagai kutu. Lalu ku kubur dia dalam-dalam di tanah." oceh Shakila membuat Nia menelan selivanya takut

"Perkataanmu sangat sadis!"

"Bayangkan..aku baru saja mau duduk. Lalu dia dengan santainya duduk di tempatku. Bagaimana aku tidak geram??" curhat Shakila dengan tangan yang di gerakan, mengikuti ekspresi yang ia ucapkan.

"Kenapa aku merasa,kamu jadi marah padaku?" Tanya Nia bingung,melihat Shakila yang menyepertikan kalau ia adalah Malih.

Wajah Shakila berubah seketika.

"ahh ya juga. Sepertinya ini karena aku sedang kesal hehe" nyengir Shakila membuat Nia mendesah pasrah.

******

Setelah selesai makan,Malih lebih tertarik duduk di kursi yang berada di koridor sekolah. Headset kembali terpasang di telinganya,seperti biasa ia akan memejamkan mata untuk mendengar setiap lantunan ayat suci Al-Qur'an . Selain untuk mengingatkan hafalannya, juga agar membuat hati Malih menjadi damai.

"Hei Malih! " sapa seseorang menepuk bahu Malih lalu duduk di sisinya.

"Assalamualaikum." balas Malih terdengar malah seperti menyindir.

"Santai saja bro. Lo itu agamis banget sih." gurau lelaki itu,sedikit menganggu di telinga malih.

" Lo ingin dapet pahala?" tanya Malih dingin.

"Yaeyalahhh,mau. Buat bekel masuk surga nanti." sahut zaio tertawa.

"Kalau gitu baca salam." sahutnya lagi.

"Dari abdullah bin Amr bin Ash, bahwasanya ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah saw : Bagaimanakah Islam yang baik itu? Beliau menjawab : "Yaitu kamu memberi makanan, dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang belum kamu kenal. HR. Bukhari dan Muslim"

Lo ngerti sekarang?" Tambah Malih Tampa melirik zio

"Mulai deh ceramahnya." keluh zio mendengar penuturan Malih.

"gue tau Lo pandai. Tapi nyeramahin gue gak akan mempan." sahut zio kemudian berlalu pergi.

Malih menggelengkan kepala kecil,kemudian kembali fokus mendengar lantunan suci ayat Al-Qur'an. Baru saja dia mulai fokus,seseorang sudah menganggu hafalannya.

"Haii malih" lambai seorang wanita dengan genit. Yang tentu saja di hiraukan Malih

Merasa di hiraukan wanita itu mendekat lalu duduk dekat malih, namun sayang Malih langsung berdiri dan berlalu pergi membuat wanita itu langsung berdecak tak percaya.

"Apa gue kurang cantik?" Kesal wanita itu melirik kedua sahabatnya yang juga tak percaya.

"Pertama kalinya gue di giniin. Pokoknya gue gak terima!!" Sambungnya menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal.

part 2

Di ruangan kantor, Hisyam masih fokus memeriksa semua file yang menumpuk di atas meja. Bahkan sesekali ia menghela nafas berat. merasa sudah lelah,tangannya mengambil ponsel yang sudah dua jam ini tidak ia lihat.

Senyumnya menyungging ketika melihat ufairah mengirimnya pesan.

#istriku

Mass ku sayang, manis tampan . Abinya Abyan sama Shakila. kalau pulang kerja,jangan lupa beli bawang putih,bawang merah, minyak goreng, sayur bayam, sama daging ayam 1 kg. Makasih sayang, aku akan selalu menunggumu di rumah.

Halis hisyam menaik sebelah "apa ufa sedang bercanda?."

Ting

dengan semangat Hisyam kembali membuka pesan dari ufa.

#istriku

Owh iya,jangan lupa juga beli panci nya sayang. Maaf merepotkan.. aku sedang membantu Sarah di rumah, untuk membantunya membuat kueh. Selamat bertemu di rumah sayang.

Hisyam berdecak kesal. Kemudian dengan kesal mengetik balasan untuk protes. tapi ia urungkan,mengingat betapa lelahnya ufa mengurusi rumah tangga. Ia hanya meminta Hisyam membeli barang, masa iya ia harus mengeluh.

"Iya sayang. Jangan lupa bikin kueh juga buat mas. mas mau brownis." dengan senyum Hisyam kembali mengirim pesan buat ufa.

Telunjuknya di ketukan beberapa kali di atas meja, menunggu pesan ufa yang belum muncul di layar handponya.

Ting

#istriku

"Iya sayang. Tumben pengertian hehe."

Dahi Hisyam mengerut. Memang sejak kapan ia tidak pengertian dengan ufairah. Wajahnya berubah kesal sambil mengetik balasan.

" Kapan mas tidak pengertian sama ummi." Hisyam kembali mengirimnya.

Ting

#istriku

Kemarin saja di suruh beli sayur ke pasar gak mau."

Hisyam mendesah kesal,bagaimana mungkin ia mau ke pasar buat beli sayur, yang harus saling berhimpitan dengan ibu-ibu yang menawar harga. Membayangkannya saja, membuat Hisyam begidik ngeri.

"Ngeri.!!" balas Hisyam kemudian terkekeh kecil.

Ting

#istriku

Ngeri kenapa?

"Lihat ibu-ibu yang sedang menawar harga."

Beberapa menit tidak ada balasan dari ufa. sambil menunggu, Hisyam kembali membaca semua laporan. sesekali ia mendesah karena ada beberapa point yang tidak ia mengerti.

Ting

Mendengar detingan handpond. dengan segera Hisyam membukanya.

#istriku

Jadi mas ngeri sama ufa. Ufa kan sering nawar harga.

"Bukan begitu sayang, kamu tidak mengerikan kok. Malah kamu terlihat manis." balas Hisyam cepat karena takut ufa berpikir macam-macam.

Ting

#istriku

Owh ya udah kalau gitu 😂. Jangan lupa pesenan ummi sayang. Love you"

"Kirain lupa sama pesanan. Masih ingat ternyata" gumam Hisyam terkekeh.

*******

Bel pulang sekolah berbunyi. semua siswa-siswi sudah berhamburan keluar gerbang sekolah. Hanya ada beberapa siswa-siswi yang masih berada di sekolah. Di antaranya mereka yang punya jadwal ekskul di sekolah.

"Lo ikut ekskul karate kan Malih?" Ujar seorang siswa yang sudah berpakaian karate, dengan sabuk hitam yang melingkar di pinggang.

Malih yang tadi sedang duduk di kursi menoleh, melihat orang yang sedang bicara padanya" gue gak bisa!. Lain kali aja." tolak Malih kemudian berdiri untuk pergi.

"Lo ikut kita aja. Badan Lo kan bagus, tinggi pula. Lo ikut ekskul basket aja." ajak yang lain sambil memegang bola basket.

"Ini kesempatan bagus, kalo Lo ikutan ekskul kita. Mening ikutan ekskul futsal" kata yang lainnya lagi membuat Malih menghela nafas berat.

"Gue gak bisa. Maaf. assalamualaikum." pamit Malih memilih pergi namun langkahnya terhenti ketika ia melihat teman sebangkunya yang ia kenal sebagai vino.

"Sebenarnya saya takut, kalau kamu akan menolak. Tapi..ini keinginan tim marawis sekolah. Mau ikut bergabung bersama kami?" Ajak vino gugup sekaligus takut. Apalagi semua orang yang tadi mengajak Malih sudah menatapnya remeh.

"Heh cupu!. Apaan masuk grup gituan, mening masuk ke tim kita, yang selalu di banggain semua siswa-siswi sekolah." kata pria itu terkekeh sinis yang langsung di setujui semua orang.

"lagian..Malih mana mau ikut tim Lo !"tambahnya nya lagi dengan nada remeh.

"Baiklah.."balas pria itu menunduk lesuh kemudian berbalik

"Vino!" Cegah Malih membuat vino berbalik

"Gue ikut. Kapan latihannya?" Tanya Malih tenang, yang tidak memperdulikan semua orang yang menatapnya tidak percaya.

Malih berjalan bersama vino. Seperti biasa Malih terlihat tenang tidak banyak bicara. Merasa penasaran dengan alasan Malih,membuat vino memilih bertanya

"Siswa-siswi di sekolah SMA Tuna Bangsa,selama ini tidak ada yang tertarik dengan ekskul marawis. Karena menurut mereka tidak menarik,jadi mereka memilih ekskul musik. Kamu yang yang terbilang orang populer di sekolah, kenapa memilih ikut?" Heran vino dengan suara kecil, takut menyinggung Malih

"Lo di paksa kan?" Tanya balik Malih yang membuat vino tersentak

"Ti-tidak" elak vino menggeleng kecil.

"Lo bukan tim marawis. Setahu gue Lo gak pernah ikut tim apa-apa, karena Lo gak pernah di ajak" jelas Malih apa adanya namun cukup menyentak hati vino. Kepala vino semakin menunduk dalam.

"gue gak akan ikut,kalau Lo gak ikut." Tambah Malih enteng. membuat vino mendongkak melihat Malih heran.

"Kenapa?"

"Karena Lo sahabat gue."jawab Malih melirik vino yang terperangah.

"Dimana tempatnya ,kenapa belum sampai juga?" Tanya Malih mencairkan suasana.

Senyum mengembang di bibir vino.

"itu tempatnya. Ayoo masuk" ajak vino semangat ,berjalan paling depan.Ujung bibir Malih terangkat lalu ikut vino dari belakang.

*******

"Duhh kan telat. Ayoooo Shakila kita harus cepat-cepat ke ruangan marawis" panik Nia berlari-lari sambil menarik tangan shakila

Nafas Shakila tidak teratur karena terus berlari. Apalagi Nia mengajaknya berlari tanpa berhenti.

"Niaaa aku lelah.." keluh Shakila sambil memegang dadanya yang sudah tidak bernafas normal.

"Sampai!!" riang Nia merentangkan tangan bahagia.

Tubuh Shakila menunduk, beberapa kali dia mencoba mengatur nafasnya agar bisa teratur kembali. Sahabatnya yang satu ini memang selalu sukses membuatnya tidak bisa bernafas tenang.

"Ayo masuk." tarik Nia semangat, membuat wajah Shakila kembali lesuh.

Beberapa orang sudah berkumpul. Di dalam, sudah terhampar karpet hijau. Di sebelah kanan jajaran wanita yang berjumlah 10 orang dan di sebelah kiri laki-laki dengan jumlah 15 orang.

Kebanyakan yang ikut marawis adalah santri - santriwati, begitupun Shakila ia adalah santri rumahan yang tentu jadi gurunya adalah ayahnya. Toh dulu ayahnya pernah mengajar di Mesir,jadi tidak bisa di ragukan lagi ilmunya.

"Assalamualaikum." salam Nia kemudian ikut duduk di jajaran wanita. Semua orang langsung melihat Nia dan secara tidak langsung melihat Shakila yang ada di belakang Nia.

"Wa'alaikumsalam." jawab semua orang serempak

Suasana langsung hening ketika semua orang sudah berkumpul. Seorang lelaki tua memakai sorban maju ke tengah ia adalah guru grup marawis.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" salam pria itu melihat semua siswa-siswi.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Pria bernama pak Arif, menjelaskan beberapa perihal tentang marawis. Dari mulai sejak berdiri hingga beberapa penghargaan yang sudah di dapat.

Di paling tengah, Malih memilih menunduk, memejamkan matanya. seperti biasa ia akan memulai hafalan Al-Qur'an nya lagi. Telinganya mendengar pak Arif namun pikirannya hanya pada hafalan.

"Tau gak, katanya grup marawis mau di bubarin" bisik seorang pria pada temannya.

"Gak papa juga sih kalau di bubarin. Lagian gue juga mau ke luar, tapi pas lihat Malih datang. gak jadi deh gue keluar. Semua orang pun gak jadi memundurkan diri. Gue yakin..kalau ada Malih, pasti anggota marawis makin banyak." sahut sahabatnya berbisik namun masih terdengar di telinga Malih.

telinga Malih memang agak tajam dari pada orang pada umumnya. jadi tidak salah,ia masih bisa mendengarnya. mungkin itu juga kelebihan yang Allah berikan padanya.

Malih menggeleng kecil mendengar niat mereka yang menurutnya kurang baik.

"Kita sekarang punya anggota baru namanya Malih . Pasti di antara kalian sudah mengenalnya." sambut pak Arifin menunjuk Malih. membuat semua orang langsung melihat Malih. Bahkan di antara wanita sudah meleleh melihat ketampanan malih

"Apa kamu mau ikut bergabung Malih?" Tanya pak Arif tersenyum.

"Sebenarnya aku hanya ingin melihat saja. Maaf tidak bermaksud menganggu" sesal Malih menunduk. Awalnya Malih ingin ikut, namun karena mereka hanya ingin menggunakan Malih untuk pancingan membuat Malih memilih mengurungkan niatnya.

Shakila hanya menganga tidak percaya melihat Malih yang juga ikut dalam tim marawis

"aku tidak akan ikutan, bila ia juga ikut" gerutu shakila, membuat Nia menoleh kaget.

"Tidak bisa gitu. Kamu sudah aku daftarkan." larang Nia tidak terima kalau Shakila keluar grup.

******

Setelah kumpulan selesai. semua orang sudah keluar dari ruangan dengan kecewa. alasannya, karena Malih memilih tidak ikut.

"Bukanya kamu bilang akan ikut?" Tanya vino mengejar Malih yang berada di depan.

Malih diam tidak menjawab perkataan vino.

" padahal aku sangat berharap kau bisa ikut." kata vino lagi dengan raut kecewa

"Semua orang mengharapkanmu masuk grup marawis." tambah lagi vino kecil.

Langkah Malih terhenti,sejenak ia menghela nafas berat.

"bila mereka semua menerimamu dalam grup marawis, semata-mata untuk belajar bersama dan untuk jalinan silaturahmi. Makan ikutlah." kata Malih dingin, kembali berjalan pergi meninggalkan vino yang lansung mencelos

"Mereka hanya memanfaatkan Malih. Agar anggota marawis semakin banyak." gumam vino yang mengerti maksud Malih.

Selama ini mereka memilih yang pintar-pintar saja,bahkan sebagiannya hanya menjadi penonton. Seperti vino, sudah lama ia ingin menjadi anggota tetap,namun tidak pernah ada yang mengajaknya. Hingga membuatnya, hanya menjadi penonton di balik layar.

******

"Assalamualaikum !!. Ummiii" panggil Shakila masuk ke dalam rumah, langsung mencari ufairah.

"Apa ummi di dapur" gumam ufa segera berlari ke dapur

Dan yahh..disana sudah berdiri ufairah sedang memaksak kue bersama Sarah.Mereka terlihat tertawa sesekali, membuat Shakila langsung berlari mendekati mereka.

"Ummiii" panggil riang Shakila memeluk ibunya. Suatu kebiasaan manja Shakila yang tidak hilang sampai ia dewasa.

"Ini Shakila?" Seru Sarah semangat melihat gadis cantik di hadapannya.

Shakila menoleh, kemudian mengangguk semangat. " bibi!!" Riang Shakila langsung di peluk sarah.

"Owhh lihatlah dia sangat cantik dan manis. Bagaimana kalau bibi jodohkan dengan Malih." aju bibi bahagia membuat sahakila langsung tersedak.

"Uhuk " batuknya karena terkejut dengan perkataan Sarah.

Wajah Sarah berubah cemas"apa kamu sakit?"

"Dia hanya terkejut karena kamu menyebutnya akan di jodohkan dengan Malih. Anakmu itu terlalu sempurna untuk Shakila." tolak ufa tersenyum tidak enak

Shakila mendengus mendengar penuturan ibunya. Bagaimana bisa ibunya terang-terangan berkata seperti itu dan itu jelas membuat Shakila malu.

Sarah tertawa kecil kemudian melihat jamnya.

" wah..sepertinya Malih sudah pulang. Sepertinya aku harus kembali"

"Kenapa kembali. Ajak saja Malih kesini, aku juga mau melihatnya" sahut ufa semangat.

"Ummi kan udah tua. Kok masih suka sama anak muda." kata Shakila ngasal membuat ufa menjitak nya kesal.

"Ummiii" keluh ufa mengusap kepalanya sakit. Namun malah membuat Sarah tertawa.

"Ini Malih." tunjuk Hisyam membawa Malih bersamanya untuk masuk dapur.

Sepontan Shakila menoleh, matanya terbelalak kaget dengan kedatangan Malih.

part 3

Mereka sudah duduk di meja makan. Wajah Shakila masih menampangkan senyum palsu, apalagi ia sangat tidak nyaman dengan kedatangan Malih ke rumahnya.

"Kemana Abyan ?. Aku belum melihatnya?" Tanya Sarah kepada ufa.

Kepala ufa mendongkak setelah ia selesai mengambil nasi untuk Hisyam.

"owh Abyan sedang berada di Mesir. Dia ikut guru Badrudin untuk melanjutkan kuliah di sana."

"Berarti dia bertemu Adam di sana." seru Sarah semangat .

Ufa mengangguk pasti.

"dia sangat mengagumi Adam. Katanya Adam adalah guru yang paling di favoritkan di sana." balas ufa semangat .

Mata Sarah melirik malih, berharap putranya tahu kalau Adam tidak seburuk apa yang di pikirkan putranya. Memang semenjak dulu, Adam jarang pulang ke Indonesia, ia hanya akan bertemu Malih 5 bulan sekali. Dan itu pun dalam jangka waktu yang sangat sebentar.

"Aku lebih mengagumi paman dari pada ayah." ucap Malih pelan namun masih di dengar semua orang.

Sarah terdiam mendengar perkataan putranya.

"setidaknya paman selalu berkumpul dengan keluarga." sambung Malih menundukan kepala.

Shakila yang semenjak tadi menggerutu dalam hati, langsung ikut melihat malih.

"Ayahmu sangat menyayangimu Malih."sahut Hisyam melirik malih lembut" seandainya dia punya 10 nyawa,maka 9 nyawa akan di berikan padamu. Dan 1 nya untuk ia bertahan hidup agar terus melihatmu."

Drrrttt Drrrttt Drrrttt

Suara handpond berbunyi. Dengan cepat Malih berdiri.

"maaf. Aku harus mengangkat telepon dulu." pamit Malih langsung berjalan pergi,meninggalkan ruang makan dengan terburu-buru.

"Dia memang seperti itu. Dia akan selalu mendapat telepon mendadak." jelas Sarah tidak enak namun di maklumi semua orang.

*******

Malih berjalan pergi cukup jauh dari rumah Hisyam, sejenak tatapannya mengedar memastikan semuanya baik. Malih langsung mengangkat telepon yang sedari tadi terus berdering.

"Assalamualaikum." Salam Malih.

"Wa'alaikumsalam. Malih bagai mana dengan tugasmu. Apa kau sudah mendapatkan bukti?" tanya orang di sebrang.

Sejenak Malih terdiam hingga ia kembali bersuara.

"sudah pak. Tapi aku harus melihat cctv sekolah untuk lebih jelasnya." sahut Malih tenang,sambil memikirkan semua data yang sudah ia kumpulkan.

"Pastikan kamu menuntaskannya. Menurut ibu korban, Ada orang yang mencelakainya. Sekarang kamu pergi ke taman kota, zio sedang ada di sana." suruh orang di sebrang.

"Aku sedang bersama keluarga. Aku tidak bisa pergi." tolak malih cepat.

"Kalau begitu suruh anak buahmu, yang pergi."

"Mereka sedang cuti."

"Kalau begitu suruh mereka bekerja lagi!" kukuh orang di sebrang keras kepala.

"Tidak bisa!" tolak Malih.

"Aku ketuanya jadi aku bisa!" Balas ketua sedikit berteriak karena Malih selalu menentangnya.

"Karena bapak ketuanya. Bapak harus mengerti anggotanya." balas Malih.

"Berdebat denganmu, hanya membuat kepala bapak jadi pecah." keluh orang di sebrang.

Setelah ketua yang sering ia sebut ketua angy bird menutup telepon. Tangan Malih kembali mengetik nomor kemudian menempelkan handponya di telinga.

"Hallo pak." salam suara di sebrang.

"Assalamualaikum." salam Malih dingin.

"Saya lupa pak. Assalamualaikum." gugup orang di sebrang membuat Malih menghela napas kasar.

"Kamu pergi ke taman kota. Awasi anak itu, lihat siapa saja yang dekat dengannya. Lalu kumpulkan datanya." suruh Malih.

"Tapi pak . Kan saya sedang liburan." keluh orang di sebrang yang tidak lain adalah anggota Malih.

"Kalau begitu kirimkan mobil kemari. Aku akan segera berangkat ke sana. Assalamualaikum" suruh Malih lalu mematikan telepon.

*******

Setelah makan selesai. Malih segera berdiri membuat semua orang langsung memperhatikannya begitupun Shakila.

"Maafkan aku, bibi paman. sepertinya aku harus pergi duluan" sesal Malih menundukan kepala.

"Mau pergi kemana?" Tanya Sarah heran.

"Seperti biasanya Bu." sahut Malih menjawab, seakan Sarah sudah mengetahuinya tampa Malih bicara.

"Kalau begitu ibu juga pulang."

"Kenapa kalian berdua jadi mau pulang buru-buru?" Tanya ufa kecewa.

"Mungkin kalau nanti Shakila dan Malih menikah aku akan sering-sering datang mengunjungi" goda Sarah membuat Shakila tercengang. Merasa angin lewat Malih terlihat tidak peduli.

Wajah shakila sudah memerah padam.

"bibi..." keluh Shakila memelas membuat semua orang tertawa terkecuali Malih tentunya.

*********

Seorang pria sedang duduk di kursi, tatapannya tidak lepas dari handpond. Walau sesekali tatapannya masih tertuju pada seorang pria yang terlihat sedang duduk bersama kekasihnya.

"Apa kita terus seperti ini?" Tanya pria di sebelahnya dengan menguap lebar.

"aku merasa sekarang kita sedang berkencan." sambung pria itu malas.

Malih terlihat tidak peduli dengan keluhan zio. Jadi ia memilih membiarkan zio berbicara sendiri.

"Bila gue lihat lagi. tidak ada yang mencurigakan dari mereka. Lagian kasus pembunuhan di sekolah itu sudah di tutup, jadi buat apa kita menerima kasus membosankan itu"

"Terus saat kemarin gue pergi ke atap sekolah. Tidak ada bukti-bukti sama sekali, sidik jari pun tidak gue temukan." tambahnya lagi sambil melepaskan sepatu pentapel nya gerah.

"gue gak suka nih ama sepatu. Kalau bukan karena tugas, ogah gue makenya." dumelnya kesal.

Jengah mendengar ocehan zio. Handset sudah terpasang di kedua telinga nya.

"mulai deh nohh.. gue gak ngerti kenapa gue di patnerin sama Lo . Harusnya gue di patnerin sama cewek cantik. Setidaknya kan gue gak bosen" kesal zio kemudian melepas handset Malih kemudian memasangkannya di telinganya.

"Lo dengerin bacaan ayat Al-Qur'an yah" kata zio karena mendengar surah di telinganya.

Sepasang kekasih itu berdiri, mata Malih semakin menfokuskan kemana mereka pergi.

"Lo lihat tangan kanannya?" Kata Malih sambil menunjukan foto di hadapan zio.

Kening zio mengkerut,memfokuskan penglihatannya pada foto di hp yang di tunjukan Malih.

"Di jari kelingkingnya terdapat luka, walau agak samar tapi gue masih melihatnya. Gi mana Lo bisa mendapatkannya?" Tanya zio karena ia yakin sedari tadi Malih hanya mengutak nggatik hp.

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)"

"Lo gak sabar, jadi gak bisa lihat kejanggalan mereka." balas Malih kemudian berdiri untuk pergi.

"Mulai deh tuh ceramahnya." sahut zio malas.

Setelah mendapatkan satu bukti, mereka kembali ke kantor. Saat mereka masuk, sudah ada beberapa satpam yang menyambut mereka dengan hormat. Langkah mereka memasuki lift, kemudian menekan tombol 9.

"Lo kenal sama Shakila?" Tanya zio mulai menanyakan hal pribadi Malih.

Mata Malih masih fokus melihat beberapa foto yang ada di hp nya, Tampa ingin merespon ucapan zio.

"Dari gerak-gerik lo gue simpulkan. Kalo Lo kenal sama Shakila. Saat Lo tiba-tiba duduk di tempat kursi yang ingin di tempati Shakila, dan melihat respon Shakila. Kayanya kalian ada hubungan, bisa sahabat,keluarga, mantan kekasih atau yang lainnya." simpul zio sambil mengetuk-getuk dagunya.

Ting pintu lift terbuka . Dengan langkah cepat Malih berjalan pergi. Membuat zio mendengus jengkel,namun akhirnya mengikuti langkah Malih.

******

Pagi hari sudah menjelang. Lagi-lagi Shakila harus berdebat dengan satpam akibat terlambat. Gara-gara mencari tasnya yang hilang. Walau akhirnya tas nya ketemu di bawah kolong ranjang.

bahkan ufa sampai marah-marah karena sikap putrinya yang tidak pernah mau disiplin, dan Shakila hanya memangut-mangut walau ia tidak yakin akan mengulanginya lagi.

"Kemarin saja bapak membolehkan Malih masuk tampa berdebat." kata Shakila protes.

Satpam mengusap dada sabar" non cantik,manis,imut kaya baby doll. Itu udah perintah dari kepala sekolah, kalau mas Malih telat suruh aja dia masuk" sahut satpam.

Mata Shakila menyipit curiga.

"ahh jangan-jangan bapak di suap yah!" Tuduh Shakila membuat satpam terperangah.

"Bapa ini masih takut Allah neng!. Mana mungkin bapa mau di suap." bantah satpam yang mulai kesal dengan Shakila.

"Kalau begitu bapak harus buka gerbangnya. Allah aja maha pengampun,terus kenapa bapa tidak memaafkan kesalahan saya." ceocos Shakila masih tidak ingin diam.

"Ini udah perintah dari sekolah neng. Bukanya kemarin bapak udah berbelas kasih, bukain ni gerbang buat neng." bela satpam yang juga tidak mau kalah.

"Kalau begitu bapak ini sudah tidak a-dil. Dan Allah tidak menyukai orang yang tidak adil." timbal Shakila penuh penekanan.

"(QS. An-Nisa; 135). Membahas perkara adil. Yang di Maksudkan berlaku adil berarti, memutuskan suatu perkara disesuaikan dengan amal perbuatan seseorang tanpa memandang rakyat atau pejabat, miskin atau kaya siapa yang bersalah harus dihukum. Karena Allah SWT yang maha adil membebani hukum kepada hamba-Nya, disesuaikan dengan kemampuannya, dan di dalam menjatuhi atau memutuskan hukuman disesuaikan dengan apa yang pernah diperbuatnya" jelas Malih dari arah belakang membuat ufa tersentak ,walau ia mendengar semua penjelasannya.

"Iya nih mba Shakila. Saya kan harus adil sama siswa-siswi lainnya. Masa ia saya masukin mba Shakila. Peraturannya kalau udah istirahat baru bisa masuk sekolah." keluh satpam.

Shakila langsung mendengus sebal,melirik kesal ke arah Malih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!