NovelToon NovelToon

Duka Anak Terabaikan

1..

Nadira sadika seorang gadis manis yang mempunyai sejuta luka dan duka dalam hidupnya. Semua itu tertutup rapi di balik senyumnya yang indah dan ceria..

Namun dalam menjalani kehidupannya Dira harus melewati banyak luka dan duka .

Luka dan duka itu semua, ia sembunyikan dalam senyumnya hingga semua orang di luar sana jika melihat dira berpikir bahwa dira adalah seorang gadis yang selalu bahagia dan tidak mempunyai masalah hidup apa pun. Tapi kenyataanya senyuman itu hanyalah sebuah topeng,.. yang bisa sewaktu waktu pecah dan memperlihatkan bagaimana duka dan lukanya seorang dira.

Kehidupan Dira berubah derastis saat ibu kandungnya meninggal dunia dan beberapa bulan kemudian Ayahnya yang memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Di situlah Dira tidak tau lagi apa itu yang namanya kebahagiaan keluarga....

Tidak ada satupun dari mereka yang menganggap Dira ada di dalam keluarga mereka. Mereka selalu menganggap Dira hanyalah anak tidak berguna, pembawa sial, tetapi itu semua membuat Dira tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tangguh.

"Aku mau kasih sayang seperti yang mereka dapatkan dari seorang Ayah...

Dira juga mau bahagia seperti Anak Anak lain....

"Kapan Dira bisa merasakan kebahagian lagi? Apa saat menyusul Bunda, Ayah akan merasakan kehilangan dan menyesal?"

Ayah, Dira mau bahagia. Dira mau di sayang juga sama Ayah. Dira mau jadi sumber kebahagiaan dan alasan Ayah tertawa dan tersenyum. Bunda, Dira kangen. Kenapa bunda pergi nggak ngajak Dira?

"Dira mau kasih sayang seperti yang lain."

"ya Allah, kembalikan kebahagian ku, kembalikan abang ku, kembalikan bunda ku atau kau panggil aku agar aku bisa bersama abang dan bunda ku kembali. Dan tidak lagi merasakan perihnya tamparan ini lagi."

"Aku capek, aku lelah rasanya aku ingin tenang selamanya ya Allah, bolehkah?" Apakah Dira akan merasakan kebahagiaan lagi? Apakah Ayahnya akan menyesal?............

***//**111*****

"Hampir semua anak perempuan di dunia ini bilang kalau Ayah adalah first love di hidupnya. Tapi di kehidupan ku, sosok Ayah adalah patah hati pertama yang aku rasakan." ~

Plak!

Suara tamparan yang sangat keras terdengar begitu menggelegar di rumah besar dan mewah ini.

Seorang gadis yang telah di tampar oleh mama tirinya tersenyum getir, tamparan dan makian sudah menjadi makanan sehari hari untuk gadis bernama lengkap Nadira sadika.

"Dasar anak ga tau diri kamu !"

Dira memegangi pipinya yang perih. Lalu menatap mama tirinya dengan mata sayunya.

"Aku cuma mau di sayang dan dapat perhatian kaya salsa, emang salah mah ?"

salsa adalah saudara tiri Dira. Semenjak Ayahnya menikah lagi Dira tidak pernah mendapatkan kasih sayang lagi dari Ayahnya. Ia seperti orang asing dalam keluarganya sendiri ...

"Jelas salah, karena sampai kapanpun saya tidak akan pernah menyayangi kamu., paham kamu "

"Kenapa ma?"

"Karena kamu bukan anak kandung saya !"

Tidak ada lagi cinta, tidak ada lagi perhatian untuk ku yang ada hanyalah kebencian.

"salsa juga bukan anak kandung Ayah. Tapi Ayah bisa sayang dan perhatian sama salsa, kenapa mama ga bisa juga ke aku?"

Plak!

Lagi lagi tamparan yang ia terima. Entah bagaimana nasib pipinya saat ini.

"Karena kamu menjijikan! Kamu pembunuh yang tidak pantas mendapatkan kasih sayang dari siapapun."

Deg.

Kata kata mamanya membuat Dira tertohok. Mama tirinya tidak tau yang sebenernya terjadi.,tapi kenapa meski kata kata itu yang Dira dari seorang mama Tiri...!

"Aku bukan pembunuh," tangis Dira pecah namun tidak terisak.

Dira berlari memasuki kamar dan menguncinya, Dira menatap dirinya sendiri yang menyedihkan ini di dalam cermin..

"Aku bukan pembunuh mah ,Dira bukan pembunuh ," ucap Dira memegangi kepalanya dan menggeleng..

"Kenapa mama ikut membenci Dira sama seperti Ayah?"

Ini semua salah paham! Kapan semua akan terungkap kapan semuanya akan terbukti kalau Dira tidak salah.

Apa saat Dira menyusul bunda, Ayah akan merasakan penyesalan? Atau sebaliknya. Ayah akan merasa senang jika dirinya tidak berada dalam keluarganya lagi.

Dira kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu....

Dira sedang duduk di ruang tamu sambil asik menonton tv.

"Dira," panggil bundanya bernama Fiona yang hendak menuruni anak tangga.

"Iya bunda ," jawab Dira menghampiri bundanya dan menunggu bundanya di bawah tangga.

Bundanya menuruni satu anak tangga dan memanggil Dira lagi dengan susah payah sambil memegangi dadanya yang sulit untuk bernapas. "D--ii--ir---a."

"Bunda kenapa?" Tanya Dira panik dan mulai menaiki anak tangga namun belum sempat Dira naik, bunda Dira jatuh terguling.

"BUNDA!" teriak Dira..

Dira duduk di samping bundanya yang tidak sadarkan diri. "Bunda! Bunda bangun."

Dira menepuk nepuk pipi bundanya agar bundanya bangun. Namun nihil bundanya tetap tidak bangun. Dira jadi takut kalau bundanya akan pergi meninggalkannya seperti abangnya yang bernama Dirga yang meninggalkannya akibat tabrak lari waktu dirinya masih berumur 8 tahun.Dan ketakutannya benar terjadi.

Dan di situlah Ayah Dira salah paham. Ayahnya mengira Dira lah yang membunuh istrinya dengan mendorongnya dari atas tangga hingga tewas. Tetapi pada kenyatannya tidak seperti itu,bunda Dira meninggal karena serangan jantung dan memang takdirlah yang membuat bunda Dira harus meninggal.

"Pembunuh!"

Dira menggeleng. "Bunda meninggal karena serangan jantung yah, tadi bunda susah bernapas."

"Omong kosong! Istri saya tidak memiliki riwayat penyakit jantung."

"Tapi memang itu kenyataannya, Dira bukan pembunuh yah. ayah harus percaya."

"Saya menyesal punya anak pembunuh seperti kamu!"

"ENGGA DIRA BUKAN PEMBUNUH," Teriak Dira setelah sadar dari lamunannya.

"Kenapa ga ada yang percaya? Tuhan kau tau itu kau lihat kejadian itu bantu Dira tuhan," lirih Dira.

Kamar Dira menjadi saksi bisu hidupnya. Sepi yang selalu menemaninya kala menangis di sepanjang malam, dan angin yang selalu memeluknya erat saat rasa takut menghantuinya. Hampa dan kesunyian lah yang menjadi pelengkapnya.

Apa itu keluarga?

Kasih sayang itu seperti apa?

Bagaimana rasanya diperhatikan?

Dan apa itu yang namanya cinta?

Ribuan pertanyaan yang bersarang di kepala ku. Namun mulut rasanya terkunci saat aku ingin menayakan semua itu pada mama dan Ayah.

Dulu aku gadis kecil yang sangat ceria, yang selalu mengumbar tawa di mana mana. Tetapi sekarang aku seorang gadis remaja yang tak pernah merasakan bahagia.

Aku mau kasih sayang seperti dia! Kenapa mereka tidak bisa berlaku adil kepada ku.

Kapan Ayah bisa tau yang sebenarnya? 

Kapan mama bisa menyayangi ku?

Aku capek, aku lelah. Aku selalu berfikir kapan aku menyusul bunda? Tapi aku tak mau pergi sebelum Ayah tau yang sebenernya.

"Di mana dia seorang pemuda yang selalu menamani ku? Kapan kamu pulang Lek?"

"Aku membutuhkan mu," lirih Dira.

♡♡♡

Tok tok tok...

Pintu kamar Dira berbunyi. Dira berdiri menghapus air matanya asal. Dan mulai sembunyi dalam senyum yang manis agar terlihat baik baik saja dan membuka pintu kamarnya.

"Non makan malam udah siap di bawah, udah ada nyonya, tuan dan non salsa juga di sana."

"Dira ga laper bi."

"Tapi non juga harus makan, bibi bawain makanannya ke kamar ya. Tunggu sebentar," ucap bibi yang pergi ke arah dapur.

Dira duduk di pinggir kasur menunggu bibinya.

"Non ini bibi taruh di meja, di makan ya."

"Makasih ya bi."

"Apa bibi mau suapin?"

"Bibi, Dira udah besar."

Bibi terkekeh dengan jawaban Dira. Dan pamit keluar untuk lanjut membersihkan dapur.

"Andai aja mama atau Ayah yang suapin Dira," batin Dira.

Hanya bibi yang peduli dengan Dira. Hanya bibi yang khwatir sama Dira. Andai mama itu seperti bibi pasti akan bahagia rasanya mempunyai ibu tiri.

Kenapa mama tidak seperti bunda atau pun seperti bibi?

Bunda yang selalu menyayangi Dira dengan kasih sayangnya dan bibi yang selalu menghawatirkan Dira.

"Kapan hari bahagia itu datang, aku selalu menunggunya."

Di dalam kamar Dira mendengar tawa bahagia dari lantai bawah. Dira keluar kamar dan menginitip dari atas. Ternyata itu mama, Ayah dan salsa yang sedang tertawa bahagia dan bergurau jenaka di meja makan.

"Dira juga mau seperti salsa," desis Dira.

"Dira juga mau jadi sumber dari alasan Ayah tertawa."

Dira tidak sanggup melihat pemandangan di bawah sana, ia memutuskan untuk masuk kembali ke dalam kamarnya.

Apa boleh Dira menangis?

Dira menangis di dalam kamar agar nanti jika ia keluar kamar bisa terlihat baik baik saja dengan topeng senyumnya. Meski rasanya sulit tapi ia tidak mau terlihat lemah di depan mama dan Ayahnya, walaupun memang begitu kenyataanya.

Kadang terlihat baik baik saja di depan orang lain itu sangat sulit, apa lagi berpura pura di depan orang tua kita sendiri rasanya sangat menyakitkan......

Haaiii sebelum lanjut k Nexx episode , mohon dukung dengan follow,vote,and Like.....

Dukungan dari teman teman motipasi buat aku

terima kasih..

semoga sehat selalu.

2

"Semesta sampaikan padanya aku begitu sangat-sangat merindukannya."

Sinar matahari memasuki celah celah jendela kamar Dira. Pagi yang indah, Dira bangun dari tidurnya melirik jam dinding yang berada di kamarnya. Jam sudah menunjukan pukul 05:30.

Dira bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah selesai, Dira melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Dira melihat keluarganya yang sudah duduk di meja makan untuk sarapan.

Dira ikut duduk di meja makan dan ada salsa di sampingnya, Dira hanya terdiam saat salsa bermanja manja dengan Ayahnya. Pemandangan itu sudah biasa di mata Dira walaupun di hatinya sangatlah iri.

Dira tidak mengucapkan selamat pagi seperti biasanya pada mereka semua. Heru Ayah Dira merasa aneh dengan sikap Dira pagi ini.

"Mah, pah Dira berangkat sekolah duluan ya," pamit Dira mencium kedua tangan kedua orang tuanya.

Dira dan salsa tidak satu sekolah. salsa bersekolah di sekolah yang mewah dan megah sedangkan Dira bersekolah di suatu sekolah Negeri biasa tidak megah dan tidak juga mewah, sederhana tapi banyak prestasi yang Dira dapat di sana.

♡♡♡

Sesampainya Dira di sekolah. Semua mata manatap tajam dan tidak suka kepada Dira. Semenjak bunda Dira meninggal banyak gosip miring di sekolahnya, salah satunya adalah gosip tentang Dira yang membunuh bundanya sendiri. Banyak yang bilang Dira adalah psikopat tapi nyatanya tidak, maka dari itu tidak ada yang mau berteman dengannya, katanya mereka takut nasibnya sama seperti bundanya Dira.

"Jangan dekat dekat dia, nanti lo di bunuh. Ibunya aja di bunuh apa lagi kita yang cuma temannya," bisik salah satu siswi pada temannya. Namun, terdengar jelas di telinga Dira.

"Jangan asal ngomong lo kalo ga tau apa apa!" Bentak keisya teman sekaligus sahabat satu satunya yang Dira punya di sekolah. Sedangkan yang di bentak sudah menatap sengit keisya.

"Sya, udah gapapa. Ke kelas yu," ucap Dira mengajak kesya pergi.

keisya adalah sahabat Dira dari SD hingga sekarang. Dira menganggap keisya seperti saudaranya sendiri begitupun juga keisya. keisya tau semua kehidupan dan masalah Dira. keisya adalah orang kedua tempat untuk berbagi cerita setelah bundanya.

"Gue bingung kenapa ada orang sebaik lo Ra. Seharusnya lo tuh marah di gosipin kaya gitu," ucap keisya kesal dan tidak terima.

"Kenapa gue harus marah? Gue'kan ga salah mereka juga ga salah sya, mereka cuma ga tau kebenarannya aja," ucap Dira.

"Pengen gue sambelin aja tuh orang mulutnya."

keisya berbeda dengan Dira. Dira orang yang penyabar dan tenang dalam menghadapi masalah sedangkan keisya orang yang emosian dan tidak mau di usik.

"Makasih ya lo selalu percaya sama gue dan makasih juga udah mau jadi sahabat terbaik gue."

"Makasih selalu ada, makasih selalu ada, tapi mengapa tiba tiba seakan kau mau pergi," ucapan keisya bernyanyi sambil terkekeh pelan.

keisya menatap Dira dengan mata berbinarnya. "Gue yang berterimakasih sama Tuhan, karena udah di kasih sahabat sebaik dan sekuat lo," ucap keisya memeluk Dira dengan sayang.

Dira membalas pelukan keisya.

"Keep strong ya Ra." Bisik keisya di telinga Dira. Dira tersenyum senang di balik pelukan keisya.

♡♡♡

Sesampainya Dira di depan rumahnya setelah pulang sekolah, Dira melangkah kakinya masuk ke dalam rumah.

Dira mengucapkan salam namun, tidak ada yang menjawabnya.

Sunyi. Itu yang Dira rasakan. Tidak ada lagi yang menyambutnya pulang seperti tujuh tahun yang lalu. Dira tidak menyangka kepergian bundanya membuat hidup Dira seperti ini.

"Non udah pulang," sapa bibi kepada Dira.

"Udah bi, rumah kok sepi pada kemana?"

"Ga tau non emang belum pada pulang, nyonya juga belum kasih kabar apa apa ke bibi."

"Oh gitu ya bi, Dira pamit ke kamar ya bi."

"Iya non."

Kaki Dira mulai masuk ke dalam kamar, mengambil sebuah foto yang terpajang di atas meja, memperlihatkan keluarga Dira yang utuh terdapat Dira, Ayah, bunda, dan kedua abang lelaki Dira yang sedang tertawa bahagia.

"Dira rindu kalian yang dulu," ucap Dira memeluk bingkai foto miliknya.

Suara deru mesin mobil membuat lamunan Dira terhenti, Dira beranjak dari duduknya dan mengintip di jendela kamarnya.

Ternyata itu mama, Ayah dan salsa. Kenapa mereka bisa pulang bersama? 

Apa mama dan Ayah menjemput salsa ke sekolah?

Dira melihat belanjaan yang salsa bawa, sepertinya mereka habis pergi tanpa dirinya lagi pikir Dira, sudah biasa bagi Dira yang selalu saja tidak di ajak pergi.

"Yah, makasih ya tas'nya salsa suka," ucap salsa di bawah sana sambil menggandeng tangan Ayahnya.

"Sama sama sayang," jawab Ayahnya mencium kepala salsa dan berjalan masuk ke dalam rumah.

Dira tersenyum kecut. Aku harus kuat, bukannya sudah biasa aku melihat dan tidak di anggap di sini, batin Dira menguatkan dirinya sendiri.

Iri rasanya orang tuanya tidak bisa berlaku adil pada dirinya, hanya karena salah paham. Mungkin suatu saat nanti jika semuanya terungkap orang tuanya bisa berlaku adil pada dirinya. Dan Dira selalu menunggu hari itu tiba.

♡♡♡

Dira turun kebawah untuk mengambil minum di dapur. Namun Dira memberhentikan langkahnya setelah mendengar jelas gelak tawa dari arah ruang keluarganya. Itu suara Ayah, mama dan salsa. "Aku pikir mereka semua sudah istirahat." Ucap Dira mengintip dari balik pintu.

"Yah nanti kalau salsa udah lulus sekolah Ayah bakal kuliah'in salsa'kan?" Tanya salsa

"Tentu dong sayang kamu'kan anak gadis kesayangan Ayah satu satunya."

"Anak mama juga dong Yah."

"Anak kita bersama mah," gelak tawa mereka bertiga lepas begitu saja.

Dira menangis mendengar itu. Mengapa Ayahnya berkata seperti itu, sedangkan kenyataannya Ayahnya mempunyai dua anak gadis, bukan hanya satu.

"Satu satunya?" Batin Dira meringis.

Ingin rasanya Dira masuk dan menentang ucapan Ayahnya itu dan mengingatkan Ayahnya kalau ia juga punya anak yaitu dirinya, tapi nyali Dira selalu menyiut jika berhadapan dengan Ayahnya.

Dira hanya terdiam kaku di depan pintu. Ia tidak jadi untuk pergi ke dapur ia berlari masuk kembali ke dalam kamarnya.

Kenapa setiap Dira keluar kamar ada saja yang menyakitinya entah itu lewat kata maupun perilaku mereka.

Kenapa tidak ada yang membuatnya tersenyum dan membuatnya senang. Kenapa dunianya selalu saja menyakitinya.

Apakah Boleh Dira marah pada kedua orang tuanya sendiri?

Pikiran selalu menjawab iya, tapi hatinya selalu menentang tidak. Dan Dira selalu saja mengikuti kata hatinya.

"Jangan selalu ngikutin kata hati Ra, kadang lo juga perlu ikutin kata logika. Ga semua hal harus pakai hati," tiba tiba Dira teringat ucapan keisya..

Ucapan keisya tadi, bersahut sahutan dengan pertanyaan Dira.

"Apa aku boleh marah pada orang tua ku sendiri?" Tanya Dira sekali lagi pada dirinya sendiri.....

Bantu vote,..like dan follow yaa guyss,terimakasih atas dukungannya...

semoga sehat selalu.....

3

"Hari buruk akan terlewati dan akan digantikan dengan harimu yang sungguh indah.".....

.....

Dira hanya menundukkan kepalanya dalam dalam. Ia hanya diam saat berulang kali kepalanya terdorong ke belakang oleh mama tirinya yang terus mencaci makinya.

"Kamu dengar, kamu itu cuma beban di keluarga ini, kamu itu cuma nyusahin aja di sini. Masih untung Ayah kamu itu tidak mengusir kamu tapi kamu malah ngelunjak!" Marah mama tirinya dengan matanya yang melotot.

Dira hanya terdiam. Ia sama sekali tidak menangis. Menjawab pun itu cuma akan membuat mama tirinya ini semakin marah.

"Mana barang yang anak saya minta ke kamu?!" Tanyanya dengan nada yang tinggi.

Dira mengingat lagi barang apa yang salsa minta padanya, setelah mengingatnya Dira menggeleng tegas. "Ga, itu punya aku salsa juga udah punya barang itu, kemarin aku lihat Ayah beliin salsa."

"Apaan si lo! Itu beda! Tas yang lo punya itu lebih kecil, gue mau yang itu. Sedangkan yang kemarin Ayah beliin itu lebih besar." Ngegas salsa..

Dira melihat salsa tidak percaya. Semua barang yang ia miliki salsa ambil sekalipun itu barang milik pribadi Dira. Tapi kali ini Dira akan mempertahankan barang miliknya. Karena, barang itu sangat berharga bagi Dira itu pemberian Ayahnya saat ulang tahun Dira yang ke tujuh tahun. Hadiah tas kecil berwarna biru muda dengan gambar awan yang lucu.

"Yaudah kalau kamu mau tas itu minta beliin aja lagi ke Ayah yang sama kaya aku, jangan punya aku yang kamu ambil."

Tiba tiba telinga Dira di tarik kencang oleh mama tirinya yang bernama Diah itu...

"Awww sakit mah," ringis Dira pada telinganya yang terasa panas dan perih.

"Kamu pikir cari uang itu gampang, kalau anak saya maunya tas yang itu ya kamu kasih!"

"Sa--sakit mah."

"Kamu ambil aja sayang di kamarnya," ucap mamanya pada salsa dengan tangan yang masih menarik telinga Dira.

salsa berjalan kea arah kamar Dira. Dan kembali membawa tas milik Dira.

Diah melepaskan tangannya dari telinga Dira dan pergi bersama salsa ke ruang keluarga dengan salsa yang membawa juga tas miliknya.

Dira memegangi telinganya yang terasa panas itu. Air matanya jatuh mengalir membasahi pipinya tanpa aba aba terlebih dahulu.

"Apa lagi setelah ini yang mau kamu rebut dari aku sa?" Tanya Fira menghapus air matanya kasar.

♡♡♡

Weekand, waktu di mana rumah Dira sepi dan sunyi. Karena penghuni dari rumah itu pergi untuk berlibur, dan ingat mereka lagi lagi pergi dengan tidak mengajak Dira.

"Sabar ya non," ucap bibi mengusap punggung Dira.

Sedangkan Dira hanya tersenyum sendu melihat kepergian mobil Ayahnya dari depan pintu rumahnya.

"Gapapa bi, Dira udah biasa kok di tinggal."

Dira membalikkan badan dan menutup pintunya rumahnya untuk kembali masuk ke kamarnya

"Dira, Dira main yuk." Panggil seseorang dari depan gerbangnya.

"kesya," gumam Dira senang dan berlari kecil ke gerbang untuk membukakan pintu gerbangnya.

Tumben sekali sahabatnya yang satu ini berkunjung ke rumah Dira tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepadanya.

"kesya," panggil Dira memeluk kesya dan di balas oleh kesya. "Tumben banget lo ke rumah gue ga kasih kabar dulu."

"Jadi ga boleh ni gue ke sini," ucap kesya cemberut.

"Boleh banget dong, ayo masuk."

Di ruang tamu Dira menjamu kesya dengan makanan ringan dan minuman dingin kesukaan kesya.

kesya melihat wajah senang Dira, tiba tiba matanya terfokus melihat telinga Dira yang memerah dan kebiru biruan.

"Mama tiri lo main tangan lagi ya Ra?" Tanya kesya prihatin dengan keadaan Dira.

"Ah-- engga kok," bohong Dira.

kesya terkekeh. "Masih aja bohong sama gue, telinga lo ga bisa bohong tuh ajarin makanya."

Dira memegang telinganya. Ini pasti jeweran dari mamanya kemarin, pasti memar di sana akibat tarikannya yang kencang. Dira menutupi telinganya dengan rambut panjangnya.

kesya lagi lagi terkekeh dengan kelakuan Dira. "Mana sempet Ra udah keburu gue lihat."

Dira memukul pelan paha kesya. "Udah ah, lo ketawain gue mulu."

"Bukan bukan gitu," ucap kesya masih terkekeh. "Itu sakit ga?" Tanya kesya mulai serius.

Dira menggeleng, kesya adalah tipe orang yang sangat peka. Apa lagi dengan orang terdekatnya, tapi sayang saja dirinya masih jomblo sampai sekarang karena sikap tomboy dan tidak bisa diamnya mungkin.

"Engga kok, udah biasa."

kesya meremas tangan Dira gemas. "Lo tuh ya udah biasa udah biasa tapi tetap aja pasti ga lo obatin'kan."

Dira hanya menjawab dengan menunjukan deretan giginya yang rapi.

♡♡♡

Dira pulang ke rumah pukul sembilan malam,tadi keisya mengajak Dira

pergi jalan jalan keluar untuk makan dan menghibur dirinya.

sesampainya dirumah,Dira membuka pintu rumahnya,bukan sambutan hangat yang Dira dapatkan,tapi yang Dira dapatkan adalah.......

Plaaakkk.!

Ya, tamparan lagi. Tapi kali ini bukan dari mamanya melainkan Ayahnya. Tamparan yang sangat keras itu mendarat mulus di pipi Dira membuat sudut bibir Dira itu sedikit mengeluarkan darah.

Dira memegangi pipinya yang terasa panas, hal ini sudah biasa ia dapatkan. Tapi kali ini lebih sakit karena Ayah kandungnya sendiri'lah yang menamparnya.

Dira lantas menatap Ayahnya tak percaya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya, Dira terisak dalam tangisnya namun sekuat tenaga ia menahan isakan itu agar tidak keluar dengan jelas.

"Kamu ga lihat ini jam berapa?!" Bentak Heru Ayahnya membuat Dira sedikit terlonjak. Keluarganya hanya menonton di sofa ruang tamu tanpa berniat untuk membantu Dira yang tengah ketakutan.

"Maaf pah," ucap Dira gemetar sambil menundukkan kepalanya.

"Perempuan jam segini baru pulang! Kemana saja kamu?!" Tanya Ayahnya dengan nada yang masih tinggi.

"Aku habis pergi sama keisya Yah."

"Bohong tuh yah," salsa malah membuat suasana semakin panas sambil tertawa meremehkan.

Di saat seperti ini Dira jadi teringat oleh bundanya yang selalu menolongnya dalam situasi apapun.

"Bener yah, Dira habis pergi keluar sama kesya."

Ayah Dira tau siapa itu kesya. Mereka kenal dekat karena, dulu kesya sering bermain bersama Dira dan keluarganya di rumah ini.

"Maafin Dira Yah, Dira pulang telat dan ga ijin dulu ke Ayah atau mama," ucap Dira.

Bukan karena apa, tetapi Dira sangat takut jika Ayah sudah marah dan membentaknya seperti ini apa lagi sudah mulai bermain fisik.

"Sekali lagi kamu kalayapan seperti ini, jangan harap kamu bisa tidur di rumah ini lagi. Saya tidak mau jadi bahan omongan tetangga cuma gara gara kamu," ucap Ayahnya tegas. "Masuk!"

Dira berjalan masuk ke dalam kamarnya dengan langkah kaki yang lemes. Dira pikir Ayahnya akan khawatir dengannya. Ternyata hanya tidak mau jadi bahan omongan tetangga saja....

kata kata itu terdengar sangat menyakitkan d hati dira......

sebelum lanjut bantu follow dan vote yaa biar tambah semangatt.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!