NovelToon NovelToon

My Autis Boy

Satu

Seorang siswa berpakaian rapi, dasi yang terpasang apik di seragam putihnya. Berdiri angkuh di depan seorang gadis yang berpenampilan urakan.

Seragam yang tak dimasukan ke rok, rambut hitam ikal yang sekedar di cepol 1, wajah cantik yang tak terpoles apapun disana, manik biru gelapnya menatap tajam siswa di depannya.

Bibir mungil merah mudanya yang menunjukan seringaian sinis, dia bersidekap dada.

"Pagi-pagi uda ketemu sama pembantu guru aja gue" Celetuk gadis itu, lebih tepatnya dia mengejek.

Siswa tadi hanya diam, tatapannya seakan menilai penampilan gadis itu "Seragam yang dikeluarkan, 50 poin, tak memakai dasi 150 poin, Zinnia Sheeva kelas 11 IPA 8 mendapat pengurangan 200 poin" Ucap Siswa itu.

Gadis yang dipanggil Zinnie Sheeva itu lantas mendengus malas "Gue gak perduli, minggir Lo" Ketusnya kemudian mendorong bahu siswa di depannya.

Dan melenggang santai menuju tempat yang bukan kelasnya, dia memilih untuk membolos di taman sampin sekolah.

Siswa yang menghadangnya tadi, hanya menatap lelah Zinnia "Mau sampai kapan Lo gini Zin" Gumamnya pasrah, dan berlalu menuju Ruang Osis.

Gadis itu adalah Zinnia Sheeva, Siswi pindahan dari Australia, dia pindah karena kasus baku hantam yang dilakukannya pada teman sekelasnya, yang mengakibatkan temannya itu koma. Zinnia berdarah Indo-Australia, Ibunya asli australia sedangkan Ayahnya Indo-Jakarta.

Dengan tinggi 165, Zinnia menjadi Siswi tertinggi di SMA Laksmana. Dan juga mendapat predikat BadGirl, karena 1 catatan di BK terisi dengan namanya semua.

Ayah dan Ibunya tak masalah, malahan mereka senang jika Putri mereka bermasalah, setidaknya hidup putri mereka berwarna.

Zinnia punya banyak penggemar, namun sayangnya mereka K.O setelah diajak duel Zinnia, itu adalah salah satu syarat yang Zinnia ajukan untuk para Laki-laki yang menyukainya.

Zinnia hobi ikut tawuran, pulang sekolah nanti dia akan ikut tawuran dengan SMA Beringin dan Cemara. Zinnia suka balap liar, dia dijuluki Black Mamba. Tak ada yang mengetahui wajah Zinnia, karena saat balap dia memakai topeng.

Zinnia benci belajar, toh dia juga sudah pintar. Di mengingatkanku pada Jhonson:(.

.

.

Taman samping yang biasanya sepi kini terlihat ramai, itu karena ada beberapa siswa berkumpul di sudut taman. Mereka lagi main judi kartu.

"Masih pagi uda buat dosa aja lo pada" Celetuk Zinnia pada mereka.

Ke 5 orang siswa tadi tersentak dan menoleh ke belakang, menatap malas Zinnia kemudian melanjutkan permainan mereka "Lo gausah ngomongi dosa, kalau mau ikut sini" Celetuk salah satunya.

Zinnia mendengus sinis "Gak elit kalau Gue main kartu dam, biasanya Gue main DingDong" Ketus Zinnia seraya menggigit permen kacang miliknya.

"Btw Zin, entar di kelas Lo bakalan ada murid baru, dari yang Gue denger anaknya gak normal" Ucap Farhan.

Siswa manis, berpipi tembem, berat badannya 89 kg, matanya sipit, bibirnya mungil dan hidungnya kecil, dia keturunan China-Indo. Nama lengkap Farhan abimanyu, jauh banget dari nama anak OrChin.

"Oh ya? kira-kira bakalan jadi bahan mainan para manusia SOK itu gak ya" Ucap Zinnia remeh, teman satu kelasnya adalah definisi dari manusia ter munafik se SMA Laksmana.

Suka caper sama guru, baik depan, busuk belakang. Mereka mengingatkanku pada TTS nya

Barda:(.

"Ya jelas bakalan di mainin lah, mereka bakalan ambil simpati guru, terus kalau uda gak butuh pasti di bully, tau banget gue tabiat temen sekelas Lo itu" Sahut Wawan.

Siswa tampan yang tertutupi dengan jerawatnya, wajahnya putih namun penuh jerawat, matanya hitam tajam, alisnya tebal menyatu, bibirnya tebal merah muda, hidungnya pesek.

Zinnia mengangguk setuju "Itu alasan Gue males masuk kelas" Sahut Zinnia.

"Tapi kayaknya Lo harus masuk kelas deh, kasihan juga nanti murid barunya kalau dibully, uda gak normal, dibully lagi" Ucap Randy.

Randy adalah siswa biasa saja, wajahnya biasa, matanya bulat, rambutnya hitam ikal, dua giginya sedikit maju, kulitnya coklat sawo. Nama lengkapnya Tiodre Randyga.

"Huh, gatau Gue Ga, antara mau masuk atau kagak" Jawab Zinnia malas, dia memilih bermain Joker di ponselnya. Terlalu malas untuk memikirkan hal itu.

.

.

.

Suasana Ipa 8 rusuh, pasalnya seorang siswa tampan, bermata abu gelap, berambut pirang ikal, berkulit putih yang terlihat berbeda dari yang lainnya.

Berdiri tak bisa diam di sebelah Guru, tangannya berulang kali bertepuk, dia memakai serbet di sekitar leher dan kerah seragamnya. Air liur menetes dari sudut bibirnya.

"Perhatian semua, kalian kedatangan teman baru, namanya adalah Alby Nevandra, dia penderita Autisme yang mencoba belajar di sekolah umum, tolong bimbing dia" Ucap Buk Ajeng.

Mereka semua diam, dan sedetik kemudian tersenyum manis yang penuh kepalsuan "Baik buk" Jawab mereka serentak.

Buk Ajeng menuntun Alby untuk duduk di bangku tengah, di belakangnya adalah meja milik Zinnia. Siswa yang duduk di depannya lantas berbalik dan menyapanya.

"Hai, Gue Steven, kalau butuh sesuatu bilang kita ya, Al...By" Ucap Steven ramah yang diakhiri senyum liciknya.

Grep!

Alby menarik rambut ber pomed Steven, membuat Steven kaget dan meringis kuat, dia langsung menepis tangan Alby dan mencengkramnya kuat.

"Idiot, Lo jangan main-main sama Gue" Bisik Steven tajam, Alby yang tadinya tidak fokus, kini menatap penuh Steven.

"Ja-jaat! Se-setan!" Alby menyerukan kata itu berulang kali, tatapannya tak terarah dan dia memukul meja berulang kali.

Brak!

Brak!

Brak!

Buk Ajeng dan seisi kelas menatap datar Alby, kalau bukan karena orang tuanya kaya, mereka juga ogah menerima Alby di kelas mereka.

Alby masih memukul meja dengan keras, tapi tak ada yang memperdulikannya.

Brak!

Steven membalas dengan memukul meja Alby, membuat remaja tampan itu kaget "Lo beban di kelas ini Idiot" Bisik Steven.

BAM!

Seluruh pasang mata memandang ke arah asal suara, Zinnia sang pelaku penendangan pintu masuk dengan santainya, mengabaikan tatapan sinis teman sekelasnya.

Dia melenggang menuju tempatnya, namun tatapannya terpaku pada kedua manik abu gelap yang bulat indah milik Alby.

Tak sengaja dia melihat air liur di bibir Alby, dengan sigap dia mengambil sapu tangan dari saku roknya, dan menyeka air liur itu.

"Teddy bear dari mana nih, kok imut, heh dajjal, hadap depan Lo, jangan ganggu Teddy bear Gue" Nada suara yang berubah, dari kagum ke dingin, Zinnia layangkan pada Steven.

Siswa itu mendengus malas, kemudian berbalik seperti semula. Zinnia mendekatkan wajahnya pada wajah Alby, seperti biasa tatapan Alby tak fokus.

"Hey, siapa nama Lo Teddy bear?" Tanya Zinnia santai, dia menangkup kedua pipi Alby agar remaja itu fokus padanya.

"Eum..nama...A-Al-Alby, nama A-Al-Alby, ka-kamu?"

Ternyata Alby bisa diajak berkomunikasi, namun hanya dengan bahasa lembut dan perlahan "Nama aku Zinnia Sheeva, salam kenal Alby" Ucap Zinnia riang, tak lupa senyum manisnya.

Alby yang melihat senyum manis yang tulus itu kini bertepuk tangan bahagia, dia merasakan jika perempuan ini baik seperti Bundanya.

"Hihi, She-Sheeva, cantik" Ucap Alby senang, matanya berbinar terang. Membuat Zinnia mau tau mau terpesona untuk sesaat.

"Sial....masa iya Gue jatuh cinta sama Teddy bear..." Bisik Zinnia.

Tanpa dia sadari, jika kehidupan barunya akan segera dimulai. Dengan kedatangan Alby di sekitarnya.

Tbc..

Syalalala

Dua

Suasana Ipa 8 yang biasanya tenang dan damai, kini tak lagi begitu. Sedari awal Buk Ajeng mengajar, sampai 10 menit yang lalu, sudah terhitung 3 jam setelah pembelajarannya.

Kelas sangat berisik, tentu saja karena ulah Alby yang tak bisa diam. Dia berulang kali berteriak, terkadang memukul meja, terkadang juga menjambak Steven di depannya.

Dan Zinnia berusaha menenangkan Alby, dengan cara mengelus kepalanya atau memanggil namanya dengan lembut.

Zinni juga pindah ke sebelah Alby, dia mengajari bagaimana cara mengerjakan soal yang Buk Ajeng berikan tadi sebagai Pr "Begini Alby, kalau Alby," Terang Zinnia, dia mengarahkan jari telunjuknya ke arah Alby.

Alby mengikuti arah yang Zinnia tunjuk "A-Al-Alby" Ucap Alby semangat. Zinnia mengangguk disertai senyum lebarnya.

"Kalau Alby, punya 5 hati," Zinnia membentuk jari telunjung dan jari tengah kanan dan kiri seperti bentuk love. Dan menunjukan ke 5 jarinya pada Alby.

"Li-lima" Sambung Alby, Zinnia kembali mengangguk "Benar, terus Alby punya 10 buku," Zinnia menunjukan buku tulis pada Alby, lalu menunjukan ke 10 jarinya.

"Se-se-pu-luh" Sambung Alby lagi dengan semangat, Zinnia tersenyum lalu melanjutkan pengajarannya. Interaksi keduanya di tonton seisi kelas.

Buk Ajeng enek berada di dalam kelas, dia sudah keluar sejak bel istirahat berbunyi 10 menit yang lalu. Dan seisi kelas menatap sinis Zinnia yang kini malah dekat dengan Alby.

"Lo cuma mau nyari muka doang *****, sok-sok an ngajari lagi" Ejek seorang Siswi berambut pendek. Seragamnya rapih, wajahnya cantik, tapi cara bicara dan attitudenya buruk.

Zinnia yang tadinya tersenyun senang pada Alby, kini mendatarkan ekspresinya, dia menoleh ke arah siswi tadi "Lo bicara sama Gue Njing?" Tanya Zinnia datar.

Siswi tadi merasa tersinggung "Lo tau tapi Lo masih nanya, bego" Balas siswi itu disertai senyum mengejeknya.

Zinnia ber oh ria "Berarti bener Lo anjing, soalnya Gue tadi nanya sama Njing, bukan sama manusia" Balas Zinnia santai, tatapannya merendahkan siswi itu.

Siswi bernama Fransesca itu kini menggeram rendah, ingin sekali dia mencakar wajah cantik songong milik Zinnia, tapi nanti imagenya sebagai siswi teladan akan hancur.

Dengan hati yang dongkol, Fransesca pergi menuju pintu kelas bersama beberapa temannya, Zinnia tersenyum sinis "Kurang kerjaan banget ngurusi urusan orang" Celetuk Zinnia malas.

Dia kembali fokus pada Alby yang sedang menulis sesuatu "Wih, tulisan Alby bagus ya" Puji Zinnia, karena memang tulisan Alby lumayan bagus, masih bisa dibaca.

Baru juga dipuji, Alby sudah berulah. Dia mencoret bukunya dengan asal, kemudian melempar pulpennya ke arah kepala Steven. Entah ada dendam apa Alby pada Steven.

Tak!

"Anjir! Woi siapa yang berani ngelempar Gue pake pulpen!?" Seru Steven seraya berdiri dan menatap tajam seisi kelas. Mereka secara serentak menunjuk ke arah Alby.

"Hihihi"

Prok prok prok.

Alby hanya tertawa senang disertai tepuk tangan riangnya, Zinnia tertawa pelan dan kembali menyeka liur di bibir Alby. Dia terhibur mendengar tawa Alby yang terdengar polos dan tidak dibuat-buat.

"Alby, kalau ada orang jahat, lempar aja pake pulpen" Ucap Zinnia perlahan dan lembut, namun terdengar licik.

Alby tak terlaku faham dengan apa yang gadis cantik di sebelahnya katakan, dia menatap Zinnia dengan tatapan bingung yang kentara, sebelah alisnya naik.

Zinnia terpaku, wajah Alby saat ini tak terlihat seperti seorang Autisme, cara dia memandang Zinnia berbeda "Alb-"

"Hehehehe"

Zinnia terdiam, Alby kini balik lagi seperti yang tadi, senyum lebarnya, tatapan tak fokusnya dan juga, air liurnya "Aelah Zin, mikir apa Lo tadi" Gumam Zinnia kemudian menyeka air liur itu lagi.

Brak!

"IDIOT! LO BERANI-BERANINYA NGELEMPAR GUE!"

Alby kaget, tubuhnya bergetar hebat. Dia tak biasa dibentak, karena di rumah Alby selalu diperlakukan lembut dan tak ada suara bernada tinggi disana. Alby memukul kepalanya berulang kali.

"Aaaaaaa!! Aaaaaaaaa!!" Seru Alby, dia berseru dengan tangan yang masih memukul kepalanya, Zinnia menatap steven tajam, kemudian menggenggam erat kedua tangan Alby agar berhenti memukul kepalanya.

"Alby...Al...Byyyy, tenang ya, tenang" Ucap Zinnia lembut, dia melepas genggamannya pada tangan Alby, dan menangkup kedua pipinya.

Itu dilakukannya agar Alby tenang dan fokus, agar tantrumnya tidak menjadi, Alby berhasil tenang, mata bulatnya memandang takut Zinnia.

Zinnia menunjukan senyum lembutnya, dan mengelus kepala Alby dengan perlahan "Alby tenang, disini ada Sheeva, Alby, gak akan, di apa-apain dia" Ucap Zinnia perlahan.

"She-Sheeva..." Lirih Alby, nampaknya dia mengerti dengan apa yang Zinnia katakan, Alby menyentuh pipi kiri Zinnia dan mencubitnya pelan.

"She-Sheeva..ba-baik" Lirih Alby, dan senyum senangnya terbit lagi. Zinnia mengangguk diselingin senyum manisnya.

Seisi kelas serasa menyaksikan film romantis, tapi mereka tak mau bermasalah dengan Zinnia, karena beberapa alasan kuat yang mereka ketahui.

Zinnia golongan orang kaya, ayah Zinnia berpengaruh kuat di SMA Laksmana, dan Zinnia tak segan memukul siswi jika mereka mencari masalah dengan Zinnia.

Zinnia melepas tangkupannya, dia berdiri dan mendekati Steven, senyum dingin tercipta, tatapannya mendatar, dia seakan siap untuk menghajar remaja di depannya ini.

"Lo berani banget bentak-bentak Teddy bear Gue,"

Buagh!

Brak!

Zinnia melayangkan satu pukulan ke hidung Steven, sampai membuat remaja itu tak sadar kan diri seketika, dengan darah yang mengalir dari kedua lubang hidungnya.

"Makan tuh tonjokan Gue, mampus Lo" Ucap Zinnia remeh, kemudian dia menatap seisi kelas.

"Dengar ini ya para manusia munafik, kalau Lo pada berani nyentuh ataupun ganggu Teddy bear Gue, siap-siap muka skinker ratusan juta Lo Gue tonjok" Peringat Zinnia serius.

Sebagian dari mereka mengangguk saja, tak mau cari masalah. Namun sebagian lainnya mengabaikan ucapan Zinnia "Gue dapet kelemahan Lo Zinnia, mampus Lo sebentar lagi" Bisik seorang Siswi yang mejanya di kelilingi beberapa orang siswa.

"Ada apa Nes?" Tanya seorang siswa di dekatnya, Siswi tadi yang dipanggil Nes menunjukan senyum polosnya.

"Gue butuh bantuan Lo pada, boleh gak?" Tanya Nessi dengan suara pelan yang mendayu, mereka semua lantas mengangguk. Apa yang enggak mereka lakukan untuk Nessi tersayang.

Nessi tersenyum manis, gadis dengan wajah bulat yang mungil, hingung yang mancung kecil, bibir ranum tipis, mata bulat hitamnya, rambut coklat panjangnya.

Dia primadona Ipa 8, jadi tak heran jika banyak yang menyukainya "Gue mau, Lo pada bawa Zinnia ke gudang sekolah, Gue harus memberikan sedikit sambutan selamat datang pada si idiot" Ucap Nessi santai.

Sebagian dari mereka ingin menolak, karena tak mau berurusan dengan Zinnia, tapi ini keinginan primadona mereka, jadi mau tak mau mereka menurutinya saja.

Bodoh banget memang.

Tbc...

Tiga

Zinnia berjalan dengan santai menuju kelasnya, dia tadi kebelet ingin buang air, jadinya dengan terpaksa dia meninggalkan Alby di kelas. Semoga saja Teddy bearnya tidak di apa-apain sama manusia munafik di kelasnya itu.

Sesekali bersenandung pelan, entah kenapa bagi Zinnia menatap manik bulat keabuan milik Alby membuatnya damai. Alby memang teddy bear kesayangannya.

"Gemes banget Gue, pingin Gue bawa pulang aja rasanya" Guman Zinnia, dia sesekali tertawa pelan mengingat tawa polos milik Alby.

"Alby, Take me somewhere we can be alone, i'll be waiting, all there's left to do is run, you'll be the prince and i'll be the princess, it's a love story Alby just say yeeeees"

Zinnia merubah liriknya, yang seharusnya romeo menjadi Alby, lagu milik Taylor Swift yang berjudul Love story selalu tergiang di kepala Zinnia.

Grep!

Tanpa sadar tangan Zinnia digenggam dan ditarik oleh beberapa orang, Zinnia tak sempat mengelak karena yang menariknya itu bukan hanya 1 orang.

"Woi anjer! Ngajak gelut Lo pada hah!?" Seru Zinnia berusaha melepaskan cengkraman mereka, namun tenaga ke 4 siswa itu lumayan kuat, Zinnia tak habis pikir.

Dengan cepat dia melayangkan tendangan 720 derajat ke wajah salah seorang dari mereka.

Buagh!

Mereka terhuyung dan cengkraman itu mengendur, dengan gesit Zinnia melepaskan tangannya dan menatap dingin mereka "Cari mati Lo pada hah" Tanya Zinnia dingin dan mengintimidasi.

Mereka beringsut takut, dari awal juga mereka gak yakin bisa menarik Zinnia ke gudang sekolah, dengan cepat mereka lari menyelamatkan diri. Tak mau wajah mereka terkena tendangan seperti yang teman mereka alami.

Zinnia menatap mereka bingung "Aneh" Gumamnya, dia segera berlari menuju kelasnya saat merasa yang barusan terjadi itu aneh.

Drap.drap.drap.

Langkah kakinya menggema di koridor sekolah, banyak siswa maupun siswi menatap Zinnia, tapi mereka tak mau bertanya ataupun ikut campur.

Brak!

Zinnia yang sampai ke depan kelasnya langsung menendang keras pintu yang tertutup itu, menimbulkan bunyi yang kuat sampai mengagetkan seisi kelas.

Mereka menatap bersamaan ke arah pintu kelas, dan wajah mereka seketika pucat pasi, apalagi saat Zinnia masuk dengan aura dingin yang menguar.

Sekitar 10 orang sedang berdiri mengerumuni Alby yang terduduk di lantai dengan ketakutan, dia menggigit tangannya sendiri sampai berdarah. Seragamnya basah, dan sampah berserakan di sekitarnya.

"Euuuung!! Eeeunggggg!!" Seru Alby tertahan, dia semakin menggigit tangannya sendiri, rasa takut kembali hadir di pikirannya.

Zinnia merasa ulu hatinya sakit melihat pemandangan itu, dengan segera dia berlari ke arah kerumunan itu, dan menendang siapapun yang dilihatnya.

Dan kena tepat sasaran ke Nessi. Gadis itu sampai terjerembap ke lantai akibat tendangan Zinnia.

Brugh!

"ZINNIA LO GILA!!" Teriak Nessi yang berusaha menghalau pukulan Zinnia di wajahnya. Zinnia tak perduli, dia menjambak rambut Nessi dan menghantukannya ke lantai.

Wajahnya mengeras dan benar-benar emosi "UDA GUE PERINGATI SUPAYA LO PADA JANGAN SENTUH ALBY!! LANCANG!! ****** MACAM LO BENER-BENER LANCANG!!" Amuk Zinnia.

Mereka berpencar akibat ketakutan, Zinnia terus menjambak Nessi, dan menampar wajahnya, Nessi tak mau kalah, dia menjambak Zinnia dan membalasnya.

"SI IDIOT INI BUKAN SIAPA-SIAPANYA LO BRENGSEK!! LO GAK PUNYA HAK NGELARANG GUE!" Teriak Nessi membalas teriakan Zinnia.

"ALBY PACAR GUE BRENGSEK!! MULAI SEKARANG DIA PACAR GUE! JANGAN SEKALI LAGI LO SENTUH DIA ATAU LO BENERAN MATI DITANGAN GUE!!"

Teriakan Zinnia menggema, mereka semua terdiam mendengar ucapan itu, dan bersamaan dengan 2 orang guru masuk dan melerai keduanya.

"Zinnia! Kamu ini memang biang masalah!" Tuding Buk Ajeng// sipatnya ke anjeng:(. Sebel aing sumpah.

Zinnia memandang datar Buk Ajeng "Anda satu-satunya guru ter munafik yang pernah saya temui, saya membela Alby yang jelas-jelas di bully! Dan anda masih menuding saya biang masalah!? Luar biasa sekali anda" Sinis Zinnia seraya melepaskan pegangan Buk Ajeng.

Zinnia berjalan cepat menuju Alby yang gemetar ditempatnya, dengan lembut Zinnia mengelus bahu Alby untuk menenangkannya.

"Alby, ini Sheeva, Albyyyy" Panggil Zinnia lembut dan perlahan, Alby mulai tenang dan kesempatan itu Zinnia pakai untuk menarik tangan Alby dari mulutnya.

Darah sudah mengalir deras dari tangannya, Zinnia menahan napas, tangannya bergetar pelan, Zinnia menatap sedih Alby dan mengelus pipinya "Ikut Sheeva yuk, Alby hey Alby."

Alby menatap Zinnia dengan tatapan takut, air mata bahkan sudah mengalir sedari tadi "She-Sheeva.." Lirih Alby. Zinnia mengangguk pelan disertai senyum lembutnya.

"Iya ini Sheeva, kita ke Uks ya, obati tangan Alby" Ucap Zinnia perlahan.

Alby mengerti, dia langsung mengangguk cepat dan merentangkan kedua tangannya "Gen-gendong She-Sheeva.." Lirih Alby melas, jika di rumah dia akan meminta Ayahnya menggendongnya saat dia selesai menangis.

Semua yang menyaksikan interaksi keduanya terpelongo, masa iya Alby minta gendong sama Zinnia yang langsing itu, Zinnia sendiri malah tersenyum lebar. Sampai gigi putih rapinya terlihat.

"Sini Sheeva gendong" Ucapnya lembut, dengan perlahan dia meletakan kedua tangan Alby ke bahunya, dan Zinnia memegang erat punggung Alby.

Dia berdiri dengan sekali coba, kaki Alby langsung melingkar sempurna di pinggang Zinnia, dan Alby menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Zinnia.

Zinnia mengubah ekspresinya menjadi dingin, dan berjalan dengan santainya melewati orang-orang yang menatapnya tak percaya sekaligus takjub.

Zinnia tak perduli, yang penting Alby nya segera di obati. Dan Zinnia akan kembali membuat perhitungan dengan Nessi. Tunggu saja.

Tbc..

Syalalallala.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!