“Jadi kita sepakat?”
Caca menatap kosong laki – laki di seberang di ruang tamu, laki – laki yang baru menyerbu masuk ke hidupnya.
“Ayolah, Caca,” desak Daniel Harrison sambil mondar – mandir tak sabaran. “Kau pasti sadar bahwa dirimu tak punya pilihan, kecuali menerima tawaranku.” Ya. Itu masalahnya. Caca tahu bahwa ia tidak punya pilihan. Dan ia benci situasi ini.
Ekspresi serta sikapnya terlihat tenang. Tapi, batinnya bergejolak. Apa alasan laki – laki ini menawarkan tempat tinggal kepada ibunya yang sebentar lagi menjadi tunawisma, namun dengan syarat Caca mau bekerja sebagai asisten pribadinya? Laki – laki seperti Daniel Harrison – terkenal dengan reputasi bisnisnya yang kejam – tentu tidak akan menawarkan sesuatu karena kebaikan hatinya. Caca bahkan tidak yakin bila Daniel punya hati! Mata hijau yang tajam dan terpahat kasar di wajahnya itu, memperkuat dugaan Caca.
Daniel Harrison, pemilik Harrison Holding plc, sama sekali bukan sosok yang menenteramkan, aku Caca yang merasakan gejolak di perutnya hanya dengan menatap laki – laki itu. Tinggi laki – laki itu lebih dari 183 sentimeter, setidaknya 22 sampai 25 sentimeter lebih tinggi daripada Caca yang hanya 160 sentimeter. Dengan tidak sabar Daniel menyibakan rambut hitam panjangnya dari alis setiap kali menjuntai ke depan. Mukanya tegas dan berlekuk seperti patung. Matanya hijau pucat. Garis hidungnya angkuh di atas bibir yang terlihat seolah jarang tersenyum. Rahang perseginya seakan menguatkan reputasi kejamnya. Potongan jas abu – abu gelap itu semakin menonjolkan bahunya yang bidang dan berotot serta pinggang yang ramping dengan sepasang kaki yang kuat dan jenjang. Keseluruhan penampilan itu diwarnai kegelisahan yang sangat kuat.
Caca berdiri setegak mungkin. Dengan sepatu bertumit lima sentimeter, tingginya kini 165 sentimeter. Batinnya yang resah sama sekali tidak ditunjukkan saat mata cokelatnya menatap Daniel Harrison dengan tenang. “Namaku Buttonfield, atau kau bisa memanggilku Vanessa. Hanya keluarga dan teman – teman dekat yang kuizinkan memanggil ‘Caca’.” Alis pirang Caca terangkat menantang.
Muka Daniel terlihat mengejek saat tatapannya menyapu Caca dengan kagum. Vanessa Buttonfield benar – benar berkelas!
Caca sembilan tahun lebih muda daripada Daniel yang berusia 35 tahun. Puncak rambut pirang Caca hampir tidak mencapai dagu Daniel. Rambut Caca yang lurus sebahu dipotong rapi, poninya jatuh di atas matanya yang berwarna cokelat tua. Tampak bayangan gelap di bawah matanya yang indah. Pipinya sedikit cekung, hidungnya mungil dan mancung, sementara mulutnya melengkung sempurna di atas dagu yang runcing, mengisyaratkan sifatnya yang keras kepala.
Penampilannya yang tenang dan profesional semakin sempurna dengan setelan rok hitam dan blus sutra putih.
Wanita ini telah mengalami serangkaian tragedi selama tiga bulan terakhir, namun Daniel hanya melihat tekad dingin di kilau mata cokelat Caca yang menatapnya tanpa kedip.
Daniel menelengkan kepala. “Baik, aku akan memanggilmu Vanessa. Untuk saat ini,” Ujar Daniel ketus. “Harus kuingatkan, aku bukan orang yang sabar, Vanessa,” tambahnya kasar. “Tawaranku hanya berlaku sampai pukul lima sore nanti.”
Mata cokelat Caca sedikit melebar. Itulah satu – satunya reaksi atas ultimatum Daniel.
Daniel mengangkat bahunya. “Ini caraku berbisnis, Vanessa.”
Caca menggeleng – geleng. “Aku tidak mungkin mengambil keputusan yang akan mengubah hidupku dalam beberapa jam saja.”
“Kau akan rugi sendiri.”
Kerutan di dahi Caca membuat alis tebalnya semakin menggelap. “Kenapa harus secepat ini?” .
“Asisten pribadiku akan berhenti akhir bulan ini dan aku butuh penggantinya sebelum dia pergi.” Daniel beranjak dan duduk di salah satu kursi brokat emas yang menghiasi kesempurnaan ruang tamunya yang luas.
Setiap kamar di Tarrington Park memiliki dekorasi yang sama – sama elegan serta anggun. Gaya elegan inilah yang ingin Daniel pertahankan saat menguasai Tarrington Park beberapa minggu ke depan dan mengubahnya menjadi salah satu hotel – spa dan pusat konferensi mewah. Dan dari cerita Marjorie Buttonfield, gaya ini seluruhnya hasil kerja keras putrinya, Caca.
Berkelas, itulah yang menggambarkan Vanessa Buttonfield. Tidak mengherankan. Caca dibesarkan di Perkebunan Tarrington Park sebagai putri tunggal pasangan Miles dan Marjorie Buttonfield. Wanita ini melewati masa kecilnya dalam kemewahan dan kegembiraan. Dia menempuh pendidikan di sekolah swasta terbaik di negeri ini. Gelar sastra Inggris yang diperolehnya dari Universitas Cambridge merupakan salah satu satu gelar terbaik di dunia. Setelah lulus universitas, Vanessa pindah dan menetap di London, menjadi asisten pribadi bagi Gerald Wickham, Direktur Wickham International.
Ya, Vanessa Buttonfield memang berkelas.
Masa kanak – kanak dan pendidik Daniel sendiri justru sangat bertolak belakang. Daniel sudah mengidam – idamkan gaya serta keanggunan Caca sejak pertemuan pertama mereka delapan minggu yang lalu. Waktu itu Daniel datang untuk melihat Tarrington Park dari dekat dengan niat membeli properti tersebut.
Ayah Vanessa tewas dalam kecelakaan mobil empat minggu sebelumnya, bersama tunangan wanita itu, David Simmington – Browne. Beberapa minggu kemudian terungkaplah fakta bahwa, ayahnya tidak hanya mewariskan perusahaan yang bangkrut, tetapi juga hutang yang cukup besar. Menjual rumah keluarga yang menjadi satu – satunya jalan keluar melunasi utang – utang tersebut.
Daniel sudah menggali informasi tentang Tarrington Park, Vanessa, dan juga Marjorie Buttonfield yang baru kehilangan suaminya itu. Daniel sadar bahwa keputusan menjual rumah keluarga akan menjadikan Marjorie yang tengah berduka menjadi tunawisma dan tidak punya sumber pendapatan lainnya, hanya mengandalkan bantuan putrinya sebagai asisten pribadi Wickham.
Inilah celah pada Vanessa Buttonfield yang takkan ragu Daniel manfaatkan bagi kepentingannya.
“Pertimbangkanlah, Vanessa.” Daniel tersenyum datar.
“Sebagai asisten pribadiku, kau akan mendapatkan kenaikan gaji. Kalian bisa pindah ke gate house, yang bukan saja bebas sewa, tetapi juga akan mengurangi trauma kalian. Kau bisa terus merawat kudamu di sini. Jika kau pikirkan lagi, situasi ini menguntungkan kita berdua.”
Caca sudah tahu semua keuntungan yang didapatnya apabila menerima tawaran Daniel Harrison. Tapi justru kerugiannyalah yang ia khawatirkan. Ia tidak mengenal Daniel Harrison. Dan yang terlebih penting, ia tidak suka Daniel Harrison!
Menilik reputasi kejamnya dalam berbisnis, tidak mungkin Daniel membuat keputusan secara spontan. Itu sebabnya Caca menduga Daniel sudah mempertimbangkan masak – masak sebelum diajukan pada Caca.
“Lantas, apa yang kau dapatkan dari penawaran ini, Tuan Harrison?” jawab Caca cerdik.
“Menurut pendapat Gerald Wickham, aku akan mendapatkan asisten pribadi terbaik di belahan barat sini!” Mata hijau terbuka mengejek Caca.
Mata Caca melebar tak percaya. “Kau sudah bicara dengan Gerald?” Jadi itu sebabnya Daniel tahu penawaran gajinya lebih tinggi daripada yang diperoleh Caca dari Wickham…!
Daniel Harrison mengangkat bahu lebarnya. “Aku tidak akan mempekerjakanmu sebagai asisten pribadi tanpa terlebih dulu bicara dengan atasanmu yang dulu.”
“Masih atasanku saat ini!” koreksi Caca sambil menggeleng – geleng tidak sabar saat menatap tajam Daniel. “Kau sama sekali tidak berhak bertanya pada Gerald.”
“Aku sangat berhak melakukannya,” potong Daniel Harrison dengan tatapan dingin dan keras. “Aku tidak akan mempekerjakan seseorang karena penampilannya. Itu sama seperti membeli mobil hanya karena desainnya yang menarik!”
Mulut Caca mengatup. “Aku tidak yakin itu ejekan atau pujian!”
“Ini fakta,” kata Daniel serak. “Kau bisa saja pekerja yang tidak kompeten dan menjalin hubungan intim dengan Gerald Wickham demi mempertahankan pekerjaan!”
Daniel tidak menyukai kemungkinan tersebut, yang sudah pasti jauh dari gaya dan tingkat sosial kelas atas Vanessa Buttonfield. Seperti diketahui, tiga bulan lalu Vanessa masih bertunangan dengan Simmington – Browne. Meskipun demikian, bisa saja Vanessa berhubungan intim dengan atasannya. Tapi, hanya dari satu pertemuan dengan Gerald Wickham. Daniel yakin perlakuan pria tersebut pada Vanessa layaknya seorang paman memanjakan keponakan favoritnya, bukan sebagai wanita simpanan untuk kesenangan pribadi.
Daniel juga tidak tahu kenapa informasi itu penting baginya. Ia akui, kode etik pribadinya menyangkut karyawan wanita memaksanya untuk tidak terlibat akrab dengan mereka, tetapi ia juga sadar bahwa banyak orang di posisinya yang berpendapat berbeda.
Caca tidak tahu harus mengamuk atau cukup geram saja menghadapi sikap tenang pria ini. Mungkin sebaiknya ia menunjukkan sikap meremehkan untuk situasi ini.
“Sepertinya Gerald telah menjawab rasa ingin tahumu?”
“Sangat,” Daniel Harrison membenarkan.
Caca menatapnya dengan frustasi. “Aku sangat puas dengan pekerjaanku saat ini, Tuan Harrison. Ibukku mendapat tawaran untuk tinggal di pondok di desa. Dan istal sewaan di sini setuju untuk menjaga kudaku. Jadi, Tuan Harrison-“
“Sudah kubilang, aku tidak akan menggunakan gate house, jadi, tempat itu tidak menarik uang sewa.Kudamu juga akan dikandangkan secara gratis. Dan,” lanjutnya sebelum Caca sempat memotong, “apa kau benar – benar yakin, wanita dengan kesehatan mental yang rentan seperti ibumu siap pindah ke desa, padahal keluarganya telah lama dianggap sebagai bangsawan oleh penduduk di sini?”
Caca terpaku. Kecelakaan mobil yang menewaskan ayah serta tunangannya adalah pukulan yang sangat berat pada saat itu. Pada awalnya, ia harus sepenuhnya memikirkan kondisi ibunya, dan itu membantu Caca mengatasi kesedihannya sendiri. Berita yang datang beberapa hari kemudian tentang kebangkrutan perusahaan ayahnya merupakan satu pukulan yang tidak ia duga.
Ibunya tidak dapat mengatasinya dengan baik. Kehilangan suami yang telah mendampinginya selama tiga puluh tahun, kemudian disusul kenyataan bahwa tak lama lagi dia juga akan kehilangan rumahnya, membuat Marjorie mengalami situasi mental yang sangat tidak menentu. Satu pukulan lagi untuk Caca yang menyadarkannya bahwa kemungkinan mental ibunya akan semakin jatuh.
Beberapa minggu terakhir ini merupakan mimpi buruk karena Caca sudah berusaha untuk tetap mengunjungi ibunya pada akhir pekan sambil tetap memenuhi tuntutan pekerjaannya di London sebagai asisten pribadi Gerald selama hari kerja. Caca menyadari tekanan ini mulai memperlihatkan dampaknya setelah tiga bulan, baik secara emosional maupun fisik.
Sebenarnya, ibunya akan jauh lebih bahagia jika Caca kembali tinggal bersamanya di Hampshire, terutama jika mereka diizinkan untuk tinggal di gate house Tarrington Park. Caca juga akan lebih bahagia mengetahui ibunya merasa nyamam. Tapi, bayangan bahwa ia akan menjadi asisten pribadi Daniel Harrison menahan Caca dari menerima tawaran pria itu.
Itulah masalahnya, selain bahwa ia benar – benar tidak suka atau tidak mempercayai Daniel. Ia tidak nyaman berada di dekat – dekat Daniel Harrison. Vanessa tahu, bukan hanya tampilan Daniel menyerupai gunung es, tetapi sifatnya juga demikian.
Caca menatapnya dingin. “Aku tidak yakin sanggup bekerja untuk seseorang yang memanfaatkan kelemahan orang lain untuk mendapatkan keinginannya.”
Daniel tersenyum mencemooh. “Menurutku, tugasmu tidak membuatmu harus menyukaiku!”
“Siapa tahu,” gerutu Caca sinis. “ Bisakah kau ceritakan gambaran pekerjaan tersebut?”
Daniel mengangkat bahu acuh tak acuh. “Sudah jelas sama seperti tugas yang kau kerjakan saat ini. Selain itu, setelah kau mulai bekerja, kita akan menghabiskan sebagian besar waktu di sini agar tahun depan Tarrington Park bisa berubah menjadi salah satu hotel dan pusat konferensi Harrison Holding yang paling bergengsi. Aku harus berkantor di London sesekali, serta meluangkan waktu untuk mengunjungi hotel – hotelku yang lain. Tetapi, aku ingin turun tangan langsung dan mengawasi setiap detail perubahan bangunan.”
“Bukan berarti harus ada banyak perubahan, mengingat bangunan ini juga sudah cocok dengan apa yang ada dalam pikiranku. Aku ingin kau menangani dekorasinya. Biasanya aku menyewa satu tim di London, tapi kau lebih mengenal bangunan ini dibanding siapa pun. Masukanmu akan sangat berguna terutama untuk urusan perabot dan dekorasi kamar yang gayanya melengkapi fasilitas – fasilitas di gedung ini. Kuharap, dengan bantuanmu, Vanessa, Tarrington Park akan menjadi hotel – spa serta pusat konferensi termewah di negara ini.”
Gelombang kegembiraan menerpa Caca ketika Daniel Harrison menjelaskan rencananya untuk rumah yang ia huni sejak kecil. Tentu saja Caca lebih suka jika tidak menjual Tarrington Park sehingga ibunya bisa terus tinggal di sini, tapi setelah beberapa bulan berlalu Caca tahu bahwa itu tidak mungkin. Dengan menjual Tarrington Park, mereka akan mampu melunasi utang – utang ayahnya. Selain itu, meskipun Caca sangat tidak ingin mendapat pembeli seperti Daniel Harrison, pekerjaan yang ditawarkan pria itu memberinya kesempatan untuk melontarkan saran terhadap perubahan dan dekorasi yang akan dilakukan. Ibunya juga akan tetap tinggal di perkebunan, meskipun hanya di gate house yang jauh lebih kecil dari rumah utama.
Kebimbangan Caca dengan mudahnya terbaca. “Akui saja, Vanessa, ide ini menggoda, kan?”olok Daniel.
Mata Caca berkelebat muram. “Idenya mungkin menggoda,” jawabnya berang. “Tapi kenyataan berbeda. Aku benar – benar tidak yakin bisa bekerja untukmu.”
Daniel menyipitkan mata. “Kenapa tidak? Oke, coba kutebak,” sergahnya. “Seseorang berlatar belakang istimewa sepertimu tidak menyukai gagasan harus bekerja untuk orang sepertiku!”
Caca berkedip. “Orang ‘sepertimu’…?”
“Jelas kau sama seperti pembaca koran tabloid lainnya yang tahu tentang latar belakangku,” kata Daniel dengan suara serak.
Selama bertahun – tahun, pers menghadirkan banyak fakta bahwa lima belas tahun lalu Daniel memulai semuanya dari nol, hanya berbekal ketajaman otak dan tekad untuk berhasil. Bahwa, meskipun saat ini seorang multijutawan, ia dibesrkan tanpa ayah di permukiman kumuh Glasglow dan meninggalkan sekolah pada usia enam belas tahun untuk bekerja sebagai buruh bangunan.
Dalam waktu empat tahun ia memiliki perusahaan sendiri, membeli properti yang hampir ambruk dan mengubahnya menjadi hotel yang setiap bangunannya lebih mewah daripada sebelumnya. Sekarang Daniel memiliki puluhan properti di seluruh dunia.
Sepanjang itu pula aksen Glaswegian-nya hilang. Ia belajar memakai jas Armani, seolah memang terlahir dalam balutan jas tersebut dan bergaul dengan luwes di kalangan bangsawan seperti halnya saat berada di antara pegawainya.
Vanessa Buttonfield tampak kebingungan dengan tatapan Daniel yang penuh sangkaan. “Kenapa aku harus mempermasalahkan latar belakang?”
Ya, kenapa? Daniel memaki dirinya sendiri, tersadar bahwa ia baru saja mengungkapkan kelemahannya. Sejauh ini, Vanessa Buttonfield sudah mempunyai cukup alasan untuk tidak menyukai Daniel. Pria ini orang kaya baru yang bermaksud membeli rumah keluarganya dan mengubahnya menjadi bisnis yang menguntungkan. Namun, informasi ini justru membantu Caca memahami bahwa latar belakang mereka begitu berbeda. Wajar tawaran Daniel terasa mustahil.
Bahu Daniel tak lagi kaku meskipun bias amarah masih tertinggal. “Aku ingin mendengar keputusanmu sekarang juga, Vanessa,” jawab Daniel tidak sabar. “Jadi, bagaimana? Segera terima atau tolak pekerjaan ini.”
Caca ingin menolak pekerjaan ini. Setiap jengkal tubuh Caca menyuruhnya menolak pekerjaan ini. Tetapi bayangan tentang perubahan yang dialami ibunya selama tiga bulan terakhir ini, kondisi emosionalnya yang rapuh, terutama kondisi mental, telah cukup memberi Caca waktu berpikir.
Tawaran kerja dari Daniel Harrison akan mengatasi masalah – masalah semacam itu. Selain itu, tidak masuk akal jika dia menolak tawaran itu hanya karena dia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Daniel Harrison.
Caca menarik napas dalam – dalam. “Baik, aku akan menerima tawaranmu, Tuan Harrison. Tapi dalam kontrak kerja Gerald disebutkan bahwa aku harus mengajukan ‘pemberitahuan berhenti kerja tiga bulan sebelumnya’,” tambahnya saat mata indah Daniel memancarkan sinar kemenangan.
Daniel Harrison terlihat senang. “Tidak apa – apa, aku bisa memahaminya.”
Caca hanya berharap ia bisa menjalani konsekuensi dari keputusannya ini…
Ketika kematian sang ayah menyingkap tumpukan utang yang memaksa Vanessa Buttonfield, alias Caca, untuk menjual rumah keluarga mereka, Daniel Harrison datang menawarkan solusi. Jutawan angkuh itu bersedia membiarkan Caca dan ibunya tetap di rumah tersebut, asalkan Caca mau menjadi asisten pribadinya.
Terlepas dari sosok Daniel yang dominan, Caca senang bekerja bersama pria itu karena diberi keleluasaan menata propertinya. Ketika Daniel menyuruh Caca menemaninya ke Skotlandia, Caca mau tak mau mesti pergi. Tak disangka, badai salju memaksa mereka bermalam di tengah perjalanan. Dengan percik – percik yang mewarnai hubungan Caca dan Daniel selama ini, sanggupkah Caca bertahan dari godaan sang bos?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!