NovelToon NovelToon

Melodious

M - 1

Namanya Melodi, sayangnya ia tak mengerti tentang musik. Ia adalah gadis yang ceria dan suka berbicara. Lumayan pandai dalam pelajaran, memiliki banyak teman, dan sangat percaya diri.

Melodi duduk di kelas 2 SMA. Ia bersekolah disalah satu sekolah swasta yang terkenal, SMA Lila.

Jangan diragukan bagaimana mewahnya SMA Lila. Memiliki perabotan dan peralatan lengkap bagi muridnya yang ingin mengasah bakat mereka disana.

SMA Lila memiliki sebuah band yang sangat terkenal, di dalam bahkan diluar sekolah. Sebut saja band itu LP, Lila Prince. Sesuai namanya, LP memang beranggotakan para siswa tampan dan memiliki lima anggota.

Kenzi sebagai vokalis. Nendra sebagai bassis. Valdo sebagai gitaris. Daffin sebagai drummer. Dio sebagai keyboardis.

Mereka semua dikenal tampan dan bertalenta. Kemanapun mereka pergi, seluruh mata selalu memperhatikan, terlebih para siswi. Seolah mereka adalah idola yang pantas untuk dipuja.

Kenzi sang vokalis tentu memiliki lebih banyak penggemar, sebab ia yang lebih sering berinteraksi dengan para penonton. Selain ceria dan ramah, Kenzi juga dikenal mudah menjalin pertemanan.

Walau Kenzi bisa dibilang paling tampan dan oke, sayangnya hati Melodi jatuh pada pemain keyboardis yang cuek dan kaku. Dio memang terkenal pendiam, ia juga tak ramah pada orang lain, itu sebabnya banyak yang tak menyukai Dio karena sikapnya.

"Aaahhh Kak Diooo, ganteng banget sih. Kak Dioo I love youuuu" teriak Melodi saat melihat LP sedang berlatih di aula.

Melodi adalah fans nomor satu Dio, mungkin dia satu-satunya. Sebab tak ada yang menyoraki Dio seheboh Melodi saat LP sedang manggung. Gadis itu akan berdiri paling depan dan terus meneriakkan nama Dio.

Bahkan saking fanatik nya Melodi, para anggota LP tak ada yang tak mengenalnya. Ia selalu mencoba mencari cara untuk dekat dengan Dio. Sudah ratusan kali gadis itu menyatakan cintanya pada Dio, namun selalu berujung penolakan yang menyedihkan.

Kali ini pun Melodi duduk di bangku paling depan sambil bersorak mengikuti alunan musik yang dibawakan oleh LP.

"Kak Dio, haus gak? Capek ya? Aku pijitin ya, ya" oceh Melodi dari bawah panggung.

"Dio mulu Mel, sekali-kali sebut nama gue napa" sahut Kenzi seraya menyambar minuman yang dibawah oleh Melodi.

Gadis itu terkejut dan merengek, karena itu adalah minuman untuk Dio.

"Aaah ah, Kak Kenzi iih, itu kan buat Kak Dio" rengek Melodi kesal.

Kenzi tak memedulikan rengekan gadis itu, tingkah konyol Melodi malah membuat para Kakak kelasnya tertawa terbahak-bahak.

Brakkkk....

Terdengar suara pintu aula yang terbuka dengan kasar. Seorang guru tengah berdiri disana dengan tongkat kayu panjangnya.

"MELODI, KAMU ITU ADA ULANGAN, KENAPA MALAH DISINI??" Bentak Guru itu menghampiri Melodi.

"Bapak ini gimana sih? Saya kan mau lihat Kak Dio" ujar gadis itu.

Jawaban Melodi tentu saja membuat sang guru geram. Beliau menjewer telinga muridnya dan berjalan keluar dari aula. Gadis itu malah bertingkah dramatis dan terus memanggil-manggil nama Dio dengan sedih.

"Dio, kasihan tuh fans loe"

"Tau loe, tuh anak jadi gila gara-gara loe"

"Hm.." Dio hanya berdehem mendengarkan apa yang teman-temannya katakan.

Disisi lain, Melodi harus menerima konsekuensi atas tindakan bodohnya. Ia harus berdiri diluar kelasnya dengan satu kaki kan kedua tangan memegangi telinga. Tak lupa, Pak Guru mengalungkan sebuah tulisan dileher Melodi.

Saya bersalah karena telah bolos saat ulangan.

Melodi berdiri seorang diri di lorong yang sepi. Karena semua kelas sedang mengikuti pelajaran. Gadis itu hanya bisa menghembuskan napasnya kasar.

"Kak Diooo, haiii" sapa Melodi saat para anggota LP melewati depan kelasnya.

"Hahaha, yaelah Mel Mel, makanya naksirnya sama gue aja, dihukum kan loe" goda Kenzi.

"Aku gak apa-apa kok, Kak Dio jangan khawatir" ujar Melodi mulai melantur. Jangankan khawatir, menatap Melodi saja tidak, ia sudah mencapai tingkat kehaluan tertinggi.

"Mimpi loe Mel" celetuk Daffin seraya memukul pelan kepala gadis itu dengan stick drum.

Dio tak tahan melihat tingkah konyol Melodi, ia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan teman-temannya yang masih berbincang.

Melodi memanyunkan bibirnya, menatap kepergian Dio dengan sedih. Padahal ia sudah sangat antusias dihukum diluar kelas, karena pasti akan bisa melihat Dio yang lewat.

Tak berselang lama setelah Dio pergi, anggota LP juga pergi meninggalkan Melodi yang dihukum seorang diri.

"Melodi, masuk" perintah Pak Guru.

Gadis itu pun dengan lunglai masuk kedalam kelas dan mengikuti pelajaran dengan tertib.

Bel pulang sekolah berbunyi....

Para murid mulai berlarian menuju parkiran untuk bergegas pulang. Karena cuaca yang tak mendukung, tiba-tiba saja turun hujan yang deras. Beberapa murid memilih untuk tetap singgah sebentar di sekolah, karena banyak yang tak membawa payung dan jas hujan.

Kenzi, Nendra, Daffin, Valdo dan Dio juga meneduh di depan sekolah. Kehadiran mereka malah mengundang banyak siswi yang enggan untuk pulang walau membawa payung dan jas hujan.

Dari kejauhan, terlihat seorang siswi yang berlari sambil membawa payung dan jas hujan ditangannya.

"Kak Dio, ini aku punya jas hujan dan payung. Kak Dio pakai ya" ucap Melodi yang sudah basah kuyup.

"Mel, gila loe ya hujan-hujanan. Nanti sakit gimana?" Sahut Lisa. Ia menarik Melodi menjauh dari tempat Dio dan teman-temannya berkumpul.

"Tapi kan ini buat Kak Dio, Lis. Haciiu" jawab Melodi yang sudah mulai bersin-bersin.

Lisa dan Karina kembali mengomel. Mereka tak habis pikir dengan Melodi, ia begitu mencintai Dio yang bahkan tak pernah sekali saja menganggapnya ada.

Melodi tak menggubris ocehan kedua sahabatnya, ia kembali menghampiri Dio, memberikan payung dan jas hujan yang dibawanya.

"Gak usah, gue gak butuh" jawab Dio ketus.

"Tapi kan haciu, nanti Kak Dio sakit loh haciu, kalau hujan-hujanan" ucap Melodi. Ia menggosok-gosok hidungnya yang mulai merasa gatal.

"Non Melodi, kenapa hujan-hujanan?" Teriak seorang pria paruh baya yang merupakan supir Melodi.

Melodi menoleh ke asal suara, ia tidak menyangka jika supirnya bisa datang secepat ini. Padahal sedang hujan deras, dan ini kesempatan bagus untuk bisa lebih lama menatap Dio.

Gadis itu menaruh payung dan jas hujannya di samping Dio. Lalu berlari menghampiri supirnya untuk meminta payung. Ia kembali berjalan menjemput Lisa dan Karina untuk pulang bersama. Karena mereka memang biasa berangkat les bersama.

Melodi terus menoleh kebelakang, menatap Dio yang memainkan ponselnya. Ia menunjukkan raut wajah sedih, berharap Dio akan menoleh walau hanya sedetik saja.

"Aaaahhh" teriak Melodi.

Karena terus memandangi Dio dan tak memperhatikan jalannya, ia malah salah menginjak dan jatuh di tangga. Semua murid yang menatapnya tertawa melihat Melodi yang jatuh. Padahal ia sedang menahan sakit.

"Melodi" panggil seseorang yang berlari menghampiri gadis itu. Ia bahkan tak memedulikan jika hujan mengguyurnya.

"Kalian ini keterlaluan ya, ada yang jatuh malah diketawain, gak lihat dia kesakitan?" Bentak pemuda itu. Ia membantu Melodi untuk berdiri, namun gadis itu menggeleng, karena kakinya terkilir.

"Sakit Kak" lirih Melodi menahan tangisnya.

Setelah mendengar apa yang Melodi ucapkan, barulah para murid itu khawatir akan keadaannya. Namun pemuda itu, telah menggendong Melodi untuk masuk ke mobil jemputannya.

M - 2

Di hari berikutnya, Melodi tengah berdiri didepan pintu masuk sekolah. Dengan tongkat kruk yang menemaninya. Ia menunggu seseorang seperti biasanya, siapa lagi jika bukan Dio sang pujaan hati.

"Kak Dio, selamat pagi" sapa Melodi kala melihat Dio dan anggota LP lainnya berjalan memasuki sekolah.

Mereka berhenti sejenak, menatap Melodi yang berjalan mendekat menggunakan tongkat kruk.

"Kaki loe gak apa-apa Mel? Kenapa gak istirahat aja sih dirumah?" Tanya Kenzi.

"Uuu uh, gue gak bisa kalau gak lihat Kak Dio" jawab Melodi dengan cengengesan.

Kenzi hanya bisa menggelengkan kepala, adik kelasnya yang satu ini memang keras kepala. Melodi berjalan perlahan di belakang anggota LP. Walau terasa menyulitkan, ia tetap berjalan dengan senyuman lebar karena berada di dekat Dio.

Saat sampai di depan tangga, Kenzi menawarkan bantuan untuk membantu Melodi naik ke kelasnya yang ada dilantai dua. Tetapi gadis itu menolak, ia berdalih bisa melakukannya sendiri.

"Kita bantuin aja ya Mel" ujar Daffin. Ia berjalan mendekati Melodi, tapi Lisa dan Karina lebih dulu mendekatinya.

"Gak usah Kak, kita aja yang bantuin" ucap Lisa sembari menaruh lengan Melodi di bahunya. Karina juga melakukan hal yang sama, mereka menggendong Melodi dengan cara seperti itu, agar cepat sampai di kelas.

Dalam perjalanan menuju kelas, Karina dan Lisa kembali mengomeli Melodi. Ini semua terjadi karena Melodi yang keras kepala ingin membantu Dio. Terlebih ia rela hujan-hujanan hanya untuk memberikan payung dan jas hujan pada Dio.

Gadis itu hanya mengangguk-angguk mendengarkan ceramah kedua sahabatnya. Tapi ceramah itu bagaikan angin lalu untuk Melodi, karena ia tetap akan memprioritaskan Dio dibandingkan apapun.

"Pak, ijin ke kamar mandi" teriak Melodi seraya mengangkat tangannya.

Pak guru mengangguk, beliau memberi ijin untuk muridnya itu. Beliau bahkan meminta satu murid lagi untuk membantu Melodi, tetapi gadis itu menolak. Ia tak ingin merepotkan siapapun.

Perlahan, Melodi berjalan menuju kamar mandi. Tetapi saat ia sampai didepan kamar mandi, ada pemberitahuan jika kamar mandi sedang diperbaiki. Mau tak mau, ia harus turun ke lantai dasar karena sudah tak tahan ingin buang air kecil.

Satu persatu anak tangga ia lalui dengan hati-hati. Rasanya menyesakkan, hampir saja Melodi menyerah karena kakinya terasa ngilu. Namun ia terus berusaha, karena sudah tak tahan ingin pipis.

"Aah lega" ujar Melodi setelah keluar dari bilik kamar mandi.

"Eh cewek murahan" celetuk salah seorang siswi yang menjambak rambut Melodi.

"Aauh, Kak Friska ngapain sih? Sakit tahu" rengek Melodi berusaha melepaskan tangan Friska dari rambutnya.

Friska sangat marah, ia terus memaki Melodi dan menjambak rambutnya dengan keras. Ini semua karena Friska mengira jika Melodi berusaha merebut Nathan darinya. Sebab kemarin apa yang Nathan lakukan sudah tersebar ke seluruh penjuru sekolah.

"Kak Friska salah paham, gue gak godain Kak Nathan. Dia cuma mau nolongin gue kok, lepasin Kak sakit" bela Melodi.

"Cih, awas aja kalau loe coba deketin Nathan ataupun Kenzi, gue bakal lakuin hal yang lebih parah dari ini" bentak Friska. Ia menarik rambut Melodi dengan sangat keras hingga membuat gadis itu terjatuh.

"Dan ya, loe pikir gue gak tau? Sakit loe ini cuma pura-pura kan, biar narik perhatiannya Nathan. Dasar cewek murahan" imbuh Friska.

Sebelum Friska dan kedua temannya pergi, ia menendang kaki Melodi yang terluka. Tak peduli apapun yang dirasakan oleh Melodi. Sebab dirinya telah kalut dalam kecemburuan.

Melodi menghembuskan napasnya perlahan, ia mencoba meredam emosinya. Ia berusaha untuk bangun, walau kakinya terasa sangat sakit.

Di lorong yang sepi, Melodi berjalan seorang diri, sembari sesekali menyeka air matanya yang tumpah. Bukan karena tuduhan Friska atau perlakuan kasarnya, ia hanya tak bisa menahan rasa sakit dikakinya.

"Kelas gue masih jauh ya, sakit banget kaki gue" gumam Melodi. Ia menyandarkan dirinya ke dinding, sambil menatap lurus lorong yang sepi itu.

Berharap ada seseorang yang datang dan membantunya, tetapi ini masih jam pelajaran, kemungkinannya akan sangat kecil.

Melodi sesekali memejamkan matanya, mungkin ia bisa menahan sakit yang tak terlihat, tetapi ia tak bisa menahan sakit fisik. Karena itulah, Melodi tak ingin terlibat dalam kekerasan apapun.

"Kenapa loe nangis?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di depan Melodi.

Gadis itu perlahan membuka matanya, menatap seseorang yang ada dihadapannya, dari ujung kaki hingga menatap wajahnya. Mata Melodi seketika terbelalak, tanpa sadar ia menghentakkan kakinya yang terluka. Membuatnya semakin parah dan terasa sakit.

"Aaahhh" teriak Melodi yang hendak terjatuh. Namun dengan sigap, pemuda dihadapannya itu menopang tubuh Melodi.

"Kak Dio, kakiku sakit banget" lirih Melodi sebelum ia pingsan karena tak kuat menahan rasa sakit di kakinya.

Beberapa menit kemudian...

Melodi tersadar dari pingsannya, ia membuka mata dan menatap ruangan yang sedikit asing untuknya, ruang UKS.

Kakinya masih terasa sedikit nyeri, ia memiringkan tubuhnya ke arah bangsal di sampingnya.

"Kak Dio" ucap Melodi terkejut ketika melihat Dio yang sedang duduk menatapnya.

"Hm .." Dio hanya berdehem membalas panggilan Melodi.

Tiba-tiba saja Melodi menutup matanya dan tertawa kegirangan. Jika ia berada di UKS, dan ada Dio disana, maka pastilah Dio yang membawa dirinya ke UKS. Itu berarti, Dio menggendong Melodi.

"Makasih ya Kak" ujar Melodi. Ia masih sangat senang dan menutupi mulutnya dengan kedua tangan.

"Badan loe berat" sahut Dio ketus. Ia lalu pergi keluar UKS setelah penjaga UKS datang.

Penjaga UKS menghampiri Melodi, menanyakan apa yang terjadi dan alasan gadis itu tak sadarkan diri.

Melodi berusaha menenangkan jantungnya yang masih berdebar. Setelah mereda ia baru menjelaskan pada penjaga UKS jika kakinya terasa sangat sakit, karena tak bisa menahan rasa sakit itu, ia tiba-tiba saja pingsan. Hanya itu yang bisa Melodi jelaskan.

"Saya telepon orang tua kamu ya, biar dia jemput kamu" saran penjaga UKS.

"Jangan Bu, saya tidak apa-apa, kasih saya obat pereda nyeri saja" pinta Melodi.

Gadis itu tak ingin pulang kerumah, dirumah yang sepi itu pasti ia akan merasa bosan disana. Lebih baik ia berada disekolah, terlebih ia bisa dapat melihat orang yang ia sukai.

Penjaga sekolah menuruti permintaan Melodi, setelah beliau memeriksa dan memastikan jika siswinya itu baik-baik saja.

Kesempatan bagus ini, Melodi tidak menggunakannya untuk berbaring di UKS. Ia malah pergi ke perpustakaan untuk membaca novel disana. Ditempat paling ujung perpustakaan, di dekat jendela kecil yang menghadap langsung ke ruang musik.

Tempat itu adalah tempat favorit Melodi, darisana ia dapat melihat Dio dan anggota Lila Prince yang sedang berlatih. Walau terlihat sangat kecil, Melodi sudah menyiapkan teropong yang ia simpan di perpustakaan.

Jika saja Dio tahu akan hal ini, pastilah ia akan menyebut Melodi sebagai penguntit.

M - 3

Saat jam istirahat...

Melodi berjalan menuju kantin, karena ia merasa sangat lapar. Setelah membaca buku berjam-jam di perpustakaan, itu sungguh menguras tenaganya.

"Melodi, yuhuuu mau kemana loe?" Sapa Daffin yang berjalan mendekat bersama Dio.

"Hai Kak Dio, makin ganteng aja" balas Melodi.

Daffin menarik pelan rambut gadis itu, sebab ia yang menyapa, malah Dio yang menerima pujian. Melodi tertawa lalu membalas sapaan Daffin.

Walau begitu, Daffin membantu Melodi untuk berjalan. Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk berjalan bersama menuju kantin.

"Mel tahu gak, kemarin Dio pakai jas hujan sama payung loe" celetuk Daffin membuka pertanyaan.

"Oh ya? Waaw makasih ya Kak Dio" ujar Melodi dengan ceria.

Daffin yang mendengar ucapan itu tertawa terbahak-bahak, harusnya Dio yang berterimakasih dan bukannya Melodi. Tapi melihat wajah ceria Melodi, ia hanya bisa ikut tertawa.

"Mel, mending istirahat aja dirumah. Lagian agak ada ulangan kan?" Saran Daffin.

Mereka telah sampai dikantin, Daffin memesankan makanan untuk Melodi. Ia begitu baik, salah satu anggota favorit Melodi di Lila Prince.

Melodi kembali mengoceh, semua orang selalu mengatakan hal yang sama. Ia bukannya tidak ingin tinggal dirumah, tapi ia tidak bisa tinggal disana. Sebab, semangatnya hanya ada di sekolah.

"Ciye berduaan aja nih, gue cemburu loh" goda Kenzi yang ikut bergabung dan duduk disamping Melodi.

Gadis itu bergeser hingga ke ujung kursi, menjauh sejauh mungkin dari Kenzi.

"Kenapa Mel?" Tanya Kenzi yang tak mengerti karena tiba-tiba saja Melodi bersikap aneh padanya.

Daffin yang datang duduk diantara Melodi dan Kenzi. Hal itu membuat Melodi merasa lega. Setelah Daffin duduk, Nendra dan Valdo juga datang dan menggeser Dio. Menjadikan pemuda itu duduk berhadapan dengan Melodi.

Kenzi masih memanggil-manggil nama Melodi. Ia bahkan meminta Daffin untuk pindah, tapi gadis itu menahan Daffin agar tidak bertukar posisi dengan Kenzi.

"Duh nih cewek ya, ngapain loe disini? Pergi sana" sentak Friska sembari menarik lengan Melodi dengan kasar.

"Aaa aa ah, oke oke gue pergi, bentar" ujar Melodi. Ia mengambil tongkat kruknya dan berdiri perlahan lalu pergi menjauh dari meja Kenzi.

Melodi menatap Dio sambil tersenyum lebar, dan pemuda itu juga menatapnya. Tak apa walau diusir, tetapi Melodi bisa bertatapan dengan Dio selama beberapa detik.

"Melodi, kita cariin loe malah disini" teriak Lisa.

Lisa dan Karina berjalan mendekati Melodi, mereka membantu gadis itu untuk kembali ke kelas.

"Tau gak, gue lagi jatuh cinta" celetuk Melodi saat mereka telah tiba dikelas.

"Sama siapa?" Tanya Lisa penasaran.

Pertanyaan konyol dari Lisa, tentu saja Melodi jatuh cinta pada Dio, untuk kesekian kalinya. Dio kembali sukses mengambil hati Melodi dengan perlakuan manisnya.

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

Jam pulang sekolah telah berbunyi, lagi-lagi hujan turun dan menghentikan langkah para murid untuk pulang ke rumah.

Melodi tengah berdiri di depan pintu masuk sekolah, menunggu Papa yang akan menjemputnya.

Ttiiinn...

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu sekolah. Kaca mobilnya terbuka, menunjukkan seorang pria paruh baya.

"Mel, Papa gak ada payung nih" teriak Adam pada putrinya.

"Aku juga gak bawa payung Pa, hujan-hujan aja ya" balas Melodi.

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga. Namun sebuah payung tiba-tiba sudah berada diatas kepalanya. Ia menoleh, mendapati Dio yang tengah memayungi dirinya. Matanya kembali terbelalak menatap kehadiran Dio.

"Ini payung loe" ujar Dio.

"Gue bantuin" imbuhnya seraya memapah Melodi. Dio menaruh tangan Melodi di pundaknya, lalu menaruh tangannya di pinggang Melodi.

Satu demi satu anak tangga mereka lalui hingga berada di depan pintu mobil Adam. Adam mengeluarkan suara menggoda putrinya yang sedang tersipu malu.

"Dio, terimakasih ya, tuan putriku memang selalu menyusahkan" goda Adam.

"Gak gitu kok Kak, aku gak nyusahin. Cuma lagi sakit aja makanya bikin repot" bela Melodi. Ia tidak ingin jika Dio berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Terlebih ia merasa jika Dio mulai membuka hati untuknya.

Dio mengangguk, setelah membantu Melodi masuk kedalam mobil, ia berpamitan pada Adam lalu kembali masuk ke dalam sekolah. Tetapi Lisa dan Karina menghentikan Dio, mereka juga ingin Dio mengantarnya menuju mobil Adam. Sebab mereka akan pulang bersama-sama.

"Hei No, No" teriak Melodi heboh.

"Apa sih Mel, gak ada payung lagi nih" rengek Lisa.

Melodi mengedarkan pandangannya, menatap sekitar mencari payung.

"Ituu, itu payung, hei, Brandon, Brandon pinjem payung cepat" sorak Melodi.

"Ogah, apa'an loe" sentak Brandon kesal.

"Brandon, kalau pelit gantengnya hilang loh" rayu Melodi.

Brandon tampak berpikir sejenak, ia lalu meminjamkan payungnya pada Lisa dan Karina. Ia bolak-balik mengantarkan Lisa dan juga Karina menuju mobil Adam. Setelah itu Melodi kembali memuji Brandon dan berterimakasih.

Melodi tertawa geli di dalam mobil, memang benar jika Brandon terlihat tampan, tetapi Dio tentu saja masih lebih tampan.

"Ada kemajuan nih Mel" celetuk Adam membuka pembicaraan.

Gadis itu memeluk Papanya dari belakang, sembari mencium pipinya. Ia merasa sangat bahagia, hari ini akan menjadi sejarah. Hari dimana dirinya mulai terlihat oleh Dio. Hari dimana mereka memulai hubungan yang baru, walau hanya Melodi yang merasakannya.

"Tadi gue pingsan, gara-gara Kak Friska nendang kaki gue. Terus Kak Dio gendong gue dong, aaaaaaahhhhh kenapa harus pingsan sih jadi gak bisa lihat kan" oceh Melodi.

Melodi, Lisa dan Karina tengah berbincang didalam kamar Melodi. Gadis itu menceritakan apa yang terjadi hari ini pada kedua temannya. Walau mereka merasa sangat marah karena perlakuan Friska dan kawan-kawan, tapi mereka juga bahagia melihat Melodi senang.

Sebenarnya Lisa dan Karina tak begitu menyukai Dio. Selain dingin dan cuek, ia selalu saja membuat Melodi terluka. Entah dengan sikap ataupun perkataan kasarnya. Sayangnya gadis bodoh yang mengatas namakan cinta pada setiap tindakannya itu, tak bisa melihat sikap buruk Dio.

"Mel, terus gimana? Massa loe mau jauhin Kak Nathan sama Kak Kenzi terus-terusan?" Tanya Karina.

"Kalau Kak Nathan mungkin bisa, tapi Kak Kenzi? Dia kan selalu ada didekat Kak Dio Mel. Itu berarti loe juga harus jauhin Kak Dio" saran Lisa.

"Apaaaaa? Itu tidak mungkin, tidaaakkkk" teriak Melodi sedih.

Mendengar putrinya berteriak, Kania masuk kedalam kamar Melodi. Dengan wajah panik, beliau mencari alasan kenapa putrinya berteriak. Tetapi yang ia dapatkan malah tawa putrinya.

"Mel, kamu kenapa? Obatnya belum diminum ya?" Tanya Kania panik.

"Iiihhh Mamaaaaa, jahat, sebel deh" ujar Melodi kesal.

Lisa dan Karina ikut menggoda Melodi dengan berpura-pura mencari obat gadis itu. Juga mengomel karena Melodi tak meminum obatnya tepat waktu.

"Tau ah, sebel sama kalian. Gue gak sabar besok ketemu Kak Dio lagi, unch unch" gumam Melodi.

"Tidak sayang, kamu besok tidak akan masuk sekolah sampai kakimu benar-benar sembuh" Perintah Kania.

"Tapi Ma.."

"Ini perintah, bukan permintaan" jawab Kania lalu pergi meninggalkan kamar putrinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!