NovelToon NovelToon

KEMBARANKU MADUKU

PERDEBATAN

Seperti biasanya, rutinitas di pagi hariku adalah menyiapkan segala keperluan untuk mas Rafael sebelum dia berangkat ke kantornya, pakaiannya sudah ku siapkan di atas ranjang, dan segera ku siapkan sarapan untuknya, meski di rumah sudah ada pembantu, tapi aku selalu menyiapkan yang dibutuhkan suamiku sendiri, karena aku ingin selalu menjaga keharmonisam rumah tangga ku, supaya tidak seperti rumah tangga orang tuaku yang berakhir dengan perceraian, meski sekarang ibuku sudah menikah kembali dengan lelaki yang pernah dicintainya dimasa lalu, sementara ayahku memilih hidup sendiri, karena sampai detik ini, beliau masih memiliki perasaan untuk ibuku.

Sudah hampir satu bulan lamanya ayahku tinggal bersamaku dengan saudara kembarku, ayahku sudah sakit-sakitan dan Mawar tidak bisa menjaganya seorang diri di desa, karena Mawar sudah mendapatkan pekerjaan di kota yang sama denganku, dan kembaranku itu meminta ijin untuk tinggal di rumahku, dengan alasan dia tidak bisa menjaga dan merawat ayah seorang diri, mas Rafael yang tidak tegaan memberikan ijin supaya Ayahku dan juga Mawar bisa tinggal di rumah kami, lalu aku harus mencari seorang perawat untuk mengurusi segala kebutuhan ayah, karena aku dan mas Rafael sama-sama bekerja, sedangkan Mawar juga jarang di rumah, sejak ayahku tinggal di rumahku, ibuku sangat marah dan tidak ingin berkunjung ke rumahku, Mawar yang merasa ibu tidak suka dengan kehadirannya di rumahku, merasa sangat kesal pada ibu, sehingga Mawar bertengkar dan mengatakan kata-kata kasar pada ibu.

"Bukannya ibu tidak suka jika kau tinggal bersama kakakmu, tapi apa perlunya kau mengajak ayahmu yang tidak berguna itu", seru sang ibu di depan rumah Melati.

"Bagaimanapun ayah yang telah merawatku sejak kecil, aku tidak mungkin menelantarkan nya di desa seorang diri, mungkin ibu bisa tega kepadaku dan tidak pernah menjenguk ku di desa, karena itulah ibu pilih kasih terhadapku, ibu lebih menyayangi kak Melati, karena itulah ibu tidak suka melihatku dan ayah ada disini", sahut Mawar dengan lantang.

Terlihat mas Rafael memisah pertengkaran mereka, dan aku pun meminta Mawar untuk mengalah dan lekas berangkat kerja saja, supaya perdebatan itu tidak berlangsung lebih panjang, dan ayah yang berada di dalam kamar, tidak mendengar keributan di pagi hari itu, lalu ibu berbicara dengan mas Rafael untuk mengusir ayahku, dan membiarkan Mawar tetap tinggal bersama mereka, sementara aku harus memastikan Mawar sudah berangkat ke kantornya, lalu aku mengatakan pada ibu, jika ayah akan tetap tinggal di rumah kami.

"Meski ibu tidak suka dengan keberadaan ayah di rumah ini, aku harus tetap merawatnya bu, dia adalah ayah kandungku, dan Mawar satu-satunya saudara kandungku, dia mempercayakan ayah untuk kami rawat bersama, Melati mohon supaya ibu lebih bijaksana dan mengerti dengan kondisi ini, tidak ada di dunia ini yang namanya mantan orang tua bu", ucapku seraya bersimpuh dikaki ibuku.

"Semoga kau tidak salah mengambil keputusan dengan membiarkan Mawar dan juga ayahmu tinggal disini".

Meski ibu sedikit luluh dengan ucapanku, dia tetap enggan masuk ke dalam rumah, dan mengatakan padaku dan juga mas Rafael, jika ibu tidak sudi masuk ke dalam rumah kami, selama ada ayah di dalam, lalu ibu pergi bersama sopir pribadinya, ibu meninggalkan rumah kami tanpa menoleh ke belakang lagi, membuat hatiku hancur dan tersayat, bagaimanapun aku tidak dapat memilih antara ibu ataupun ayahku.

"Sudah ya sayang, jangan kau masukan ke dalam hati ucapan ibu tadi, beliau hanya sedang marah dan sedikit kecewa karena kita mengijinkan ayahmu untuk tinggal disini, cepat atau lambat ibu akan melupakan ucapannya tadi, dan akan segera berbicara denganmu lagi", ucap mas Rafael seraya memelukku.

"Semoga apa yang diucapkan ibu tidak terjadi, bagaimanapun Mawar dan juga ayah adalah keluargaku, meski kami terpisah sangat lama dan belum saling mengenal satu sama lain, mereka tetaplah keluargaku".

"Kau sudah mengambil keputusan yang benar sayang, mari kita pergi bekerja, aku akan mengantarmu lebih dulu", ucap mas Rafael seraya menggandeng tanganku ke dalam mobil sedang miliknya.

Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat, mas Rafael menghubungi ku melalui panggilan telepon, dan menanyakan jam berapa aku pulang dari butik, keseharianku adalah sebagai disainer, merancang berbagai model pakaian untuk segala acara yang akan digunakan oleh langganan ku yang seorang artis dan model, karena itulah waktu ku lebih banyak habis di butik, bahkan hari ini aku harus pulang lebih malam, karena ada gaun yang belum selesai ku buat, meski aku mengandalkan tenaga pegawai ku, aku tetap melakukan segalanya sendiri, dari memilih bahan gaun dan modelnya, harus aku sendiri yang membuatnya, karena semua pelanggan lebih suka jika aku yang membuatnya, menurut mereka hasil disain dan kain yang aku pilih untuk mereka lebih bagus dan elegan.

"Maaf mas aku belum bisa pulang, lebih baik kau pulang duluan saja, nanti aku bisa pulang naik taksi online".

"Tapi sayang aku sangat merindukanmu malam ini, aku ingin melakukan permainan panas denganmu, bisakah kau pulang lebih awal lagi".

"Aku usahakan ya mas, kau pulang mandi dan istirahatlah, aku akan segera menyelesaikan pekerjaan ku", ucapku seraya mematikan panggilan telepon suamiku.

Dan disaat aku sibuk dengan pekerjaan ku di butik, saudara kembarku Mawar diam-diam sering memperhatikan suamiku, ketika mas Rafael baru saja masuk ke dalam rumah, Mawar menghampiri nya dan menawarkan teh untuknya, tapi mas Rafael menolaknya dan bergegas masuk ke dalam kamar, entah sejak kapan Mawar sering membayangkan mas Rafael dengan otak kotornya.

Semakin ku perhatikan tubuh mas Rafael sangat menggoda, dadanya yang lapang, wajahnya yang tampan, serta kekayaan yang dimilikinya, membuatku berhasrat untuk memilikinya, seandainya dia adalah suamiku, pasti aku tidak usah capek-capek bekerja seperti sekarang, kenapa mas Rafael harus menjadi suami kak Melati, aaargh... Membayangkan semua ini membuatku kesal saja, batin Mawar didalam hatinya.

Terdengar oleh Mawar jika dia meminta mbak Saroh untuk membuatkan nya susu jahe, karena tubuhnya agak kedinginan saat itu, lalu Mawar buru-buru ke dapur dan melihat Rafael dengan pakaian tidurnya, yang membuat lelaki itu sangat menggoda, dengan kancing baju yang terbuka memperlihatkan bulu-bulu halus didadanya yang lapang, kemudian Rafael berjalan melewati Mawar yang masih terpaku ditempatnya berdiri, tercium aroma wangi dari tubuh lelaki tampan itu, membuat hasrat Mawar sebagai perempuan normal bergejolak.

Dan disaat Mawar tersadar dari lamunannya, mbak Saroh sedang berjalan dengan membawakan susu jahe untuk Rafael.

"Mbak Saroh biar aku saja yang membawakan nya untuk mas Rafael, tolong kau buatkan teh hangat untuk ayah ya, karena perawat ayah baru saja pulang, dan dia belum sempat memberikan obat untuk ayah", pinta Mawar dengan mengambil segelas susu jahe untuk kakak iparnya itu.

Kemudian Mawar membuka dua kancing piama nya, supaya kedua gundukan kembarnya terlihat oleh Rafael, dengan harapan suami kakak kembarnya itu tergoda setelah melihat lekuk tubuhnya.

...Mau dilanjut apa ga nih kisahnya, yuk tinggalkan komentar, mau ditulis bagaimana nih ceritanya 😄...

...Bersambung....

POV MAWAR (PENYATUAN TERJADI)

Disaat aku melangkahkan kaki ke arah kamar mas Rafael, terdengar suara mbak Saroh yang berteriak meminta pertolongan karena ayah mendadak kejang, dan tanpa sadar aku menjatuhkan susu jahe yang mas Rafael inginkan, aku berlari ke kamar ayah dan segera memberikan nya obat tidur, supaya kejang nya bisa berhenti dan beliau badannya bisa rileks, tidak berselang lama mas Rafael bergegas mendatangi ayah di kamar, dan dia sangat terkejut melihat tubuh ayah yang mengejang di atas ranjang.

"Astaga, apa yang terjadi pada ayah War, mari kita bawa beliau ke rumah sakit saja".

"Hmm tidak usah mas, aku sudah memberikan ayah obat penenang supaya kejangnya berkurang, sebentar lagi juga ayah akan baik-baik saja", ucapku seraya mengusap peluh dikeningku.

"Apakah kau yakin tidak ingin membawa ayah ke rumah sakit?", mas Rafael meyakinkan ku kembali.

Setelah itu aku mengatakan pada mas Rafael supaya dia tidak usah hawatir, karena kejang ayah sudah berangsur berhenti, tapi efek yang ditimbulkan obat itu adalah ayah menjadi berhalusinasi, seakan beliau melihat ibuku ada disana, berulang kali ayah memanggil nama ibu, dan mengucapkan permintaan maaf, ternyata ayahku masih saja merasa bersalah karena perpisahan mereka dulu, dan disaat mas Rafael akan kembali ke kamarnya, dia bertanya pada mbak Saroh dimana minuman yang diminta nya tadi, lalu aku teringat jika minuman itu sudah jatuh karena aku panik mendengar mbak Saroh berteriak tadi.

"Sebenarnya mbak Saroh sudah membuatkan minuman itu untukmu mas, tapi aku tidak sengaja menjatuhkan nya, biar aku buatkan lagi ya", ucapku seraya berjalan ke arah dapur.

Kemudian mas Rafael menghampiri ku dan mengatakan, jika aku tidak perlu membuatkan nya minum, tapi aku bersikeras membuatkan nya minuman susu jahe kesukaan nya, lalu mas Rafael berterimakasih padaku dan kembali ke kamarnya, disaat aku sedang sibuk membuat minuman untuk mas Rafael, tiba-tiba aku teringat dengan ayah yang berhalusinasi setelah minum obat penenang nya.

Bagaimana jika aku mencampurkan obat penenang itu ke dalam minuman ini, mungkin saja mas Rafael akan berhalusinasi seperti ayah, sehingga aku bisa menggoda nya, batin Mawar dengan tersenyum licik.

Kemudian aku mengambil obat milik ayah dan mencampur nya ke dalam minuman mas Rafael, aku sudah kehabisan akal untuk membuat mas Rafael tertarik padaku secara normal, apapun akan aku lakukan supaya mas Rafael bisa menjadi milikku, lalu aku memberikan segelas susu jahe untuk mas Rafael, dan segera dia meminumnya, karena cuaca malam itu cukup dingin setelah hujan, dan aku sangat tau mas Rafael sangat suka meminum susu jahe pada cuaca seperti sekarang, setelah aku memastikan dia menghabiskan minumannya, aku berusaha mengajaknya berbicara tentang kesehatan ayah yang semakin menurun setiap harinya, aku sengaja mengulur waktu untuk melihat reaksi apa yang akan terjadi pada mas Rafael setelah dia meminun habis susu jahe itu, tidak membutuhkan waktu lama, baru lima menit setelahnya, mas Rafael mulai kehilangan kesadarannya, dia mengeluh jika pandangan matanya agak kabur, dan dia melihat hal-hal yang aneh.

"Disini tidak ada apa-apa mas, memangnya apa yang kau lihat?", tanyaku seraya berjalan menghampirinya lebih dekat.

Aku mendengar deru nafas mas Rafael mulai berat, dan keringat membasahi seluruh tubuhnya, aku mengatakan pada mas Rafael, apakah dia sedang sakit, karena dia berkeringat dingin saat itu, lalu mas Rafael membuka bajunya dan memintaku untuk menghidupkan AC yang ada dibelakang ku, tapi aku tidak dapat menemukan remot AC nya, aku menatap tubuh mas Rafael yang nampak menggoda, tanpa sadar aku mendekap tubuhnya, sedangkan mas Rafael hanya terdiam dengan mengusap kedua matanya, untuk sesaat mas Rafael sadar jika akulah yang sedang memeluknya, tapi aku tidak mengatakan siapa aku yang sebenarnya, karena aku tau saat itu mas Rafael sedang mengalami halusinasi sama seperti ayah tadi.

Tanpa ku duga-duga, mas Rafael membalas pelukanku, dia mengecup lembut bibirku, dan merebahkan tubuhku di atas ranjangnya, dengan perlahan mas Rafael menjamah seluruh tubuhku, membawaku ke dalam angan-angan, aku terbawa oleh belaian nya, dan aku pasrahkan tubuhku begitu saja, meski dalam pengaruh obat penenang, mas Rafael begitu membuatku berhasrat, kedua tangan nya menyentuh kedua milikku yang sudah sangat kencang, karena sedari tadi kedua tangan mas Rafael memainkannya, serta bibirnya yang terus bermain di atasnya, membuatku mengeluarkan suara-suara aneh ku, dan ku lihat milik pribadi mas Rafael sudah tegak berdiri dari tempatnya bersembunyi, tanganku meraih miliknya yang sudah berusaha keluar dari sarangnya, mas Rafael pun memainkan miliknya kedalam bibirku, sehingga sesuatu miliknya keluar begitu saja, dan kami pun melakukan penyatuan kami setelahnya, malam itu ku nikmati tanpa pernah ku bayangkan sebelumnya, mas Rafael yang sangat ingin ku miliki sedang melakukan permainan panasnya denganku, meski sesekali terdengar dia menyebut nama kak Melati, dan membuatku berubah sangat kesal, tapi kenikmatan yang dia berikan saat itu membuatku mengacuhkan nya, aku tidak perduli meski mas Rafael selalu menyebut nama kakak kembarku, karena yang terpenting untukku adalah aku bisa merasakan sentuhannya, sampai akhirnya kami bedua sama-sama tersentak di permainan panas kami, ternyata kami berdua sudah puas melakukannya, dan sesuatu sudah keluar begitu saja, memasuki milikku yang terasa sangat hangat didalamnya, aku pun melenguh merasakan kenikmatan yang baru kali ini ku rasakan, lalu aku memeluk mas Rafael dan mengecup bibirnya, seraya membisikan kata-kata cinta dan terimakasih, karena memberikan kehangatan padaku malam itu, sementara mas Rafael hanya terdiam dengan nafas yang tersengal-sengal, sebelum akhirnya dia terkulai lemas dan memejamkan matanya.

Brum brum...

Terdengar olehku suara mesin mobil yang baru saja datang, dan aku tersadar jika itu pasti kak Melati yang baru saja pulang, aku panik dan ingin beranjak dari kamar mereka, tapi langkahku terhenti mengingat penyatuan ku dengan mas Rafael, yang terjadi begitu saja.

Jika aku pergi meninggalkan kamar ini, mas Rafael tidak akan pernah mengingat apa yang terjadi malam ini, karena dia sedang berhalusinasi, dan dia selalu menyebut nama kak Melati disaat kami sedang melakukan hubungan itu, lebih baik aku tetap di kamar ini, supaya kak Melati melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri, batin Mawar dengan tersenyum licik.

Tapi apa yang aku pikirkan ternyata salah, saat itu yang datang ke rumah bukanlah kak Melati, tapi ibuku yang datang mencariku karena dia merasa bersalah setelah berdebat denganku pagi tadi, dan sialnya aku lupa menutup pintu kamar mas Rafael, sehingga ibuku masuk ke dalamnya, dan dia sangat terkejut setelah melihatku di atas ranjang dengan mas Rafael, ibuku sangat marah kepadaku dan juga mas Rafael, tapi sayangnya dia belum tersadar dari lelapnya, sehingga hanya aku saja yang mendengar amarah ibuku, kemudian aku bangkit dari tempat tidur dan menutupi tubuh polos ku dengan selimut seraya bersimpuh dibawah kakinya, aku meminta pada ibu untuk diam dan menutupi apa yang terjadi malam ini, entah kenapa mendadak aku kasihan pada kakak kembarku, karena ibuku menangis dan meratapi nasib kak Melati yang sangat buruk, aku pun tersadar akan kemalangan yang akan di alami kakak kembarku itu, sehingga aku pun sedikit merasa bersalah, dan menangis di bawah kaki ibuku.

...Bersambung....

POV RAFAEL (TERKEJUT)

Disaat aku terlelap dalam tidurku aku bermimpi melakukan permainan panas dengan Melati, dan rasanya mimpi itu sangat nyata, karena seluruh tubuhku terasa lelah sekali, tapi didalam lelap ku aku mendengar suara orang-orang yang berdebat didekatku, samar-samar aku melihat ibu mertuaku sedang memaki seorang perempuan yang menutupi tubuhnya dengan selimut, akupun berusaha membuka kedua mataku yang terasa sangat lengket, dan ketika aku bangkit dari tidurku, di kamarku sudah ada ibu mertuaku dan juga Mawar yang sedang bersimpuh dibawah kaki ibunya, akupun sangat terkejut ketika melihat Mawar hanya menutupi tubuhnya menggunakan selimut yang biasa ku pakai.

Kenapa Mawar ada disini, dan apa yang dia lakukan dengan memakai selimutku, batinku penuh tanya.

Disaat aku ingin bangkit berdiri, aku merasa jika tubuhku hanya terbalut dengan kain bedcover, bagaikan tersambar petir di malam hari, aku terkejut dengan keadaan ku yang tanpa pakaian, dan ku lihat Mawar juga tidak menggunakan pakaiannya, lalu aku berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi, dan aku pun teringat jika mimpi yang aku rasakan tadi bukanlah mimpi, tapi semuanya adalah kenyataan, aku benar-benar melakukan permainan panas, tapi aku melakukannya dengan Mawar adik iparku, padahal aku bermimpi melakukannya dengan istriku Melati, pantas saja ibu Mertuaku terlihat sangat marah ketika aku terlihat bingung dengan apa yang terjadi saat itu, terlihat Mawar bangkit berdiri dan menangis dihadapanku.

"Mas Rafael kau telah merenggut kesucianku, bagaimana masa depanku selanjutnya huhuhu, tidak akan ada lelaki yang mau menikahiku", seru Mawar berlinang air mata.

"Ma maafkan aku Mawar, sumpah Demi Tuhan, aku tidak sengaja melakukannya, tolong jangan katakan apa-apa pada Melati, aku tidak ingin dia sakit hati dan marah padaku".

"Apa maksudmu Rafa, kau sudah menodai anakku Mawar, jadi kau harus bertanggung jawab".

"Ta tapi bu, apa yang harus aku lakukan, aku benar-benar tidak sengaja melakukan hubungan itu, dan bagaimana Mawar bisa ada di kamarku, pasti semua terjadi begitu saja, bahkan aku tidak sadar telah melakukannya dengan Mawar, jika aku sadar mana mungkin aku akan melakukannya dengan adik iparku sendiri bu".

"Dengar ya Rafa, apapun yang terjadi ibu tidak ingin jika kedua anak ibu terluka, kau harus melakukan sesuatu supaya mereka berdua tidak tersakiti".

Aku hanya tertunduk lesu, tidak tau harus berbuat apa saat itu, lalu ibu mertuaku mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal bagiku, bagaimana tidak, jika dia memintaku untuk menikah siri dengan Mawar, karena menurut ibuku masa depan Mawar sudah hancur karena kesuciannya sudah ku renggut.

"Jika aku harus menikah siri dengan Mawar, bukannya aku akan menyakiti keduanya bu, lalu apakah Mawar setuju menjadi istri siriku, aku takut Melati tau dan marah padaku nantinya".

"Aku rela mas menikah siri denganmu, yang terpenting adalah kau bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan padaku, dan tentang kak Melati, kita bisa menyembunyikan kenyataan itu darinya, dia tidak perlu tau kalau kita sudah menikah secara siri, aku tidak mau dicap sebagai adik yang tidak tau malu, karena merebut suami dari kakak kembarku sendiri".

"Benar apa yang Mawar katakan Raf, kau hanya perlu bertanggung jawab dengan menikahi Mawar, kalian harus menyembunyikan hubungan kalian didepan Mawar, besok ibu akan mengurus segalanya".

Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil yang memasuki halaman rumahku, rupanya Melati sudah kembali ke rumah, aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera memakai bajuku, sementara Mawar pergi ke kamarnya ditemani ibu mertuaku.

"Mas maaf ya aku pulang terlalu malam, dan malam ini aku sangat lelah, apa kau masih ingin melakukannya malam ini, karena aku sudah terlalu lelah untuk melakukan permainan panas denganmu", ucap Melati seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Hmm tidak apa-apa sayang jika kau lelah, lebih baik kau istirahat saja".

"Eh iya mas, hampir saja aku lupa menanyakan nya padamu, aku melihat sopir pribadi ibu ada di luar, apakah ibu masih ada disini".

Aku tersentak mendengar pertanyaan Melati, dan aku menjawabnya dengan gagap, jika ibunya sedang bersama adiknya Mawar, lalu Melati bangkit dari tidurnya dan berjalan ke kamar Mawar, untungnya ibu mertuaku dan Mawar sudah keluar dari kamarnya, terlihat Melati memandangi keduanya dan bertanya kenapa mata mereka sembab.

"Bu apakah kalian bertengkar kembali, kenapa malam-malam ibu datang ke rumahku?", tanya Melati dengan mengerutkan keningnya.

"Ibu hanya ingin meminta maaf pada kalian berdua, seharusnya ibu mengerti keinginan kalian untuk merawat ayah kalian, karena itulah ibu ingin meminta maaf pada kalian berdua".

Untunglah ibu tidak mengatakan yang sebenarnya, aku tidak ingin kehilangan Melati, jika dia mengetahui apa yang telah terjadi malam ini, pasti dia akan sangat kecewa padaku, dan entah apa yang akan dia lakukan setelah nya, batinku dengan menghembuskan nafas panjang.

Dan ku lihat Melati memeluk ibu dan Mawar, mereka saling memeluk dan terlihat Mawar meneteskan air matanya, lalu Melati mengusap air mata adik kembarnya itu, seketika Mawar memeluk Melati dan mengucapkan kata maaf.

"Untuk apa kau meminta maaf padaku Mawar, kau adalah satu-satunya adikku, apapun kesalahanmu InsyaAllah aku akan memaafkan mu".

Aku tidak yakin jika kau bisa memaafkan Mawar jika mengetahui yang sebenarnya, oh Melati istriku, maafkanlah suamimu ini, aku benar-benar tidak tau kenapa semuanya bisa terjadi, batinku penuh rasa bersalah.

Tidak lama setelah itu ibu mertuaku berpamitan untuk pulang, lalu beliau berbicara empat mata denganku, dan mengatakan jika besok siang aku harus meluangkan waktu untuk menikah siri dengan Mawar, karena beliau sudah meminta seorang ustadz untuk menikahkan ku dengan Mawar, aku hanya bisa menganggukan kepala seraya mengecup punggung tangan nya, karena beliau akan pulang saat itu juga.

Aku kembali ke kamarku dan merebahkan tubuhku di atas ranjang yang tadi ku gunakan bersama Mawar, rasanya aku tidak tega terhadap Melati harus tidur di atas ranjang yang sama dengan Mawar tadi, saat Melati kembali ke kamar dan memelukku dari belakang, aku sangat merasa bersalah, aku mendekap nya ke dalam pelukanku, berulang kali bibirku mengucapkan kata maaf tapi tidak terdengar suaraku di telinga Melati, rupanya istriku yang malang itu tertidur didalam pelukanku, ku pandangi wajahnya yang sangat lelah, sontak aku pun semakin merasa berdosa karena menghianati cintanya, apalagi aku melakukannya dengan Mawar adik kembarnya sendiri.

Maafkan aku sayang, aku tidak sengaja melakukannya, tapi aku harus membayar dengan harga yang sangat mahal, aku harus menikahi Mawar, untuk menyelamatkan masa depan nya, semoga kau mengerti jika aku terpaksa melakukannya, sekali lagi maafkan aku sayang, batinku meronta seraya mengecup kening istriku.

...Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!