NovelToon NovelToon

RAMADHAN DI HATI RAYYA

Baby

Perkenalan Tokoh :

Rayya Faranisa Richard ( 22 tahun )

Putri pertama pasangan Gavin Richard dan Azzahra Faranisa Abdullah mempunyai sifat yang sangat mirip dengan Mommy nya, sederhana, pemalu dan pendiam meskipun sejak kecil terbiasa bersama-sama dengan saudara sepupunya yang supel dan cerewet, Almayra Azkia Atmajaya. Sejak pertama kali ditolong oleh Ramadhan Syahrizky, dia sudah terkagum dengan sosok pria yang merupakan anak dari sahabat Mommy dan Daddy nya itu. Namun sayang rasa cintanya yang semakin lama dirasakannya tak berbalas karena Ramadhan memilih bertunangan dengan wanita lain.

Ramadhan Syahrizky Pratama ( 28 tahun )

Putra pertama pasangan Ricky Pratama dan Anindita Purbaningrum ini sejak kecil memang banyak disukai orang. Pembawaannya yang tenang dan humble membuat pria tampan berusia dua puluh delapan tahun ini sampai kini banyak menjadi incaran wanita-wanita cantik apalagi status dia yang seorang eksekutif muda menuruni bakat dari Papanya yang seorang Executive Assistant sebuah perusahaan property bonafit di negeri ini. Rasa kagumnya pada sosok Kayla Nadira Poetri, cucu dari keluarga Poetra Laksmana, keluarga yang sudah menganggap Ricky sebagai anaknya membuatnya harus mati-matian memendam perasaannya dan memilih mencari wanita lain yang bisa membuatnya jatuh hati.

Farah Rose Agustina ( 26 tahun )

Seorang model yang dipilih oleh Ramadhan sebagai calon tunangannya untuk menggantikan rasa cintanya kepada Kayla.

Ananda Raffasya ( 26 tahun )

Kakak kelas Rayya dan Azkia yang terkenal bandel di sekolahnya saat duduk di sekolah dasar. Pria yang sejak kecil memang menyukai Rayya

Almayra Azkia Atmajaya ( 22 tahun)

Saudara sepupu dari Rayya yang sejak kecil selalu bersama dengan Rayya.

Kayla Nadira Poetri ( 28 tahun )

Wanita yang dikagumi oleh Ramadhan sejak dia remaja apalagi sosok Kayla, sebagai wanita mandiri mengingatkannya pada sosok Mamanya

William Richard ( 26 tahun )

Kakak laki-laki Rayya namun dari Ibu yang berbeda.

Beberapa tahun sebelumnya ...

Sebuah mobil sport hitam berhenti di depan gerbang sekolah SMU Angkasa Raya di mana Rayya dan Azkia sekolah. Kedekatan antara Azzahra dan Natasha dengan Kirania, istri dari bos besar Angkasa Raya Group membuat anak-anak mereka akhirnya bersekolah di sekolah milik yayasan Angkasa Raya Group itu. Salah satu sekolah swasta favorit yang banyak dihuni kebanyakan anak-anak dari kalangan atas.

" Hai, Kak Gibran ..." sapa Azkia saat kaca mobil itu terbuka.dan menampakkan seseorang pria tampan di dalam mobil itu.

Sejak pembullyan yang dilakukan Raffasya terhadap Gibran dan pertolongan yang dilakukan Azkia dulu, Azkia yang memang mempunyai sikap yang supel akhirnya menjalin pertemanan dengan Gibran, kakak kelasnya saat di sekolah dasar. Gibran yang saat duduk di bangku sekolah dasar memiliki tubuh yang tambun dan sering mendapat olok-olok murid lainnya kini sudah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan dengan tubuh atletis.

" Hai, Kia, Rayya ... sudah selesai ulangannya?" tanya Gibran.

" Sudah dong, Kak!" Azkia menjawab cepat pertanyaan Gibran kemudian masuk ke dalam mobil itu. " Ayo, Ray ... mau ikut, nggak?" tanya Azkia mengajak Rayya yang masih berdiri tak mengikuti apa yang dilakukan sepupunya itu.

" Aku belum bilang sama Mommy, Kia." Rayya memang tidak pernah pergi ke luar selain ke sekolah tanpa meminta ijin Azzahra.

" Sudah masuk dulu, deh! Nanti aku yang minta ijin sama Auntie Rara." Azkia kembali turun lalu membuka pintu penumpang belakang dan mendorong tubuh sepupunya itu agar masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Gibran, kakak kelas mereka saat mereka sama-sama duduk di sekolah dasar.

" Kalau Mommy nggak kasih ijin gimana, Kia?" Sebenarnya bukan Mommy nya yang dia khawatirkan namun Daddy nya yang sangat posesif terhadapnya. Pergi ke mall apalagi dengan pria lain tentu saja tidak akan mudah mendapatkan ijin dari Daddy nya yang sangat posesif.

" Pasti diijinkan, tenang saja. Sini mana aku yang telepon." Azkia mengulurkan tangannya meminta ponsel Rayya. Setelah menerima ponsel dari Rayya, Azkia pun segera menghubungi Azzahra.

" Assalamualaikum, Auntie ..." sapa gadis cantik namun tomboy itu saat Azkia mendapati wajah Tantenya itu di layar ponsel milik Rayya.

" Waalaikumsalam. Lho, Rayya nya mana, Kia?" tanya Azzahra nampak sedikit kaget saat melihat Azkia lah yang menghubunginya menggunakan ponsel putrinya.

" Nih, ada di belakang Kia, Auntie." Azkia mengarahkan layar ponsel ke arah belakang dia duduk.

" Assalamualaikum, Mom." Rayya melambaikan tangannya menyapa Mommy nya itu.

" Waalaikumsalam, kalian sedang ada di mana ini?" tanya Azzahra kemudian.

" Auntie, Kia mau ajak Rayya makan di mall sebentar, ya! Nih, sama Kak Gibran ..." Kini Azkia mengarahkan ponselnya ke arah Gibran yang duduk di belakang kemudi.

" Assalamualikum, Tante." Gibran pun dengan santun menyapa Azzahra.

" Waalaikumsalam, Gibran. Kalian mau ajak Rayya pergi, ya?" tanya Azzahra kepada Gibran.

" Iya, Tante. Saya mau ajak Kia dan Rayya refreshing sejenak setelah mereka pusing menghadapi soal-soal ujian, Tante." Gibran menjelaskan maksud dan tujuannya mengajak kedua gadis remaja itu.

" Ya sudah, tidak apa-apa tapi jangan lama-lama perginya, ya! Sebelum Daddy nya pulang, Rayya harus sudah sampai di rumah." Azzahra mengijinkan Rayya ikut pergi bersama Azkia dan Gibran namun tetap ada syarat yang mesti dipatuhi.

" Baik, Tante. Kami nggak akan lama, kok. Hanya cari makan di luar saja," sahut Gibran menyetujui syarat yang diajukan. Azzahra.

" Ya sudah kalau begitu hati-hati di jalan, jangan ngebut bawa mobilnya, Gibran." Azzahra menasehati.

" Baik, Tante." sahut Gibran sopan.

" Sudah dulu ya, Auntie. Assalamualaikum ..." Azkia berniat mengakhiri sambungan teleponnya.

" Waalaikumsalam ..." Setelah mendengar balasan salam dari Azzahra dan sambungan telepon terputus Azkia pun mengembalikan ponsel Rayya.

" Sudah beres, Baby," ledek Azkia.

" Kia, iiihhh ..." Rayya memang tidak suka jika selalu diledek dengan panggilan kesayangan Daddy nya itu.

" Apa aku mesti minta ijin Daddy juga?" Azkia terkikik.

" Kia berisik, deh!" Gadis cantik berhijab itu memberengut.

" Om Gavin masih ketat jaga Rayya?" tanya Gibran.

" Masih dong, Kak! Makanya juga nggak ada cowok yang berani dekati Baby, kecuali Kak Raffa tuh yang masih semangat empat lima deketin Baby walaupun masih ditolak dan digalakin Om Gavin." Azkia terkekeh.

" Raffa masih deketin Rayya terus?" Gibran melirik ke arah spion.

" Pantang menyerah dia sih, Kak." sahut Azkia.

" Nggak usah ledekin Rayya terus, deh!" protes Rayya merasa kesal.

" Rayya sendiri sebenarnya suka nggak sama Raffa?" tanya Gibran.

" Rayya itu sukanya sama Kak Rama bukan Kak Raffa, Kak."

" Kia ...!!" Tangan Rayya langsung membekap mulut Azkia yang sedari tadi mengoceh dan meledeknya.

" Rama? Ramadhan?" Gibran mengeryitkan keningnya.

" Iya, Kak Rama kenal?" Azkia terkekeh seraya menyingkirkan tangan Rayya yang menutup mulutnya.

" Dia sekolah di SD kita juga, Kan? Pernah jadi kakak kelas Kak Gibran juga deh kayaknya."

" Kia, jangan gitu, dong! Siapa juga yang suka Kak Rama?" Rayya menanpik anggapan Azkia yang mengatakan menyukai Ramadhan walaupun di dalam hatinya dia sangat mengangumi anak dari sahabat Mommy nya itu.

" Ciee ... yang membohongi diri sendiri." Azkia langsung tergelak membuat Rayya langsung mencebikkan bibirnya seraya menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi dan melipat tangan di dadanya.

" Kamu jangan meledek Rayya terus dong, Kia." Gibran yang melihat Rayya sudah dalam mode kesal dan marah langsung menasehati Azkia.

" Iya tuh, jewer saja telinganya Kia biar nggak cerewet mulutnya!" cibir Rayya merasa jika Gibran membelanya.

" Kalau aku nggak cerewet nantinya nggak dianggap sebagai anaknya Mama Tata, dong!" Azkia kembali tergelak yang langsung ditanggapi gelengan kepala Gibran seraya tersenyum menatap gadis cantik yang dia kenal saat gadis itu masih duduk di bangku kelas satu SD.

*

*

*

Bersambung ...

Happy Reading

Hanya Kagum

Tidak lebih dari setengah jam mobil yang dikendarai Gibran sudah terparkir di salah satu mall besar di Jakarta.

" Kalian mau makan apa?" tanya Gibran kepada Rayya dan Azkia.

" Aku sih apa saja asalkan ditraktir." Azkia menyahuti seraya terkekeh.

" Rayya?" Kini giliran Rayya yang ditanya oleh Gibran.

" Aku juga terserah saja, Kak." Rayya pun menyahuti.

" Kita makan di sana saja gimana?" Gibran menunjuk salah satu restoran Italia di depannya.

" Oke, Kak." Rayya dan Kia menyahuti bersamaan dan kedua saudara sepupu itu bergandengan tangan berjalan beriringan dengan Gibran.

" Kalian mau pesan makanan apa?" tanya Gibran membuka menu yang disodorkan pegawai restoran Italy itu.

" Aku meat balls pasta minumnya honey limon lychee." Azkia menyebutkan pesanannya lebih dulu.

" Aku chili cream beef sama fresh lemonade ya, Mbak." Kini Rayya menyebutkan makanan dan minuman yang dipilihnya.

" Tambah sweet potato fries, Mbak." Azkia menambah pesanannya. " Kak Gibran sendiri mau apa?" tanyanya menoleh ke arah pemuda tampan di hadapannya.

" Saya Japanese curry rice, minumnya ice latte, sama minta mineral water, Mbak." Gibran memilih makanan dan minuman yang akan dipesannya.

" Tambah cheese pizza ya, Mbak. Kasihan barangkali mereka kelaparan habis pusing menghadapi soal-soal ulangan." Gibran berkelakar yang langsung ditanggapi tawa Rayya dan Azkia.

Beberapa menit kemudian makanan yang mereka pesan sudah tersedia di atas meja dan mereka bertiga pun mulai menyantap makanan yang dipesan.

" Hmmm ... delizioso ..." Azkia memejamkan matanya menikmati pasta yang sedang dilahapnya.

Rayya langsung menoleh ke arah sepupunya itu seraya tersenyum, namun pandangan matanya menerobos jauh ke beberapa meter dari tempat dia duduk. Dia mendapati seorang pria yang sangat dia kenal sedang berjalan bersama satu orang pria lainnya dan juga satu orang wanita yang tidak dia kenal siapa mereka.

" Kak Rama ..." gumam Rayya.

Suara Rayya yang pelan itu terdengar di telinga Azkia hingga gadis itu mengedar pandangan ke arah luar restoran dan mendapati pria yang disebut Rayya tanpa sadar tadi.

" Kak Rama ...!" Azkia langsung berteriak memanggil Ramadhan seraya melambaikan tangannya hingga membuat pria yang namanya disebut itu menoleh ke arah mereka.

Ramadhan nampak berbisik sebentar kepada dua orang temannya lalu mendekat ke arah Azkia dan Rayya.

" Rayya, Azkia, sama siapa kalian kemari?" Ramadhan menoleh ke arah Gibran.

" Sama Kak Gibran, Kak." Azkia menjawab pertanyaan yang diajukan Ramadhan. " Kak Gibran, kenalkan ini Kak Rama." Azkia kemudian memperkenalkan Gibran dengan Ramadhan.

" Gibran ...."

" Rama .... "

Dua pria tampan itu saling menjabat tangan.

" Kalian berdua baru pulang sekolah?" tanya Ramadhan melihat pakaian seragam yang mereka kenakan.

" Iya, kami baru selesai ujian, Kak. Terus Aku sama Rayya ditraktir makan sama Kak Gibran. Besok-besok giliran ditraktir makan sama Kak Rama, dong!" Azkia terkekeh tanpa merasa sungkan mengatakan hal itu.

" Orang tua kalian ini 'kan sudah punya ladang duit masing-masing, ngapain minta ditraktir-traktir segala?" sindir Ramadhan menanggapi permintaan Azkia.

" Huuu, dasar saja Kak Rama pelit!" umpat Azkia mengerucutkan bibirnya membuat Ramadhan terkekeh sembari mengacak rambut Azkia.

Sementara Rayya hanya tertunduk dan salah tingkah saat berhadapan dengan Ramadhan. Dia sama sekali tidak menaikan pandangannya ke arah Ramadhan, justru lebih memilih fokus dengan pasta di depannya.

" Rayya makannya asyik banget sampai tidak menawari Kakak." Ramadhan yang mendapati Rayya seolah tidak menganggap kehadirannya langsung berkomentar membuat Rayya akhirnya mendongakkan kepala menatap ke arah Ramadhan dengan melempar senyuman canggung.

" Rayya itu 'kan grogi kalau ada ... Aaawww ...!" Azkia langsung memekik dan meringis saat lengannya kena cubitan Rayya.

" Kia bisa diam, nggak?!" bisik Rayya masih dengan tangannya yang menempel di lengan Azkia.

" Ya sudah, kalian lanjutkan makannya, ya! Kak Rama ditunggu itu sama teman-teman, tuh." Ramadhan menunjuk dua orang yang masih setia menunggunya di depan restoran. " Kalian jangan lama-lama keluyurannya. Kalau sudah selesai langsung pada pulang, jangan buat orang tua kalian cemas terutama kamu, Rayya." Ramadhan yang tahu jika Daddy Rayya itu sangat posesif langsung mengingatkan.

" Iya, Kak." Rayya menjawab namun sambil tertunduk. Rayya sebenarnya merasa tidak nyaman dengan sikap Daddy nya itu terlalu posesif terhadap dirinya hingga membuat dia merasa tidak bebas menikmati masa remajanya

Setelah berpamitan, Ramadhan pun meninggalkan Rayya, Azkia dan Gibran kemudian kembali bersama kedua temannya melangkah menjauh dari restoran tempat Rayya dan Kia berada saat ini

" Jadi itu cowok yang Rayya suka?" tanya Gibran saat Ramadhan menjauh dari mereka.

" Seratus untuk Kak Gibran." Azkia menjawab seraya terkikik.

" Apaan sih, Kak Gibran? Jangan ikut-ikutan Kia, deh!" sergah Rayya berkelit.

" Tapi Kakak perhatikan sikap kamu kayak nggak enjoy banget waktu ada Rama tadi." Gibran menganalisa sikap Rayya yang memang nampak grogi saat pria yang dikagumi oleh Rayya berada di hadapan wanita itu.

" Nah, tuh Kak Gibran paham ..." Azkia menimpali.

" Apaan sih kalian berdua ini?! Rayya itu nggak suka sama Kak Rama, hanya kagum saja karena dulu pernah tolong Rayya waktu terjatuh. Kia sendiri tahu kejadiannya, kan?!" Rayya mencoba mengelak.

" Iya Kia tahu, Kia juga tahu ada rasa terpendam di hati Rayya yang selalu coba Rayya sangkal terhadap Kak Rama." Azkia terus saja meledek sepupunya itu.

" Sudah-sudah, ah! Rayya nggak mau dengar lagi!" Rayya menutup kedua telinga dengan tangannya.

Dan tindakan Rayya itu justru membuat Azkia dan Gibran langsung tergelak terbahak-bahak.

***

" Assalamualaikum, Mom ..." Rayya mengucap salam saat memasuki rumahnya dan dia mendapati Mommy nya itu sedang menyusun beberapa toples cookies di meja ruang tamu.

" Waalaikumsalam ..." Azzahra menerima uluran tangan Rayya yang langsung mencium punggung tangannya itu.

" Habis jalan-jalan ke mana tadi?" tanya Azzahra kepada putrinya seraya melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua siang.

" Nggak ke mana-mana kok, Mom. Hanya makan di Popolamama saja." Rayya menyebut nama restoran Italy yang tadi dikunjunginya.

" Bagaimana tadi ulangan di sekolah? Bisa menjawab soal-soalnya?" tanya Azzahra kepada putrinya karena baru selesai menjalankan ujian tengah semester.

" Alhamdulillah bisa, Mom." sahut Rayya.

" Syukurlah kalau begitu." Azzahra mengusap wajah cantik putrinya itu.

" Mom nggak sangka Mom sudah punya anak gadis." Azzahra merasa haru mendapati putri kecilnya itu kini sudah beranjak remaja dan hampir genap berusia tujuh belas tahun.

" Sebentar lagi kamu ulang tahun yang ke tujuh belas. Daddy kemarin bilang sama Mom suruh tanya ke kamu. Rayya mau mengadakan acara sweet seventeen di mana?" tanya Azzahra kemudian.

" Rayya nggak mau merayakan pakai acara pesta-pesta, Mom! Sudah besar, malu ..." Rayya yang pemalu memang tidak menyukai acara pesta-pesta seperti itu.

" Mom juga sudah bilang sama Daddy kamu, kamu pasti akan menolak. Tapi kamu paham bagaimana Daddy mu itu, kan? Apalagi ini tujuh belas tahun, Daddy pasti akan memaksa agar acara perayaan ulang tahun kamu itu terlaksana." Azzahra mengingatkan bagaimana sikap suaminya itu.

" Ya terserah Daddy saja deh, Mom." Rayya nampak pasrah menghadapi keinginan Gavin.

" Ya sudah nanti kamu siapkan siapa-siapa saja teman sekolah kamu yang akan diundang," ujar Azzahra.

" Memang Dad mau bikin acara di mana sih, Mom?" tanya Rayya penasaran.

" Di mana lagi kalau bukan di hotel Grandpa kamu?!" sahut Azzahra.

" Ya sudah kamu mandi dulu sana. Sudah sholat Dzuhur belum?" tanya Azzahra mengingatkan.

" Sudah kok, Mom. Tadi sebelum pulang ke sini sudah sholat dulu." Rayya menyahuti.

" Ya sudah sekarang mandi terus istirahat! Seminggu ini kamu sudah berpikir keras menghadapi soal-soal ulangan."

" Iya, Mom. Rayya ke atas dulu ya, Mom." Rayya pun berpamitan untuk menuju kamarnya yang terletak di lantai atas rumah itu.

*

*

*

Bersambung ...

Tinggalkan like & komennya jangan lupa, Makasih🙏

Kisah Mom & Dad

" Jadi Rayya mau merayakan sweet seventeen?" tanya Azkia saat mereka berdua berbaring menghadap langit-langit kamar Rayya.

" Iya, Daddy yang mau seperti itu," lirih Rayya.

" Siapa saja yang akan Rayya undang nanti?" tanya Azkia kemudian.

" Aku nggak ingin undang banyak teman, Kia. Hanya yang dekat-dekat saja yang akan diundang," sahut Rayya.

" Kak Rama diundang juga?"

Rayya melirik ke arah Azkia.

" Dari dulu Kak Rama itu nggak pernah datang kalau Rayya ulang tahun." Rayya berucap sedih.

" Masa, sih?" Azkia kini berganti posisi tidur.

" He-eh, Rayya lihat album foto waktu Rayya ulang tahun dari umur setahun. Foto bareng keluarganya Om Ricky sama Tante Anin nggak pernah ada Kak Rama, adanya Kak Arka sama Thalita." Rayya lalu bangkit dan mengambil beberapa album foto yang masih tersimpan rapih.

" Coba deh Kia lihat ..." Rayya menyodorkan beberapa album foto kepada Azkia dan langsung disambut oleh Azkia.

Azkia melihat foto-foto masa kecil Rayya di mana ada juga beberapa foto bersamanya karena rumah mereka yang berdekatan. Azkia juga mencari foto-foto yang diabadikan di acara ulang tahun Rayya setiap tahunnya. Dan memang tidak ada satu pun foto Ramadhan yang terlihat di tengah foto keluarga Ricky Pratama.

" Iya, ya ... kenapa nggak ada foto. Kak Rama di sini?" Azkia menutup album foto kelima yang sudah dia lihat.

" Mommy bilang sih, katanya Kak Rama malu pergi-pergi ke acara ulang tahun, seperti anak kecil saja bilangnya." Rayya mengulang apa yang pernah diucapkan Mommy nya saat dia bertanya dulu.

" Berarti Kak Rama nggak akan datang juga dong di perayaan sweet seventeen Rayya nanti?"

Rayya mengedikkan bahunya karena dia tidak ingin terlalu berharap pria yang dikaguminya itu akan datang ke pesta ulang tahunnya yang ke tujuh belas.

" Rayya undang saja Kak Rama secara pribadi."

" Nggak ah ... malu, Kia. Masa aku harus mengundang Kak Rama?" Rayya memutar bola mata indahnya.

" Kenapa mesti malu? Apa mesti Kia yang bilang sama Kak Rama?"

" Jangan macam-macam, Kia!" Rayya mengancam dengan mata mendelik karena dia tahu jika sepupunya itu pasti bisa melakukan apapun yang diinginkannya.

" Memangnya Rayya nggak mau Kak Rama datang di pesta ulang tahun Rayya?" tanya Kia.

" Mommy pasti mengundang keluarga Tante Anin, tapi kalau Kak Rama nggak mau datang ya sudah. Rayya nggak bisa paksa Kak Rama untuk datang ke acara itu," lirih Rayya sendu.

Ddrrtt ddrrtt

Ponsel Azkia terdengar berbunyi dan nampak di layar ponsel Azkia itu nama Mama Tata yang memanggilnya.

" Assalamualaikum, Ma ..." Azkia menjawab panggilan telepon dari Mamanya itu.

" Waalaikumsalam, kamu di mana? Dicari Papamu, nih." Suara Natasha terdengar menyahuti ucapan Azkia.

" Kia ada di rumah Uncle kok, Ma." Azkia kemudian bangkit dari tempat tidur Rayya.

" Hmmm, kebiasaan deh, kalau mau keluar rumah itu mesti kasih tahu dulu jangan asal ngilang-ngilang gitu saja!" Natasha mengomeli putrinya.

" Hehe, maaf, Macan ... Mama Cantik. Kia pulang sekarang. Assalamualaikum ...."

" Waalaikumsalam ...."

Azkia langsung mematikan hubungan teleponnya.

" Ray, Kia pulang dulu, ya!" Azkia berlari ke arah pintu kamar.

" Astaghfirullahal adzim ... Kia kok lari-lari?" Saat di pintu Azkia berpapasan dan hampir menabrak Azzahra yang terlihat membawa dua toples cookies di tangannya.

" Maaf, Auntie ... Kia nggak lihat. Soalnya Kia buru-buru dicariin sama Papa." Azkia menyampaikan maafnya karena tidak melihat Tantenya itu.

" Kamu mau pulang? Padahal Auntie mau tawaran ini." Azzahra menunjuk dua toples cookies yang dia buat siang tadi.

" Ya sudah Kia bawa ke rumah saja satu ya, Auntie." Azkia mengambil satu toples cookies coklat di tangan Azzahra. " Assalamualaikum, Auntie ..." pamit Azkia.

" Waalaikumsalam, hati-hati jangan lari-lari di tangga, Kia!" Azzahra menasehati.

" Iya, Auntie ...'" terdengar teriakan Azkia menjawab apa yang dikatakan Azzahra.

Azzahra lalu melongok ke kamar anaknya.

" Rayya mau nggak cookies nya? Ini tinggal yang keju, yang coklatnya dibawa Kia tadi." Azzahra menyodorkan toples berisi cheese cookies buatannya.

" Nanti saja, Mom. Tolong taruh di meja saja," ucap Rayya kemudian duduk di tepi tempat tidur.

" Habis lihat album foto, ya?" Azzahra mendekat ke arah putrinya dan ikut duduk bergabung dengan Rayya. Tangannya lalu mengambil salah satu album yang paling dekat jaraknya dari dia duduk. Dia lalu membuka album foto itu dan melihat-lihat kembali foto yang memang didominasi oleh foto putrinya itu sejak lahir hingga foto-foto terbaru Rayya saat berlibur ke Swiss akhir tahun lalu.

" Mom, kapan pertama kali Mom jatuh cinta?"

Pertanyaan Rayya sontak membuat Azzahra terkesiap dan langsung mengarahkan pandangan ke arah putrinya.

" Kenapa Rayya tanya seperti itu?" tanya Azzahra nampak sedikit gugup. Karena saat pertama kali dia jatuh cinta, saat itu dia berusia satu tahun lebih muda dari putrinya dan pria yang sudah membuatnya pertama kali jatuh cinta adalah orang yang putrinya kenal sebagai Om nya sekarang ini.

" Rayya mau tahu saja, apa waktu seusia Rayya Mommy sudah merasakan suka terhadap lawan jenis?" lanjut Rayya kemudian.

" Hmmm, i-iya ... Mom juga dulu seusia Rayya waktu pertama kali suka sama teman pria." Azzahra mengusap lehernya yang tertutup hijab demi menyamarkan rasa groginya.

" Terus Mommy pacaran sama cowok itu?" tanya Rayya penasaran.

" Hmmm, nggak." Azzahra menjawab singkat

" Pasti nggak dikasih ijin sama Eyang dan Enin, ya?"

" Ya, Mom hanya ingin fokus sama sekolah dulu."

" Cowok itu bukan Daddy 'kan, Mom?"

Azzahra menggelengkan kepalanya.

" Pasti cowok itu menyesal banget nggak jadi sama Mommy." Rayya terkekeh.

" Sudah nggak usah tanya-tanya itu, deh! Sekarang Mom yang tanya sama Rayya, kenapa Rayya tanya tentang jatuh cinta? Apa Rayya sekarang ini sedang jatuh cinta? Sama siapa? Apa Mom kenal dengan pria itu?" Kali ini Azzahra yang menelisik mencari tahu kenapa tiba-tiba anaknya itu bertanya tentang urusan pria dan jatuh cinta.

" Siapa yang sedang jatuh cinta?" Suara Gavin terdengar dari arah pintu kamar membuat Azzahra dan Rayya terperanjat.

" Apa yang sedang kalian bicarakan? Siapa yang sedang jatuh cinta?" Gavin kini menatap dengan sorot mata tajam ke arah Rayya.

" Baby?" Suara Gavin terdengar sangat menakutkan di telinga Rayya.

" Hmmm, tadi ... tadi Mommy habis cerita sama Rayya tentang masa lalu Mommy. Katanya dulu Mommy pernah jatuh cinta waktu seumur Rayya."

Azzahra langsung membelalakkan matanya saat anaknya itu malah mengumpannya, namun dia tak bisa menyangkal karena jika suaminya tahu anaknya itu sedang bertanya masalah asmara, dia yakin suaminya itu akan lebih ketat mengawasi putrinya

" Lalu, Mommy mu cerita apa lagi?" Gavin kini mengalihkan pandangan kepada istrinya yang nampak menundukkan kepalanya.

" Hmmm, Mommy nggak bilang apa-apa lagi kok, Dad. Aku hanya bilang pria yang disukai Mommy itu tidak beruntung karena tidak mendapatkan Mommy."

Gavin menyeringai mendengar ucapan anak perempuannya itu. Dia langsung mendekat ke arah Azzahra.

" Apa kamu tahu siapa pria yang disukai Mommy mu dulu, Baby?"

Azzahra menaikan pandangannya lalu menggelengkan kepalanya meminta suaminya itu untuk tidak menceritakan tentang perasaannya dulu terhadap Yoga.

" Rayya nggak tahu, Dad. Apa Dad tahu? Dad kenal dengan cowok yang disukai Mommy dulu?" Rayya yang merasa terbebas dari serangan intimidasi yang hampir menimpanya itu langsung bertanya kepada Gavin.

" By ..." Azzahra memegang lengan suaminya itu mencoba menahan suaminya agar tidak lagi bicara soal itu.

" Tentu saja Dad kenal. Pria yang disukai Mommy dulu kini sudah hidup bersama dengan istrinya, seperti Mommy mu ini yang sudah bahagia hidup bersama Daddy."

Azzahra menarik nafas lega karena Gavin tidak menceritakan masa lalunya.

" Terus, Mom sama Dad sendiri waktu pertama kali bertemu di mana? Rayya ingin sekali dengar kisah Mom sama Dad waktu pertama kali bertemu terus saling jatuh cinta dan akhirnya menikah."

Gavin dan Azzahra langsung saling pandang mendengar pertanyaan putrinya itu.

*

*

*

Bersambung ...

Jangan lupa tinggalkan jejak like & komennya ya, makasih🙏

Happy Reading ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!