NovelToon NovelToon

Hasrat Terpendam Suamiku

Bab. 1 : HTS

Seorang wanita terlihat tengah bercermin, mengamati penampilan yang sangat terbuka. Dimana ia menggunakan sebuah lingrie yang sangat tipis transparan yang membuat sebagian tubuh mulusnya terlihat.

Seperti seorang wanita penggoda pikirnya, namun apalah daya, ia melakukan semua ini terpaksa.

"Sayang..." Sapa seorang laki-laki yang baru saja memasuki kamar tersebut, Exsel mengamati penampilan istrinya itu, dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Putri hanya tersenyum saat suaminya memandangi, ia tau Exsel pasti akan protes dan tidak suka jika ia berpakaian seperti itu. Sebelum suaminya berkomentar, Putri langsung menghampiri Exsel dan memeluknya. Exsel hanya terdiam, laki-laki itu nampak kaku.

"Aku mencintaimu mas," ucap Putri lalu ia melepaskan pelukannya, setelah itu jari-jari lentik putri bermain di permukaan kulit wajah Exsel. Exsel terlihat memejamkan matanya, menikmati jari-jari lentik sang istri yang kini bermain di lehernya.

"Put, jangan seperti in--" belum saja Exsel menyelesaikan ucapnya, putri langsung menempelkan bibir ranumnya ke bibir Exsel. Lagi-lagi Exsel terdiam, ia tak membalas ciuman panas yang diberikan oleh istrinya itu. Putri tak menyerah, ia memasukan lidahnya ke dalam mulut Exsel, Exsel yang terdiam, mulai merasakan getaran, ia merangkul pinggang istrinya itu, lalu membalas ciuman panas tersebut.

Kini napasnya keduanya terdengar bergemuruh, baik Putri mau pun Exsel, mereka kini sudah di kuasai bihari mereka. Putri terlihat sangat agresif, ia menuntun suaminya menuju ranjang, setalah itu putri melepaskan pungutan bibirnya, dan mulai membuka kain tipis yang melekat di tubuhnya itu. Setelah itu putri duduk dipangkuan Exsel, tangan putri mulia membuka satu persatu kancing piyama suaminya itu.

"Putri..." Exsel menahan tangan istrinya yang akan membuka piyamanya. Putri menghentikan aksinya itu, ia menatap lekat mata suaminya itu, namun Exsel menghindari tatapan Putri, ia memalingkan pandangannya kelain arah.

Dengan mata yang berkaca-kaca Putri beranjak dari pangkuan suaminya itu.

"Maaf Put," lirih Exsel, masih memalingkan wajahnya, Exsel sama sekali tidak tega melihat wajah sedih istrinya itu. Tanpa kata lagi, Exsel berlalu begitu saja, meninggalkan istrinya.

Putri menatap nanar kepergian suaminya itu, sakit, sangat sakit. Ini bukan pertama kalinya Exsel menolak berhubungan dengannya. Padahal Putri istri sahnya, mereka sudah menikah hampir satu tahun, namun Exsel belum sama sekali memberi Putri nafkah batin. Malam ini bahkan Putri rela menjelma seperti seorang wanita penggoda, seperti murahan, hanya untuk menggoda Exsel, agar Exsel mau menyentuhnya. Tapi apa? Lihatlah, lagi-lagi Exsel menolaknya.

"Kenapa mas? Kanapa kamu tidak pernah melakukan hal itu padaku, padahal aku sangat mengharapkan itu! Kamu bilang kamu mencintaiku, apa ini yang di sebut cinta? Aku terluka mas, aku terluka saat kamu menolakku? Sebenarnya apa alasan kamu seperti ini padaku mas?" Gumam Putri bertanya-tanya.

Rasanya Putri lelah, sering kali ia bertanya pada Exsel, tentang semua ini. Namun Exsel tidak pernah memberikan jawaban. Putri wanita normal, apa ia salah meminta hal itu pada suaminya?

Mereka memang menikah di jodohkan, mereka awalnya tidak saling mencintai, Putri pikir pada awalnya, suaminya tidak menyentuhnya karna mungkin suaminya belum siap, atau belum mencintainya. Karna sebelumnya Putri merasakan hal itu. Namun seiring berjalanya waktu, mereka sama-sama jatuh cinta dan mengutarakan rasa cinta mereka masing-masing. Namun sampai detik ini, semuanya tidak berubah, Exsel belum sama sekali menyentuhnya. Menyentuh sudah, tapi hanya menyentuh biasa, bukan sentuhan yang memberikan kenikmatan.

Mereka tidur satu ranjang, namun Exsel tidak pernah melakukan hal lebih, hanya sekedar memeluk, mencium hanya itu saja.

Sebenarnya bukan Putri ngebet ingin merasakan kepuasan dari sang suami, tidak! Bukan itu, hanya saja Putri merasa dirinya tidak sempurna menjadi seorang istri, karna sampai saat ini, selaput dara masih bersegel belum terbobol. Sebaliknya juga, Putri takut jika Exsel tak merasakan kepuasan darinya, Putri takut jika suaminya itu mencari kepuasan di luar, melampiaskannya pada wanita lain. Putri sangat mencintai Exsel, Putri tidak rela jika ada wanita lain yang menyentuh Exsel. Apa mungkin Exsel sudah merasakan hangatnya sentuhan wanita lain sehingga tidak mau menyentuhnya? Terkadang pikiran itu terbesit di benak putri, namun segera Putri menepisnya, Exsel tak sebejat itu. Ia tau pribadi Exsel, Exsel tidak mungkin melakukan hal itu.

Putri masih merenung, dengan air mata yang setia menemaninya, sakit hatinya tidak bisa dijelaskan lagi. Namun entah kanapa berulang kali Exsel menolaknya, itu sama sekali tidak membuat cinta Putri berkurang sedikit pun pada Exsel. Hingga matanya terasa lelah, malam pun semakin larut, Putri tertidur begitu saja dengan sisa-sisa air mata yang masih terlihat di wajahnya.

Exsel membuka pintu kamar perlahan, dilihatnya sang istri sudah tertidur lelap. Exsel berjalan ke mendekati putri, lalu naik ke atas ranjang dengan hati-hati, karna takut membangunkan sang istri. Exsel membaringkan tubuhnya di samping Putri yang membelakanginya, ia melingkarkan tanganya ke pinggang istrinya itu.

"Selamat tidur sayang, aku mencintaimu.'' Bisik Exsel seraya mencium puncuk kepala istrinya itu. ''Maafkan aku Put, aku belum bisa menjadi suami seutuhnya untukmu, aku tidak bisa jelaskan alasan mengapa aku selalu menolak kamu, jika waktunya sudah tepat aku pasti akan memberitahu semuanya, aku belum siap Put, aku takut kamu meninggalkan aku, aku tidak siap kehilangan kamu!'' lanjut Exsel berucap dalam hatinya.

Jujur saja Exsel selama ini merasa tersiksa, karna penyakit yang di deritanya itu, bukanlah penyakit biasa, melainkan penyakit langka. Dalam hatinya Exsel ingin sekali menyentuh istrinya, memberikan kenikmatan batin untuk istrinya, seperti halnya suami pada umumnya, namun Exsel tidak bisa. Bahkan ia harus menahan hasrat terpendamnya itu.

***

Pagi pun datang...

Seperti biasa, Exsel memang selalu bangun lebih awal dari istrinya. Sebelum ia berangkat kerja, Exsel selalu menyiapkan sarapan untuk sang istri. Exsel memang suami yang sangat perhatian terhadap istrinya itu, sebisa mungkin ia membahagiakan Putri, nafkah lahir memang putri tidak pernah kekurangan, hanya saja Exsel tidak bisa memberikan nafkah batin pada Putri, karna satu alasan, yang belum bisa ia ceritakan pada istrinya itu.

Putri terlihat berjalan menuruni anak tangga, wanita itu terlihat sudah cantik, berpakaian rapi. Exsel yang baru saja selesai menatap sarapan di meja makan di bantu oleh bibi.

"Selamat pagi..." Sapa Putri, berjalan kearah meja makan.

"Pagi sayang..." sahut Exsel seraya memberikan senyuman yang manis pada istrinya itu. Putri membalas senyuman Exsel, lalu ia menarik kursi meja makan dan duduk.

"Ini sarapannya tuan Putri," ujar Exsel seraya memberikan satu potong roti dan satu gelas susu pada istrinya itu.

"Terima kasih mas," ucap Putri. Ia mulai memakan sarapannya. Sementara Exsel ia hanya duduk di samping istrinya itu, seraya menatap wajah sang istri.

"Mas gak sarapan?" Tanya Putri. Exsel menjawab dengan gelengan kepalanya.

"Kenapa?"

"Melihat kamu makan saja, mas udah kenyang!" jawab Exsel sambil terkekeh.

"Sarapan dulu mas, mas 'kan mau ngantor!''

"Mas belum laper. Mas siap-siap dulu ya! Kamu lanjut sarapan saja!" ujar Exsel, diangguki oleh Putri. Exsel pun beranjak dari sana.

Putri menghelai napasnya, ia menghentikan aktifitas sarapannya itu. Entahlah, mengingat lagi kejadian semalam, tiba-tiba nafsu makannya hilang. Dan lagi, setiap kali Exsel menolaknya, seperti tidak ada rasa bersalah sama sekali di hati laki-laki itu.

Bersambung....

Jangan lupa dukungnya ya! Like, komen dan Votenya. Jangan lupa juga tambahkan di rak favorit kalian, biar dapat notifikasi kalau aku sudah up!!

Terima kasih.

Bab. 2 : HTS

"Sayang aku berangkat dulu ya," pamit Exsel pada istrinya.

"Iya mas, hati-hati!" Pesan Putri, diangguki oleh Exsel. Exsel mengecup kening istrinya sebelum ia beranjak.

"Baik-baik di rumah ya sayang, kalau ada apa-apa kabari aku," ujar Exsel. Putri mengangguk, lalu ia melambaikan tanganya kearah Exsel.

Exsel pun melajukan mobilnya, menuju kantor. Putri masuk kembali ke dalam rumah, usai melihat mobil Exsel yang berlalu dari halaman rumahnya. Seperti inilah hari-hari Putri, setelah suaminya berangkat ke kantor ia merasa kesepian. Tidak ada orang yang bisa di ajak ngobrol, ada asisten rumah tangganya, tapi tetap saja beda. Andai saja mereka di karunia seorang anak ditengah-tengah mereka, mungkin Putri tidak akan kesepian seperti ini jika Exsel pergi.

Anak? Lantas bagiamana Putri bisa mempunyai anak, suaminya saja tidak pernah menyentuhnya. Menikah sudah hampir satu tahun, sampai detik ini Putri masih di segel. Bukan hanya itu saja, sebenarnya Putri juga merasa jengah, omongan orang-orang mulai mengusik rumah tangganya, bukan orang-orang juga, tapi para keluarganya, apa lagi orang tuanya. Mereka selalu saja membahas tentang cucu. Putri tau mereka menyindir Putri, karna sampai detik ini Putri masih tidak hamil, sementara sang adik, yang baru saja tiga bulan menikah sudah di kabarkan hamil.

Putri bukan tidak ingin memberikan cucu pada kedua orang tuanya itu, tapi apalah daya, kondisi seperti sekarang ini, mustahil baginya untuk hamil. Mereka memang tidak tau kondisi pernikahan Putri sebenarnya seperti apa, Putri juga tidak mungkin memberitahu mereka.

Putri hari ini benar-benar jenuh, sedari tadi ia sudah bolak-balik tau karuan. Rasanya ia benar-benar tak karuan. Apa yang dilakukannya merasa membosankan.

Ting tong...

Tiba-tiba terdengar bell rumah berbunyi. Putri yang memang tengah berada di ruang tengah, ia segara berajak dari sana, untuk melihat siapa tamu yang datang.

"Hallo sayang..." Sapa seorang wanita parubaya, ia tersenyum saat Putri membukakan pintu.

"Mamah," Putri langsung meraih tangan wanita parubaya tersebut.

"Apa kabar sayang?"

"Baik kok mah, ayo masuk!" Ajak Putri pada mamah mertuanya itu. Ya, yang datang itu adalah ibu Mawar, mamah dari Exsel. Orang tua Exsel tinggal di luar negeri, jadi jarang menemui anak dan menantunya itu.

"Mamah kapan pulang? Kenapa tidak memberi kabar kalau mau kesini?" Cerca Putri.

"Semalam mamah pulang. Mamah sengaja mau memberikan kamu suprise!"

"Papah gak ikut mah?"

"Nggak Put, kamu tau sendirikan papah mertuamu itu super duper sibuk!" ujar mamah Mawar dengan nada memalas.

Putri tersenyum kekeh menanggapinya. Orang tua Exsel memang sangat menyayangi Putri begitu juga sebaliknya, Putri sangat menyayangi mereka. Orang tua Exsel memang lebih pengertian di bandingkan orang tuanya sendiri, orang tua Putri hanya datang saat ada butuhnya saja, Putri memang tidak terlahir dari keluarga kaya raya, mamahnya sudah meninggal saat melahirkan Putri, mamahnya yang sekarang itu mamah tirinya dan adiknya juga adik tiri bukan Adik kandung. Mamah dan Adik tirinya memang sedikit matre, bahkan mereka yang membawa Putri dalam pernikahan ini. Mamah Indri, waktu itu memaksanya untuk menikah dengan Exsel, sepertinya mereka sudah ada perjanjian, entah pernjanjian apa, yang pasti Putri sempat mendengar percakapan mamah Indri yang tengah membujuk papahnya agar setuju dengan perjodohan Putri dengan Exsel, mamah Indri mengatakan jika Putri menikah dengan Exsel makan mereka akan hidup terjamin. Dan benar saja setelah Putri menikah dengan Exsel mereka membeli rumah baru, mobil baru dan yang lainnya, orang tuanya menjadi kaya mendadak. Seperti yang memberikan itu semua orang tua Exsel, namun Putri tidak tau apa sebab dan alasannya, mereka terkesan seperti menjual Putri pada keluarga Exsel.

Namun untung saja, Exsel dan orang tuanya sangat menyayangi Putri dan menerima Putri.

Terbesit saat itu, Putri pikir pernikahannya dengan Exsel akan seperti cerita novel yang pernah ia baca, menikah tanpa cinta, akan membuat hidup Putri menderita. Yang terbayang oleh Putri saat itu adalah, Exsel seorang laki-laki yang kejam. Tapi pemikiran itu salah, malah sebaliknya. Namun sampai detik ini, Putri belum mengetahui apa maksud dan tujuan orang tua Exsel membayar orang tuanya, agar Putri menikah dengan Exsel. Ingin rasanya Putri bertanya, namun ia takut menyinggung perasaan mertuanya itu, melihat mertua yang begitu menyayanginya, Putri berusaha melupakan keingin tahuannya itu.

Putri dan mamah Mawar terlihat masih asik berbincang hangat, tawa keduanya terdengar renyah. Entah apa yang tengah mereka bahas. Yang pasti kedatangan mamah mertuanya itu, mampu membuat kesepian Putri hilang.

"Mamah lamakan di sini?" Tanya Putri.

"Emm, paling satu mingguan sayang. Soalnya mamah juga gak enak ninggalin papah kamu lama-lama, tau sendirikan bagaimana papah mertuamu itu, manjanya lebih dari anak kecil!" jawab mamah Mawar sambil terkekeh.

Putri ikut terkekeh juga, papah tau bagaimana sikap papah mertuanya itu pada mamah mertuanya, sikapnya memang manis dan menggemaskan, sebelas dua belas sama Exsel suaminya, memang benar, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

"Gak bisa satu bulan gitu mah? Aku senang kalau ada mamah di sini, aku jadi gak kesepian," ucap Putri.

"Maunya mamah lama sayang, tapi gak bisa. Lain kali kamu dan Exsel yang mengunjungi mamah dan papah ya!"

"Nanti aku bicarakan lagi sama mas Exsel mah."

"Makanya cepet punya baby, biar kamu gak kesepian lagi sayang!'' ujar mamah Mawar. Seketika senyuman di wajah Putri hilang. Seperti ada pisau tajam yang menancap di hatinya. Putri langsung terdiam.

"Put, are you oke?" Tanya mamah Mawar, sambil mengelus bahu Putri. Putri mengangguk pelan, lalu tersenyum tipis.

Mamah Mawar langsung menarik lembut Putri ke dalam pelukannya.

"Apa Exsel masih---" mamah Mawar menggantungkan ucapnya, rasanya ia tak tega melanjutkan ucapannya. Putri mengangguk lemah, butiran bening lolos begitu saja dari pelupuk mata indahnya. Mamah Mawar semakin mengeratkan pelukannya.

Ya, mamah Mawar tau tentang masalah rumah tangga Exsel dan Putri. Hanya keluarga Exsel yang tau tentang masalah tersebut. Mamah Mawar melepaskan pelukannya, lalu ia menangkubkan tanganya di wajah menantunya itu, mengusap air mata Putri dengan lembut.

"Sayang, mamah harap kamu bersabar ya, kamu jangan menyerah." Pinta mamah Mawar. "Kamu mencintai Exsel 'kan sayang?"

"Aku sangat mencintai mas Exsel mah. Aku harus bersabar sampai kapan mah? Putri lelah. Kenapa mah, kenapa sebenarnya mas Exsel? Kenapa dia tidak mau melakukan itu sama aku? Mas Exsel bilang dia mencintaiku, tapi dia seperti enggan menyentuhku?" Keluh Putri, ia menumpahkan segala isi hatinya pada mamah mertuanya itu.

Mamah Mawar kembali memeluk Putri, wanita itu ikut menitihkan air matanya, ia tau apa yang di rasakan Putri, karna dulu ia pun pernah merasakannya. Namun mamah Mawar tidak bisa menjawab semua pertanyaan Putri tersebut. Karna ia sudah berjanji pada Exsel bahwa ia tidak boleh menceritakan kondisi Exsel yang sebenarnya.

"Apa aku tidak menarik di mata mas Exsel mah? Apa mas Exsel mempunyai wanita lain di luar sana?" Lirih Putri disela isakkan tangisnya.

"Tidak sayang, kamu cantik. Kamu sempurna, Exsel tidak mungkin mempunyai wanita lain di luar sana, mamah tau Exsel bagaimana, dia tidak mungkin seperti itu sayang."

"Lantas, kanapa mas Exsel tidak pernah menyentuhku mah, kita sudah menikah hampir satu tahun."

"Sabar ya sayang, suatu saat nanti pasti Exsel akan melakukan itu," ujar mamah Mawar, sebisa mungkin ia meyakinkan menantunya itu. "Maafkan mamah Put, mamah belum bisa memberikan tau semuanya, kenapa alasan Exsel tidak melakukan itu sama kamu, mamah sudah berjanji tidak akan mengatakannya. Semoga kamu bisa lebih bersabar Put, mamah sangat menyayangi kamu. Mamah tau kenapa Exsel masih tak memberi tau apa alasannya pada kamu, karna Exsel takut kehilangan kamu, seperti halnya mamah juga, mamah takut jika kamu tau kondisi Exsel yang sebenarnya, kamu akan meninggalkan Exsel." Lanjut mamah Mawar berucap dalam hatinya.

Bersambung...

Bab. 3 : HTS

Sementara itu, Exsel yang tengah kantornya. Laki-laki itu terlihat tengah fokus menatap layar leptopnya. Tatapannya memang fokus pada layar leptop, tapi pikirnya tidak.

Sebenarnya sadari tadi Exsel terus memikirkan wanita yang di cintainya, yang tak lain adalah Putri, istrinya.

"Sampai kapan aku akan seperti ini? Apa Putri akan terus bersabar menghadapiku?'' ucap Exsel bermonolog dengan dirinya sendiri.

Setiap manusia mempunyai batas kesabarannya. Exsel tau itu, begitu juga dengan istrinya, Putri hanya manusia biasa, kapan saja, cepat atau lambat pasti wanita itu leleh, habis kesabaran.

"Apa aku harus memberitahu kondisiku yang sebenarnya saat ini?"

Haruskah Exsel jujur sekarang, antara iya dan tidak. Hatinya berkata iya, namun pikirnya tidak. Bagaimana kalau Putri akan meninggalkan Exsel kalau tau yang sebenarnya? Exsel tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya, jika itu benar terjadi.

Andaikan saja, waktu bisa di putar kembali, Exsel ingin memperbaiki semuanya. Namun itu tidak mungkin, hanya penyesalan yang kini ia rasa. Exsel tidak pernah menyangka kalau dirinya akan terkana penyakit yang langka itu.

Dulu...

Saat Exsel masih menginjak bangku kuliah, ia terkenal dengan laki-laki berandalan, hobi mengonsumsi minimal beralkohol, sampai ia mengonsumsi barang haram.

Awalnya Exsel merasa biasa-biasanya, malah dia nyaman di zona miringnya itu.

Namun suatu hari dia mengalami overdosis, sampai Exsel tak sadarkan diri. hampir saja nyawanya melayang, namun tuhan masih memberikannya kesempatan.

Masih beruntung, saat itu Exsel bisa selamat, namun bukan perkara yang muda saat itu, membuat Exsel kembali normal, orang tuanya mati-matian membawa Exsel berobat ke berbagai negara, hingga akhirnya Exsel bisa kembali hidup normal, Exsel pernah mengalami gangguan syaraf dimana syaraf-syaraf-Nya tidak berfungsi dengan baik. Tidak bisa jalan, berbicara tidak jelas, kondisinya saat itu, benar-bener memperhatikan. Segala perjuangan telah orang tua Exsel lakukan, namun tidak ada hasil saat itu, orang tua Exsel sudah hampir menyerah, namun di saat itu pula, keajaiban datang, Exsel bisa pulih kembali.

Exsel mulai bangkit kembali, ia menata hidupnya, membuka lembaran baru. Hal itu benar-benar membuat Exsel sadar, tuhan sudah memberikannya kesempatan dan Exsel tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Hingga akhirnya Exsel bisa sukses seperti sekarang.

Namun Exsel kira efek dari kesalahannya dulu itu sudah selesai, tapi ternyata tidak. Sulit di percaya dan tidak pernah Exsel banyangkan. Mungkin karna dulu terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan, hingga mengakibatkan ia terkana gangguan ereksi atau ke tidak mampuan seorang pria dalam mempertahankan ereksi, atau dalam dunia medis biasanya di sebuah sebagai 'Disfungsi Ereksi' atau di sebut juga dengan 'Impoten'.

Orang tua Exsel sudah mengetahui hal tersebut, bahkan mereka sudah mengajak Exsel kembali berobat, namum masih tidak ada hasil sampai saat ini.

Itulah alasan mengapa Exsel selalu menolak Putri, bahkan tidak pernah memberikan nafkah batin untuk istrinya itu. Exsel belum bisa berterus terang kepada istrinya itu, karna ia takut, jika Putri mengatahui bahwa ia adalah pria Impoten, Exsel takut jika Putri meninggalkan.

Karna mungkin Exsel tidak akan pernah bisa memberikan nafkah batin untuk istrinya itu selamanya. Namun ada yang aneh juga, dulu Exsel sempat mencoba bersentuhan dengan wanita lain, karna ia ingin memastikan bahwa penyakit yang di deritanya itu, tidak benar, sempat beberapa kali menyewa wanita malam, Exsel ingin mencoba berhubungan, namun Exsel sama sekali tidak ada gairah, tidak ada rangsangan sama sekali saat bersentuhan dengan wanita-wanita itu. Tapi berbeda dengan Putri, Exsel merasakan rangsangan, namun juniornya masih enggan bangun. Entahlah, Exsel bingung.

Entahlah, apa juniornya itu memang belum bangun, karna memang Exsel selalu memberi batasan saat Putri mencoba merayunya, Exsel tidak pernah lama membiarkan Putri menyentuhnya, karna jujur saja ia juga tersiksa jika sudah bersentuhan dengan Putri ia harus menahan hasrat yang membara di tubuhnya.

Atau memang karna penyakit yang di deritanya itu benar di deritanya, sehingga junoirnya tidak menegang saat bersentuhan dengan seorang perempuan. Putri istrinya itu mampu memancing hasratnya, tapi belum bisa membuat junior Exsel bangun.

Sempat terlintas di benak Exsel, dia ingin melakukan hal tersebut lebih dari sebelumnya pada Putri, namun tidak ada rasa percaya diri sama sekali. Exsel takut membuat Putri kecewa, di saat Putri menginginkannya, Exsel tak bisa memberikannya. Karna penyakit langkanya itu.

Exsel menyugar rambutnya dengan kasar. Miris memang, pikirnya. Laki-laki macam apa Exsel, Exsel merasa bahwa dirinya bukan laki-laki sempurna, tepatnya suami yang sempurna, hanya bisa memberikan cinta, kasih sayang dan perhatian saja pada istri saja, semantara kenikmatan Exsel tidak pernah berikan. Apa rumah tangga seperti itu akan bertahan? Dan bahagia selamanya?

"Bos..." terdengar suara seorang memanggilnya, karna terlalu larut dalam lamunannya, Exsel sampai tak menyadari kini asistennya sudah berada di ruangannya.

"Sial, ngagetin aja lo," pekik Exsel pada Doni. Yang tak lain adalah asistennya.

Doni terlihat menggelengkan kepalanya, lalu ia menarik kursi yang berada di depan meja Exsel.

"Segede gaban gini, masa gak nyadar!" sahut Doni sedikit ketus.

Exsel menghelai napasnya, ia malas meladeni Doni, sedang kalut. Tidak ada waktu untuk beradu mulut dengan asistennya itu.

"Ada apa?" tanya Exsel kemudian.

"Gue cuman mau ngingetin aja, nanti siang ada metting dengan perusahan Berlian grup!"

"Wakilkan saja, lo aja yang datang. Gue males ketemu yang punya perusahaan itu," tolak Exsel. Pemilik perusahaan Berlian grup, seorang wanita bermana Liany, wanita cantik, sexy, namun entah kenapa rasanya Exsel jijik melihat wanita itu, apa lagi ketika Exsel ingat wanita itu pernah menggodanya.

"Tapi dia bilang, dia ingin bertemu dengan di direktur pertama perusahaan. Kalau tidak, katanya dia akan membatalkan kerja sama kita!" jelas Doni.

"Ck.." Exsel berdecak kesal.

"Sudahlah bro, demi perusahaan kita." bujuk Doni.

"Kita? Ini perusahaan gue." ketus Exsel.

"Ya, ya... terserahlah, tapi yang pasti lo kudu dateng, nanti gue kesini lagi," pungkas Doni. Tanpa menunggu jawaban dari Exsel, Doni langsung berlalu dari ruangan atasannya itu.

Exsel mengusap wajahnya dengan kasar, demi apa pun, sebenarnya ia sangat malas bertemu dengan klien satu ini. Jika karna bukan terkait perusahaan, sudah di pastikan Exsel menolaknya.

Siang pun datang...

Exsel dan Doni kini tengah di perjalanan menuju sebuah restoran, dimana mereka akan menemui Liany. Sekitar menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit. Akhirnya mereka pun sampai.

Mereka langsung memasuki resto tersebut, dilihatnya Lyani sudah duduk manis menanti kehadiran mereka.

"Ah sial, kenapa asisten sialannya itu ikut," gumam Liany.

***

Sementara itu, Putri kini tengah duduk termenung, ia masih saja teringat dengan sikap suaminya.

"Put..." suara lembut sang mamah mertua yang memanggilnya langsung membubarkan lamunan Putri.

"Eh, iya mah." sahut Putri, menoleh kearah mamah mertuanya itu.

"Bagaimana ini? Rasanya aku tidak tega melihat menantuku seperti ini terus, apa aku ceritakan saja sama Putri yang sebenarnya tentang kondisi Exsel!" gumam mamah Mawar, seraya berjalan mendekati menantunya itu.

Bersambung...

Alurnya maju mundur cantik ya say. Jadi bacanya nanti jangan di skip.

Aku usahakan up rutin, 2 bab/ hari.

Like, komen dan Votenya. Buat dukungannya ya! Jangan lupa.

Terima kasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!