“Mana sih yang namanya Nervian kencan aja udah telat kelihatan banget orangnya tidak disiplin waktu dan, kenapa Papa begitu ribet”
Rose nampak kesal dengan orang yang terlambat ini.
“Hai .... Nona Rose”
“Ehh Dika, kamu lagi ngapain ? “
“Aku mau ketemu sama Nona”
“Maksud kamu, aku”
“Iya” (gelagapan)
“Aku mau kencan hari ini”
“Iya.... Aku pasangan kamu”
"Aku mau ketemu dengan Nervian, ini fotonya"
"Itu orang yang aku suruh buat jadi aku"
“Lahhhh serius kamu”
“Apa wajahku kurang meyakinkan”
"Daripada Nona, nyuruh Janet buat jadi Nona"
"Diam"
Rose merasa tubuhnya lemas dan oleng.
“Nona Rose”
“Dika.... Jangan bercanda terus”
“Nona... Aku mencintaimu”
Rose dan Dika menikmati makan malam itu Nona yang biasanya jutek, galak dan berdamage itu kini terlihat kikuk di dekat Dika.
Dia bingung ingin memulai percakapan dari mana.
“Dika.... kamu serius tentang yang kamu katakan padaku”
“Iya... “
“Tapi kamu nggak ngada-ngada kan”
“Nggak lahhh”
Rose dan Dika kembali melanjutkan makan tanpa tahu harus bicara apa lagi hanya suara denting renyah dari piring makan yang sedang berpaut di meja.
“Hehhh cs sial luu”
Seseorang menarik kerah baju dari Dika.
“Ada apa ini”
“Ini pilihan Papa kamu Rose dan dia mencampakkan aku, aku ini cowok kaya loo tidak sebanding dengan cs ini”
“Cukup Anggara, aku sama sekali tidak suka padamu”
“Cihhh dasar sombong lihat bagaimana aku menjatuhkan kamu nanti”
“Aku tidak takut padamu”
“Hahhh dasar iblis wanita, kamu hanyalah seorang Bos yang sembunyi dibalik ketiak Papamu tanpa Papamu kamu hanyalah seorang wanita bodoh”
Dika yang dari tadi geram langsung menghajar mulut kasar dari Anggara.
Anggara sangat terkejut dan melihat darah segar di pinggir bibirnya.
Dika yang walau seorang CS memiliki badan yang cukup kekar karna ia selalu rutin nge gym.
“Beraninya kau... “
“Aku tidak ingin ribut disini, aku masih punya harga diri”
“Hahhhh beraninya CS sepertimu bicara tentang harga diri”
“Tolong keluar dari sini”
“Apa... aku tidak dengar”
“Keluar dari sini, dengan baik-baik atau aku bisa pakai cara lain”
“Jangan belagu deh kamu, emangnya Cafe ini punya kamu”
“Tidak peduli cafe ini milik siapa, tapi ini adalah tempat usaha”
“Aku tidak peduli !!! “
Beberapa pelanggan mulai ketakutan dan keluar dari cafe itu.
Rose yang biasanya pemberani saat ini malah nampak takut.
“Rose ikut denganku dan anggap saja tidak terjadi apapun”
Anggara menarik tangan Rose.
Emosi Dika sudah memuncak dan ia tak lagi dapat menahan rasa kesal didadanya.
“Berani sekali kamu menyentuh Nona Edelweis !!! “
Perkelahian itu berlanjut hingga ke belakang Cafe.
Rose yang ingin melerai malah terdorong oleh Anggara.
Dika sudah tak mampu membendung emosi saat melihat Rose terjatuh.
Anggara ternyata membawa koloninya dan Dika yang memiliki badan kekar itu pun tumbang.
Rose menjerit histeris.
Saat itu jalan sedang sepi dan memang Anggara sengaja memilih tempat yang jauh dari keramaian.
“Rose.... Tunggu giliranmu”
“Kau pengecut yang hanya berani keroyokan saja”
Rose menendang Anggara hingga tersungkur.
“Aku tidak akan marah padamu sayangku Rose”
“Lawan aku”
“Mana bisa aku melawan calon istriku”
“Najissss”
“Lihat betapa tidak sopannya mulutmu yang manis itu, aku.... tidak sabar melukai mulutmu yang tajam itu dengan mulutku juga”
Rose tidak peduli pada Anggara lagi dan menolong Dika.
Rose yang ingin menghubungi Papanya dicegah oleh Dika.
“Ada apa Dika, kamu sudah babak belur begini”
“Bawa saja aku ke Cafe Rose”
“Apa..... Kedalam Cafe, mereka pasti ngusir kita looh”
“Turuti saja apa yang aku katakan Rose”
“Baik”
Rose memapah Dika yang sudah lemas.
Pegawai Cafe yang tadinya santai nampak panik dan menghampiri Dika.
“Bos Dika.... Apa yang terjadi “
Rose sama sekali tidak menyimak apa yang dikatakan oleh pegawai cafe itu dan fokus pada Dika.
Rose menutup rasa angkuhnya dan meneteskan air mata.
“Nona ayo kita bawa Bos Dika ke RS”
“Baik” ucap Rose sambil menyapu air matanya.
Di rumah sakit
“Mana Dika.... “
Seorang lelaki berumur sekitar 50 tahunan nampak tergopoh-gopoh menghampiri Dika yang tertidur.
“Maafkan saya Pak, ini salah saya”
“Sudah Nona Rose, tidak apa kok”
“Saya menyesal Pak”
“Nona jangan seperti ini” ucap lelaki itu dan membangunkan Rose yang sujud di kakinya.
Lelaki itu nampak khawatir dan melihat terus ke arah Dika.
“bagaimana keadaan Dika ? “
Suara keras dan berkharisma itu tak lain adalah Papa dari Rose.
“Pahhh Dika nggak sadar Pah”
“Anggara yang lakukan ini Rose”
“Iya Pah”
Papa Rose menarik nafas panjang dan mendehem pelan.
“Tunggu saja nanti kau Anggara”
Di luar kamar Papa Rose dan lelaki tadi itu yang ternyata adalah Papa dari Dika sedang duduk mengobrol sambil menikmati segelas kopi.
“Jadi.... Bagaimana langkah kita selanjutnya ? “
“Aku tak ingin mencari masalah dengan keluarga Anggara, mereka terlalu licik”
“Kau tega melihat anakmu seperti itu”
“Yang penting Rose selamat kan dan lagipula sudah tugas Dika melindungi Rose”
“Kau memang sahabat yang luar biasa”
“Hahh kau selalu saja menyanjungku dan lihatlah aku hampir saja terbang ke awang-awang”
“Bisa saja kau melawak di situasi seperti ini”
“Jangan terlalu tegang”
“Bagaimana aku tidak tegang melihat kondisi Dika dan kau sebagai Papanya malah tenang saja”
“Dika kuat kok”( coba saja dia lihat saat aku datang tadi)
“Terima kasih sudah melindungi Nona ku “
“Sama-sama”
Rose masih menangis disamping tempat tidur Dika.
Dika belum membuka matanya dan pasti dia sedang sakit nampak sesekali ia meringis.
Hati Rose yang terkenal beku ini mulai mencair dan memiliki rasa iba pada Dika, bukan sifat sesungguhnya.
“Dika bangunlah, aku sangat khawatir”
Tanpa sadar Rose menggenggam tangan Dika.
“Dika, aku minta maaf atas sikapku selama ini yang mungkin nyakitin kamu Dika”
Mata Dika mulai bergerak dan terbuka secara perlahan, Rose menghapus air matanya agar tak terlihat oleh Dika, turun harga minyak goreng dipasar kalau di tau Rose nangis karna dirinya.
“Nona.... apa itu kau”
“Kenapa kau panggil aku Nona lagi”
“Kenapa memangnya ? “
“Tadi kau dah panggil aku Rose, sekarang Nona”
“Aku lupa, bisa minta tolong ambilin aku minum “
“Tentu”
Rose mengambil gelas dan memberikannya pada Dika.
Dika terdiam saat Rose menyodorkan gelas.
“Kamu nggak jadi minum”
Dika hanya menarik nafas panjang.
Dia pikir Rose akan meminumkan air itu padanya, nyatanya tidak.
Dika mengambil air itu dari tangan Rose. “ Apa dia tidak mengerti sedikitpun ya”
Pintu kamar Dika terbuka dan nampak Papa-papa (sugar daddy kata Rose dalam hati)
Memasuki kamar Dika.
“Kamu sudah enakan Dika ? “
“Sudah Big Boss”
“Bagus.... Terima kasih sudah melindungi Rose”
“Sudah kewajiban saya sebagai laki-laki Big Boss”
“Rose tolong kamu beli makanan”
Rose terbelalak mendengar apa yang dikatakan oleh Papanya.
“Papa nyuruh Rose”
“Kamu pikir aku menyuruh siapa ? “
“Kok aku”
“Tinggal jalan sebentar saja”
“Baiklah” Dengan wajah cemberut
Dijalan Rose mengedarkan pandangan untuk mencari makanan.
Seorang Rose.... mencari makanan untuk bawahannya.
Sejarah yang harus dicatat di rekor MURI.
Sumpah....
Turun deh semua harga besok kalau terus begini.
"Rose Papa perlu bicara denganmu"
Rose adalah anak dari Bos perusahaan batik yang terkenal di Kotanya.
Rose adalah sosok yang keras, tegas dan tidak peduli pada apapun.
Sejak kecil Rose dilatih menjadi kuat dan mandiri sebab Rose adalah anak satu-satunya yang akan jadi penerus keluarga Edelweis.
Rose dikenal sebagai Bos yang tidak banyak bicara dan terkesan tidak ramah pada siapapun.
6 Tahun Lalu....
Disekolah
“Rose aku mohon ampun !!! “
“Sudah aku bilang kan, aku ini paling tidak suka diganggu, disekolah aku diam tapi diluar sekolah lihat saja siapa yang bisa melindungi kalian semua”
Rose yang sedang menyeret anak laki-laki itu kemudian melepas genggamannya.
“Lapor saja jika kalian berani”
Anak -anak itu terdiam dan tidak berani menatap Rose lagi.
Kejadian itu terjadi saat Rose masih duduk di bangku SMP.
“Rose, Papa rindu Mama.... Ayo kita kerumah Mama ya”
“Iya pah.... Dah lama kita nggak kerumah Mama”
Dijalan Papa mampir ke toko bunga dan membeli banyak bunga mawar putih.
“Kesukaan Mama pahh, jangan lupa sedap malamnya ya”
“Iya Rose sayang”
Papa mengambil bunga sedap malam.
Rose dan Papa melewati jalan yang tidak beraspal dan agak rusak terlihat ada sekitar tiga rumah dan lama kelamaan yang ada hanyalah hutan yang lebat dan jalan yang semakin mengecil.
Papa Rose memarkir mobil dengan rapi.
“Akhirnya sampai juga dirumah Mama ya Pah”
“Iya.... Sayang ayo kita berdoa dulu”
Rose berdoa dan memberikan bunga diatas pusara Mamanya.
“Mahhh..... Rose dan Papa berkunjung Mah, Mama sehat-sehat ya”
“Sayang.... aku dan Rose kangen kamu do’akan kami ya agar sehat selalu”
Papa Rose menyirami makan Mama Rose dengan air yang dibawanya.
“Yuk Rose kita pulang, dah hampir magrib ini”
“Iya, pahh.... dadahh Mamah,”
Rose berlalu bersama Papanya meninggalkan makam Mamanya.
Ya.... Mama Rose sudah meninggal saat Rose masuk SMP, Mama Rose mengidap penyakit kanker darah yang sudah stadium akhir.
Papa Rose sudah mengajak Mama berobat kemanapun hingga keluar Negeri.
Disini kita bisa tahu betapa cintanya Papa Rose kepada Mama Rose tidak akan terbagi.
Bahkan Rose sempat berfikir semoga saja ia mendapat laki-laki yang baik seperti Papanya.
Kembali lagi ke cerita awal.
Walaupun Rose dikenal cuek dan jarang bicara tetapi ia mampu mengelola perusahaan dengan baik. Rose sudsh sekolah di perguruan tinggi di Jogya tentang batik dan seni, makanya dia sudah paham tentang semuanya.
Di kantor Rose di panggil Nona karna Rose masih muda dan tak ingin di panggil Bu.
Nona adalah panggilan dari almarhum Ibunya.
“Tok tok Tok”
“Masuk !!! “
“Nona Rose saya ingin membersihkan ruangan anda”
“Ohh Iya silahkan Bapak”
Rose mengizinkan Cs membersihkan ruangannya.
Cs ini seumuran Papanya kalau tidak salah, dilihat dari raut wajah dan perawakannya.
Kadang Rose berfikir kasihan pada CS nya karna di usia segini masih giat bekerja
, ada juga ya hatinya Rose.
Setelah selesai CS itu pamit pergi dan Rose melanjutkan pekerjaannya mengurus orderan batik yang lumayan banyak hari ini.
GO go go power rangers.
“Tok.... Tok.... Tok”
“Masuk”
Terlihat Joseph pegawai Rose datang ke kantor.
“Nona warna sudah habis”
“Semuanyakah Jo ? “
“Iya Nona hanya sisa beberapa saja”
“Baik, mari kita pergi”
“Saya dan Nona yang pergi ? “
“Kamu nggak mau ? “
“Mau Nona”
“Yuk dah siapanya, ganti bajumu ya”
“Baik, Nona”
Joseph dan Rose kemudian pergi menuju Toko tekstil untuk membeli perlengkapan warna dan yang lainnya yang sudah habis.
Joseph tampak tegang karna baru kali ini dia keluar bersama Bosnya yang super pendiam itu.
Terbukti saat di mobil, ia tidak bicara apapun.
Sunyi 😞😞😞😞
Rasanya sangat malas bagi Joseph untuk keluar dengan Nona nya ini.
“Argghhhh.... Jika dengan Bos besarnya, dia lebih friendly”
“Nona ambil yang merk N aj soalnya bagus “
“Iya kamu atur saja, kan kamu yang lebih paham Jo”
“Makasih atas kepercayaan Nona”
Setelah selesai Jo dan Rose kembali ke Pabrik untuk melanjutkan pekerjaan.
Hari ini Nona Rose berpakaian agak minim dengan rok plisket pendek warna putih dan blazer abu, bajunya yang tipis menonjolkan miliknya yang mungil, emmm pasti tidak ada rasanya.
Ahahaha, kenapa pikiran Jo kesana kemari.
Apakah Nona Rose tidak pernah ingin atau apa gitu sama dia.
Ingin apa Jo ?
Joseph kembali fokus pada mobilnya dan membuang segala pikirannya tentang Nona.
Nona cantik sudah pasti, namun imut dan mungilnya itu adalah nilai plus, selama ini Jo ataupun yang lainnya tidak pernah melihat Nona didatangi pacarnya, apa Nona belum punya pacar ya ?
Setelah sampai di Pabrik datanglah pak CS dengan gopoh-gopoh untuk membantu.
“Pelan-pelan saja Pak”ucap Rose pada Pak CS
Kemudian masuk dengan suara pantopel yang lumayan keras, menapak diantara paving Pabrik.
“Rose !!! “
Semua orang yang ada disana menoleh.
Suara lantang itu adalah Boss Besar atau Big Papa(sebutan Rose).
“Pah.... kenapa Papa teriak dari jalan seolah Papa sedang menagih hutang”
“Ehehehe kebiasaan “
“Papa ada perlu apa ? “
“Rose kenapa kamu bertanya”
Dalam hati, anakku jutek amat.
“Siapa tau Papa memang ada perlu, salah aku bertanya ?.
“Nggak salah sih “
“Masuk deh Pa”
“Gimana orderan hari ini ? “
“Lumayan Pah, ada baju juga lo”
“Bagus, kamu jadi masuk sekolah desain yang di Paris itu”
“Jadi dong Pa, berapa lama aku disana ? “
“Bukan kamu yang pergi, Rose nanti gurunya yang akan kesini”
“Serius Pa, mahal dong “
“Tidak, itu pelanggan Papa dulu”
“Masak sih, Papa nggak bohong kan”
“Sejak kapan Papa bohong sama Rose”
“Asyikkk..... “
“Tapi Papa boleh nanya nggak ? “
“Apa, Pa ? “
“Kamu sama Rey sudah putus ? “
“Pahh aku sama Rey itu kan putusnya sudah lama banget, waktu masih SMA”
“Iya Papa mastiin aja karna ada anak temen Papa yang naksir kamu”
“Aku malas Pa”
“Papa bukannya mau ikut campur urusan pribadi kamu, tapi alangkah baiknya kamu Terima saat dia mau kenalan”
“Iya Pa”
“Besok dia akan kesini”
“Jadi Papa kesini hanya untuk kasih tau itu aja”
“Bukan, Papa kesini mau lihat kinerja kamu”
“Owhhhh”
Kenapa sih Papa ngenalin aku sama cowok, seolah aku nggak laku banget.
Rose mengingat kembali tentang masalah percintaannya yang kurang mulus.
Sejak sekolah Rose hanya memiliki dua mantan pacar, yang satu putus karna Rose adalah cewek yang tidak feminim(alasan saja) yang kedua karna Rose kuliah di luar Negri(alasan juga).
Semenjak itu Rose malas pacaran dulu, ia fokus pada kariernya di dunia tekstil dan juga desain baju.
Bagi Rose itu sudah cukup untuknya.
“Maaf sepertinya aku terlalu cepat datang”
Rose mendongak saat mendengar suara yang familiar di telinganya.
“Anggara ? “
“Ohh kamu sudah datang ya, katanya besok “
“Maaf Pak saya ingin buru-buru kesini jadi saya datang saja”
“Owh begitu ini Rose”
“Hai Rose”
“Iya” Rose mengulurkan tangan dengan malas karna ia tahu itu siapa.
Aku sangat membencinya.
“Aku tidak mau dengannya Pah”
Papa mengajak Anggara untuk duduk di kantin Pabrik bersama dengan Rose.
Anggara menikmati secangkir kopi sembari bercerita seputar bisnis.
Rose menyimak dengan malas dan pikirannya bernostalgia kembali tentang tiga tahun lalu.
A** aku kesal sekali melihatnya.
“Kamu manis banget Rose”
“Cukup Anggara aku nggak suka kamu natap aku kayak gitu”
“Jadi kau sudah dicampakkan sama Rey ya”
“Kita punya keputusan bersama, apa hakmu mengganggu aku”
“Hak aku adalah bisa mengejarmu”
“Aku kesal melihatmu “
“Cupppp”
Kecupan di bibir itu membuat Rose terdiam dan melemas.
“Apa yang kau lakukan dasar psycho “ Menampar Anggara
“Ahhhh haha psycho kamu bilang, kamu paling dah sering ngelakuin sama Rey tapi sok padaku.
“Kau dan Rey itu berbeda”
“Beda apa, aku tampan dan banyak cewek yang deketin aku”
“Aku tidak termasuk ya”
“Oh ya aku akan pastikan kau jatuh cinta padaku, cepat atau lambat.
Rose menghapus air matanya, Rey sudah tidak ada lagi bersamanya.
Kalian tahu hal paling sakit adalah saat kau mencintai seseorang dan dia pergi saat kau butuh itu rasanya luar biasa.
Rose meneguk lagi sisa minumannya dan pulang.
Terdengar lagi ocehan Papa dan Rose yang dipapah oleh bik Karsi.
“Kamu hanya karna cowok saja kayak begini, apa bisa kamu terusin usaha keluarga jika Mamamu masih ada dia akan sangat kecewa dengan tingkahmu”
“Kan ini maunya Papa, aku sudah putus dengan Rey, Papa puas kan”
Rose terisak dan masuk ke kamarnya ditemani dengan bik Karsi.
“Sudah Nona jangan melawan orang tua, tidak baik”
“Bik, aku akan pergi ke luar negri, bibik tunggu aku pulang ya jangan tinggalin Rose”
“Iya Nona”
Hampir saja ia meneteskan air mata saaat mengingat kejadian itu tapi ia sadar sekarang ia dimana dan mengurungkan niatnya untuk menangis.
Kesal
Rose merasa sangat kesal dengan Anggara saat ini, namun ia tetap tenang seperti air.
“Mau pesan apa Rose ? “tanya Anggara se sopan mungkin
“Aku nanti saja, soalnya aku sudah makan”
“Papa pamit dulu ya dan lanjutkan obrolan kalian”
Lama-kelamaan orang tua ini semakin menjadi ya, tidak ikut campur tapi ini apa namanya Es campur.
“Makin lama kamu makin cantik ya Rose” ( Yaelah ngga ada bahan)
“Jelaslah perawatan aku mahal” ( biar dia eneg sama aku)
“Owh sudah sepantasnya wanita mendapatkan hal yang terbaik kan”
“Iya”
Rose sengaja menaikkan tas gucci nya di meja.
“Owhh kebetulan aku baru pulang dari luar negeri” sambil menyodorkan tas dior
“Kenapa repot begini”(alahhh sok tajir)
“Jangan sungkan, aku memang siapin buat kamu kok”
“Yah percuma aku bikin dia kesal”ucap Rose dalam hati.
Rose melirik jam dan sebentar lagi adalah waktu istirahat pegawai.
“Aduh malas banget deh”
“Kenapa kami gelisah Rose, aku mau minta maaf tentang hal dulu ya”
“Aku sudah lupain kok “( Sialan.... Maaf... Maaf, mudah banget ya ngomongnya)
Riuh ramai pegawai batik pun terdengar dari sudut ruangan, semua mata tertuju pada Nona mereka dan laki-laki yang mirip oppa itu.
Sebagian berbisik karna memang Anggara bukan saja sosok pengusaha tajir tetapi ia juga berparas tampan ya mirip oppa Korea gitu.
Rose terus menunduk agar tidak terlalu diperhatikan tetapi percuma
Ia yakin, ini adalah obrolan hangat yang membara dan akan dibawa hingga sebulan kedepan, obrolan saat mereka menjiplak batik, saat mewarnai batik bahkan di sela-sela waktu senggang.
“Kamu nggak ingin ke kantor saja Angga”
“Boleh, aku pikir kamu nggak bakal suruh aku masuk”
Padahal maksud dari Rose adalah agar pegawainya mengira itu kliennya saja .
“Baiklah kalau begitu”
Angga dengan percaya diri mengikuti Rose yang agak terburu-buru.
“Jadi pesanan hari ini gimana? “
“Setiap hari ada saja yang masuk kok”
“Syukur deh, besok aku bawa kamu ke pusat kain terbesar disini”
“Baik”(malas banget sumpah dehhh)
Dari awal memang Anggara dan Rose satu sekolah saat SMK, entah apa yang dipikirkan oleh Anggara sehingga ia terus mengejar Rose.
“Duduk dulu Angga”
“Iya Rose “
“Kamu mau minum apa ? “
“Air putih saja”
“Oke”
“Rose apa kamu nggak susah urus batik sendirian”
“Iya susah sih tapi harus aku jalani”
“Oke berjuang ya Rose”
“Iya”
Anggara pulang sekitar pukul empat sore bertepatan dengan jam pulang pegawai batik.
“Kenapa aku harus bertemu dengan dia lagi, serasa dunia ini sempit banget”
Tok tok tok.....
“Masuk !!! “
“Nons katanya ada CS yang mau ketemu anda hari ini “
“Siapa ya, rasanya aku belum rekrut karyawan bulan ini”
“Mungkin Nona bisa tanyakan pada Big Papa”
“Okey, suruh dia balik besok jam delapan tepat ya”
“Baik Nona”
Rose merasa bingung karna untuk apa lagi Papa merekrut CS.
Apa CS yang duluan akan pensiun ?
Entahlahhh ?
Rose segera mengambil tasnya dan akan pulang.
Rose tak sadar saat ia keluar dari pabrik ia berseliweran dengan CS baru yang dibicarakan oleh pegawainya.
“Lebih baik aku tanya Papa saja nanti”
Rose merasakan perutnya yang sakit.
“uhh kenapa mesti sekarang sih”
Rose mampir di swalayan untuk membeli kebutuhan tamu bulanannya.
Disamping Rose ada orang yang mirip Oppa Korea juga sedang berbelanja.
Rose memperhatikan dengan seksama, ya sebagai wanita normal Rose juga suka lihat yang bening-bening.
Tanpa ia sadari, Rose malah menjatuhkan beberapa barang disana.
Oppa itu terkejut dan Rose menahan malu.
“Kamu nggak papa ? “ sembari merapikan barang yang bertebaran.
“Nggak apa kok” ucap Rose tersipu.
“Lain kali hati-hati ya”
“Iya”
Rose melihat Oppa itu berlalu sambil terus memperhatikannya.
Bajunya putih dan celananya hitam, apa dia melamar pekerjaan ya.
Dirumah....
“Pah.... Papahhh.... Paaaaapaaaaa !!! “
“Ada apa Rose, kenapa kamu berteriak memanggil Papamu”
“Jadi Papa,,,,Big Papa, kenapa CS yang dulu diganti tanpa konfirmasi ke aku ? “
“Lohh emangnya kamu siapa ? “
“Jangan bercanda Pa”
“Iya deh sorry ya, Papa lupa bilang kalau Cs lama akan pensiun”
“Papa mah gitu”
“Kamu makan aja dulu, perkara CS kok ribet banget kamu”
“Iya sih Pa, kan CS itu baik banget sama Rose”
“Kan kamu Bos, wajar dia baik”
“Bukan gitu, Pa dia agak beda”
“Beda gimana , astaga Rose apakah kamu”
“Husssh Papa ini jangan ngaco deh”
“Maaf loo, Pak Dito akan pensiun dan nanti akan ada penggantinya “( yang aku suruh datang besok)
Yess besok off day.
Weekend kemana ya ?
“Ahh sebaiknya dirumah saja”
Rose melupakan hal penting yaitu dia mengatakan bahwa besok si CS di suruh datang kembali ke kantornya sementara besok adalah minggu.
Di pabrik nampak lengang.
Seorang lelaki tampak memperhatikan dari kejauhan.
“Tutup ya ? Kenapa mbak itu nyuruh datang sekarang ? “
Rose yang menikmati weekendnya di rumah hanya menonton drama Korea sementara yang bersihin rumah adalah tugasnya bibik.
Keesokannya di pabrik.
Rose yang datang lebih awal karna hari ini adalah hari Senin.
Tok tok tok
“Iya”
“Nona yang mau jadi CS kemarin itu sudah datang sama Pak Dito”
“Okey, suruh masuk ya”
“Baik Nona”
Rose hampir saja menganga saat melihat siapa yang masuk ke ruangannya.
Namun dia kembali stay cool.
“Nona inilah pengganti saya”
“Baik Pak Dito, Bapak bisa jelaskan apa saja pekerjaannya ya”
“Baik Nona, ayo kenalin diri kamu”ucap Pak Dito ramah
“Nama saya Dika Bening, mahasiswa jurusan Seni Rupa semester empat”
“Terus kalau kamu masih kuliah, gimana kerjanya”
“Kata Bos besar saya dihitung harian, setelah selesai kerja saya bisa pulang”
“Emmm begitu ya, kita lihat saja nanti ya semoga betah”
“Baik Nona, terimakasih atas kesempatannya”
“Oiya nanti pulangnya jam empat sore ya”
“Baik Nona”
Setelah Dika keluar Rose tak hentinya menutup wajah.
Rose mengatur pernafasan nya dan bersikap tenang lagi.
Semoga dia tidak ingat”gumam Rose sendirian.
Namun tidak dengan Dika, dia mengingat dengan jelas gadis yang menjatuhkan pembalut di minimarket sabtu malam.
Dika tertawa renyah mengingatnya kembali.
Menarik jadi mirip karakter novel saja.
Rose keluar memperhatikan pekerjaan anak buahnya, sejauh ini pesanan banyak dan cukuplah untuk memenuhi kebutuhan karyawannya.
Rose selain usaha batik, dia juga sedang belajar membuat desain baju.
Sementara Rose sibuk berfikir ada sepasang mata yang memperhatikan Rose dari kejauhan.
“Nona.... Ada apa memanggil saya”
“Eh Pak Dito, ayo ikut ke ruangan saya”
“Baik Nona”
Pak Dito mengikuti langkah Nona nya, sembari berdiri di depan Nona Rose.
“Pak Asuransi Bapak sudah bisa diklaim ya”ujar Rose sambil menyodorkan sebuha amplop pada Pak Dito.
“Saya tidak menyangka Pak Dito akan pensiun, secepat ini padahal saya baru saja memulai membantu bisnis Papa saya”
“Iya.... Jika masih ada kesempatan saya ingin lebih lama disini Nona, tapi perusahaan juga punya peraturan kan”
“Iya, Bapak memberi kesan yang baik selama saya disini dan saya bangga pada Bapak”
“Nona terlalu berlebihan”
“Tidak Pak, Terima kasih ya atas pengabdian Bapak selama ini dan untuk Dika, apakah Bapak bisa lagi seminggu saja membimbing dia agar dia hafal dengan pekerjaannya”
“Bisa Nona, dengan senang hati”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!