NovelToon NovelToon

Death Maze

Prolog

Hah!!!!!

Aku membuka mata secara tiba-tiba, ketika aku sadar, aku sedang berbaring di sebuah ruangan yang sangat amat gelap, sejauh pandanganku hanya ada kegelapan. Kesunyian melengkapi ruangan yang gelap ini

"Hah... Hah... Ha..."

Kegelapan serta kesunyian di ruangan ini membuat leherku tercekik hingga terasa sulit bernafas dengan benar, rasa takut menjalar ke seluruh tubuhku, hingga indraku terasa mati rasa

Aku bingung!

Aku takut!

Aku tidak tahu apa-apa!

Rasa takut yang menyelimuti seluruh tubuhku membuatku menutup mata karena tidak tahan dengan suasan yang amat mencekik ini

Deg... Deg... Deg...

Suara jantungku menjadi satu-satunya yang bergema kencang di ruangan ini, jantungku berdetak makin kencang untuk memompa oksigen ke seluruh tubuh

Berselang beberapa lama, aku mulai merasa tenang, oksigen yang mengalir ke seluruh tubuhku membuat aku mulai bisa berpikir jernih

Berkat pikiran yang kembali jernih, aku sadar bahwa ada rasa hangat yang berasal dari ujung rambutku, rasa panas itu membuatku sedikit merasa tenang karena suasana dingin bagai es di ruangan ini membuat badanku menggigil

"aku harus mencari tahu ruangan apa ini"

Itu adalah pemikiran pertama yang terlintas dalam pikiran, aku tidak mau hanya berdiam diri saja, kucoba menggerakkan tubuh yang terasa amat berat ini

"ugh... Bergeraklah"

Percuma saja

Badanku terasa ditimpa oleh batu, ketika digerakkan rasanya berat sekali. Tangan dan kakiku terasa seperti ditusuk oleh besi, terasa nyeri ketika dicoba untuk ditarik.

"Sial... Sial... Sial!!!!!! Apa-apaan ini, kenapa aku disini? Brengs*k. Uhuk, hiks.. hiks.."

Rasa frustasi

Rasa kesal

Rasa takut

Rasa sedih

Semua emosi tersebut tercampur aduk hingga meledak, suaraku bergema kencang dalam ruangan ini.

Namun...

Secercah harapan muncul, jari-jariku yang semula terasa dipasung oleh paku, mulai bisa digerakkan, ketika aku sadar dengab hal itu, perasaan optimis membanjiri diriku

Awalnya hanya satu jari, kemudian 3 jari, hingga akhirnya seluruh jariku bisa digerakkan

1 Menit

3 Menit

5 Menit

Sebagian lenganku bisa digerakkan, hingga menyusul ke seluruh lengan

"Hahahaha, Bisa! Aku Bisa menggerakkan seluruh tanganku!"

Perasaan senang yang muncul ini membuatku tanpa sadar tertawa dengan kencang, suara tawaku bergema dengan kencang di seluruh ruangan ini

Tidak berselang lama, aku mulai bisa menggerakkan setengah badanku, mulai dari kepala hingga pinggang, ini tidak cukup untuk membuatku bisa mengelilingi ruangan ini, tapi ini cukup untuk bisa melihat sekeliling ruangan ini

"Mari kita lihat, tempat macam apa ini"

Aku memutar kepala serta badanku ke seluruh arah untuk melihat seluruh ruangan ini. Dan berkat itu aku mengetahui sumber panas yang berasak dari atas kepalaku

Dibelakangku ada obor, obor ini tidak dinyalakan di atas kayu bambu biasa, itu dinyalakan diatas besi. Obor-Obor itu diletakkan di sebuah wadah bulat yang sepertinya diperuntukkan sebagai tempat untuk menyimpan obor tersebut, dan disimpan di sebuah rak yang berbentuk melingkar

"apa-apaan ini? Ini membuatku takut. Tunggu? Itu... Orang? Ada orang lain disini?"

Mataku secara otomatis melihat ada beberapa orang lain yang ada disini, mereka semua termasuk aku diletakkan melingkar, sejajar dengan obor yang ada di rak tersebut

Aku tidak tahu dengan pasti ada berapa orang karena jarak kami yang lumayan jauh serta tempat yang sangat gelap ini membuatku sulit melihat. Aku memperhitungkan ada sekitar 4-5 orang termasuk aku yang diletakkan secara melingkar

Tapi aku hanya mampu untuk melihat dengan jelas 2 orang saja, yang berada di sisi serong kanan dan kiri. Untuk sisanya aku tidak mampu melihat mereka dengan jelas dan hanya bisa melihat siluet serta bayangan mereka saja

Orang yang berada di sisi serong kanan, sepertinya seorang laki-laki, karena rambutnya terlihat pendek, dari penglihatanku yang terbatas, rambutnya terlihat memiliki potongan bowl cut alias potongan rambut mangkok karena terlihat rapi serta simetris

Badannya kecil dan nampak ringkih seolah-olah dia akan hancur hanya karena ditabrak oleh orang biasa, dan jika aku tidak salah lihat dia memakai kacamata bulat yang kerap kali dipakai para kutu buku. Dan dia memakai sebuah pakaian yang terlihat berwarna putih polos, baik itu baju dan celananya

"Heh... Dia terlihat seperti sasaran empuk untuk dibully, aku berani bertaruh bahwa dia sering terkena bully karena penampilannya yang sangat cupu"

Sedangkan orang yang ada di arah serong kiri, dia sepertinya juga seorang laki-laki, namun penampilannya sangat berkebalikan dengan orang yang sebelumnya

Dia memiliki potongan rambut yang gondrong dan amat berantakan, badannya sangat besar dan kekar, bahkan bahunya terlihat lebar serta kokoh. Dan dia memakai pakaian putih polos yang sama dengan orang yang sebelumnya juga.

Penampilannya nampak seperti seorang atlet urakan, karena penampilannya yang terlihat berantakan. Atau mungkin dia hanyalah pembully biasa

"Hmm.. Akan lucu jika orang ini adalah pembully yang biasa membully orang yang satunya, eh? Tunggu? Aku baru sadar pakaianku juga sama seperti mereka, sial! Apa maksudnya ini"

Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya, pakaian ke-2 orang tersebut sama dengan yang kupakai, sebuah pakaian putih polos tanpa ada tambahan apapun, nampak seperti baju tahanan atau subjek percobaan dalam penelitian

Ditambah dengan cara kami semua diletakkan secara melingkar mengelilingi sebuah obor, ini terasa seperti upacara persembahan yang dilakukan suku-suku primitif

"Bangs*t, ini membuatku makin merinding, apa mungkin aku diculik untuk dijadikan tumbal? Sialan, terserahlah, yang terpenting aku harus keluar hidup-hidup dari tempat ini"

Meski merasa takut, rasa kesal, marah, jengkel dari dalam diriku tetap meluap-luap. Meski kenyataan tentang adanya orang lain ini sedikit membuatku tenang, setidaknya ada kawan senasib.

Setelah melihat kesekeliling ruangan ini, aku kembali berbaring karena kelelahan, tidak ada apa-apa lagi disini, semuanya gelap, mau tidak mau aku perlu obor itu untuk melihat dengan jelas. Tapi kakiku masih mati rasa dan tidak bisa bergerak.

Jadi kuputuskan untuk kembali berbaring dan beristirahat. Kemudian aku mulai mengingat kenapa aku ada disini.

Namun..

Nihil..

Aku tidak mampu mengingat apapun.

Apa yang terjadi kemarin..

Dimana rumahku..

Berapa umurku..

Siapa keluargaku..

Bahkan..

Namaku sendiri..

Siapa aku?

Rasa takut ketika pertama kali terbangun membuatku tidak sempat untuk memikirkan identitasku, dan ketika aku sadar, aku ingat siapa aku

Ketakutan kembali menyelimuti seluruh tubuhku, ketakutan yang sama namun juga berbeda dari ketakutan yang pertama kali kurasakan saat bangun ditempat ini

Rasa takut akan ketidaktahuan membuat pikiranku kosong

"Hosh.. Hosh.. Hosh.."

Nafasku terengah-engah karena kepanikan mendadak

Bugh! Bugh! Bugh

"Bergeraklah kaki sialan!!!!"

Aku memukul kakiku sekeras mungkin, memaksanya untuk bergerak, tindakan ini terpicu karena kepanikan yang melanda. Sekarang aku sudah menetapkan prioritas nomor 1 yang harus dilakukan

KELUAR DARI TEMPAT INI!!!!!

Berkumpul

Selang beberapa menit setelah aku mengamuk dan memukul-mukul kakiku karena panik, aku mulai tenang dan bisa berpikir jernih. setelah semua tubuhku pulih dan bisa kugerakkan aku berdiri dan berjalan ke tempat orang lain yang juga ada disini.

aku pikir hal pertama yang harus dilakukan adalah membangunkan orang- orang ini dan bekerja sama dengan mereka. Itu kulakukan untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Target pertamaku adalah orang yang memiliki badan yang besar yang berada di arah serong kiri dari tempatku

"Hei! Bangun! Bangun woi! Jangan tidur terus!"

Aku membangunkan dia dengan kasar, kucoba menggoyang-goyangkan badannya, namun tidak berhasil. Dia terus tertidur pulas tanpa ada tanda-tanda akan bangun.

"Bangun sialan! Dasar brengs*k! Bagaimana kau bisa tidur dengan sepulas ini?"

aku makin merasa kesal dari dia tidak bisa terbangun.

Plak! Plak! Plak!

Karena makin kesal, kutampar wajahnya beberapa kali, dengan harapan kalau dia akan terbangun.

"Ah! Hentikan oi! Itu sangat sakit"

"Akhirnya kau bangun juga"

"? Kau siapa? Dimana ini?"

"Akan kujelaskan nanti, untuk saat ini tolong bangunkan orang kurus berkacamata yang ada disitu terlebih dahulu. Tolong Bangunkan dia, dan aku akan membangunkan sisa 2 orang lagi"

"Hoi!!! Memangnya kau siapa berani memberiku perintah hah? Dasar kurang ajar! Kau pikir aku babu milikmu? Jelaskan dimana aku berada!"

"Berisik!! Aku juga tidak tau, yang penting untuk sekarang adalah membangunkan orang yang lain dulu. Siapa tahu ada yang tau dimana ini berada, kalau sudah tunggulah di dekat obor disana"

"Cih! Untuk kali ini kuturuti dulu"

Sial! Aku merasa menyesal telah memilih untuk membangunkan orang itu duluan, sepertinya dia hanyalah orang kasar berotak otot yang melakukan semua hal tanpa pertimbangan. Semoga saja orang berikutnya bukan orang bodoh seperti ini.

Orang kedua yang kucoba bangunkan adalah seorang perempuan. Perempuan itu berambut panjang lurus dan berwarna putih, dia memiliki tubuh yang ramping, dan kelihatannya berkulit sangat putih. Dia juga memakai yang sama dengan yang aku kenakan ketika melihatnya lebih dekat lagi, aku sadar kalo alisnya juga berwarna putih.

Karena dia perempuan, aku mencoba untuk membangunkannya selembut mungkin, kucoba untuk menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil meneriakinya untuk bangun, aku harap dia tidak sulit untuk dibangunkan seperti orang yang sebelumnya.

"Umm....? Siapa kau? Dimana aku?"

Dia akhirnya terbangun, ketika dia membuka matanya, aku bersyukur karena dia tidak begitu sulit untuk dibangunkan, semoga saja sifatnya juga tidak begitu buruk.

"Itu pertanyaan yang agak sulit untuk dijawab, untuk sekarang mari bangun dan berkumpul bersama dengan orang lain yang ada disini juga. Lalu, mari kita bicarakan tentang tempat ini"

"Umm...? Orang lain? Baiklah, kurasa aku tidak memiliki pilihan lain"

"Kalau begitu bantu aku untuk membangunkan satu orang lagi yang ada disana"

"Baiklah, aku mengerti"

Aku merasa bersyukur, untungnya orang ini mau mendengarkan penjelasanku dan rasanya dia bisa untuk diajak bekerja sama, sepertinya dia akan bisa menjadi rekan yang bagus, tidak seperti orang yang sebelumnya. Dan sekarang tinggal membangunkan orang yang terakhir.

Orang yang terakhir ini sepertinya seorang laki- laki juga...? Karena gelap aku kesulitan untuk mengidentifikasi jenis kelaminnya, tapi melihat rambutnya yang kelihatan pendek, besar kemungkinannya kalo dia adalah seorang laki- laki.

Eh...? Setelah kulihat badannya terlalu kecil untuk seorang laki-laki, dan setelah aku melihat wajah dan badannya dengan lebih seksama, aku sadar kalo dia seorang wanita. Dia memiliki potongan rambut pendek dengan model rambut bob, namun karena berbaring potongan rambutnya jadi kurang terlihat sehingga kupikir dia adalah laki-laki. Badannya pendek namun dia terlihat sedikit gemuk, dia juga memakai kacamata. Dan dia juga memakai pakaian yang sama denganku.

Sebelum aku mulai membangunkannya, perempuan yang tadi kubangunkan langsung mencoba membangunkannya lebih cepat dariku.

"Halo... Tolong bangunlah, tolong jelaskan dimana ini"

Aku senang karena dia berinisiatif tanpa perlu aku minta. Tapi dia membangunkan orang itu dengan agak kasar, dia mengguncangkan tubuh orang itu dengan kencang dan kasar, bahkan sesekali menamparnya meski pelan, tidak sepertiku. Walau itu tetap membuat pandanganku terhadapnya langsung berubah.

"Aduh! Sakit! Hentikan! Hentikan! Iya iya aku sudah bangun!"

Perempuan itu akhirnya terbangun dan sedikit mengumpat dan kelihatan kesal karena dia dibangunkan dengan kasar. Ketika dia berbicara, aku sadar kalau dia

"Dasar gila! Siapa kalian? Kenapa menamparku seperti itu? Dimana ini?"

Pertanyaan itu lagi, semua orang disini selalu menanyakan hal yang sama, yah sebenarnya tidak aneh, semua orang pastinya akan bertanya dimana dirinya berada ketika terbangun di tempat mengerikan seperti ini.

Yah tapi setidaknya aku harus menjelaskan apa yang aku tahu, tapi sebelum aku menjawab pertanyaan wanita itu, wanita berambut putih yang sebelumnya kubangunkan menjawab pertanyaan itu sebelum kujawab.

"Kami juga tidak tahu, kami juga terbangun di tempat ini tanpa mengetahui apapun, aku pikir kau mungkin tahu, jadi aku membangunkanmu, mohon lupakan jika caraku terlalu kasar, karena kau terburu-buru, jadi aku menggunakan cara kasar untuk membangunkanmu"

"Ugh... Setidaknya jangan menamparku seperti itu, rasanya sakit tahu"

"Hei! Jangan salahkan aku, kalau kau berada di posisi yang sama denganku kau juga pasti akan melakukan hal yang sama, mungkin saja lebih parah dariku"

"Ugh... Aku tidak bisa membantah hal itu"

Wow!!! Wanita itu hebat juga, aku sedikit kagum dengan kemampuan bicaranya yang hebat, dia mampu membuat wanita berkacamata itu tidak bisa membantahnya lagi dengan cepat.

"Lalu? Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti perkataan orang ini, cobalah tanyakan kepadanya"

"Hoi, kau pria sialan! Jangan hanya diam saja, katakanlah sesuatu!"

Sial, secara mendadak semua tanggung jawab dilimpahkan kepadaku, yah tapi karena ini adalah ideku, mungkin aku memang harus sedikit bertanggung jawab dan mengambil alih.

"Untuk sekarang mari berkumpul dengan yang lain di tengah ruangan ini, tepatnya di sekitar tempat obor yang ada disana, jika disana kita bisa bicara dengan lebih enak"

"Yang lain? Maksudmu ada orang lain lagi selain kita?"

"Iya, sebelum kalian, ada 2 orang lagi yang kutemui, mereka sudah kusuruh untuk menunggu di tengah"

"Oh iya, benar juga, kalau kulihat-lihat ada orang yang duduk disana"

"Kalau begitu ayo, nanti kita bicarakan disana"

Syukurlah dia juga bisa diajak bicara dengan baik, tidak seperti orang yang pertama, kalau begitu tinggal mencari cara untuk membuat orang yang pertama bisa diajak bekerja sama juga, dari fisiknya sepertinya dia akan berguna.

 

Setelah sampai di tempat obor diletakkan, aku melihat orang yang pertama kubangunkan sudah menunggu sambil berbaring tiduran, dia menguap dan tampak mengantuk. Sepertinya dia telah sampai sejak lama, yah wajar saja karena dia hanya perlu membangunkan satu orang saja.

Disampingnya ada orang yang tadi pertama kulihat, dia sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya, dan menenggelamkan wajahnya ke dalam kedua kakinya. Dia tampak sedikit gemetaran, mungkin dia merasa takut karena mendadak terbangun di tempat yang mengerikan ini. Aku lalu menyapanya, dengan harapan agar dia tidak marah karena menunggu

"Halo, kau sudah lama menunggu yah?"

Mereka berdua langsung melihat ke arahku saat kupanggil, si pria berbadan kekar tampak jengkel, sedangkan si pria kurus hanya menatapku dengan pandangan kebingungan. Dan setelah kulihat wajahnya, si pria berbadan kurus memiliki memar berwarna biru di pipinya, sepertinya dia dibangunkan dengan cara yang sangat kasar, pastinya dia menerima banya sekali tamparan keras.

"Hoi!!! Kau lama sekali, aku sampai mengantuk menunggumu disini, ditambah lagi si pengecut ini dari tadi menangis dan memanggil ibunya"

Sudah kuduga, si pria berbadan besar ini marah karena aku membuatnya menunggu terlalu lama. Sial, dia pikir ini mudah apa.

"Hah?... Kau itu siapa? dasar sialan!!! Kami baru datang dan kau sudah mengumpat seperti itu, apa kau merasa hebat hah? Apa kau anak kecil? Cobalah bertingkah dewasa"

Hah? Ini membuatku terkejut, wanita dengan kacamata itu dengan berani membalas pria berbadan kekar ini, bahkan dia berani memprovokasi dia. Wanita berambut putih hanya diam di belakang, sepertinya dia tidak mau terlibat konflik apapun.

"Apa? Dasar wanita gendut, apa maksudmu tadi?"

"Genduttttt? Dasar pria bajing*n, berani sekali kau mengatakan hal itu kepada seorang perempuan, lihatlah dirimu sendiri"

"Tubuhku berisi otot dasar bodoh!!! Beda dengan tubuhmu yang berisi lemak!"

"Memang apa bedanya, tubuhmu juga terlihat gendut, lagipula sebesar apa ototmu sampai terlihat sebesar itu, apa mungkin otakmu juga hanya berisi otot?"

"Ah sialan!! Apa menurutmu kau pintar hah? Bagiku kau hanya perempuan gendut berkacamata"

Ahhh... Gawat!! Mereka malah bertengkar, kalau seperti ini mereka tidak akan bisa diajak bekerja sama, si pria berbadan kurus tidak bisa membantu, dia hanya gemetaran saja disana, si wanita berambut putihpun hanya diam tanpa berbuat apa-apa, terpaksa aku yang harus maju kalau seperti ini.

"Cukup, tenanglah kalian berdua, jangan bertengkar seperti ini"

Aku mencoba menengahi mereka, dan setelah kumenceramahi mereka, mereka menatapku dengan tatapan galak. Dan sekarang mereka balik menyerangku

"Dasar bocah sombong, kau pikir kau siapa berani menyuruhku ini dan itu, mau kuhajar hah?"

"Dasar pria payah, apa kau merasa hebat? Dari tadi kau tidak bisa apa-apa dan hanya bisa mengandalkan orang lain"

Ugh... Perkataan mereka tidak salah, tapi itu tetap membuatku sakit hati mendengarnya.

"Ayolah kawan, kalian ingin keluar dari sini kan? Sekarang yang terbaik adalah bekerja sama, karena kita tidak tahu tempat apa ini"

"Cih, awas saja jika kalian tidak berguna"

"Akh!!! Untuk kali ini kubiarkan saja dulu"

Akhirnya mereka tenang juga, jika seperti ini sepertinya mereka sudah bisa diajak bicara baik-baik.

"Baguslah, sekarang marilah kita duduk dan berbicara tentang diri kita masing-masing, setuju?"

Si wanita berambut putih yang dari tadi diam saja mendadak berbicara dan mengajak untuk membicarakan tentang diri masing-masing, aku merasa takut karena aku tidak tahu apapun tentang diriku sendiri, tapi yang lain nampaknya setuju dan mulai duduk melingkar, satu-satunya pilihanku adalah mengikuti mereka. Akupun ikut duduk dan bersiap mendengar cerita mereka.

Bercerita

Setelah kami berkumpul di dekat obor yang masih menyala terang, kami malah kebingungan dalam menentukan siapa yang akan pertama bercerita.

"Hoi! Ayo mulailah, siapa yang mau bercerita duluan?"

Si pria berbadan kekar itu mulai menekan yang lain untuk bercerita duluan, namun yang lain termasuk aku masih terdiam karena bimbang.

"Umm... Baiklah, karena aku yang mengusulkan, maka aku yang akan mulai duluan yah"

Untungnya si perempuan berambut putih itu mengajukan dirinya, itu membuatku sedikit lega.

"Tapi, sebagai gantinya, aku akan menentukan urutan orang yang berikutnya. Dan orang yang berikutnya adalah orang yang berada di sebelah kiriku, kalian setuju?"

"Aku Setuju!"

Mendengar usulannya aku langsung setuju, karena aku berada di sisi kanannya, yang berarti aku akan menjadi orang terakhir yang bercerita, perjanjian yang tidak buruk. Dan kelihatannya yang lain setuju juga dengan usulan tersebut. Karena semuanya sudah setuju, perempuan itu mulai bersiap untuk menceritakan tentang dirinya.

"Baiklah, karena kalian sudah setuju aku akan mulai. Seperti yang kalian lihat aku adalah seorang albino, karena seluruh rambut dan kulit tubuhku berwarna putih..."

"Tunggu! Apa itu Albino? Sejenis makanan? Atau itu suplemen otot?"

Mendadak si pria berbadan kekar itu menyela cerita, dia sepertinya tidak tahu istilah albino, yah aku tidak pantas mencelanya, karena aku juga merasa asing dengan istilah albino.

"Oh! Maaf... Aku lupa menjelaskan tentang hal itu, aku lupa memperkirakan kalau kalian ada yang tidak tahu tentang istilah albino. Baiklah, albino itu adalah kata slang dari albinisme, albinism adalah sebuah kelainan yang menyebabkan kulit serta rambut di tubuh menjadi berwarna putih"

"Apa sebabnya?"

"Umm... Haha.. Aku ingin menjelaskannya namun itu akan sangat panjang, jadi lebih baik kita lupakan itu terlebih dahulu"

"Cih!! Yasudahlah, lanjutkan ceritamu"

Si pria itu nampaknya menyerah untuk terus bertanya, aku juga sebenarnya masih sedikit penasaran tentang albino. Namun, perkataan si wanita itu memang benar, jika dia terlalu banyak menjelaskan tentang albino, itu akan terlalu memakan banyak waktu.

"Baiklah, akan kulanjutkan. Aku menjadi albino karena turunan dari ibuku yang juga seorang albino, keluarga ibuku memang seorang albino sejak leluhur jauh kami. Dia menikah dengan ayahku yang seorang pria jepang. Dan aku diberi nama Yuki yang berarti" Salju" dalam bahasa jepang oleh ayahku karena kulit serta rambutku yang berwarna putih, dan sekarang aku berumur 24 tahun"

"Lalu? Apa ingatan terakhir yang kau ingat sebelum ada di tempat ini"

"Umm... Yang kuingat hanyalah saat aku pulang dari hotel setelah bekerja, selebihnya sudah tidak ada lagi"

Sial! Ingatannya tidak begitu berguna. P"ulang setelah bekerja di hotel? Pekerjaan apa yang dia lakukan? Dan kenapa dia bisa berakhir disini?" Pertanyaan itu berkecamuk dikepalaku. Aku mencoba memikirkannya karena siapa tahu ada sesuatu yang berguna dari ceritanya. Hingga akhirnya giliran orang yang disebelahnya untuk bercerita. Orang yang disebelah kirinya adalah si perempuan gemuk berkacamata.

"Ok, aku tidak akan banyak basa-basi. Namaku, Rosa, aku berumur 28 tahun. Dan ingatan terakhir yang kuingat adalah saat sedang dirumahku"

Ahhhhh!!!! Sial!!! Lagi-lagi informasi yang tidak berguna, siapa yang peduli saat dia sedang dirumahnya. Rasanya aku ingin mengumpat tapi aku sadar kalo aku tidak punya hak untuk itu karena aku tidak ingat tentang apapun, bahkan namaku sendiri.

"Giliranku bukan?"

Sekarang giliran si pria kasar berbadan besar itu, kelihatannya dia sudah menunggu-nunggu gilirannya karena dia tampak sangat senang.

"Ok... Ini akan sedikit panjang. Namaku, Rocky, umurku adalah 23 tahun. Aku adalah seorang atlet tinju jenius, aku seharusnya sedang berada di pertandingan gelar untuk menjadi juara dunia, tapi entah bagaimana aku bisa berakhir di tempat aneh ini. Hobiku adalah tinju, itu adalah sesuatu yang sudah kulakukan sejak saat masih kecil, semua orang selalu memujiku sebagai seorang jenius. Dan aku harusnya bisa menjadi juara dunia, tapi sepertinya aku dijebak ke tempat sampah ini. Menyebalkan, siapapun yang berani melakukan ini pastilah seorang bajing*n pengecut rendahan....."

Akh!! Sial! Aku muak mendengar ocehannya, dia sekarang malah mengumpat tentang kekesalannya, tentu saja kami semua kesal dengan situasi ini, bukan hanya dia saja, tapi dia malah mengumpat sendirian seakan-akan dia adalah yang paling menderita.

Heyy!!! Bung, disini ada orang yang bahkan tidak bisa mengingat namanya sendiri. Dan sepertinya yang lain juga mulai tidak sabar, terutama Rosa yang kelihatannya gemetar menahan amarah karena Rocky yang terus mengeluarkan umpatan kekesalannya.

"Bacot!!! Cukup sudah, kau pikir hanya kau yang kesal dengan situasi ini, kami disini semua juga kesal dan mencoba mencari jalan keluar. Dan siapa juga yang akan peduli dengan hobi dan reputasimu, disini kita semua sama-sama terjebak ok!!!"

Rosa meluapkan amarahnya karena tidak tahan dengan omongan Rocky yang kebanyakan hanya berisi tentang menyombongkan diri dan mengumpat kesal atas situasi ini. Dan Rocky sepertinya kesal karena ceritanya dipotong ditengah-tengah, dan sepertinya dia bersiap untuk mengamuk

"Dasar perempuan bermata empat sialan!!!! Kenapa kau selalu menggangguku hah? Diam saja dan jangan ganggu orang yang sedang bercerita dasar bodoh!"

"Kau yang bodoh!! Disini semuanya kesal jadi kau tidak perlu terus mengumpat, kau hanya membuat yang lain menjadi jengkel tahu!!"

"Bacot!!! Padahal perjanjiannya adalah bercerita dengan bebas, kenapa kau sekarang mendadak mengaturku hah?"

"Perjanjiannya hanyalah untuk menceritakan tentang diri masing-masing, bukan mengumpat dasar otak udang!!!"

Sial... Mereka mulai lagi, sepertinya ini tidak akan berjalan dengan lancar, aku harus bisa membuat mereka akur.

"DIAM!"

Yuki yang awalnya diam mendadak berteriak dan menyuruh mereka untuk diam, kami semua kaget karena dia mendadak berteriak.

"DIAM!! Jangan bertengkar, kita disini berada di kondisi yang sama, jangan memperumit hal ini lagi. Rosa, meski kau tidak senang dengan Cerita Rocky, kau tidak boleh asal memotong cerita orang, seperti itu. Rocky, jangan mengumpat terus, untuk saat ini kau adalah yang paling mudah, jadi hormati orang yang lebih tua darimu. Dan sekarang langsung beritahukan saja apa hal terakhir yang kau ingat"

Sedikit bentakan dan ceramah dari Yuki mampu membuat mereka mati kutu. Rasa Shock karena mendadak dibentak membuat mereka tidak bisa melawan. Mereka yang awalnya berteriak dengan kencang terasa menciut. Rockypun menyelesaikan ceritanya dengan hal terakhir yang dia ingat.

"Umm.... Uhuk... Uhuk... Baiklah, hal terakhir yang kuingat adalah saat aku sedang latihan di gym untuk persiapan pertandingan gelar"

Yahh.. Aku tidak begitu berharap dari orang semacam Rocky sih, jadi hal itu sudah kuduga. Dan sekarang giliran pria kurus berkacamata itu dan berikutnya adalah giliranku. Dia sepertinya mau mulai bercerita, tapi terlihat malu dan sangat canggung.

"Umm.. Jadi... Anu... Aku itu... Jadi...."

Dia malah mengoceh dan meracau dengan tidak jelas, kelihatannya dia malu dan bingung ingin berkata apa. Yang lain jadi kesal karena tingkahnya yang tidak jelas, hingga akhirnya Rocky menampar orang itu dengan keras

"Ngomong yang jelas dasar Gobl*k!!!! Kau itu ingin berkata apa hah? Jangan jadi seperti seorang banc* pengecut!!"

Rocky memaki maki pria kecil itu dengan kesal, dan menyuruhnya untuk berbicara dengan benar. Pria itu menundukkan kepalanya dan berbicara dengan suara yang amat pelan

" Na-Na-Namaku Chen, U-Usiaku 19 tahun. A-Aku tidak ingat kenapa aku ada disini, yang terakhir kuingat adalah saat aku di universitas"

Akhirnya dia berbicara, walau pelan tapi tidak apa-apa, setidaknya bicaranya bisa dipahami walau harus didengar secara seksama. Dan akhirnya giliranku tiba, semuanya menatapku dengan tajam, menunggu aku berbicara. Aku menelan ludah dan bersiap untuk segala resiko, aku akan mencoba jujur bahwa aku tidak ingat apapun, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Aku.... Tidak ingat apapun"

Semuanya tertegun mendengar perkataanku, mereka terlihat bingung ingin bereaksi apa. Yuki mencoba bertanya

"Umm... Apapun? Setidaknya kau ingat dengan namamu sendiri kan?"

"Tidak!!! Usia, nama, pekerjaan semuanya tidak bisa kuingat"

Aku menegaskan kepada Yuki kalo aku tidak bisa mengingat apapun. Semuanya bingung harus bereaksi apa.

"Ka-Kalau begitu kami harus memanggilmu apa?"

Chen melontarkan pertanyaan yang tak bisa kujawab, satu-satunya jawaban yang bisa kuberikan adalah

"Entahlah, terserah kalian saja"

Bukannya aku cuek atau bagaimana, namun aku benar-benar tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan chen.

"Kalau begitu bagaimana kalau kuberikan nama Weizhi, agar kami tidak begitu sulit untuk memanggilmu"

Chen menawarkan sebuah nama panggilan untukku, aku berpikir sebentar apakah itu bagus atau tidak, dan setelah kupikir itu tidak begitu buruk. toh, aku tidak bisa mengingat namaku, jadi aku akan memakai nama Weizhi itu untuk sementara

"Baiklah, itu tidak begitu buruk, silahkan panggil aku dengan nama itu, setidaknya hingga aku mendapatkan nama asliku kembali"

Akhirnya perkenalan kami selesai, walaupun perkenalan ini hanya formalitas, tak ada satupun ikatan seperti persahabatan yang tumbuh diantara kami. Kami hanya akan memanfaatkan satu sama lain demi keluar dari tempat ini

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!