NovelToon NovelToon

Fall In Love With My Sister

001 Malam Yang Panjang

Di tengah malam, saat hujan badai dan kilatan petir, tidak mempengaruhi beberapa orang pelayan yang tengah sibuk keluar masuk ruang bersalin.

mereka menyiapkan beberapa keperluan untuk menyambut kelahiran anak kedua dari nyonya Davidson, di Mension mewah milik keluarga Davidson.

"aaaaaaghhhhh..." terdengar teriakkan nyaring dari seorang perempuan yang memecah malam badai.

"nyonya sedikit lagi akan berhasil, anda harus mendorong lagi sedikit lebih kuat." kata bidan yang bertanggung jawab membantu proses melahirkan Aleya, dia terus memberikan arahan dan semangat kepada Aleya.

pelayan lain yang berdiri di samping Aleya juga terus mengusap keringat yang sudah membasahi dahinya. dengan rasa khawatir yang terlihat jelas di wajah lelahnya.

"tuhan semoga nyonya dan bayi nya baik baik saja" doa dari pelayan pribadi nyonya Aleya penuh harap.

Di antara suara guntur yang menggelegar dengan sangat kuat dan kilatan petir,, terdengar suara tangisan bayi yang lahir ke bumi memecah suasana tegang, seakan-akan suara tangisan bayi itu ingin menandingi suara guntur yang saling bersahutan.

pelayan yang bertanggung jawab segera membawakan perlengkapan untuk menyambut sang bayi yang baru saja lahir dari rahim ibunya yang masih di lumuri oleh darah dan lendir.

"nyonya, nyonya Aleya?" panggil dokter yang menanganinya dengan panik.

"dokter apa yang terjadi?" tanya pelayan pribadi Aleya dengan wajah yang mulai pucat ketakutan.

"nyonya mengalami pendarahan yang hebat, aku tidak bisa mengatasi ini sendiri, segera panggilkan dokter yang lain." perintah dari dokter Ana kepada pelayan pribadi Aleya.

Marry segera berlari ke mension utama tampa peduli apapun, sampainya di sana dia langsung melaporkan situasi Aleya yang kritis dan ingin meminta seorang dokter tambahan untuk menolongnya, yang saat ini sudah tidak lagi sadarkan diri karena terlalu banyak kehilangan darah. jelasnya kepada kepala pelayan mension utama.

"nyonya, seorang pelayan kecil dari mension timur datang ingin menemui anda." lapor pelayan kepercayaan nyonya besar Amanda.

"ayo temui dia, aku ingin melihat bagaimana dia akan mengemis kali ini." Amanda menampilkan seringai jahatnya.

nyonya Amanda menuruni tangga dari lantai dua dengan perlahan, sambil melirik ke arah pelayan yang ketakutan melihat kedatangannya.

(Amanda adalah nyonya yang sangat kejam yang menguasai dan memegang penuh kendali atas mension utama, dia adalah istri pertama Davidson.)

"selamat malam nyonya besar amanda" sapa Merry memberikan salam, menyambut kedatangan Amanda dengan kaki yang gemetaran karena takut, tapi karena keadaan yang mendesak dan dia sangat mengawatirkan keadaan majikanya dia memberanikan diri untuk berbicara kepada Amanda

"katakan apa yang kau inginkan" Amanda berdiri di tangah tangga dengan menunduk jijik melihat ke arah merry yang tengah berlutut di lantai dingin.

"nyonya besar Amanda, mohon bantuan anda, nyonya Aleya dia mengalami pendarahan saat melahirkan, dan membutuhkan dokter tambahan untuk membatu menyelamatkan nyawanya. saya mohon agar nyonya besar Amanda bermurah hati memberikan kami satu orang dokter lagi" ucap Merry memohon penuh harap melihat ke atas anak tangga tempat Amanda berdiri berpangku tangan.

"hahaha kalian sangat serakah, aku dengan rendah hati sudah memberikan seorang dokter kepada kalian, tapi sekarang kamu masih berani meminta satu orang dokter lagi kepadaku" ucap Amanda sinis

"nyonya aku mohon, nyonya Aleya tidak akan selamat kalau tidak mendapatkan tenaga bantuan dari dokter lain." dengan air mata yang sudah berderai membasahi wajahnya.

"jadi kau menyalahkan ku karena dia mengalami pendarahan?" ucapnya dengan nada bicara yang sudah mulai meninggi.

"saya tidak berani nyonya besar," Merry menunduk tak berdaya.

"kalau begitu pergi dari sini sekarang!!!

sudah untung aku tetap membiarkan dia melahirkan anaknya.

kalian seret dia keluar dari sini.!!!!" perintah amanda dengan bengis.

"nyonya aku mohon kepadamu" dengan suara sedikit bergetar Merry masih bersujud di lantai memohon kepada Amanda.

Amanda berlalu pergi tampa menghiraukan Merry yang berteriak memohon, dia kembali menaiki tangga dan terlihat seuntai senyum aneh di bibir merah nyonya Amanda.

Merry tidak dapat melakukan apa apa, tidak ada yang bisa membantunya saat ini selain nyonya Amanda, dia juga tidak bisa menghubungi tuan Davidson karena dia sekarang berada di luar negeri mengurus urusan bisnis dan perusahaanya. dan menyerahkan seluruh urusan rumah kepada nyonya Amanda.

Merry kembali ke mension sebelah timur, saat dia sampai semua pelayan menangis histeris.

melihat ini Merry memiliki ketakutan di hatinya dan segera mempercepat langkahnya berlari dengan tergesa-gesa menuju kamar tempat Aleya bersalin.

"maaf kan aku Merry, aku tidak bisa menyelamat kan nyonya Aleya" melihat ke arah pintu dimana Merry baru saja muncul.

Merry berlari memeluk tubuh pucat Aleya, majikan yang sudah dilayaninya sedari kecil karena sudah menyelamatkan hidupnya dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mengikuti dan melayani Aleya kemanapun dia pergi.

sekarang nyonya yang sangat di sayangi nya pergi meninggalkan nya untuk selamanya, bukan dia juga meninggalkan seorang putra yang berumur 3 tahun bernama Aleska dan seorang putri yang baru saja dia lahirkan.

ditengah suasana yang pilu seorang pelayan dengan gerak gerik mencurigakan masuk dan menukar bayi yang baru saja lahir ke dunia ini dengan pengorbanan yang sangat besar dari ibunya.

pelayan itu terlihat sangat leluasa salam menjalankan aksinya dan dengan sangat pintar memanfaatkan situasi saat semua pelayan berduka dan sibuk mengurusi jenazah Aleya, hingga tidak ada satu orang pun yang memperhatikannya.

Aleya adalah istri kedua dari davidson, sayangnya untuk melahirkan putri ke dua mereka menyebabkan Aleya istri Davidson kehilangan nyawanya.

oleh karena itu entah karena marah atau apapun Davidson tidak pernah memperdulikan putri dari Aleya hingga dia tumbuh dewasa, karena menganggap dia lah penyebab Aleya meninggal dunia.

Davidson selalu sibuk dengan bisnis dan perusahaanya sehingga dia kurang memperhatikan keluarganya.

sebenarnya Davidson mengetahui persaingan yang terjadi antara anak anak nya dalam keluarganya, tapi dia tetap tidak melakukan tindakan apapun, karena menurutnya itu adalah salah satu rintangan yang harus bisa di lalui oleh mereka untuk bisa jadi penerusnya nanti.

putra pertamanya bernama Devano.

putra kedua bernama Wanda.

mereka berdua terlahir dari ibu yang sama yaitu nyonya besar Amanda istri pertama Davidson. mereka berdua di didik dengan keras oleh Amanda untuk bisa menguasai keluarga Davidson kemudian hari.

Devano memiliki watak yang keras sedangkan Wanda memiliki sifat yang lebih lembut dan pengertian dia selalu di marahi ibunya karena sering berlatih bersama Aleska. yang merupakan anak pertama dari Aleya istri kedua Davidson yang sudah meninggal saat melahirkan putrinya yang bernama Ruby.

karena tidak adanya peranan seorang ibu yang akan membela dan melindungi mereka berdua, Aleska dan Ruby selalu hidup di bawah tekanan nyonya besar Amanda dan para pelayannya.

002 Bertahan Hidup

dari kecil Ruby sudah terbiasa menyelinap ke kamar Aleska saat malam hari, karena dia kesepian dan takut tidur sendirian.

sedangkan Aleska yang selalu bersikap dingin dan tidak pernah memperdulikannya.

Ruby selalu saja berusaha setiap harinya untuk mendapatkan perhatian dari kakaknya Aleska.

"hari ini aku harus berhasil mendapat kan perhatian kakak, agar aku dapat bertahan hidup di mension yang mengerikan ini, setidaknya sampai aku tumbuh dewasa dan bisa melarikan diri dari sini." ucap gadis kecil itu penuh tekad.

karena di bawah tekanan nyonya Amanda dan para pelayannya, Ruby hanya bisa hidup jika di lindungi oleh kakaknya. jika tidak bisa saja saat malam dia di bunuh oleh pelayan nyonya Amanda, untuk mengurangi saingan dan hambatan untuk putranya di masa depan.

malam ini seperti biasa Ruby akan kembali menyelinap ke kamar kakaknya Aleska.

walaupun sebenarnya Aleska tau bahwa Ruby setiap malam menyelinap ke kamarnya dia tetap tidak pernah mengatakan sepatah kata pun kepada gadis kecil itu, dan benar benar mengabaikannya dan membiarkannya melakukan apapun yang dia inginkan.

Aleska akan dengan sengaja menghindari Ruby dengan cara belajar sampai tengah malam di ruang belajarnya, dan saat Ruby telah tertidur pulas, baru Aleska akan ke kamarnya dan tidur di sebelah Ruby dengan tenang.

*

kicauan burung dan sinar matahari yang masuk melalui celah tirai jendela kamar Ruby membangun kan Ruby dari mimpi indahnya.

"ah ini sudah pagi"

sambil melirik ke sebelahnya.

"kakak sudah bangun" batin gadis itu muram melihat tempat di sebelahnya telah dingin, tanda kakaknya telah bagun jauh lebih dulu.

Ruby segera bangun dia berjalan ke sisi meja makan, seperti biasa, dia melihat sudah tersedia sebagian ayam bakar di atas meja, hari ini ayam itu terhidang dalam keadaan hangat, tak jarang juga Ruby menemui ayamnya itu sudah dalam keadaan dingin.

"apakah hari ini kak Aleska berhasil mendapat buruan saat sudah subuh lagi?" batin gadis kecil itu sambil mengigit ayamnya.

setelah selesai dengan makanannya, Ruby langsung mengambil alat pembersih dan mulai membersihkan mension itu.

sepertinya gadis kecil yang masih berusia sepuluh tahun itu sudah terbiasa dengan aktivitas nya yang satu ini.

"ah, akhirnya selesai" ucap Ruby sambil menyeka keringat di dahinya.

dia kembali meletakkan peralatan itu ketempat awalnya dengan rapi, dan berlari ke arah pintu dengan tidak sabar.

"kapan kakak akan pulang, aku sudah lapar" ucap gadis kecil itu terus memandang pagar halaman mension nya yang terisolasi jauh dari Mension utama.

*pemungkiman warga di sekitar hutan Pinus.

wajah dan baju lusuh Aleska di penuhi dengan kotoran dan keringat, dia berjalan ngos-ngosan mengangkat karung gandum ke atas mobil truk yang cukup besar untuk siap di antar ke kota.

"ini bagian mu" ucap pedagang gandum itu memberikan sekantong roti ke dekapannya.

setelah mendapatkan bayarannya Aleska berjalan pulang melewati hutan Pinus peliharaan keluarganya untuk sampai ke mension nya yang terisolasi dari Mension utama.

saat sampai dia berjalan masuk kedalam rumah melewati Ruby yang telah dari tadi menunggu kedatangannya, Aleska meletakan roti yang di bawanya di atas meja, dan berjalan gontai menuju ke dalam kamarnya.

Ruby hanya diam memperhatikan punggung Aleska kecil yang masih berusia tiga tahun di atasnya berjalan dengan lelah kembali ke kamarnya.

(ya saat ini usia Aleska masih 13 tahun.)

Ruby yang sudah terbiasa dengan sikap dingin Aleska yang seperti itu, dia langsung mengambil roti yang di bawa Aleska dan memakannya sendiri.

dia duduk di kursi meja makan sambil terus memperhatikan pintu kamar Aleska yang berada di lantas dua, dengan terus mengunyah roti yang ada ditangannya.

(suram itulah gambaran yang tepat untuk mereka berdua, hingga waktu berlalu, sekarang mereka sudah berusia remaja, dimana Ruby sudah berusia 17 tahun dan duduk di tingkat akhir sekolah menengah atas (SMA).

dan Aleska yang telah berusia 20 tahun. tapi selama ini Aleska tidak pernah masuk sekolah formal dan mendapatkan pendidikan normal seperti anak lain pada umumnya.

dia hanya akan berdiam diri dan belajar sendiri di ruang belajarnya yang berada tepat di samping kamarnya, dia akan berada di sana saat malam hari hingga tengah malam.

tapi saat Ruby sudah berada di tingkat akhir atau kelas 3 (SMA) Aleska tiba tiba masuk ke sekolah Ruby dengan umurnya yang sudah menginjak angka 20 tahun itu dan menduduki kelas yang sama dengan Ruby, yang membedakannya hanya kelas yang mereka tempati.

*saat hari Minggu

Ruby bangun dari tidurnya, dia turun dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua dan membereskan mension bagian timur tempat mereka berdua tinggal seperti biasa, karena sudah terbiasa tidak pernah ada pelayan yang di sediakan untuk mengurus maupun membantu mereka berdua.

karena seiring berjalannya waktu dan tampa gangguan dari nyonya Amanda secara langsung, Ruby mulai melupakan masa kecilnya yang kelam dan terus tumbuh menjadi gadis yang supel, rajin dan ceria.

seakan-akan sifatnya ini menutupi kekosongan mension di sisi timur.

sehingga tempat tinggal mereka selalu terlihat bersih dan cerah. mereka berdua hidup dengan tenang di mension Timur seolah olah mereka telah menikmati dan terbiasa hidup terisolasi dari dunia luar.

selesai menyiapkan sarapan, Ruby berencana menyusul Aleska ke tempat latihannya.

biasanya Aleska akan berlatih setiap hari minggu saat libur sekolah seperti hari ini, dia akan menyibukkan diri dengan latihan ilmu bela diri dan menembak.

sehingga tidak ada anak anak di sekolahnya yang berani macam-macam dengannya termasuk pelayan yang berkeliaran di sekitar mension mereka.

karena Aleska sendiri sudah seperti mesin pembunuh dengan keahlian yang di milikinya, walupun masih di usia remaja tapi sikap dingin yang dipancarkan oleh Aleska kepada semua orang, bisa membuat orang merasa membeku seketika.

Ruby yang sudah berusia remaja saat ini berlari lari kecil dengan riang dan percaya diri untuk menyusul Aleska ke tempat latihannya.

"kak wanda?" ucap Ruby, dia berhenti saat melihat seseorang seperti sedang mengintip.

"ah Ruby, kau ingin aku jantungan?" sambil memegang dadanya kesal.

"apa yang kakak lakukan di sini? kakak selalu saja melihat kak Aleska yang berlatih dari kejauhan." dengan nada menyelidik.

"karena aku sangat mengagumi kepintaran dan kelihaian kak Aleska dalam bertarung" jawab Wanda tampa melihat ke arah Ruby.

dia sibuk memperhatikan Aleska yang tengah latihan.

"tapi kenapa kakak setiap hari hanya berdiri di sini memperhatikan kak Aleska ?" ruby bertanya dengan rasa ingin tahu.

"kamu tau aku sangat takut kepada ibu ku, dia tidak menyukai kalau aku mendekati kak Aleska, tapi apa kamu tau apa yang membuatku lebih takut?" ucap pemuda itu polos.

"apa?"

003 Menyelidiki Kakak Berhati Dingin

"tentu saja kedinginan kakak mu itu, aku setiap hari mengikutinya tapi dia bersikap seolah tidak ada seorang manusia pun di sekitarnya, ini sangat menakutkan, kadang aku merasa hampir mati berdiri, dengan sikap dinginnya yang seperti gunung es.

"Ruby aku jadi penasaran akan satu hal?" tiba tiba Wanda terfikir akan hal lain.

"apa?" tanya gadis itu.

"apakah kamu tidak pernah merasakan tercekik saat berada di sekitar kak Aleska?" tanya wanda penasaran.

"tentu saja pernah, dia sangat dingin dan menakutkan" ucap Ruby dengan wajah yang sengaja di buat buat menyeramkan.

"tapi kenapa kamu tetap saja mengikutinya setiap hari?" wanda bertanya dengan wajah polos.

"karena akan lebih menakutkan kalau aku tidak bersamanya" ucap Ruby penuh arti dan rasa syukur sambil melihat ke arah Aleska yang tengah melakukan latihannya.

"hah?" tanya wanda tidak yakin dengan apa yang di dengarnya.

"karena ibu mu lebih seram" gumam ruby lagi, sambil membayangkan bagaimana nasibnya jika Aleska tidak datang dan menyelamatkannya dari ibu pemuda yang ada di hadapannya saat ini.

"hmmm benarkah?" ucap Wanda bingung memikirkan maksud perkataan Ruby.

Wanda yang merupakan anak kedua dari nyonya Amanda dia terlihat selalu menempel pada Aleska.

walaupun Aleska adalah kakak tiri nya tapi Wanda tak pernah memperdulikan itu dan selalu mengikuti kemanapun Aleska pergi walau seringkali dimarahi oleh ibunya.

terik matahari sudah mulai tinggi, keringat bercucuran di tubuh Aleska yang dari pagi telah melakukan latihan menembak di lapangan khusus di belakang mension mereka.

Aleska yang masih berusia remaja tapi dia telah memiliki keahlian menembak yg setara dengan seorang ahli.

itu membuat Wanda menggemarinya, walaupun dia seringkali memarahi oleh ibunya Amanda jika dia ketahuan mendekati Aleska. tapi Wanda seakan akan tidak pernah jera dan masih saja sering mengintip dan bahkan ikut latihan dengan Alaska secara diam diam.

Alaska yang bersifat dingin tidak pernah memperdulikan keberadaan Wanda sama sekali walaupun dia tahu jika pemuda itu seringkali memperhatikannya.

Aleska mengakhiri latihannya, dia segera pergi dari sana menuju mension timur, di jalan dia melihat Ruby yang berlari ke arahnya.

"kakak?" panggil Ruby kepada Aleska dengan wajah ceria.

"kakak apakah kakak sudah selesai latihan?

aku sudah memasakkan kakak sarapan." sambung gadis itu masih dengan wajah yang di usahakan tersenyum.

Aleska hanya melewati Ruby dan segera pergi mandi, Aleska memang tidak pernah menghiraukan dan memperhatikan keberadaan Ruby di sekitarnya sama sekali.

setiap hari Aleska akan pergi ke sekolah dan saat pulang akan latihan ilmu beladiri dan akan latihan menembak saat libur sekolah, seperti hari minggu.

saat malam pun Aleska akan berdiam diri di perpustakaan kecil mension mereka di sisi Timur.

tapi Ruby tau bahwa Aleska diam diam selalu melindunginya, baik saat di rumah maupun di sekolah.

jika tidak, mungkin beberapa tahun yang lalu dia sudah mati di siksa ibu tirinya Amanda.

hingga sekarang, saat dia berada di rumah walaupun banyak pelayan mension utama yang mengejek nya. tapi tidak ada seorang pun pelayan yang berani datang mendekat dan mengganggunya, mereka hanya akan berbisik bisik dan membicarakannya dari jauh.

"kalian lihat? dia sangat sombong hanya karena memiliki seorang kakak seperti mesin pembunuh." bisik pelayan dengan wajah meremehkan.

"benar, adik dan kakak sama saja, bahkan dia membunuh ibunya saat melahirkannya" sambil melirik ke arah Ruby.

itulah ucapan yang sering di bisik bisikan oleh para pelayan yang sering di dengar oleh Ruby saat pelayan tersebut melewati mension mereka.

dia mengerti tidak ada seorang pun pelayan yang berani menyakitinya bukan karena menganggapnya sebagai anak majikan mereka tapi karena mereka takut kepada Aleska, bahkan nyonya Amanda sendiri juga tidak berani mengambil langkah gegabah untuk menyakiti mereka berdua lagi semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu.

dan saat di sekolah pun, saat ada anak anak nakal yang menjahili Ruby, maka siap siap saat pulang sekolah akan babak belur oleh Aleska.

tapi saat Aleska pulang ke rumah dan menemui Ruby yang biasanya telah sampai di rumah terlebih dahulu, Aleska akan bertindak seolah-olah tidak terjadi apapun dan akan bersikap seolah olah dia tidak pernah peduli tentang gadis itu.

saat Ruby besok pagi kembali ke sekolah, semua anak anak yang menjahilinya kemaren akan datang ke sekolah dalam keadaan yang mengerikan dan babak belur.

mereka bahkan tidak berani lagi untuk mendekatinya. melihat ini Ruby dan anak anak yang lain heran kenapa anak anak yang terkenal nakal itu seakan pagi ini ciut di hadapan gadis cantik bernama Ruby ini, dan kejadian ini sudah pernah terjadi berulang ulang kali.

hingga suatu hari Ruby pulang ke rumah dengan lemas dan tidak bersemangat karena saat di sekolah dia di jahili oleh beberapa anak di kelasnya.

di jalan pulang menuju mension mereka dari kejauhan dia seperti melihat seseorang yang dia kenal sedang berkelahi.

"bukan kah itu anak yang tadi siang menjahili ku?" batin Ruby.

benar itu adalah anak yang tadi siang menjahilinya di kantin, padahal pemuda itu hanya mengajak nya makan tapi karena Ruby tidak mau dan menghindar, dia marah dan membuang makanan nya ke sisi lain meja hingga berserakan dan langsung pergi.

Ruby mendekat berusaha melihat siapa yang menghajar pemuda itu, dan ternyata adalah kakaknya Aleska, dia takut dan bingung kenapa kakaknya berkelahi dengan pemuda yang tidak di kenal itu, yang kebetulan juga mengganggunya tadi siang di kantin.

Ruby segera berlari pulang dan memutuskan untuk menunggu Aleska di rumah, tapi saat pulang Alaska selalu terlihat seperti biasnya.

Ruby bingung apakah dia akan menanyakan tentang yang di lihat nya saat pulang sekolah tadi atau tidak.

akhirnya Ruby hanya diam dan dia berniat besok akan mencari masalah lagi dan melihat reaksi kakaknya apakah Aleska membelanya atau hanya kebetulan, hari ini Aleska juga memiliki masalah dengan pemuda tadi. pikir Ruby

*

keesokan harinya Ruby pergi ke sekolah seperti biasa, karena dia merupakan salah satu murid tercantik di sekolahnya.

Ruby memiliki tubuh mungil dan senyum manisnya yang menggoda setiap orang yang melihatnya, di tambah dengan sifatnya yang selalu ceria serta menyebarkan aura positif di sekitarnya.

banyak pemuda yang mendekatinya ataupun sekedar ingin menjadi temannya, ini menyebabkan Ruby banyak di benci oleh anak keluarga kaya lainya.

karena menganggap Ruby tidak pantas di sukai karena dia hanya anak dari istri kedua, dan banyak yang merencanakan hal-hal jahat kepadanya karena perasaan iri mereka terhadap Ruby.

saat makan siang Ruby bersama sahabatnya sintia pergi ke kantin sekolah mereka.

Ruby menoleh ke kiri dan ke kanan, melihat ke segala arah mencari sosok pemuda yang di lihatnya kemarin saat berkelahi dengan kakaknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!