NovelToon NovelToon

Suamiku Pura-pura Buta

episode 1 Prolog

Pukul 16.00 WIB, merupakan waktu padat-padatnya kendaraan berlalu lalang. Seluruh jalan dimana-mana mengalami macet karena lonjakan kendaraan di jalan raya. Hiruk pikuk suasana kota terlihat ramai disepanjang jalan, tidak ada sepi-sepinya. Namanya juga perkotaan, lingkungannya sangat berbeda dengan pedesaan. Hal itu wajar terjadi karena antara jam 07.00 pagi dan jam 16.00 sore adalah jam-jam orang berangkat dan pulang kerja. Kemacetan, biasa terjadi di jam-jam segitu sehingga bikin orang bosan dan jengah.

Sore ini, Yuna pulang lebih awal dari tempat kerjanya yang berada di rumah sakit Atma Jaya. Baru seminggu yang lalu Yuna mengucapkan sumpah profesi sebagai bidan setelah ia dinyatakan lulus dengan nilai camlaude dan langsung diterima kerja di rumah sakit tempat ia praktek dulu. Yuna adalah salah satu mahasiswi yang memiliki prestasi cukup baik di akademinya sehingga beberapa rumah sakit merekrutnya untuk bekerja di sana. Kesempatan emas itupun tak dilewatkan Yuna dan ia memilih bekerja di rumah sakit Atma Jaya, karena hanya rumah sakit itulah yang lumayan dekat dengan rumahnya.

Jurusan kebidanan adalah jurusan yang dipilih Yuna ketika ia lulus dari SMA. Peringkat dan nilainya yang selalu baik mendorong gadis cantik itu mengambil jurusan, dimana banyak digeluti oleh para kaum hawa. Terbukti sudah, dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun, Yuna bisa menyelesaikan studinya dan lulus sebagai bidan dengan nilai terbaik. Sekarang, ia juga sudah bekerja di salah satu rumah sakit ternama.

Walau masih tergolong baru, Yuna memiliki kemampuan luar biasa sehingga bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit serta para senior-seniornya. Potensi Yuna yang tak diragukan lagi, paras cantik dan rendah hati, membuat Yuna jadi idola ditempatnya bekerja. Hanya saja, Yuna lebih suka mandiri dan tak ingin bergantung pada orang lain. Termasuk sekarang ini, ia menolak banyak tawaran temannya baik dari laki-laki ataupun perempuan yang ingin mengantarnya pulang. Bidan muda nan cantik itu lebih suka pulang sendiri dengan naik bis seperti biasanya.

“Hai Yuna, apa kau mau kuantar? Jalanan sedang macet sekarang, kau pasti pulang terlambat jika menunggu bis datang,” tanya Micle. Ia adalah salah satu teman kerja Yuna yang nomer kesekian, menawari Yuna pulang.

Sebelumnya sudah banyak orang menawarkan diri dengan tawaran sama, tapi selalu ditolak halus oleh Yuna. Entah ada angin apa, pria yang biasa di sapa dengan dokter tampan Mike, yang termasuk salah satu idola banyak kaum hawa di rumah sakit, tiba-tiba saja berhenti di depan halte bis tempat Yuna berdiri sekarang.

“Tidak, terimakasih dokter, aku tak biasa diantar. Aku bisa pulang sendiri,” tolak Yuna halus.

“Kau yakin?” tanya Mike penuh harap.

“Iya, terimakasih, silahkan duluan.” Yuna tetap tersenyum ramah.

Wajah cantik Yuna membuat pria itu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Padahal baru seminggu Yuna berkerja di rumah sakit, tapi ia sudah tak bisa menahan diri untuk tidak lebih dekat dengan wanita cantik seperti Yuna.

“Aku harap lain kali, kau mau kuantar pulang.” Nada suara Mike langsung terdengar sedih dan kecewa, tapi ia juga tak bisa memaksa Yuna untuk ikut dengannya. Apalagi sudah banyak orang memerhatikan mereka.

Yuna tak menyahut karena tak mungkin ada lain kali. Sebab, sampai detik ini Yuna sengaja tak mendekatkan diri pada pria manapun karena ia sudah memiliki tunangan masa kecil bernama, Yeon. Yah, saat masih kecil, Yuna sudah betunangan dan tunangannya itu tinggal di Swiss.

Karena suatu alasan, Yuna dan Yeon terpisah dari kecil dan belum pernah bertemu lagi hingga sekarang. Namun sosok Yeon, akan tetap terkenang di hati Yuna dan ia terus akan menunggu tunangannya kembali sesuai dengan janji yang sudah mereka berdua sepakati.

Entah kapan Yeon kembali. Yuna belum bisa memastikannya karena selama terpisah, keduanya dilarang berkomunukasi satu sama lain. Bahkan seperti apa wajah Yeon sekarang, Yuna sungguh tidak tahu. Yang Yuna tahu hanyalah, mereka pasti akan menikah begitu Yeon pulang dari Swiss.

Rindu? Tentu saja Yuna merindukan Yeon, tapi ia tidak hanya rindu pada Yeon saja, ia juga merindukan calon ibu mertuanya serta adik-adik Yeon yang lucu dan menggemaskan. Itu dulu, kalau sekarang mungkin Bima dan Lea, sudah dewasa seperti dirinya.

Alasan utama Yuna mau menerima pertunangan itu, karena ia menyukai dan mengidolakan mertua seperti Shena, ibu dari Yeon. Sebab itulah begitu Shena memintanya untuk menjadi menantu, Yuna yang kala itu masih berusia 8 tahun, langsung setuju.

Banyak hal yang sudah terjadi sehingga tunangan Yuna dan seluruh keluarganya memutuskan pergi dari negara ini. Namun, mereka akan kembali ketika Yeon dan Yuna sudah siap menikah. Dan sekaranglah saatnya. Hanya saja Yuna tidak tahu kapan Yeon dan seluruh keluarganya kembali kemari untuk menjemputnya. Itu karena Yuna telah lost contact dengan mereka semua. Sempat juga Yuna kehilangan harapan dan melupakan semuanya, tapi lubuk hatinya yang terdalam mengatakan bahwa ia memang harus menunggu Yeon dan keluarganya kembali, cepat … atau lambat, mereka semua pasti akan kembali.

Sejak kepergian Yeon beberapa tahun silam, Yuna terus menyibukkan diri dengan terus belajar dan belajar. Ia tidak suka bergaul dengan banyak pria atau teman sebayanya dan cenderung memilih menyendiri. Akibatnya, Yuna dikenal sebagai kutubuku disekolahnya karena ia lebih suka berada diperpustakaan ketimbang bermain dengan teman-temannya yang lain. Yuna remaja, tak punya banyak teman, karena dunianya hanya berkutat dengan buku-buku yang ia suka.

Meski demikian, Yuna bukanlah gadis sombong yang tak ingin bertegur sapa dengan siapapun yang mengenalnya. Gadis cantik itu selalu bersikap ramah pada siapa saja dan bersedia membantu jika mereka mengalami kesulitan belajar. Bahkan ketika di bully pun, Yuna selalu bersikap tenang dan bijak. Ia mengalahkan si pembully dengan sikap tenangnya yang bersahaja dan tidak menunjukkan kalau Yuna lemah. Akhirnya, semua teman-teman yang tadinya tidak suka, berubah kagum pada Yuna. Lambat laun, mereka mulai menghargai karakter seorang Yuna yang tak banyak bicara dan lebih suka membaca.

Itulah sedikit gambaran kisah tentang Yuna. Si gadis desa yang berprofesi sebagai bidan dan kini mulai jadi idola banyak pria. Namun, sang idola ini tetap setia menunggu pangerannya datang untuk menjemputnya walau ia tidak tahu kapan pangeran itu kembali dari luar negeri. Seperti apa rupanya, tampankah? Jelekkah? Tinggikah? Pendekkah? Gemukkah? Kuruskah? Yuna benar-benar tidak tahu, tapi satu hal yang pasti, bagaimanapun bentuk dan rupa Yeon, Yuna akan selalu menerimanya dengan senang hati. Karena Yeon, adalah takdirnya.

Tak berselang lama setelah kepergian Mike, bis yang ditunggu-tunggu Yuna akhirnya datang. Ia dan beberapa orang lainnya langsung masuk ke dalam bis antarkota itu. Belum juga 10 menit setelah bis melaju, tiba-tiba saja ada keributan di dalam bis sehingga membuat penumpang lain jadi tidak nyaman. Yuna yang duduk dipinggir jendela memerhatikan sumber keributan itu dan langsung ikut jengah juga. Rupanya, ada seorang ibu-ibu, sedang hamil besar bertengkar dengan seorang pria kasar tak dikenal.

“Apa kau buta, ha? Kau tidak lihat ada orang duduk di sini? Bisa-bisanya kau menabrakku dengan perut besarmu itu? Apa mentang-mentang kau hamil terus minta diperlakukan istimewa begitu?” teriak pria berbadan besar itu dengan kasar pada ibu hamil yang berdiri di sisinya.

Bukannya bertoleransi memberikan kursinya pada wanita yang membutuhkan, bapak-bapak nggak ada akhlak itu malah marah-marah nggak jelas. Padahal ia hanya tak sengaja kena senggol sedikit, tapi langsung muntap tak karuan. Dasar egois.

BERSAMBUNG

****

episode 2 Pria Asing

“Maaf, Mas. Bisnya melaju terlalu kencang dan saya kehilangan keseimbangan,” ujar ibu hamil itu membela diri sambil memegangi perutnya.

“Mas mas, mas mas, kapan aku menikah dengan mbak mu, hah? Bilang saja kalau kau ingin cari gara-gara denganku!” teriak pria kasar itu.

“Beneran, Mas. Tadi itu nggak sengaja.” Ibu hamil itu mencoba meyakinkan tapi pria berbadan besar tersebut malah semakin marah dan ngomel-ngomel seperti petasan renteng.

Yuna yang geram melihat kejadian itu sudah tidak bisa menahan diri lagi, ia langsung berdiri dari tempatnya dan membimbing ibu-ibu itu untuk duduk di kursinya.

“Bibi … duduklah di tempatku dan jangan dengarkan gajah buntung ini!” ujar Yuna sengaja menyindir halus pria berbadan besar itu dengan sebutan ‘gajah buntung’. Kebayang kan gimana bentuknya gajah kalau buntung, bulet-bulet gimana gitu, kayak tahu bulat.

Sontak saja ucapan Yuna langsung mengundang tawa seisi penumpang bus yang mendengarnya. Suasana mendadak jadi riuh ricuh melihat pria kasar yang menjadi biang kerok keributan, ternyata memang memiliki postur tubuh bulat-bulat bundar. Karena menjadi bahan tertawaan dan pusat perhatian banyak orang, tentu saja pria kasar itu tak terima dan jadi semakin marah.

“Heh kutu kupret! Kau bilang apa tadi?” teriak pria besar itu dengan penuh emosi. Ia mengepalkan kedua tangannya dan hendak memukul Yuna.

Namun, belum sempat tangan pria itu menyentuh kulit lembut Yuna, tiba-tiba saja ada tangan seorang pria lain muncul dari belakang Yuna, lalu mencekal kuat tangan pria tersebut sehingga ia kesulitan mengayunkan tangannya.

“Mau apa kau, ha? Lepaskan tanganku!” teriak pria besar pada pemuda yang ada dibelakang Yuna.

Pria bertopi dan bermasker yang tidak diketahui identitasnya itu menatap tajam pria bulat didepannya. Tidak ada yang tahu bagaimana ekspresi pria bertopi hitam yang keren itu karena wajahnya tertutup masker.

“Dasar banci! Beraninya cuma sama wanita doang!” ujar pria yang menyelamatkan Yuna.

Gelak tawa kembali terdengar dari seluruh penumpang. Sudah dikatain gajah buntung, sekarang ditambah dianggap banci pula, kasihan sekali bapak-bapak ini.

Tentu saja pria tahu bulat itu tidak terima dan semakin kalap saja. Ia menyerang anak muda itu menggunakan tangan satunya yang masih bebas tapi dengan cepat, tangannya ditangkis begitu saja. Anak muda yang tak diketahui seperti apa wajahnya, langsung memiting kuat kedua tangan pria besar itu kebelakang punggungnya dan menabrakkan tubuh besarnya hingga membentur kaca jendela bis. Saking kerasnya benturan itu, sampai-sampai menimbulkan bunyi brak!

Pria besar kasar yang tak berdaya ini langsung mengerang kesakitan. Salah sendiri, siapa suruh cari gara-gara di tempat umum. Nggak tahu kan, kalau ada pahlawan kesorean.

“Lepaskan aku!” erangnya.

“Minta maaf dulu!” seru pria kuat itu.

Sorak sorai dari para penumpang yang juga ikut geram atas aksi tak pantas pria kasar terhadap seorang wanita, terdengar menghebohkan. Mereka semua bukannya melerai malah mendukung pemuda yang menjadi pahlawan kesorean dadakan. Mereka semua berseru kepada pemuda tersebut untuk tidak melepaskan cekalan tangannya supaya pria besar itu sadar akan kesalahannya dan tidak mengulangi perbuatannya.

Tidak ada yang bisa dilakukan pria buntal tersebut selain menuruti permintaan pemuda yang memitingnya. Iapun minta maaf pada ibu hamil yang sudah ia kasari begitupula pada Yuna.

Karena telah dianggap buat onar dan menyebabkan kekacauan, akhirnya pria besar itu diturunkan paksa oleh sopir bis di tengah jalan walaupun kondisi jalanan masih macet total. Pria itu juga dilarang naik lagi dan langsung diblacklist. Dengan begitu, semua penghuni bus bisa kembali merasa aman dan tenang kembali.

“Terimakasih,” ujar Yuna pada pria bermasker karena sudah menolongnya dan menolong ibu hamil tadi. Karena kursi penuh, keduanya jadi sama-sama berdiri.

“Sama-sama,” jawab pria itu singkat dan terus menatap ke jalan. Mendadak bis berhenti mengerem tanpa peringatan sehingga Yuna kehilangan keseimbangan dan hampir saja jatuh kalau saja pria bermasker itu tak segera menangkap tubuh Yuna. “Hati-hati,” ujar pria itu. mata keduanya saling beradu pandang satu sama lain.

“Maaf,” ujar Yuna dan langsung bergerak cepat membenahi posisinya. Entah mengapa ada rasa canggung ketika bersentuhan dengan pemuda yang berdiri didepannya seolah ia pernah mengenal pria ini. Tapi dimana … itu yang Yuna tidak ingat.

“Tidak apa-apa.” pria itupun juga mulai bersikap biasa.

Ternyata alasan sang supir berhenti mendadak adalah karena ada salah satu penumpang yang berteriak minta dihentikan busnya tiba-tiba. Tadinya semua orang mengira kalau orang tadi salah jalan. Usut punya usut, rupanya ia melihat pacarnya selingkuh dipinggir jalan. Sontak pria berkacamata itupun minta turun dadakan untuk cari keributan.

“Ada-ada saja itu orang, bikin kaget saja,” gumam Yuna mengamati percekcokan antara pria tadi dan selingkuhan pacarnya dari dalam bis. Sementara sopir bis kembali melajukan kendaraannya dan melanjutkan perjalanan tanpa peduli pada nasib pria berkacamata yang ditinggal selingkuh.

“Apa kau pulang seperti ini setiap hari?” tanya pria penyelamat Yuna tiba-tiba. Bukannya mengajak berkenalan layaknya pria pada umumnya, ia malah menanyakan hal-hal yang membuat Yuna jadi merasa aneh.

“Iya, kenapa?”

“Tidak apa-apa, hanya ingin tahu saja,” jawab pria itu sambil memalingkan wajahnya. Yuna pun beralih menatap jalanan yang masih saja macet dan bersikap cuek bebek. “Ada satu kursi yang kosong. Duduklah,” ujar pria yang tidak kelihatan seperti apa parasnya, tapi suaranya terdengar merdu dan lembut.

Yuna tidak menolak, karena ia juga sangat lelah. “Bagaimana denganmu?” tanya Yuna.

“Aku lebih suka berdiri,” jawab pria itu tanpa menoleh pada Yuna.

Yuna hanya berpikir, jika semua pria selalu saja menatapnya dan terus mencari berbagai macam cara untuk menarik perhatian Yuna, maka lain halnya dengan pemuda ini. Ia tampak biasa saja dan lebih cenderung waspada disekitarnya. Ia juga tak suka banyak bicara tapi terlihat cenderung melindungi Yuna. Hal itu terlihat ketika ada pria lain yang mencoba mendekat ke arah Yuna. Pemuda penyelamat Yuna itupun langsung menggeser paksa tubuh pria asing tersebut dengan kasar sambil memancarkan api kemarahan yang besar.

“Pergi kau! Atau kau akan mati!” itulah makna dari pancaran mata pemuda yang berdiri melindungi Yuna dari para pria hidung belang seperti pria ini. Alhasil, pria itupun ciut dan menjauh dari Yuna untuk mencari tempat lain yang lebih aman.

Yuna yang tak tahu menahu aksi pemuda yang berdisi disampingnya, terus saja memandangi jendela luar. Dalam diam, ia duduk di kursi bekas pria berkacamata tadi bersama dengan seorang wanita paruh baya.

“Suamimu, baik sekali,” ujar wanita tua itu pada Yuna dan sontak ia langsung terkejut. Gadis itu bingung, siapa suami yang dimaskudkan nenek ini.

BERSAMBUNG

***

episode 3 Salah Paham

Yuna sungguh tidak mengerti dengan apa yang diucapkan nenek-nenek disebelahnya. Perasaan, ia masih belum menikah yang artinya belum punya suami juga. Selain itu, Yuna naik bis seorang diri dan tidak bersama dengan siapapun, tapi mengapa nenek ini berkata kalau suaminya itu baik? Apakah nenek ini benar bicara padanya atau pada orang lain. Sebab secara logika, Yuna tidak tahu seperti apa rupa wajah Yeon sekarang ini, bagaimana mungkin nenek ini bisa mengatakan kalau suaminya itu sangat baik ? sedangkan Yuna sendiri tidak tahu seperti apa calon suaminya.

“Maaf, Nek. Apa … Nenek bicara padaku?” tanya Yuna takut salah paham dan mengira kalau bukan dirinyalah yang tadi diajaknya bicara.

“Iya, kamu … sama siapa lagi, cuma kau saja yang ada didekatku,” jawab nenek itu.

“Maaf, Nek. Saya belum menikah,” ujar Yuna malu-malu. Tapi ia akan segera menikah begitu Yeon datang. Itulah yang ada di dalam hati Yuna.

“Kalau begitu, apa kalian akan segera menikah?” tanya nenek itu seolah tahu apa yang dipikirkan Yuna.

“Iya,” jawab Yuna jujur tanpa tahu bahwa ada miskomunikasi antara dirinya dan nenek ini tentang persepsi suami yang mereka maksud.

“Kalau begitu selamat, kalian berdua memang pasangan yang serasi.” Lagi-lagi, ucapan neenk ini membuat kening Yuna berkerut.

“Ehm, bagaimana nenek tahu kami adalah pasangan yang serasi? Nenek bahkan belum pernah bertemu dengan calon suamiku?” tanya Yuna semakin bingung, ia pun juga tidak tahu seperti apa wajah dan rupa Yeon sekarang. Tapi nenek ini langsung bilang kalau ia dan Yeon adalah pasangan serasi. Apa mungkin nenek ini punya indera keenam? Itulah yang ada dipikiran Yuna.

“Apa maksudmu? Bukankah pria yang berdiri disampingmu itu calon suamimu? Kalau tidak, mana mungkin dia melindungimu sampai seperti itu,” ujar nenek itu ikutan bingung.

“Hah?” Yuna terkejut dan langsung jadi salting menatap pemuda yang berdiri disampingnya. Pantas saja ia bingung, rupanya nenek ini salah mengerti situasi yang terjadi antara dirinya dan pemuda asing yang sudah menolongnya. “Eh, itu … ehm, Nenek salah paham, bukan dia yang jadi calon suamiku, tapi ….”

“Berhenti!” teriak nenek itu tiba-tiba pada sopir. “Aku mau turun di sini saja!” entah kenapa nenek ini tiba-tiba minta berhenti mendadak sebelum Yuna menyelesaikan kalimatnya.

Sang sopir pun menghentikan bisnya dan menurunkan nenek tersebut sesuai dengan keinginannya. Yuna jadi sungguh tidak mengerti dengan perubahan sikap wanita tua tadi, tapi ia juga tak bisa berkata apa-apa dan membiarkan sang nenek pergi begitu saja. Pemuda itu meminta Yuna untuk menggeser tempat duduknya supaya ia bisa duduk di sebelah Yuna karena kursi Yuna ada yang kosong begitu nenek tadi turun dari bis.

“Maaf, Nenek tadi jadi salah paham pada kita,” ujar Yuna menghilangkan rasa canggung.

“Tidak apa-apa, tak perlu ambil pusing,” jawab pria cuek itu dan masih belum mau melihat Yuna.

Untuk sesaat, suasana di dalam bis kembali hening, semua orang mulai fokus dan sibuk dengan ponsel mereka masing-masing sambil menikmati perjalanan. Beberapa ada yang memilih tidur dikursinya karena lelah, ada yang suka main game, serta ada juga yang sibuk bertelepon ria dengan keluarga, teman, bahkan pacar dan selingkuhan. Yang jelas semua orang yang ada di dalam bis ini punya kesibukan sendiri-sendiri.

Hanya Yuna dan pria yang duduk disampingnya saja, tampak lebih fokus ke jalanan dimana kondisi jalan masih saja macet. Sudah setengah jam bis ini tak banyak bergerak. Entah apa yang terjadi di depan sana, sehingga menyebabkan kemacetan parah, padahal biasanya tidak seperti ini. Hawa panas dan suasana bis yang pengap membuat orang semakin mengeluh dan sudah tidak sabar ingin lekas sampai ke tujuan. Padahal, AC bis juga sudah dinyalakan, tapi tetap merasa panas juga.

Tiba-tiba saja, tanpa dinyana-nyana, ibu hamil tadi ditolong Yina mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya. Sontak saja semua orang kembali panik lagi mendengar suara teriakan ibu-ibu itu. Kali ini, mereka semua terkejut karena sepertinya, ibu hamil yang merintih kesakitan ini hendak melahirkan.

“Aaaaggghhh!” teriaknya. Wajahnya langsung pucat pasi karena menahan rasa sakit yang amat sangat. Beberapa orang jadi kepo dan langsung berkerumun untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Sebagai bidan, tentu saja Yuna bergerak cepat menyisihkan orang-orang yang bergerombol itu agar memberi ruang pada ibu-ibu malang ini.

“Tolong anda semua jangan berkerumum seperti ini, beri ibu ini ruang,” seru Yuna mendekat ke arah ibu-ibu yang kondisinya sangat mengkhawatirkan. "Pak sopir! Tolong berhenti dulu di pinggir agar tidak terjadi banyak guncangan.” Yuna berteriak kencang pada sang sopir.

“Kita sekarang terjebak macet, Nona. Saya tidak bisa menepikan bisnya,” ujar sopir itu ikutan panik karena baru pertama kali ini ia melihat kejadian langka. Ada penumpang yang hendak melahirkan dalam bisnya, benar-benar hal tak terduga dan tidak disangka-sangka.

“Tidak apa-apa. Kalau bisa … nanti jalannya pelan-pelan saja,” seru Yuna lagi.

Syukurlah semua penumpang mengerti dan menjauh dari ibu hamil ini untuk memberikan ruang bagi Yuna memeriksa keadaannya. Yuna mengeluarkan stetoskop lalu menempelkannya di dada dan perut ibu hamil ini.

“Yang laki-laki, tolong menjauh dari sini dan yang perempuan tolong tutupi tubuh ibu-ibu ini agar tak terlihat,” pinta Yuna pada seluruh penumpang yang ada di dalam bus.

Himbauan Yuna langsung mereka laksanakan melihat situasi dan kondisi yang sudah bisa mereka tebak. Para laki-laki mulai bergerak menjauh dari tempat ibu hamil itu dengan hati cemas dan was-was tak terkecuali pemuda yang sejak tadi mengamati gerak gerik Yuna. Dilihat dari sudut dan dalam keadaan apapun, Yuna tampak cantik dan menawan, apalagi tindakannya yang sigap menolong pasien. Ia sunggguh sangat keren.

“Bibi … maaf, mungkin saya sedikit lancang, tapi … saya akan memeriksa apakah sudah terjadi pembukaan atau belum atau hanya kontraksi saja. Kita tidak mungkin ke rumah sakit di tengah kemacetan seperti ini. Rumah sakitnya juga sangat jauh, tapi saya sudah menelepon ambulans kemari, mudah-mudahan mereka bisa segera datang,” ujar Yuna dan ibu itu hanya bisa menganggukkan kepala karena tak kuat menahan rasa sakit yang begitu menyakitkan. Suara rintihannya juga terdengar memilukan.

Hampir semua orang yang ada di dalam bus ini jadi merasa iba sendiri, tapi mereka semua lega karena ada Yuna yang kebetulan berprofesi sebagai bidan. Mereka menyerahkan semuanya pada Yuna untuk membantu mengkondisikan ibu ini. Yuna membuka tas bidannya lalu mengeluarkan selontong tangan putih khusus. Ia memakai selontong tersebut pada kedua tangannya dan langsung memeriksa bagian jalan lahir apakah sudah ada pembukaan atau belum.

“Sudah lima, Bibi … sebentar lagi, anda akan melahirkan. Tolong bertahanlah Bi,” ujar Yuna mencoba bersikap tenang dan terus mengamati perkembangan ibu hamil yang hendak melahirkan ini.

BERSAMBUNG

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!