NovelToon NovelToon

Antara Kau Dan Dia, Love And Friendship

Perjodohan.

Citra gadis manis tinggi semampai, dia hanya anak yatim piatu yang dipungut oleh keluarga Pratama. Setelah lulus kuliah kedua orang tua angkatnya menjodohkan Citra dengan seorang pewaris keluarga kaya, sebuah perjodohan bisnis yang tidak bisa dia tolak.

"Citra!" tiba-tiba ibu memanggilnya selagi gadis manis itu menuruni anak tangga di rumah mewah keluarga Pratama.

"Mau kemana kamu?" tanya ibunya.

"Aku ingin pergi cari pekerjaan bu, aku sudah lulus kuliah jadi aku ingin bekerja sekarang untuk membalas jasa-jasa kalian," jawab Citra.

"Kau tidak boleh pergi ke mana-mana hari ini karena kau akan kami jodohkan dengan seseorang yang mau menanam saham di perusahaan. Kakeknya memberikan syarat, dia ingin cucunya menikah dengan putri dari keluarga pratama. Karena aku tidak mau menjodohkan Caren adikmu, jadi aku akan menjodohkanmu," ucap ibunya.

Citra sangat kaget, kenapa mereka menjodohkannya? Apa keluarga Pratama menjualnya? Dia tahu ibunya tidak mungkin mengorbankan Caren karena dia putri kandung keluarga itu.

Keluarga Pratama bukanlah keluarga miskin, mereka mempunyai latar belakang yang baik, usaha dibidang properti sudah ada di mana-mana. Mana mungkin mereka menjual putri tunggal mereka hanya untuk bisnis?

Citra hanya bisa bernafas dengan berat, "Tapi bu, aku belum ingin menikah," tolaknya.

Ibu angkatnya tampak marah dan mengeluarkan ucapan kasar yang menyakiti hati Citra.

"Kamu tidak bisa membantah, anggap saja kamu balas budi kepada kami. Kamu sudah kami pungut dari panti asuhan, sudah kami besarkan, sudah kami sekolahkan sampai keperguruan tinggi. Kalau tidak kami adopsi kamu waktu itu, kamu pasti masih dipanti asuhan itu jadi sekarang kamu harus membalas budi untuk semua jasa-jasa kami!" ucap ibunya.

Mendengar perkataan ibunya, membuat Citra sangat sedih. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya dan memang benar, dia hanya anak yang dipungut oleh keluarga Pratama tapi selama ini dia tidak pernah mendapat kasih sayang dari mereka.

Mereka selalu memandang rencan Citra, dan tidak pernah memberikan kasih sayang mereka dan setiap kali dia melakukan sesuatu, pasti selalu salah bagi mereka.

Citra segera memutar langkahnya dan berbalik hendak menuju kamarnya, nasibnya telah ditentukan dan dia tidak bisa menghindar lagi.

"Kau harus segera siap siap!'' ucap ibunya.

''Aku akan meminta seseorang membawakan gaun untukmu karena sebentar lagi mereka akan datang!" ucap ibunya lagi.

Citra hanya bisa menangis merenungkan nasibnya, kenapa dia harus dijodokan? Bagaimana kalau laki-laki yang hendak dijodohkan adalah seorang pria tua?

Tapi dia tidak punya pilihan dan tidak bisa kabur, ibu angkatnya memang benar, dia harus membalas budi baik mereka dan sepertinya, ini sudah saatnya.

"Neng Citra, ini gaun dari Nyonya," seorang pembantu mengetuk pintu kamar dan membawakan sebuah gaun untuknya.

"Masuk aja Mbak, ngak dikunci kok," jawab Citra.

Pembantu itu bernama Mbak Sri, dia langsung masuk ke dalam kamar dan memberikan gaun yang dia bawa pada Citra. Mbak Sri sudah lama bekerja di keluarga Pratama dan dia sangat baik dan sayang pada Citra.

"Yang sabar ya Neng. Mungkin dengan Neng menikah, Neng bisa bahagia. Lagian tadi Ibu bilang dengan begini Neng membalas jasa-jasa mereka bukan? Jadi menurut Mbak Neng Citra tidak ada hutang budi lagi dengan keluarga ini," ucap Mbak Sri.

''Iya Mbak, aku tahu kok. Kalau memang ini yang terbaik aku akan hadapi, terima kasih ya Mbak," Citra memeluk memeluk Mbak Sri dan tanpa dia inginka, air matanya mulai menetes.

"Mbak Sri bantu aku dandan ya," pinya Citra.

"Iya Neng, sini mbak bantu dandan yang cantik biar calon Neng sampai pangling liat Neng," goda Mbak Sri.

"Iya mbak, tolong dandanin aku yang super cantik ya," pinta Citra sambil tersenyum.

Setelah setengah jam, Citra sudah selesai. Dia terlihat cantik dengan gaun berwarna merah yang dia pakai. Wajahnya cukup dipoles dengan sedikit make up dan itu sudah terlihat luar biasa.

Citra memandangi dirinya di cermin dan tanpa dia inginkan, lagi-lagi air matanya mengalir.

''Aduh Neng, udah cantik jangan nangis. Nanti make up-nya luntur loh," kata Mbak Sri sambil mengambil tisu untuk menghapus air mata Citra.

Citra menghapus air matanya, " Apakah aku harus mengorbankan masa depanku untuk keluarga pratama? Jika memang harus, kenapa dengan pernikahan, Mbak? Banyak cara untuk balas budi tanpa perlu menikah dengan orang yang tidak aku kenal dan aku cintai," ucap Citra sambil berderai air mata.

"Mbak juga ngak ngerti Neng, tapi Ibu maunya begitu. Mungkin bagi mereka pernikahan adalah cara satu-satunya untuk meluaskan bisnis. Neng Citra yang sabar ya, Mbak doain mudah-mudahan calon Neng nanti mencintai Neng dan Neng Citra bisa bahagia, kata mbak Sri sambil membetulkan hiasan Citra kembali.

''Terima kasih Mbak atas doanya," ucap Citra dengan lirih.

"Udah siap lebih baik Neng Citra turun kebawah, mungkin udah ditunggu sama Bapak, ibu dan Neng Caren," kata Mbak Sri setelah itu dia berpamitan karena dia harus mempersiapkan perjamuan untuk para tamu yang sebentar lagi akan datang.

Citra kembali menatap dirinya di cermin sambil memantapkan hatinya. Dia telah bertekad jika dia sudah menikah maka dia tidak akan pernah kembali ke keluarga pratama.

Tidak selang beberapa lama Citra mendengar suara orang berbicara di bawah sana, Mungkin itu calon suami keluarganya sudah datang.

Citra melangkahkan kakinya yang terasa berat keluar dari kamar, ingin rasanya dia menggali lubang dan masuk kedalamnya tapi ini kewajibannya sebagai anak dan dia harus balas budi.

Dia tidak bisa menghindar lagi. dan mungkin dengan pernikahan ini dia bisa sedikit bahagia dan setidaknya, dia tidak terikat lagi dengan keluarga Pratama.

Citra menuruni anak tangga satu persatu sambil menunduk tanpa berani menghadapi kenyataan pahit yang akan terjadi di dalam hidupnya.

"Citra," panggilan ibunya menyadarkan Citra dari lamunannya.

"kemari sayang, kenalkan ini keluarga Alexanders yang nanti akan menjadi keluarga kita juga," ibunya tampak sedang berakting.

Citra tersenyum ketika melihat seorang pria tua yang sedang melihat ke arahnya. Di samping pria tua itu berdiri seorang wanita yang tampak cantik dan seorang pria yang tampak berwibawa.

"Jadi ini nak Citra?" tanya pria tua itu yang adalah kepala kelurga Alexanders.

"Iya Tuan," sahutnya Citra dengan sedikit canggung.

"Wah, kau begitu cantik. Sangat cocok jadi menantuku," puji wanita yang ada di samping pria tua itu dan dia adalah Sisilia Alexander.

Citra tersenyum dengan ramah pada mereka dan di dalam hantinya berkata, "Sepertinya mereka kelurga yang baik."

"Sepertinya kami tidak salah memilihmu menjadi menantu keluarga kami," ucap David Alexanders.

"Tapi sayang anak kami William tidak bisa hadir karena ada pekerjaan penting," katanya lagi

Citra tersenyum, mungkin William Alexanders juga menghindari perjodohan ini. Memang sudah tidak jamannya menikahi orang yang dijodohkan dan dia yakin, William pasti juga menolak.

Keluarga Pratama mempersilahkan keluarga Alexander untuk menyantap hidangan yang tersedia dan setelah itu, mereka mulai merencanakan hari pernikahan.

Citra tampak sedih, dia harus menikah tanpa bertemu dengan calon suami terlebih dahulu. Ini sungguh memalukan dan sangat menyedihkan baginya.

"Nak Citra," lamunan Citra langsung buyar ketika Sisilia memanggilnya.

''Iya Tante," jawab Citra.

"Jangan panggil Tante, panggil aku Mama. Sebentar lagi kamu akan menjadi menantuku, bukan?"

"I-iya ma," Citra tampak gugup.

"Kamu gak apa-apa bukan menikah sama anak Mama?" Sisilia memegangi tangan Citra dan menatapnya dengan lembut.

"Iya Ma, ,aku gak apa-apa kok," jawabnya sambil berusaha tersenyum. Lagi pula apa yang bisa dia lakukan? Dia sangat ingin menolak perjodohan itu tapi dia tidak bisa.

"Baguslah, aku senag mendengarnya. Karena William lagi keluar negri jadi kita sepakat pernikahan kalian akan kami daftarkan terlebih dahulu ke catatan sipil dan setelah william kembali baru kita adakan pesta pernikahan," ucap Sisilia.

Citra hanya bisa mengangguk, pasrah. Dia tidak punya andil menolak semua itu tapi dia harapp, dia bisa bahagia dengan pernikahan mereka nanti.

#Ini karya pertamaku yang kayak sinetron, moga terhibur.#

menjalankan rencana

William Alexanders paling benci dengan perjodohan tapi kenapa keluarganya menjodohkannya dengan gadis yang tidak dia kenal?

Dia tidak bisa menentang keputusan kakeknya dan hanya bisa menerima pernikahan yang sudah diputuskan oleh keluarganya dan dia tidak perduli wanita mana yang harus dia nikahi nanti karena dia sudah punya kekasih.

Beruntungnya saat ini dia sedang melakukan perjalanan bisnis di inggris, dia sangat bersyukur karena tidak perlu hadir ke acara perjodohan itu.

William menghela nafasnya dengan berat. Dia telah mencari tahu seluk beluk keluarga Pratama. Mereka memiliki dua orang putri, satu putri angkat yang satunya lagi putri kandung.

Dia tidak tertarik dengan putri kandung mereka yang menurut kabar, putri kandung mereka agak nakal di luar sana tapi putri angkatnya? Dia tidak tahu.

William tampak frustasi, siapapun yang menjadi istrinya nanti dia tidak peduli. Dia akan memperlakukannya dengan kasar dan membuatnya pergi sehingga mereka berpiah dan setelah itu, dia akan menikahi pacarnya.

Kedua orangtuanya telah mengatur pernikahannya sedemikian rupa sehingga dia tidak perlu terburu-buru untuk kembali ke indonesia.

Mereka akan mendaftarkan pernikahannya kecatatan sipil terlebih dahulu dan setelah dia akan kembali ke indonesia, mereka akan mengadakan pesta pernikahan yang tidak dia inginkan.

William sungguh tidak perduli dengan semua ini tapi dia sudah tidak sabar untuk kembali untuk melihat siapa yang dia nikahi dan tentunya dia akan membuatnya istrinya menderita selama besama dengannya.

"Tunggu saja istriku, Sayang. Sebentar lagi aku akan kembali dan kau akan merasakan akibatnya," ucap William sambil tersenyum sinis.

.

.

.

.

Setelah satu minggu rencana pernikahannya dengan William, keluarga Alexanders telah mendaftarkan pernikahan Citra dan William kecatatan sipil.

Hari ini Citra sedang mengemasi barang-barangnya siap untuk pindah kerumah suaminya. Semula dia ragu saat Sisilia memintanya untuk pindah kerumah William tapi setelah dia pikirkan, tidak ada lagi alasan untuknya berada di rumah Pratama apalagi ibu angkatnya mulai mengusirnya secara halus.

Saat itu setelah acara lamaran selesai, ibu angkat Citra berkata, "Jangan lama-lama lagi kamu tinggal di sini karena kami tidak mau menampungmu lagi! Begitu Nyonya Alexander mengajakmu tinggal di rumahnya maka kamu harus segera pergi dan ingat jangan pernah membuat malu keluarga pratama!"

Citra menghela nafasnya berat ketika mengingat perkataan ibu angkatnya. Dia kembali menahan air matanya, benarkah keluarga Pratama tidak pernah menyayanginya walau sedikit?

Dia menghapus air matanya yang jatuh perlahan. Apakah mengangkatnya menjadi anak begitu buruk? Jika memang demikian, mengapa mereka mengadopsinya?

Setelah barang-barangnya sudah selesai dibereskan telepon citra berdering, dia segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan yang entah dari siapa.

"Halo, dengan siapa ini?" tanya Citra.

"Aku William, suamimu!" jawab seorrang pria dari seberang sana.

"William?" Citra tertegun.

"Hey, kau! Kenapa diam saja?" bentak William kesal.

"I-iya, kenapa ya?" tanya Citra dengan gugup.

"Jika kau sudah selesai membereskan barangmu segera bawa turun, aku ada di bawah menunggu. Ingat aku tidak punya banyak waktu jadi bergegaslah!" ucap William dengan nada tinggi.

Citra jadi kesal dibuatnya, "Baiklah, tunggu sebentar," pintanya.

Dia segera mematikan teleponnya, mengambil koper dan setelah itu, Citra melangkah keluar sambil melihat kamarnya untuk yang terakhir kalinya. Setelah merasa cukup, dia segera bergegas turun sambil membawa koper kecilnya.

Di bawah dia hanya mendapati Mbak Sri, saja jadi dia hanya berpamitan dengan Mbak Sri. Ibu angkatnya pasti tidak perduli dengan kepergiannya, sungguh sangat menyedihkan tidak ada yang melepas kepergiannya.

Citra menatap sebentar rumah besar itu lalu segera menuju keluar mencari keberadaan William. Sudah setengah jam Citra menunggu tapi dia tidak melihat siapapun di sana, hanya ada sebuah mobil terparkir di halaman rumah tetangga dan dia tidak tahu itu punya siapa.

Sekian lama menunggu, Citra mulai jenuh. Dia mulai membanting koper kecilnya dan memaki, " Apa yang sebenarpanya diinginkan oleh pria ini? Bukankah dia memintaku untuk bergegas tapi mana dia? Batang hidungnya saja tidak aku temukan dan jika memang sudah pergi, kanapa tidak mengatakannya padaku?"

Citra terus memaki sedangkan dibdalam mobilnya, William memperhatikan Citra dengan seksama. Gadis yang cantik tapi sayang, dia tidak suka.

"Aku akan memulai memainkan peranku untuk meyiksamu nona manis," ucap William sambil tersenyum jahat.

William meraih ponselnya dan menelepon gadis cantik yang tak jauh darinya.

"Aku telah pergi! Aku bosan menunggumu jadi aku pergi. Aku akan mengirimkan alamat rumah dan kau pergilah menggunkan taksi," setelah berkata demikin William menutup telephonnya dan mengirim alamat rumahnya kepada Citra.

Citra sungguh tidak percaya mendengarnya, sudah setengah jam dia di sana tapi mana pria itu? Orangnya saja tidak kelihatan tapi sekarang dia bilang sudah pergi? Sungguh lelucon yang tidak lucu.

Rasanya ingin menangis tapi dia berusaha menahan air matanya. Citra menarik nafasnya dengan berat dan setelah itu, dia mencari sebuah taksi. William tersenyum melihatnya dan ini baru permulaan karena gadis itu, dia harus datang ke sana.

William mendengus kesal mengingat kejadian tadi pagi, begitu sampai di Indonesia, ibu dan kakeknya memintanya untuk menjeput istrinya. Padahal dia telah berjanji untuk menemui pacarnya dan sekarang, dia sangat puas.

William segera menyalakan mobil karena dia mau pergi ke rumah kekasihnya. Dia tidak perduli dengan Citra, bahkan alamat yang dia berikan cuma ada pembantu di sana.

Saat itu, hari sudah sore dan Citra masih berputar putar mencari rumah yang dia tuju. Dia bingung dengan alamat yang diberikan oleh suaminya. Krena ongkos taksi yang begitu mahal akhirnya dia turun dan berjalan kaki didaerah komplek perumahan mewah itu.

Dia sudah bertanya pada penjaga pintu gerbang perumahan, di mana rumah william dan satpam di sana menunjuk ke sebuah rumah yang tidak jauh darinya.

Citra terlihat bingung dan berjalan mondar mandir disebuah rumah. Apa itu rumah suaminya?

Dia sudah tampak kesal karena kakinya sudah mulai terasa sakit. Dia bahkan memaki dalam hatti dan awas saja jika bertemu nanti.

Pada saat itu, seorang wanita keluar dari pagar sebuah rumah dan berteria memanggilnya.

"Non ... Non Citra bukan ya?" teriak wanita itu.

Citra langsung menoleh mengangguk, dia segera mendekati wanita itu sambil berkata, "Ini rumah William?"

"Iya Non, saya Mbak Siti pembantu Tuan William. Tadi Tuan William berpesan kalau melihat perempuan mondar mandir nyari rumah dipanggil aja. Karena Non dari tadi cuma bolak balik jadi saya pikir pasti Non Citra," ucap Mbak Siti.

"Iya, saya Citra. Alamatnya gak jelas jadi saya mondar mandir deh," ucapnya sambil tersenyum terpaksa.

"Ya udah Non ayo masuk udah sore nih," ajak Mbak Siti.

Citra mengangguk dan mengikuti mbak Siti masuk ke dalam rumah dan setelah di dalam, Citra diam saja tidak tahu mau melakukan apa.

"Kata Tuan, Non bisa pakai kamar yang mana aja," ucap Mbak Siti.

"Baik mbak, saya beresin barang dulu ya."

"Iya Non, kalau sudah selesai keluar untuk makan ya Non," pinta Mbak Siti.

Citra mengangguk dan berjalan masuk ke dalam salah satu kamar. Dia membereskan barang-barangnya dengan cepat dan setelah selesai dia segera keluar dan menghampiri Mbak Siti yang sedang menyiapkan makanan.

"Mbak, William kapan pulang?" tanyanya

"Tuan Muda jarang pulang Non. Kadang-kadang aja pulangnya dan kalau pulangpun pasti sama Non Lena pacarnya," Jelas mbak siti.

Citra terbelakak kaget mendengar penjelasan Mbak Siti, "Apa Mbak?" William sudah punya pacar? Dan sering dibawa pulang?"

Mbak Siti tiba-tiba menjadi takut, dia takut salah bicara, "Aduh itu Non, maksud saya itu dulu, sekarang tuan sudah menikah sama Non udah pasti Tuan udah putus sama pacarnya," jelas Mbak Siti dengan cepat.

Citra melihat Mbak Siti dan menghela nafasnya, dia seperti istri yang cemburu padahal dia belum bertemu dengan suaminya itu. Lalu kenapa memangnya jika William punya pacar? Dari awal mereka hanya orang asing yang tidak saling mengenal.

"Baiklah Mbak, aku paham kok," ucap Citra sambil tersenyum.

"Maaf, Non. Aku sudah salah bicara dan semoga Non tidak menganggap serius ucapanku," pinta Mbak Siti.

Citra hanya tersenyum kecil dan setelah makan dia langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Dia harap pernikahan ini bisa berakhir sehingga dia bisa pergi dari sana.

#Mungkin yang awal baca bingung gimana nikahnya, aku memang ngak nulis secara rinci prosesnya tapi mereka udah didaftar dicatatan sipil dan soal tandatangan sudah pasti mereka lakukan apalagi William sudah balik.#

Pertemuan pertama

Di tempat lain, William tampak tersenyum mengingat perlakuannya terhadap Citra, ini belum seberapa karena dia akan melakukan hal yang lebih dari pada ini. Dia akan mengusir istrinya secara halus nanti.

Saat itu dia sedang bersama dengan kekasihnya, Lena. Setelah memadu kasih, mereka tertidur bersama di apartemen Lena dan kekasih cantiknya tampak tidur dengan pulas di sampingnya.

William mengangkat tangannya dan mengusap wajah Lena. Dari dulu hanya Lena yang dia inginkan untuk menjadi istrinya dan dia tidak mau dengan yang lainnya tapi sayang, Lena belum mau menikah.

Lena terbangun saat merasakan usapan tangannya, sedangkan William tersenyum dan mencium pipi kekasih cantiknya.

"Ada apa denganmu, Sayang?" tanya Lena.

"Tidak ada apa-apa, tidurlah lagi," jawab William.

"Oh ya, bagaimana dengan perjodohanmu? Bukankah kau kembali ke Indonesia untuk merayakan pernikahanmu?" tanya Lena.

"Tidak ada pernikahan, Sayang," ucap William sereya mencubit pipi Lena.

"Aku pastikan tidak ada resepsi pernikahan karena aku hanya ingin menikah denganmu dan aku akan menendang wanita yang dipilihkan oleh keluargaku," ucap william lagi.

Lena tersenyum dan semakin memeluk William dengan erat, "Saat aku sudah siap menikah? Bagaimana kita akan menikah sedangkan orangtua dan kakekmu tidak menyukai aku? Dan sekarang kau punya istri."

"Tenang saja Sayang, kau tidak perlu menghawatirkan hal ini. Aku telah merencanakan banyak hal buruk untuk istriku dan dia pasti akan pergi meninggalkan aku. Pada saat itu, aku akan menyakinkan keluargaku jika kau adalah yang terbaik."

"Aku menantikannya," ucap Lena.

Saat itu ponsel William berbunti, William segera mengambil ponsel yang dia letakkan di atas meja dan melihat siapa yang menghubunginya. Begitu melihat melihat kakeknya yang menghubungi, William segera menjawabnya dengan cepat.

"Ada apa, Kakek?"

"Dasar cucu kurang ajar, Kakek memintamu menjemput istrimu tapi dari tadi kau belum juga kembali membawa istrimu? Dimana kamu sekarang?!" Teriak kakeknya marah.

Dia memang meminta cucunya untuk menjemput istrinya agar mereka saling mengenal dan meinta cucunya untuk pulang bersama dengan istrinya. Tapi di mana mereka? Sudah malam mereka tidak juga datang dan hal itu membuatnya kesal.

William mendesah dengan berat sambil merapikan rambutnya, dia lupa jika harus membawa istrinya pulang.

"Maaf, Kakek. Kami ada di rumah sekarang," dusta William.

"Dasar kau anak nakal! Kakek memintamu membawanya ke sini tapi kenapa kamu malah membawanya kerumahmu? Apa kamu tidak tahu kami sudah tidak sabar menyambutnya? Apa sekarang kamu sedang bersama dengannya?'' tanya kakeknya.

William merasa kesal, dalam hati dia tidak akan pernah menerima Citra sebagai istrinya, tidak akan pernha! Jika bukan karena kakeknya yang mengatur perjodohan konyol ini maka dia tidak akan pernah mau menikahi wanita lain selain kekasihnya lena.

"Aku sekarang lagi di luar kek, Citra sedang beristirahat di rumah. Besok aku akan mengajaknya pergi menemui Kakek jadi Kakek tenang saja," William mencoba menenangkan kakeknya yang sedang marah.

"Baiklah, ingat dan jangan lupa! Kau juga harus memperlakukan istrimu dengan baik, dia adalah gadis yang baik jadi Kakek minta kau menyayanginya dengan setulus hati," pinta Kakeknya. Dia tahu watak cucunya dan dia harap, William tidak menyakiti Citra.

"Baiklah, Kek. Sudah malam sebaiknya kakek segera beristirahat dan jaga kesehatan Kakek. Besok aku pasti akan mengajaknya ke rumah jadi Kakek tunggu saja."

"Baiklah, awas jika kau lupa!" ucap Kakeknya seraya menutup telephone.

Willim menghela nafas setelah berbicara dengan kakeknya. Dia segera duduk di sisi ranjang sambil mengacak rambutnya.

Lena keluar dari kamar mandi dan segera menghampiri Willia, dia juga duduk di samping William dan mengusap tanganya.

"Ada apa dengan kakekmu? Apa dia sakit?"

"Tidak, Sayang. Kakek baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," jawab William sambil tersenyum.

William segera bangkit berdiri dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri karena dia sudah harus pulang. Setelah rapi dia segera menghampiri Lena yang duduk si sofa sambil memainkan ponselnya.

"Aku harus pulang," ucapnya.

"Hati-hati, Sayang," ucap Lena.

Sebelum pergi, William mencium bibir kekasihnya dan setelaha itu dia keluar dari apartemen kekasihnya. William segera pulang ke rumahnya, walaupun dia malas berjumpa dengan istrinya tapi dia tidak punya pilihan karena besok dia harus membawa istrinya pulang ke rumah kakeknya.

Tapi jangan harap dia akan melepaskan wanita itu karena saai ini, dalam otaknya sedang menyusun rencana untuk mengerjai istrinya. Dia akan pastikan dia tidak akan pernah jatuh cinta pada istrinya karena dia sudah cinta mati pada Lena.

Istrinya harus pergi, harus! Apalagi dia hanya orang yang mendadak muncul dan orang yang tidak dia inginkan.

Setelah sampai di rumahnya, William segera memarkirkan mobilnya di garasi. Dia berjalan masuk ke dalam rumahnya yang terlihat sepi.

"Mungkin wanita itu sudah tidur" batinnya William.

William segera berjalan menuju kamarnya, untuk apa dia mencari wanita itu? Tidak seharusnya dia memperdulikannya.

.

.

.

.

Sinar matahari pagi menyusup sedikit dari balik jendela dan menerpa wajah Citra. Rasanya malas untuk bangun dan rasanya dia mau tidur lagi tapi dia ingat, dia sedang berada di rumah suaminya saat ini.

Dia harus bangun dan menyiapkan sarapan walaupun dia enggan. Citra ingin bangun dari tidurnya tapi pada saat itu dia menyadari sesuatu.

Dia segera meraba sesuatu yang melingkar di perutnya dan tubuhnya langsung kaku. Itu sebuah tangan dan tangan siapa itu? Dia sangat ingat dia tidur sendiri semalam. Apa ada orang aneh masuk ke dalam kamarnya?

Citra segera memutar tubuhnya, matanya terbelalak mendapati seorang pria tampan sedang tidur di sebelahnya dan prria itu tampak begitu pulas. Citra bertanya dalam hati, siapa pria itu?

Dia masih memandangi pria asing itu tapi tidak lama kemudina dia berteriak dan menendang pria itu hingga terjungkal dari atas ranjang. Ini pertama kalinya dia tidur dengan pria dan dia benar-benar kaget.

William kaget setengah mati karena dia mendapat tendangan mendadak dan tidak lebih kaget lagi ketika dia jatuh dari atas ranjang.

"Siapa yang berani menendangku?!" teriaknya marah.

Citra menarik selimut dan menutupi tubuhnya sedangkan William menatap ke arahnya dengan tajam. Mereka saling tatap dan ini adalah pertemuan pertama mereka.

"Si-siapa kau?" tanya Citra dengan pelan.

William tersenyum dan kembali naik ke atas ranjang sambil berkata, "Menurutmu?"

"Kau ... William?" tanya Citra.

Senyum William semakin lebar, dia jadi ingin menggoda istrinya. William segera mendekati Citra sedangkan Citra tampak gugup.

"Aku suamimu, apa kau tidak mengenali wajah suamimu?" William berbisik di telinga Citra, sedangkan Citra menahan nafasnya.

"A-aku tidak tahu! Ini kali pertama kita bertemu!" jawab Citra seraya mendorong tubuh William.

Citra turun dari atas ranjang dengan terburu-buru dan segera berlari menuju kamar mandi, sedangkan William mengikutinya dari belakang. Ingin kabur darinya? Tidak semudah itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!