perkenalan tokoh
Rena Giren, pekerja serabutan memiliki paras biasa saja tapi memiliki hati yang sangat mulia.
Roy Filip, CEO Persada Grup Pria dengan karisma yang sangat tinggi sedikit sombong, sangat mencintai istrinya.
Kadet Debora, istri dari Roy Filip memiliki paras cantik putih dan bersih, ramah, dan penyang.
John Austin, mantan kekasih dari Debora kembali tertarik pada Debora karna apa yang kini Debora miliki dan ia sangat tau apa kelemahan Debora, yaitu masih mencintainya.
Selamat membaca
Roy sedang duduk di kursi kebesarannya dengan ditemani oleh asistennya yang bernama Hery. Sungguh otaknya di penuhi banyak pikiran, Roy meneguk habis minuman di tanganya dqn menanting gelas tersebut hingga hancur berkeping keping, asistennya sudah biasa dengan hal itu bukannya membersihkan, Hery malah mengambil lagi gelas baru dan menuangkan minuman berwarna merah tua itu dan kembali ia berikan pada tuannya.
Roy menerina minuman yang di sodorkan oleh Hery dan meneguknya lagi dengan perlahan.
"Her.. apa kau sudah lakuakan apa yang aku perintahkan?" tanya Roy.
"Sudah tuan, saya sudah mengirim orang orang kita untuk mengikuti nyonya di tempat kerjanya, tapi informasi yang saya dapat kini Debora dan mantan pacarnya tengah menemui klein mereka di sebuah restoran ternama di kota sebrang." jawab Hery dengan lantang.
"Apakah mereka berdua bermesraan di sana layaknya sepasang kekasih?" tanya Roy lagi.
"I.. iya tuan dari yang anak buah kita lihat beberapa kali John membarikan bahkan memotong makanan untuk Debora dengan sangat mesra." jawab lagi Hery pada tuannya.
"Ciihh..mesra konon.. sebenarnya apa yang Debora inginkan? aku sudah melakukan apa yang dia minta, rumah, pekerjaan, nama yang besar untuknya, apa lagi coba.. Kalau saja nenek tidak sesayang ini pada Debora mungkin aku sudah menceraikannya sejak lama, tapi jika mengingat lagi kesehatan nenek aku tidak bisa berbuat apa apa. Hanya menyerah pada keadaan." keluh kesah Roy di hadapan Hery. Setelah selesai mendengarkan ocehan tuanya Hery memeriksa gawainya dan ia mendapat info dari orang orangnya.
"Tuan ada kabar lagi dari anak buah kita tuan, katanya Nyonya dan John kini sedang menuju hotel yang tak jauh dari restoran mereka tadi tuan."
Tak lama setelah Hery menuturkan informasinya, notifikasi di ponsel Roy berbunyi, Debora memberi kabar bahwa ia akan mengambil lembiur saat tugas kali ini, alasannya agar kijerjanya semakin bagus begitu pula dengan hasilnya.
"Cihhh" Ory berdecih kesal membaca pesan dari sang istri yang berprofesi sebagai disainer itu.
"Lihat ini dia bilang akan ada kinerja dan hasil yang akan dia dapatkan, huh sungguh tidak ada lagi kata yang pas untuk Debora. Sampah, penghianat, iblis pun masih bagus tapi sepertinya semua kata kata itu tidak pantas untuk ia sandingi, entah apa yang pantas?" ucap Roy dengan lemasnya.
ia sungguh tak tau dimana letak kekurangannya, semunya telah ia berikan. Tapi di mata Debora tetap ia memuji muji mantan kekasihnya itu dan mungkin kini bukan lagi mantan tapi cinta lama yng bersemi lagi di antara keduanya.
"Tuan mereka berdua memasuki hotel dan anak buah kita tidak bisa mengambil tindakan gegabah dengan ikut masuk, mereka hanya bisa sampai sini saja tuan." Hery menghentikan gerakan minum tuannya yang kini melanjutkan minumnya.
Roy menganguk anggukan kepalanya menandakan iya, dan meneguk sampai tandas lalu ia banting lagi dengan keras dan membiarkan semuanya berhamburan.
"Jika dia bisa melakuknnya mengapa aku juga tidak mencobanya" ucap Roy langsung berlalu di susul Hery dari belakangnya yang masih anteng dengan Gawainya dan dari gawainya Hery memerintahkan bawahannya untuk membersihkan sampah sampah yang di buat oleh tuan mereka.
Sementara di tempat lain Debora Dan john sedang asik di dalan kamar hotel dangan penuh mesra John memeluk Debora wanita yang perna menemaninya saat suka dan duka, yang kini sudah berstatus istri orang.
John tidak mengetahui siapa suami dari Debora yang John tau hanya Debora kini memiliki koneksi yang sangat besar, dan itu sangat menguntungkan dirinya, john tahu bila Debora tidak dapat melupakan dirinya karna Johnlah satu satunya laki laki yang berhasil mendapatkan Debora bukan hanya jiwa tapi raganya juga John parna dapatkan,
Entah karna memang keberuntungan John atau takdir tuhan membuat John dan Debora bertemu kembali sebagai rekan kerja, tentu itu membuat Debora risih awalnya, karna perasaannya yang masih terpaut pada John semenjak John menyentuhnya, hal itu membuat Debora tidak dapat melupakan John dengan mudah.
1 tahun Debora dan John berkerja sama dengan profesional tanpa adanya hubungan lain tapi satu bulan belakangan ini John dan Debora semakin dekat, bahkan minggu lalu John mengungkapkan perasaannya pada Debora.
Bukannya menolak Debora malah menerimanya dengan senang hati. Debora sama sekali tak memikirkan tentang huhungan rumah tangganya dengan Roy.
Dan disinilah keduanya sekarang memadu kasih.
"Bora aku sangat mencintaimu. " ucap John dan langsung mengecup kening Debora dengan lembut.
"terima kasih John, asal kau tau aku lebih mencintaimu." ucap Debora juga.
"Bora apa kamu tidak takut sayang bila nanti suamimu curiga dengan kelakuanmu yang sering tidak pulang ini?" tanya John mencari tahu.
"Aah kamu tenang saja Sayang, dia itu hanya sibuk dengan pekerjaannya saja, dan juga dia itu sangat percaya padaku jadi kamu tidak perlu takut ia akan mencariku atau memergoki kita sedang berduaan begini." ucap Debora sambil mengelus elus pipi John yang sangat ia puja puja.
Kini keduanya melalui malam penjang yang penuh dengan cerita yang hanya mereka berdua yang tahu.
Sementara itu di suatu pelosok tempat lain, seorang wanita sendang memohon untuk dirinya.
"Saya mohon bu... ucap Jangan usir saya saya tidak tahu akan tinggal di mana, ini juga sudah hampir malam, kemana saya akan menginap bu..." Rengek Rena tidak ingin di usir dari kost kostsannya.
Rena 3 bulan ini tidak membayar uang kost oleh karna itu kini ia di usir oleh sang pemilik kost kostsan.
"Bu ibu boleh mengusir saya besok pagi bu.. biarkan malam ini saya menginap di sini..kalau besok saya dengan senang hati akan angkat kaki dari sini tapi ini sudah hampir malam bu..."
"Sudah tidak ada malam ini malam besok, detik ini juga kamu tinggalkan tempat ini." titah sang ibu pemilik kost.
Mau tak mau Rena minggalkan kostnya itu dan membawa baju yang bisa ia bawa dalam tas kecilnya.
"Kemana aku harus pergi kota, di kota ini aku tidak memiliki siapa siapa, mungkin punya tapi mereka tidak akan mau menerima aku.."
Sungguh bingung dan sedih yang kini Rena rasakan.
oke off dulu, oke di bab ini author cuma malakukan perkenalan tokoh ya.. nanti di bab selanjutnya pertemuan demi pertemuan yang akan terjadi. bye bye...
Dari sore tadi Rena sudah berusaha membujuk si ibu pemilik Kost dengan bersujud di kaki dan memohon tapi si ibu kost itu malah menendangnya dan memakinya, dan kini Rena harus mencari uang dan tempat tinggal dengan bersamaan.
Otaknya kosong, dia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan tiba tiba ia teringat dengan Sesa temannya saat masih SMA, Rena pun mencoba menghubungi temannya itu karna satu bulan yang lalu temannya itu memberi tahu kalau ia memiliki tempat kerja yang dapat memberikan banyak uang, tapi sayangnya saat itu Rena sedang berkerja di salah satu warung makan kecil dan Rena malah tetap memilih untuk menetap berkerja di situ.
Tapi apa salahnya jika ia kembali bertanya pada temannya itu lagi, apakah masih ada lowongan perkerjaan di tempatnya itu.
"Halo.. Sa... Eemm boleh aku tau di mana tempat yang kamu maksud kemarin, aku lagi perlu banget uang nih... Bisa bantukah?"
"........... ....... ......"
"Ooohh oke aku langsung ke situ ya.. " kata Rena mebalas dari sebrang telponya.
"...... ...... .........."
"Iya aku janji, aku gak akan nyesal, karna sekarang ini aku gak mau pikir lagi aku kerja apa yang penting aku dapat uang." Rena memutuskan sambungan telpon dan berlari untuk menghentikan bus kota.
Rena menaiki bus dan kini menuju ke tempat dimana Sesa temannya itu berkerja.
Sebernarnya Rena sudah bisa menebak pekerjaan apa ysng Sesa tawarkan padanya hari itu, ia menolak karna ia memiliki kerja yang lebih baik menurutnya, tapi kini mau bagaimanapun Rena menolak ia tetap tidak bisa menolak karna ia sedang membutuhkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri di kota yang sangat besar ini.
Menempuh perjalanan 1 jam, akhirnya kini Rena sampai di mana tempat yang Sesa berikan.
"Hemmm sudah ku duga.. Tapi masa bodoh, aku perlu uang." dengan penuh berani Rena memasuki tempat tersebut, aroma aroma aneh pun mulai tercium di penciuman Rena.
Rena bertanya pada seorang wanita yang menggunakan pakaian putih dan hitam yang ia yakini itu adalah salah satu pekerja di situ sebab sang wanita sedang membawa dua botol anggur dan juga gelas di atas pan dengan gemulainya.
"Permisi saya sudah ada janji sama Sesa, eemm Sesanya mana ya?" tanya Rena.
"Ooohh kamu yang tadi di telpon Sesa ya.. sana dia di ruangan itu pergilah temui dia." wanita itu berlalu pergi dengan lenggak lenggoknya memamerkan tubuhnya.
Rena hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat gadis itu berlalu.
"tapi hanya dengan menjadi seperti wanita itu juga aku akan mendapatkan uang. Ayo Rena kamu pasti bisa wanita wanita di sini saja bisa masa kamu gak."
Rena berguman dalam hatinya sambil berjalan menuju ruangan yang tadi di tunjuk wanita itu.
Rena membuka pintu ruangan tersebut dan melihat ada beberapa laki laki sedang asik di layani para wanita di kiri dan kanan, Rena mencoba meneliti dan ia mendapati seorang wanita yang sedang dengan centilnya menyuapi seorang pria, yang Rena yakini itu adalah Sesa.
Rena berjalan ke arah wanita itu dan menaggilnya.
"Sesa??" wanita itu menoleh.
"Aaahhh Rena... emm akhirnya kamu sampai juga aku sampai lelah menunggu kamu hingga akhirnya aku bermain main dengannya." Sesa bangkit dari duduknya tapi malah ditarik lagi oleh pria ini tadi dan pria itu memeluknya seakan tak ingin melepaskan Sesa.
Rena yang melihat kejadian itu hanya bisa menelan salivanya dengan perlahan ia membayangkan jika itu adalah dirinya.
"Sungguh aku harus melakukan itu?"
"Hei... babe nanti dulu, aku ada urusan sebentar. Tunggulah nanti aku dan Merry akan melayanimu." setelah mengatakan itu Sesa bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Rena.
"Hai lama tak bertemu Rena.. " Sesa langsung saja memeluk Rena dan Rena dapat merasakan aroma aroma tak biasa yang Sesa dapatkan karna pekerjaannya ini.
"Oke mari aku antar kepada nyonya" ucap Sesa langsung menarik tangan Rena membawanya pergi menemui orang yang ia sebut nyonya.
"Apakah nyonya yang ku maksud adalah pemilik dari tempat ini?" tanya Rena sambil berjalan bersama Sesa menaiki tangga.
"Iya pemilik dari tempat ini adalah seorng nyonya alias wanita, tapi dia sudah anak 3 dan ya... entah itu anak siapa? Dia saja tidak tahu siapa ayahnya hehehe" jawab Sesa menjelaskan.
"ooohh jika ia tidak tahu kenapa ia masih menerima anak anaknya itu, bukankah biasanya wanita seperti itu lebih memilih untuk menggugurkannya?" tanya Rena lagi penasaran.
"Hei Rena di sini itu beda dengan tempat lain. Mungkin ditempat lain hal semacam itu akan langsung di basmi tapi di sini tidak, di sini yang seperti itu akan di rawat dengan penuh kasih sayang, anak anak yang lahir atau di kandung itu akan di ambil. Tidak ada kata gugurkan atau di buang. Jadi kau tenang saja jika nanti kamu malah hamil disini kamu tetap di beri uang kok" Sesa mengedipkan satu matanya mengoda teman amatirnya itu.
"Hei kau pikir aku akan langsung hamil.. cih... "
"Hei tidak ada salahnya Rere.. asal kau tau sekarang ketiga anak dari nyonya ini sudah dapat membanggakan nyonya, anaknya yang pertama kini sudah berkerja di kantor pemerintah, anak keduanya berkerja sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit dan yang ketiga sedang menempuh pendidikan di negri tetangga. uuhhh sungguh luar biasa. Mereka tidak mengecewakan ibunya tapi malah membuat ibunya bangga dengan prestasi yang mereka dapatkan." jelas panjang kali lebar dari Sesa.
" Lalu jika anak anaknya sudah berjaya kenapa ia masih membuka tempat ini Sa?" Rena kembali bertanya.
"Hhaaahhh... kan aku sudah bilang nyonya tidak ingin ada yang menyia nyiakan seorang anak, oleh karna itu ia membuka tempat ini, banyak wanita yang kesulitan mencari tempat kerja dan juga tempat tinggal untuk anaknya tapi di sini semuanya di terima, yang berkerja di sini, yang di hamili orang luar lalu datang ke sini juga ada. Banyak nyawa anak anak tak berdosa di selamatkan. Apa kau tidak bangga dengan tindakan yang di lakukan nyonya?" Sesa menghela nafas karna sedari tadi ia menjelaskan sambil menaiki tangga yang hampir tak ada habisnya.
"Tentu saja Sa.. ini adalah tindakan kemanusian saling menolong dan membantu, lalu anak anak itu jika sudah besar akan di apakan?" tanya lagi...
"Tentu saja di sekolahkanlah... Tapi di sini banyak juga anak gadis yang senang belajar tari tiang, ya mereka sangat menyukainya kata mereka sangat cantik dan anggun. Tapi kadang nyonya bertanya dulu apakah anak itu benar benar berminat atau mengingikan yang lain, nyonya tidak ingin ada anak di bawah umur menjadi korban di sini, maka nyonya akan memberikan beberapa pilihan yaitu bersekolah di luar atau masih ingin ikut di sini. jika anak itu ingin bersekolah di luar maka nyonya tidak melarang tapi jika sebaliknya nyonya juga tidak melarang, itu tergantung niat sang anak."
Akhirnya setelah menaiki tangga yang kadang berhenti kadang lanjut berjalan, kini Sesa dan juga Rena sudah sampai di depan ruangan Nyonya Vallen yang sedari tadi mereka bicarakan.
TOK TOK TOK..
Selamat membaca..
TOK TOK TOK..
"Masuk." jawab singkat dari dalam sana.
"Nyonya ini perkanalkan teman saya namanya Rena, sekarang dia sedang kesulitan mencari uang nyonya." kata Sesa menjelaskan singkat apa yang Rena alami kini.
"Biaklah tinggalkan kami berdua saja. Kau lanjutkan pekerjaanmu." kata Nyonya Vallen pada Sesa. Sesa pun pamit dan keluar dari ruangan itu.
Kini tinggal Rena dan juga nyonya Vallen saja di dalam ruangan. Sungguh tak menyangka Rena akan melangkah sejauh ini demi uang.
"Nama lengkapmu siapa?" tanya Nyonya itu sambil melipat tangannya di atas meja.
"Nama saya Rena Giren nyonya" jawab apa adanya oleh Rena.
"Apakah kamu yakin ingin berkerja di sini? Kamu taukan ini tempat apa?" tanya nyonya itu lagi.
"Iya nyonya saya tau, tapi saya sedang butuh uang nyonya, apapun pekerjaannya akan saya lakukan." ucap Rena.
"Apa kamu tau apa yang akan kamu perjual belikan?" tanya Nyonya Vallen.
"Iya nyonya saya tau."
"Apakah kamu rela menjualnya?" nyonya Vallen sedang memastikan.
"Iya nyonya saya rela. Saya tidak akan menyesal dengan keputusan saya ini nantinya nyonya." tekadnya sudah bulat dan tidak dapat di ganggu gugat.
"Baiklah. kamu di terima kerja di sini, aturannya... Ehhh nanti dulu ada yang saya lupa tanyakan dan ini sangat penting. Apa kamu masih perawan?" Hampir di terima tapi malah mendapat pertanyaan lagi.
"I.. Iya... Iya.. Nyonya. Saya masih perawan umur saya baru dua puluh satu tahun nyonya." jawab jujur Rena.
"Oohhhooo.. Good girl.. Oke kamu adalah pelayan special. Jadi begini aturan mainnya. Kamu akan saya pekerjakan untuk melayani tuan tuan terhormat di sini. Bila mereka menginginkanmu maka mereka harus membelimu padaku, dan setelah itu kita bagi 2 hasilnya itu artinya kamu hanya pemuas nafsu sementara. Tapi ada laman eksklusifnya juga. Kamu bisa saja akan di jadikan simpanan mereka, tapi itu artinya mereka akan membelimu untuk mereka dan aku tidak bisa berbuat apa apa tingaal mereka bawa kau dalam mobil dan da dahhh.. tapi kau tenang saja mereka pasti akan menghidupimu dengan layak, karna pria pria yang melakukan itu hanyalah pria paling kaya. Apa kamu setuju..?" tanya nyonya Vallen setelah menjelaskan pekerjaan baru Rena.
"Eemm tapi jika mereka tidak membayar mahal aku lalu kita bagi dua apakah akan cukup nyonya?" tanya Rena meragukan negosiasi ini.
"Hahaha... kan aku akan manaruhmu di tempat yang paling tinggi, tentu saja bayaranmu harus tinggi, paling rendah itu 100 juta. Kalau di bagi dua hah.. mas2ih banyak..." ucap nyonya itu membanggakan pemikirannya.
"Oohh baiklah nyonya saya setuju." jawab Rena.
"Baiklah kita mulai dari yang kecil dulu, kamu ganti baju aneh kamu itu dengan baju baju yang ada di dalam lemari itu. Pilihlah yang kamu suka." titah bos baru Rena ini.
Rena berjalan ke arah lemari yang ada di dekat meja nyonya Vallen dan membukanya.
Memang banyak model baju baju yang cantik, tapi dengan tinggkat terbukanya sangat tinggi. kalau atasanya terbuka maka bawahannya akan tertutup, jika bawahanya terbuka maka atasanya yang akan tertutup.
Rena jadi bingung pilih baju yang seperti apa. Setelah lama Rena mebalik balik baju akhirnya ia memilih satu baju mini dress berwarna putih dengan kelip kelip kecil menempel. Baju ini terbukanya bagian atas dan bagian bawah yang lumayan panjang. Dengan sepenuh hati Rena mengambil baju itu dan memperlihatkan pada nyonya Vallen yang sedari tadi menunggunya.
"Wahh cantik juga pilihanmu. Baiklah kau setelah ini bersihkan tubuhmu dulu di kamar mandiku itu lalu kau kenakanlah baju itu, aku akan mencarikanmu kamar dulu oke.. Aku tinggal dulu. " Nyonya Vallen keluar dari ruanganya dan Rena mengikuti intruksi yang di berikan oleh nyonya Vallen padanya.
Setelah selasai mandi kini Rena sedang memandang dirinya di pantulan cermin di dalam Ruangan nyonya Vallen.
Rena memandangi dirinya yang kini berpakain seksi dan mini. Baju yang pas di tubuhnya membuat beberapa bagian terekspos dengan cantik. Lekuk tubuh yang cantik di tambah rambut hitam yang panjang terurai membuat sempurna dirinya untuk berkerja di tempat ini.
CEKLEK
Pintu ruangan itu terbuka rupanya Nyonya Vallen dan anak pertamanya masuk.
"Waahh Rena kamu cantik sekali.. Benarkan Dion?" tanya Nyonya Vallen pada sang anak yang masuk bersamaan dengannya.
"Eemm iya mah.. " Dion hanya melirik sekilas Rena dan masuk kedalam toilet.
"Itu tadi Dion, anak pertama saya. Dia hanya sedang mampir karna baru pulang dinas, hei masih ada yang kurang sayang" Vallen kemudian mengambil lip ink dan mengenakannya pada Rena dan makin lengkaplah sudah.
"Oooohh kamu pasti akan menjadi primadonanya malam ini, aku yakin akan banyak yang minta kamu untuk menemani mereka." bangganya Vallen melihat kecantikan yang di miliki Rena.
"Baiklah sekarang kamu akan pergi ke ruangan yang bertuliskan VVIPX1 di sana sudah ada Lisa yang menunggu kamu dia akan menjelaskan apa yang akan kamu lakukan di sana. Selamat berkerja." Setelah mendengarkan perintah dari nyonyanya Rena pun berjalan mencari ruangan yang di maksud oleh Vallen tadi.
Malam semakin larut kini Roy dan juga Hery sedang menghabiskan waktu malamnya dengan bersenang senang. Dentuman musik asap rokok, minuman dalam botol dan juga gelas yang telah terisi penuh dengan minuman itu.
"Hei Hery kamu gak mau cari cewe cantik banyak lohhh... Sayang kalau gak di pilih" kata Roy pada Hery, kini Roy sedikit pusing oleh karna itu ia mulai melantur untuk berbicara, sedangkan Hery sudah mabuk duluan karna ia di paksa minum oleh Roy tadi, sementara dirinya tidak tahan dengan minum beralkohol, maka ia pasti akan cepat mabuk dan tak sadarkan diri.
Untungnya Hery sudah memperkirakan itu terjadi maka ia meminta orang orangnya untuk datang dan mengamankan Roy jika Roy juga mabuk.
CEKLEK..
Ruangan itu terbuka Roy yang duduk langsung berhadapan dengan pintu itu pun mendapati wanita cantik masuk seorang diri.
Tiba tiba pusing di kepalanya hilang, nafasnya memburu ingin mencoba maju.
"Mungkin ini dia yang di kirim tuhan untuk aku, lihat saja Debora, wanita ini saja lebih berharga darimu yang menjual dirimu tanpa harga pada mantan pacarmu. cihhhh mari.. Aku tunjukan kemampuanku." ucap Roy penuh percaya diri.
Rena yang tadinya kesulitan mencari ruangan yang di mkasud akhirnya ia menemukannya.
Ia masuk dan melihat banyak wanita yang sedang dalam keadaan mabuk dan ada yang entah sedang melakukan apa.
Rena mengedarkan pandangannya. Ia menangkap ada tiga pria di dalam ruangan itu. Dua diantaranya sudah memiliki beberapa wanita di sampingnya. Dan satunya lagi hanya di temani oleh seorang laki laki yang sudah tak sadarkan diri.
Tiba tiba seorang wanita datang dan menghampiri Rena.
"Kamu pasti anak baru yang tadi di bilang nyonya. Mari ikut aku layani tuan Thomas" wanita itu menunjuk pria yang sedang di kerumuni wanita dan pria itu langsung melambaikan tangannya pada Rena.
"tapi wanitanya saja sudah banyak begitu aku jadi apanya?? " jerit hati kecil Rena.
"Hei apa kamu tidak lihat aku masih sendiri di sini??? " ucap seorang pria yang hanya di temani oleh laki laki yang sudah tak sadarkan diri.
"Oooh maaf tuan tadi tuan bilangkan tidak ingin ada wanita yang menemani jadi saya pikir.. "
"Ahhhh bawa wanita itu padaku.." Teriak Roy..
"Ba.. Baik tuan.. " wanita itu langsung mendorong Rena agar berjalan ke arah Roy.
"Duduklah temani aku.. " pinta Roy dengan manja pada Rena.
lanjut ya... Like donk..
Maaf typo nya ya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!