BACA DENGAN TELITI!
Karya ini adalah murni dari hasil pemikiran author dengan tujuan hanya untuk hiburan semata. Jika ada tempat, kejadian atau nama yang sama persis dalam novel ini, itu adalah kebetulan belaka tanpa ingin menyinggung pihak manapun. Untuk meminimalisir semua ini, Author sengaja tidak menggunakan nama kota atau daerah secara benar dan rinci. Jika anda menginginkan nama negara, provinsi, kabupaten atau lain sebagainya secara rinci, maka anda tidak akan menemukannya di sini.
Bijak dalam memilih bacaan, bijak lah dalam berkomentar. Jika tidak suka, cukup skip tanpa menjatuhkan karya orang lain.
...*********...
Seorang anak lelaki berusia sekitar 15 tahun tampak sedang menangis sambil memangku seorang bayi lelaki kecil berusia sekitar 5 tahun di dalam pangkuannya sambil bersandar di dinding sebuah lorong menuju ke pemukiman kumuh.
Tampak dari wajah anak lelaki berusia sekitar 15 tahun itu memar dan memerah di beberapa bagian seperti baru saja menerima pukulan atau tamparan yang sangat keras.
Tampak juga di sana ada bekas darah yang telah mengering dari bekas luka di sudut bibir anak lelaki itu.
Ya. Dia baru saja tertangkap oleh petugas mini market karena kedapatan mencuri sekotak susu balita untuk adiknya yang menangis sejak tadi malam karena kelaparan.
Di dalam hati anak lelaki 15 tahun itu tidak henti-hentinya mengutuk gerombolan mafia yang mengatasnamakan tengkorak hitam katena telah membantai orang tuanya yang bekerja sebagai kapten kepolisian bagian kriminal dan narkotika sehingga mengakibatkan dia saat ini harus lari dari rumah membawa adik lelaki nya agar tidak ikut menjadi mangsa dalam pembantaian itu.
Ketika dia melarikan diri sambil menggendong adiknya yang masih berumur 5 tahun ke rumah paman nya, di sana dia juga melihat bahwa keluarga paman nya juga ikut di bantai oleh kelompok geng yang sama sehingga kini dia sama sekali tidak memiliki lagi tempat bernaung.
Untuk menghindari dari kejaran musuh mendiang ayahnya, dia tidak berani untuk kembali ke rumah dan terpaksa menjadi gelandangan kesana kemari sambil menggendong adiknya. Makan makanan apa saja yang dia temukan di tong sampah, dan tidur di kaki lima adalah kehidupan yang cukup berat sebenarnya untuk dilalui oleh seorang anak seusia dirinya. Bahkan untuk adik lelaki nya yang masih berusia 5 tahun tersebut.
Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa keluarganya sampai di bantai oleh kelompok mafia kejam sehingga dia menjadi gelandangan?
Di sini kisah itu bermula.
Bab 1.
"Tigor...?!"
"Bangun nak. Ayo sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah!" Terdengar teriakan di bawah memanggil nama anak lelaki berusia sekitar 15 tahun yang bernama Tigor tersebut.
Tak lama setelah itu tampak seorang anak lelaki turun dengan langkah malas dari lantai atas menuju ke arah meja makan di ruangan lantai bawah rumah dua tingkat tersebut.
Di meja makan tersebut sudah menunggu seorang lelaki setengah baya lengkap dengan pakaian seragam menandakan bahwa dia adalah petugas kepolisian di dampingi oleh seorang wanita cantik setengah baya. Wanita ini lah tadi yang meneriakkan nama Tigor tersebut.
"Cepat lah kau duduk di sini Tigor! Ayah kau ini sudah selesai sarapan. Lama kali kau. Nanti terlambat ke sekolah di jewer lagi sama guru mu nangis kau pulang ke rumah." Kata wanita itu dengan logat batak nya yang pekat.
Tigor hanya mengangguk saja tanpa banyak membantah dan mulai duduk di kursi menyantap hidangan sarapan pagi itu dengan sangat malas.
"Ayo Tigor. Kau tidak boleh makan terlalu sedikit! Kalau perut kau kenyang, belajar pun akan semangat." Kata lelaki setengah baya memakai seragam polisi itu.
"Bang. Setelah abang nanti pulang kerja, antar aku ke tukang jahit. Aku mau menempahkan baju sekolah si Tigor ini. Abang tengok lah celana dan baju dia itu sudah koyak di sana-sini. Macam berduri punggung anak ini. Semua yang dia pakai cepat kali sobek." Kata sang ibu kepada lelaki setengah baya itu.
"Iya Melda. Kau tunggu lah di rumah. Nanti aku usahakan untuk cepat pulang." Kata lelaki setengah baya berpakaian dinas itu.
Sebenarnya siapa mereka ini?
Lelaki setengah baya itu bernama Bonar. Dia lahir di Kota Batu sedangkan sang istri bernama Melda berasal dari Tasik Putri.
Mereka tidak lama berpacaran dan langsung menikah begitu pak Bonar lulus sekolah di akademi kepolisian dan kemudian melamar menjadi petugas kepolisian dan lulus dengan pangkat yang lumayan.
Saat itu pak Bonar di tugaskan di Ibu kota provinsi. Namun kini dia telah dipindah tugaskan di kota Batu hitam untuk mengusut dan memberantas beberapa geng mafia yang sejak dulu bercokol dan meresahkan masyarakat di kota Batu hitam ini.
Sejak kedatangan pak Bonar, banyak anggota dari beberapa kelompok geng yang berhasil di tumpas. Dan beliau juga berhasil menggagalkan ratusan transaksi yang dilakukan oleh kelompok mafia itu dalam beberapa kesempatan sehingga puncak dari permasalahan ini membuat beberapa kelompok mafia yang tadinya bermusuhan kini malah bersatu dan mengatasnamakan organisasi itu sebagai geng Mafia tengkorak hitam dan mulai mengatur siasat untuk menyingkirkan pak Bonar dengan cara apa sekalipun.
*********
Mobil dinas pak Bonar melaju dengan santai lalu berhenti di depan gerbang sekolah menengah Harapan Bangsa.
Tampak anak lelaki berusia 15 tahun keluar dari kendaraan dinas itu dan berjalan menghampiri beberapa anak seusia nya lalu berjalan beriringan menuju ke kelas sambil disaksikan oleh pak Bonar dari mobil dinasnya sebelum berlalu menuju kantor tempat dia bekerja sebagai kapten kepolisian di sana.
"Selamat pagi Pak."
"Selamat pagi Pak..?!"
Terdengar beberapa suara menyambut kedatangan pak Bonar sambil menghormat ala polisi.
"Ya selamat pagi juga. Bagaimana dengan perkembangan penyelidikan tentang anggota mafia yang membuat persekutuan untuk melawan kita?" Tanya pak Bonar kepada salah satu bawahannya.
"Lapor Pak. Tidak ada perkembangan yang signifikan. Ini karena mereka melakukan kesepakatan secara sembunyi-sembunyi. Yang saya khawatirkan adalah, setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka akan mulai merongrong wibawah kita sebagai petugas penegak hukum. Dan ini sangat berbahaya sekali Pak." Lapor dari asisten tersebut.
"Hmmm.., aku juga sepemikiran dengan mu. Baiklah! Sekarang ini kita tidak bisa langsung tangkap hanya berdasarkan kecurigaan saja. Kita perlu bukti agar tidak di tuduh sebagai polisi yang bertindak sewenang-wenang dan menyalahi aturan. Bagaimanapun, menjadi orang seperti kita ini sangat serba salah. Jika kita diam, mereka akan mengatakan kita makan gaji buta. Jika kita bertindak, mereka akan menuduh kita menyalahgunakan pangkat dan kuasa." Kata pak Bonar.
"Saat ini semua anggota dari team kita sudah di sebar ke beberapa titik yang di anggap sebagai tempat yang berpotensi menjadi sarang bagi pertemuan beberapa kelompok itu. Namun yang mengherankan adalah, tidak ada satu pun kabar dari beberapa orang yang telah saya tugaskan. Saya bahkan putus hubungan dengan mereka Pak." Kata Asisten tersebut.
"Ini tidak bisa di biarkan. Aku khawatir jika rencana kita telah tercium oleh musuh. Andai ini terjadi, kita harus segera menarik semua mata-mata dan menyusun ulang rencana. Percuma saja menyebar mata-mata jika rencana kita telah dapat dengan mudah mereka cium. Kau sebarkan perintah dari ku bahwa mereka harus segera kembali ke markas!" Kata pak Bonar memberi perintah.
"Saya sama sekali tidak menerima respon dari mereka Pak. Sudah berulang kali saya mengirim pesan kepada team. Namun sampai saat ini satu pun belum mendapat jawaban." Kata Asisten tersebut.
"Oh sialan. Atau jangan-jangan orang-orang kita telah di tangkap oleh mereka?" Kata pak Bonar dengan panik.
"Segera kumpulkan semua anggota yang ada. Hari ini aku akan mengadakan rapat mendadak. Kita harus segera membahas masalah ini. Jika di biarkan berlarut-larut, takutnya kelompok ini akan berhasil menjaring lebih banyak pengikut dan menyusun kekuatan. Jika sudah demikian, maka akan sangat sulit bagi pihak kepolisian untuk memberantasnya." Kata pak Bonar.
"Siap laksanakan Pak." Kata Asisten itu dan segera berlalu meninggalkan pak Bonar yang duduk sambil mengurut keningnya yang mendadak pusing.
Praaak...?!
Terdengar suara sesuatu di lempar ke atas meja.
Kini tampak bungkusan besar tergeletak di atas meja yang di kelilingi oleh beberapa orang berbadan besar dan rata-rata memiliki tato yang banyak di sekujur tubuh mereka.
"Itu adalah obat ekstasi jenis baru yang berhasil aku kembangkan di laboratorium milik ku. Jika barang itu berhasil menembus pasaran bawah tanah, maka kita akan panen uang." Kata lelaki yang melemparkan bungkusan itu di atas meja.
"Prengki, kau hebat karena berhasil memproduksi pil hantu ini. Aku salut kepadamu." Kata salah seorang yang hadir di tempat itu.
"Kau juga apa kurang nya Bongsor? Ayo tunjukkan pada kami barang apa yang kau bawa?!" Kata lelaki yang di sebut Prengki tadi.
"Hahaha.., ini." Kata lelaki yang di sebut dengan nama Bongsor tadi sambil mengeluarkan satu bungkusan berisi obat terlarang ke atas meja.
"Aku menamakan obat ini adalah induk kecubung. Ini karena reaksi yang di timbulkan oleh obat ini bisa membuat orang lupa ingatan dan akan bertindak seperti hewan." Kata Bongsor sambil tertawa.
"Bagus Bongsor. Bagus! Dengan ini kita akan bisa menguasai pasar bawah tanah dan meraup keuntungan yang besar." Kata Prengki memuji lelaki bertubuh besar bernama Bongsor itu.
"Kalian berdua jangan senang dulu. Sebelum kita berhasil menyingkirkan Bonar dari dunia ini, jangan harap kita akan berhasil dengan mudah." Kata seorang lagi lelaki berusia sekitar tiga puluhan yang sejak tadi hanya memperhatikan saja.
"Ya. Kau benar Bedul. Bonar ini seperti duri dalam daging saja yang jika tidak segera disingkirkan, akan terus-terusan menusuk daging kita yang apa bila lama-kelamaan akan menjadi nanah. Duri ini harus segera di cabut. Jika tidak, selamanya kita tidak akan bisa bergerak dengan leluasa." Kata Prengki yang di balas anggukan oleh Bongsor.
"Kita memang telah sepakat memasukkan beberapa nama sebagai daftar musuh kita yang harus kita singkirkan. Dan nama yang bertengger di urutan pertama adalah Bonar ini. Tapi walau bagaimanapun kita tidak bisa bertindak gegabah. Bonar ini adalah anggota kepolisian kesayangan Kapolda. Jika tanpa perencanaan yang matang, kita pasti akan gagal. Gagal berarti kita akan mati. Karena mengusik salah satu dari petugas penegak hukum sama seperti menjuluk sarang tawon. Kita akan di serbu oleh yang lainnya." Kata Bongsor.
"Kau benar Bongsor. Begini saja. Kita tunggu ketua kita dan kita rundingkan masalah ini bersama. Setelah kesepakatan berhasil kita ambil, maka siapa pun di antara kita yang mendapat tugas tersebut, harus menerima dan melaksanakan nya dengan sebaik mungkin. Bagaimana?" Kata Bedul sambil memperhatikan wajah Prengki dan Bongsor saling bergantian.
"Ya aku setuju dengan Bedul." Kata Prengki.
"Aku juga setuju dengan Bedul." Kata Bongsor pula.
"Sekarang begini saja. Mari kita temui ketua dan membahas segara rencana yang akan kita ambil. Jika nantinya tugas itu harus kita laksanakan bersama, maka itu jauh lebih baik." Kata Bedul.
"Baik. Kita harus berpencar menuju ke rumah ketua. Aku khawatir mata-mata dari pihak kepolisian akan membuntuti kita. Apa kau ingat beberapa hari yang lalu kita berhasil menangkap dan membunuh beberapa orang yang di duga dari anggota kepolisian?" Tanya Bongsor kepada kedua orang itu.
"Ya benar. Kau ambil jalan kiri lalu segera berputar. Aku mengambil jalan ke kanan. Sedangkan Bedul, kau ambil jalan lurus dan kita akan bertemu di simpang segitiga menuju pusat kota Batu hitam dan setelah itu, menukar mobil di hotel buana baru berangkat ke markas besar tempat ketua kita." Kata Prengki.
"Baiklah. Ayo bergerak!" Kata Bedul sambil bangun dari kursinya di ikuti oleh beberapa orang anak buahnya dan bergegas menuju ke arah mobil lalu tancap gas menuju tempat yang telah mereka tentukan.
*********
Bukit batu.
Bukit batu adalah lahan luas berbukit bebatuan yang tadinya tidak pernah di lirik oleh kalangan manapun sampai pada tahun 90-an seorang pengusaha muda yang kaya raya dari negara yang memiliki Kota bernama Metro City membangun perumahan Realestate dan menjadikan Bukit batu ini sebagai tempat pemukiman bagi kalangan Elit di Kota Batu hitam ini.
Di kawasan yang luasnya memiliki ribuan hektar ini, perusahaan William Group Company yang di pimpin oleh pemuda kaya itu berhasil menyulap kawasan tandus ini menjadi bak istana di mana telah berdiri Villa-villa mewah, Condominium mewah dan beberapa rumah susun. Ini lain lagi bangunan rumah sakit, bangunan sekolah elit dan universitas yang terkenal sebagai universitas elit.
Singkat cerita, Bukit batu ini adalah surga nya bagi orang kaya dan pengusaha elit. Orang biasa tidak akan mampu membeli rumah tingkat terendah sekalipun karena harganya yang paling murah mencapai 10 Milyar rupiah. Itu yang paling biasa dan untuk Villa nya sendiri tidak dapat di bayangkan berapa karung uang yang diperlukan untuk membelinya.
Malam itu tiga unit mobil mewah dengan merk berbeda telah tiba di sebuah Villa mewah dan disambut oleh pengawal yang bertugas sebagai penjaga keamanan di depan bangunan mewah tersebut.
Begitu pintu pagar terbuka, ketiga unit mobil itu pun mulai memasuki halaman Villa yang luas itu dan dari ketiga mobil itu keluarlah tiga orang lelaki berusia awal tiga puluhan berbadan tegap dan bertato di dada masing-masing dengan lambang tengkorak manusia.
Tak lama setelah itu seorang pelayan keluar dari dalam Villa tersebut dan mempersilahkan ketiga orang yang baru tiba itu untuk memasuki Villa karena kedatangan mereka memang telah di tunggu oleh pemilik Villa tersebut.
"Bongsor, Prengki dan kau Bedul. Dari mana saja kalian? Apa kau tau bahwa kalian sudah lama di tunggu oleh ketua?" Tanya lelaki separuh baya yang menyambut kedatangan ketiga lelaki tadi.
"Kami sebenarnya dari markas membahas sesuatu sebelum kemari. Oh ya, Pak Togar, apakah boss kita ada di dalam?" Tanya salah seorang dari ketiga orang berbadan besar tersebut.
"Ya. Dia ada di dalam. Saat ini dia sedang bercanda ria dengan para gundik nya. Sebenarnya kami di sini telah menerima laporan dari mata-mata kita di pihak kepolisian bahwa Bonar telah mengadakan rapat mendadak untuk membahas rencana terbaru bagi membekuk kalian. Ini karena rencana awal mereka sebelumnya dengan mudah dapat kita patahkan." Kata pak Togar.
"Hahahaha.., petugas itu terlalu percaya diri kalau dia bakal bisa meringkus komplotan kita. Dia tidak dapat menilai kemampuan dirinya sendiri. Saat ini apa yang tidak bisa di beli dengan uang? Dasar polisi bodoh. Dia tinggal sebutkan saja berapa jumlah yang dia inginkan dan kita akan memberikan uang kepadanya. Namun dia terlalu jujur dan ini yang membuat ku sangat geram." Kata Prengki sambil mengertakkan gigi nya.
"Jika cara itu tidak berguna, maka akhiri saja hidup nya. Mari! Kita harus membahas masalah ini dengan ketua." Kata pak Togar mengajak ketiga orang itu untuk masuk.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Togar pun memasuki Villa tersebut di ikuti oleh Bedul, Bongsor dan Prengki dari belakang.
Begitu ke empat orang itu memasuki Villa tersebut, kini tampak seorang lelaki berkukit hitam memakai kaos singket sehingga menampakkan tatto bergambar tengkorak di dada sebelah kanannya sambil mengisap sebatang cerutu dengan kaki berselonjor di atas meja.
Ketika lelaki berkulit hitam itu melihat siapa yang datang, dia lantas bertanya dengan suara serak. "Kalian telah di sini? Dari mana saja kalian?" Tanya lelaki berkulit hitam itu.
"Maaf ketua. Kami baru saja dari markas kecil kita sambil merundingkan sesuatu." Kata Salah seorang dari keempat orang yang baru masuk tadi.
"Hmmm.., sesuatu apa itu? Apakah begitu rahasia sehingga aku tidak bisa mengetahui nya?" Tanya lelaki berkulit hitam itu lagi sambil terus mengisap cerutu nya.
"Bukan begitu ketua. Justru kedatangan kami ke sini adalah untuk meminta pendapat dari anda tentang bagaimana cara mengatasi polisi yang sok suci itu." Kata Bedul sambil meraih satu kursi dan kemudian duduk di atasnya.
"Bonar polisi itu kah maksud mu?"
'Benar ketua. Jika tidak segera di singkirkan, aku khawatir dia ini akan semakin mengacaukan rencana kita." Kata Bongsor pula.
"Bonar itu menurut ku tidak terlalu sulit. Yang sulit itu justru geng si Martin. Ini karena sudah berapa kali aku menawarkan kerja sama dengan kelompok kucing hitam itu, namun selalu tidak ada jawaban." Kata ketua itu.
"Bang Birong, kita urus dulu satu per satu. Bagaimana pun si Martin itu tidak dapat membahayakan kita. Ini karena kita dan dia itu lebih kurang sama saja. Dia setan, kita Iblis." Kata Togar kepada lelaki berkulit hitam yang ternyata bernama Birong itu.
"Baiklah. Kita urus dulu si Bonar ini. Bagaimanapun aku juga sepemikiran dengan kalian. Setelah transaksi kita dengan orang dari singapore itu berhasil, kita akan membereskan si Bonar ini."
"Kau, Prengki..?! Atur anak buah mu untuk memata-matai lokasi transaksi. Aku tidak ingin pihak kepolisian mengendus rencana kita. Jika transaksi ini gagal, maka 1 triliun akan hangus. Kau tau seberapa banyak uang itu?" Tanya Birong sambil tersenyum sinis.
Mendengar uang dengan jumlah yang sangat besar itu, Prengki berkali-kali menjilati bibirnya. Dia dapat membayangkan berapa milyar rupiah yang akan dia peroleh nantinya jika transaksi ini benar-benar berjalan dengan mulus sesuai rencana.
"Baiklah Ketua. Aku akan menyuruh beberapa anak buah ku untuk mengawasi siang dan malam lokasi transaksi itu nanti. Anda jangan khawatir." Kata Prengki dengan serius.
"Kalau begitu, mulai sekarang kalian berbagi tugas. Bedul, kau siapkan anak buah mu yang mahir dalam menggunakan senjata. Kau Togar.., siapkan barang-barang kita yang akan kita jadikan sebagai alat tukar dengan orang Singapore itu. Kau Bongsor.., kau harus memata-matai pergerakan Bonar dan anak buah nya. Berikan kabar dengan segera jika ada pergerakan mereka yang bisa mengganggu kelancaran transaksi ini." Kata Birong membagi-bagi tugas kepada bawahannya.
"Siap Ketua. Kalau begitu kami segera pamit dulu." Kata mereka bersamaan lalu segera membubarkan diri untuk mengerjakan tugas masing-masing yang telah mereka rencanakan.
*********
Siang itu sorang lelaki memakai baju compang-camping berambit gondrong awut-awutan berjalan sambil membawa bungkusan kumal layaknya orang gila seperti tergesa-gesa memasuki kantor polisi daerah kota batu.
Setelah dia sampai di depan pintu salah satu ruangan di kantor polisi tersebut, dia segera mengetuk pintu.
Tok.., tok.., tok..?!
"Masuk!"
"Selamat siang Pak Kapten Bonar." Sapa lelaki Berpenampilan seperti orang gila tersebut.
"Silahkan duduk Ferdi!" Kata lelaki yang dipanggil kapten Bonar itu mempersilahkan.
"Ada berita apa yang kau dapat dari luar?" Tanya Kapten Bonar kepada Ferdi.
"Pak. Saya mendapat kabar bahwa malam ini, para geng tengkorak akan mengadakan transaksi. Transaksi ini sendiri akan dikepalai oleh Togar diikuti oleh Bedul, Prengki dan Bongsor. Adik kandung si Birong bernama Togar ini lah yang akan melakukan transaksi itu di sebuah bangunan terbengkalai di utara kota Batu ini." Kata Ferdi.
"Hmmm.., baiklah. Kau terus memata-matai mereka. Aku akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk membekuk kelompok geng tengkorak ini." Kata kapten Bonar.
"Siap laksanakan!" Kata Ferdi lalu bangkit kemudian memberi hormat dan segera berlalu meninggalkan ruangan tersebut dan menghilang dibalik pintu.
Begitu Ferdi keluar, pak Bonar pun langsung memanggil ajudan nya dan memerintahkan agar semua petugas berkumpul untuk membahas rencana penyergapan yang akan mereka lakukan malam ini.
"Selamat siang semua yang hadir di ruangan rapat ini." Kata pak Bonar memulai ucapannya.
"Selamat siang Pak komandan!" Jawab mereka serentak.
"Tentu kalian bertanya-tanya mengapa aku memanggil kalian semua untuk datang ke ruangan rapat ini secara mendadak. Ini tidak lain adalah untuk membahas sesuatu yang sangat mendesak. Sebelum rapat di mulai, diharap bagi semua yang hadir untuk mematikan ponselnya dan telakkan diatas meja!" Kata pak Bonar memberi perintah.
Begitu kata perintah itu keluar, semua yang ada di ruangan itu segera mematikan ponsel mereka masing-masing dan meletakkannya di atas meja di depan mereka.
"Baik. Rapat di mulai!"
"Aku telah mendapat kabar dari Ferdi, bahwa malam ini geng tengkorak akan mengadakan transaksi dengan orang Singapore di lokasi bangunan terbengkalai bagian utara kota batu ini. Aku menduga bahwa ini tidak akan mudah untuk dilakukan. Namun, sebagai petugas penegak hukum, itu sudah menjadi tugas kita untuk memberantas kelompok ini yang mengakibatkan banyaknya generasi muda kita yang rusak oleh ulah mereka. Jadi, mau tidak mau, siap tidak siap, kita harus siap." Kata pak Bonar sambil berhenti sejenak.
"Kemarin Ferdi berhasil menangkap 1 orang mata-mata geng tengkorak dan telah dipenjara. Ini akan mempermudah urusan kita untuk melakukan penggerebekan karena tidak akan ada lagi yang akan membocorkan rencana kita kepada musuh."
"Maaf Pak komandan..?! Jika menilai dari apa yang anda katakan tadi, berarti ini bukanlah sebuah transaksi berskala kecil. Jika kelompok geng tengkorak telah menjalin kerja sama dengan pihak luar, maka sudah bisa dipastikan bahwa mereka akan melakukan segala cara untuk mengupayakan agar transaksi ini berhasil. Saya menduga bahwa mereka akan mengerahkan seluruh anak buah mereka untuk mengawal lokasi transaksi tersebut." Kata seorang sarsan.
"Benar kata anda Pak Sarsan. Hal ini sudah aku fikirkan. Ini lah sebabnya mengapa aku mengajak kalian untuk merundingkan segala sesuatunya."
"Pak. Apakah menurut anda kita tidak harus meminta bantuan kepada Kapolda. Ini karena, Jika hanya mengandalkan anggota kita saja, kemungkinan besar untuk membekuk mereka ini sangat tipis Pak." Kata seorang lagi.
"Aku telah meminta bantuan kepada kantor pusat dan mereka memberi respon yang sangart memuaskan bahwa Kapolda akan mengirim ratusan pasukan dari anti teror dan kriminal serta pasukan khusus anti narkotika. Mereka akan berada dibawah komando ku dan sebelum sore, kita harus segera menyamar dan menduduki tempat-tempat penting untuk mempermudah kita bagi membekuk komplotan ini." Kata pak Bonar lalu mereka makin serius dalam mengatur strategi dan rencana dengan matang sebelum akhirnya pak Bonar membubarkan rapat tersebut.
"Kalian sudah mengetahui tugas kalian masing-masing. Jadi, aku kira rapat kita cukup sampai di sini dan segeralah mempersiapkan diri kalian!" Kata pak Bonar mengakhiri rapat siang itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!