NovelToon NovelToon

Jalan Panjang Menjadi Seorang CEO

Indira

Waktu sudah menunjukan pukul 3:00 dini hari, seperti biasa aku masih duduk terpaku ke layar monitor mengetik kalimat-kalimat yang tidak sembarang orang bisa fahami.

Hanya ini yang bisa aku lakukan, membuat website atau aplikasi yang dipesan oleh beberapa client ku. aku bekerja secara independen tanpa dinaungi perusahaan atau lembaga, salary nya cukup untuk membayar sewa rumah sederhana dan menutupi kebutuhan sehari-hari sebagai perantau di jakarta yang tengah bertahan hidup demi mewujudkan impianku.

Alasanku bekerja freelance dikarenakan 6 bulan lalu dipecat dari perusahaan tempatku bekerja sebagai seorang programer IT di sebuah perusahaan besar di kota Jakarta yaitu perusahaan Bank Artha Niaga, perusahaan swasta terbesar di Indonesia, aku sudah cukup lama bekerja disana dan mengenal banyak orang-orang hebat dan juga karyawan-karyawan yang sangat kaya. bayangkan saja, seorang office boy pun gajinya sampai 7 juta per bulannya, lebih dari pendapatanku saat ini.

-------------------------------------------

sebagai seorang perantau aku terbiasa hidup sendiri, sedari kuliah sampai saat ini menginjak umur 26 tahun. Tak banyak teman, dan tidak memiliki keluarga di Jakarta. aku tetap berpandangan dengan keyakinanku untuk bisa sukses di kota ini dengan bekal kemampuanku dibidang IT.

"Sha.. kamu belum tidur?" kotak dialog LumeChat terbuka dan menampilkan kalimat dari seseorang yang aku kenal di dunia maya. Namanya Indira asal cirebon, anak dari pengusaha tambak ikan tersohor se-Jawa Barat.

"hmm" balasku, malas untuk mengetik kalimat-kalimat panjang sekedar untuk beralasan.

"jagalah kesehatanmu Sha, jangan bergadang terus" timpalnya.

"call aja, lg cape ngetik" jawabku dan disusul oleh dering panggilan dari LumeChat.

kami pun menghabiskan waktu lama untuk berbincang, yang tak lain isi percakapannya hanya seperti seorang Ibu yang tengah mengomel karena anaknya bergadang terus bermain komputer. memang tak ada perasaan khusus terhadap indira, tapi aku sangat menghormati karena kebaikan dan kehidupan apes nya yang selalu ditipu oleh buaya darat, para lelaki yang hanya memanfaatkan kebaikannya untuk mendapatkan apapun yang dikehendaki.

Indira memang sosok wanita kelewat polos mungkin juga bodoh, karena ditipu beberapa kali pun tak ada jera. hari ini cerita dapat pacar baik dan perhatian, lusa sudah nangis jerit-jerit sampai niat bunuh diri. entahlah.. aku hanya kasihan dan tak tega jika harus terus melihatnya bersedih. sebisa mungkin aku akan selalu ada menemani hari-hari terpuruknya. mungkin itu arti pertemuanku dengannya kala itu di aplikasi chat ini. Sebagai seorang teman, aku akan terus disampingnya.

Satu tahun lebih aku mengenalnya, berawal dari random talk with stranger di aplikasi LumeChat kemudian memutuskan untuk kopi darat, bertemu secara langsung. Dilihat dari sisi mana pun Indira adalah sosok perempuan dewasa dengan leher jenjang dan kulit putih terawat, wajahnya pun tak kalah dari artis Ibu Kota, sungguh jelita dan menjadi sosok wanita modern dengan kecantikan yang bisa meluluhkan hati pria manapun.

Sangat disayangkan nasib berkata lain, Indira telah banyak menelan pengalaman pahit berhubungan dengan para lelaki, beberapa kali pun dirinya seperti enggan membuka hati untuk mendaparkan romansa yang selayaknya wanita dapatkan, aku memakluminya dan mencoba menjadi teman terbaik yang bisa disampingnya tanpa perlu ia khawatir akan patah hati.

"Sha sore nanti jadi ya ke Ciputra Grand Mall, temenin belanja, nanti aku traktir ramen kesukaanmu deh.. selesai belanja" pintanya dengan nada manja. aku pun mengiyakan ajakannya dan menutup panggilan.

Mantan

Aku memilah pakaian terbaik yang hendak aku kenakan untuk bertemu dengan Indira, pikiranku pun dipenuhi dengan berbagai macam pertimbangan, bukan persoalan karena menemani wanita cantik tetapi juga CGM (Ciputra Grand Mall) memang pusat perbelanjaan bonafit yang banyak dikunjungi kalangan atas. Rasanya akan sangat mengganggu kalau hanya berpakaian seperti biasa yang sering aku pakai, tatapan-tatapan para pengunjung lain pasti akan mencemooh penampilanku yang udik dan selenge'an.

Kali ini khusus aku akan menggunakan pakaian terbaik yang aku punya, kemeja branded, celana Jeans hitam dan sepatu sneakers. semoga saja Indira tidak keberatan dengan tampilan kali ini. Mengingat beberapa waktu lalu aku sempat dihina oleh teman-temannya pada saat ulang tahunnya dan aku yang cuek terhadap tampilan, jadi bahan perbincangan dan membuat Indira marah kepada teman-temannya itu. Alhasil jadi bahan gosip baru setelah usai pesta ulang tahunnya.

Kendaraan taksi berhenti tepat di depanku, Indira keluar dari taksi yang mengantarkannya itu dan membungkuk ke arahku

"Kamu udah lama nunggu ya, tadi jalanan macet parah.. maaf ya sha. ujarnya memberikan alasan.

" santai.. aku juga baru dateng ko" timpalku meyakinkannya agar tidak timbul rasa bersalah telah membuatku menunggu 20 menit dengan menghabiskan beberapa batang rokok dan minuman kopi kalengan.

"Tumben naik taksi?" tanyaku basa-basi membuka obrolan sambil berjalan ke arah pintu masuk mall.

"biar lebih leluasa aja. lagian kalau aku bawa mobil, pasti bakal lebih terlambat" jawabnya menjelaskan jalanan yang kian padat memasuki waktu sore hari di akhir pekan.

Memang benar saja, kawasan mall sangat ramai sekali, dipenuhi oleh muda-mudi yang hendak berbelanja ada juga yang memasukin beberapa restoran-restoran yang tersedia. lantai 1 memang lebih banyak tempat restoran dan cafe, setiap tempat tertata rapi, kaca-kaca dan ornamen nya beragam saling bersaing untuk memanjakan mata para pengunjung. tibalah kami disuatu restoran khas jepang yang hanya menyajikan menu ramen dan udon.

Tempatnya lebih kecil dibandingkan dengan restoran atau cafe lainnya, akan tetapi tempatnya cukup nyaman dengan beberapa hiasan lampion warna merah menggantung ditiap sudut, dekorasinya dibuat semenarik mungkin mengikuti selayaknya restoran tradisional jepang.

Kami pun menempati bangku yang sudah dipesan terlebih dahulu oleh Indira, tempat yang cukup tenang tidak bersebelahan dengan pengunjung lain, disisi kananku ada hiasan bambu-bambu kecil tersusun rapi dengan beberapa carik kertas tergulung sengaja digantung pada batang-batang bambu tersebut. pemandangan itu pun membuatku lupa akan indira yang sejak tadi tak memalingkan wajahnya memperhatikanku yang tengah asik sendiri dengan pohon-pohon bambu hiasan.

"asik banget ngeliatin bambu" celotehnya disusul tawa khas nya yang sangat menggoda. Aku jadi salah tingkah dibuatnya hanya bisa nyengir kuda. "ayo sha, kamu belum pesan makanan"..

"emh.. iya, aku pesen Zaru Udon nya satu ya.."

aku memesan satu set zaru udon yang terkenal di restoran ini, rasa udon yang kenyal dan kuah terpisah yang cukup menyengat rasanya, disajikan dalam keadaan dingin dan menyegarkan, menu yang cocok untuk sore hari ini, terlebih udara di luar mall cukup panas.

Sembari menikmati hidangan masing-masing kita pun berbincang santai, saling menceritakan keluh kesah kehidupan kami sehari-hari.

"Sha.. sebenarnya kamu lagi ngerjain projek apa sih, kayanya kamu tiap malam selalu gadang" tanya indira dengan serius menatap ke arahku.

"Ada yang lagi aku kerjakan, tapi bukan hal yang serius sih" jawabku sekenanya tanpa mempdulikan tatapan matanya yabg lurus menatapku dengan penuh perhatian.

Dia pun kembali mengoceh tentang beberapa barang yang akan dia beli dan minta saran dariku untuk beberapa pakaian wanita yang dia tunjukan dari gambar-gambar di smarphone nya. Aku yang tidak terlalu memperhatikan mode tak dapat memberikan banyak saran, apapun yang kamu kenakan pasti tetap cocok dan cantik indira, batinku kala itu.

Selang beberapa saat setelah makan, kami lanjut berbelanja dan targetnya adalah di sebuah factory outlet terkenal 'Summerville', sebuah outlet yang menjadi tempat berburu pakaian dan aksesoris mewah khusus perempuan.

Mata indira menjelajah ke berbagai etalase yang terhampar luas di ruangan, dan singgah di etalase New Arrivals, tatapannya berbinar-binar menyaksikan beberapa koleksi terbaru dari Summerville. "Wah, aku bingung jadi harus beli yang mana aja sha.." konyol rasanya mendengar Indira yang terkagum-kagum dengan koleksi di toko ini, "duh.. gimana ya, aku takut kalap nih" lanjutnya mengoceh sembari memegang sebuah mini dress berwana pink dengan motif bunga-bunga.

"Indira, yang mana pun pasti cocok kalau kamu yang pakai" ucapku sembari melihat beberapa baju-baju yang juga sedang dilihat olehnya. Aku memang selalu berpikir bahwa indira adalah sosok perempuan sempurna, entah cuma kaos oblong dan celana jeans pun menurutku sudah sangat cantik dan memanjakan mataku sebagai seorang lelaki. Beda halnya dengan Indira yang menanggapi serius apa yang ku ucapkan, wajahnya tersipu-sipu pipinya merona.

Beberapa potong dress dan rok mini juga aksesoris kalung dengan manik-manik, kami pun lanjut berdiri di antrian kasir yang lumayan panjang. semua pengunjung memang hanya para wanita, namun ada beberapa juga lelaki yang menemani pasangannya berbelanja, cukup membuat kami iri karena jomblo belum memiliki pacar.

"Indira.." sesosok lelaki memanggil dari antrian belakang kami. dengan sigap indira pun menoleh ke arah belakang antrian dan tercengang kaget oleh seorang lelaki yang tadi memanggilnya.

"Andre? ko kamu bisa ada disini.." tanya indira ke lelaki itu dengan memperhatikan wanita yang sedang menggandeng lengan andre.

"Aku menemani pacarku berbelanja, kamu apa kabarnya?" tanya andre dengan sedikit basa-basi dan memperkenalkan Finna kepada indira disambut jabatan tangan oleh keduanya. pertemuan itu sukses membuat indira kehilangan minat terhadap barang belanjaanya kemudian memalingkan muka dan berjalan ke meja kasir untuk melanjutkan pembayaran.

Selesai membayar untuk barang belanjaan, indira menarik lenganku dan keluar dari outlet. nampak tergesa-gesa dan raut wajahnya pun seperti enggan berlama-lama di tempat ini semenjak pertemuanya dengan andre.

Beberapa langkah setelah keluar melewati pintu kaca toko, andre memanggil indira "Indira, tunggu.." andre menyusul keluar mendekati kami berdua dan meninggalkan Finna, pacarnya yang masih mengantri di depan kasir toko.

"Dira, maafkan aku. Aku tau kamu masih mempermasalahkan hal itu."

"Cukup ndre!". bentak indira dan sontak beberapa pengunjung mall melirik dari berbagai arah, baru kali ini aku melihatnya marah, mungkin juga dipenuhi kesedihan yang tidak sepenuhnya aku mengerti tetang hubungan mereka sewaktu pacaran.

Dekafe

Indira berjalan pelan menjauh dari sosok andre, aku menyusul dibelakangnya yang memegangi paperbag berisi barang belanjaan, dalam kondisi yang serba canggung ini aku hanya bisa mengikuti arah langkahnya yang entah akan kemana.

Beberapa kali indira terdengar isak tangis yang ia coba tahan dengan membekap mulutnya sendiri sambil berjalan lurus menuju pintu keluar mall.

Entah apa yang aku rasakan saat ini, aku tak ingin melihatnya tersiksa seperti ini, andai aku bukan hanya sebatas teman, hendak ku peluk dan ku rengkuh tubuh lunglai nya itu dan mendekapkan wajahnya di dadaku. "ya tuhan, apa perasaanku ini" batinku bertanya-tanya.

"kita ke decafe yuk dir" ajak ku, namun indira seperti tidak mendengar dan terus berjalan menuju pintu keluar, beberpa kali ia menabrak bahu orang lain yang berjalan berlawanan arah.

"dira.. Indira..!" aku memanggil setengah teriak dan berhasil memecahkan lamunannya.

"maaf sha, aku mau langsung pulang" ucapnya dengan sangat lemah. kesal juga dibuatnya, aku menarik lengan indira, dan berjalan melewati pintu otomatis mengarah keluar mall, "tidak usah banyak tanya, ikut aku dir" sedikit memaksa dengan memegang erat pergelangan tangannya, terlihat dirinya menolak hanya saja pikiran dan tubuhnya sangat lemah akhirnya terpaksa menuruti kemauan egois ku.

Tak jauh dari mall, cukup berjalan 7 menit, kami pun sampai di sebuah kafe sederhana yang biasanya menjadi tempat kami bertemu dan berbincang-bincang menghabiskan malam.

Tempat ini sudah sering aku kunjungi semenjak kuliah, biasanya dulu aku kesini untuk memesan kopi seharga 20.000 dan menikmati wifi gratis sambil mengerjakan tugas mata kuliah dan setelah mengenal indira aku jadi lebih sering lagi kesini sampai kami berdua pun menjadi akrab dengan mas Hendy barista sekaligus pemilik kafe.

Sang barista yang sedari tadi sibuk dengan peralatan kopi, menghentikan aktifitas ketika kami berdua masuk kedalam kafe

"eh kalian berdua, tumben masih sore sudah berduaan.. hahaha" ucapnya disusul tawa khas lelaki periang ini. aku menyapa dan berbincang sebentar kemudian mengajak indira ke tempat smoking area yang yang terdapat diruangan memojok ke dalam dan menjadi ruangan terpisah untuk para perokok.

"Mas, pesen yang biasa ya, dua", mas Hendy faham dengan kalimatku, memesan minuman yang sering kami minum jika kesini.

di ruangan itu belum ada orang lain, hanya kami berdua, indira yang masih mematung dengan pandangan matanya yang memudar masih terdiam tak ada sedikitpun perbincangan diantara kami.

"aku tau andre itu memang brengsek, suka bermain perempuan. tapi kamu tidak perlu terus seperti ini" ucapku mencoba memancing obrolan.

"Bagaimanapun kamu harus bisa memaafkannya, dan memaafkan dirimu sendiri, kamu harus melangkah maju dira" aku pun melanjutkan ocehan-ocehan untuk mengeluarkan indira dari keterpurukan namun masih tidak ada jawaban apa-apa darinya.

Wajahnya masih tertunduk lesu, masih terpukul dengan kisah masa lalu menjalin asmara dengan andre yang telah mengkhianatinya.

Setelaj 2 tahun lamanya melangkah mencoba melupakan masa lalu, indira harus mengingat kembali semua hal karena pertemuan siang ini dengan mantan yang sudah menghancurkan hidupnya. Aku pun meraih tangan dan menggenggam erat dan mencoba menatap mata yang sembab menahan kesedihan "kamu tau, resiko melupakan itu amnesia" ucapku dengan tegas.

Dia pun tersentak dengan kalimat yang aku ucapkan.

"Lalu aku harus bagaimana?" ucapnya di iringi mengalirnya air mata yang membasahi pipi putihnya itu.

.............

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!