NovelToon NovelToon

Dia.. Pilihan Untuk Ku

PERMINTAAN ABAH

Rabu siang setelah selesai kuliah, biasanya Naya langsung menuju tempat kerja. Hari ini, ia memutuskan untuk nebeng membonceng motor teman sekelas nya, Agus nama nya.

Baru saja mereka keluar dari lingkungan kampus. Tiba-tiba sebuah mobil minibus yang di kendarai oleh 2 orang laki-laki bertato menghadang jalan.

" Nona.. Atas permintaan ayah anda.. Kami mohon anda bersedia ikut kami untuk kembali ke rumah hari ini.. Ada hal penting yang ingin ayah anda bicarakan saat ini.. " kata seorang pria kekar yang berdiri dihadapan Naya.

" Bilang pada Abah ku.. Aku kerja, nanti malam aku akan pulang, jika tak capek ] Jawab Naya ketus pada laki-laki tadi.

" Gus.. .. Ayok cabut... Buruan " Pinta Naya pada Agus sambil menepuk keras pundak nya beberapa kali karena dia malah terlihat bengong.

" Nona.... Nonaaaaa.... Jangan melawan, atau teman anda terluka nanti ". Ancam pria tadi, sambil menahan motor Agus.

" Temen gue bilang dia bakal balik nanti malam.. .. Jangan ganggu Bro, minggir ." Jawab Agus sarkas.

" Jangan ikut campur kalau kamu mau aman Bro.. Minggir. " Tangan pria tinggi dan bertato mencengkeram kerah baju Agus dan menarik badan nya hingga jatuh terjerembab beradu dengan aspal jalan.

Sedangkan pria bertato yang berambut panjang, menarik paksa lengan Naya agar ikut dengan mereka.

" Jangan coba-coba paksa aku, atau aku akan teriak.." Ancam Naya kemudian pada kedua lelaki tadi.

Brugh.. Bugh..

Agus menghajar satu lelaki bertato yang tinggi. Terjadi perkelahian sengit yang pada akhirnya dimenangkan Agus.

Bukan menang yang gimana-gimana sih, mereka menang karena kabur.

" Hahahaha...." Mereka berdua tertawa lepas sepanjang perjalanan menuju tempat kerja Naya, rasa nya puas sekali tadi.

20 menit kemudian, mereka tiba di parkiran khusus karyawan.

" Take care yaa Gus.. Hati-hati.." Ucap Naya sambil turun dari motor Agus dan saling tos mengepalkan tangan.

" Tenang Nyak.. Aku ini sabuk hitam lho. Gih, masuk.. Tar malam kalau butuh anter ojek, Call aja yaa Nyak.. Gue cabut dulu.. See you ". Ucap Agus kemudian sambil memutar kembali motor nya keluar dari area parkir khusus karyawan.

Huft.... Penyakit memaksa Abah rupanya sedang kumat.

Apa penyakit pak comblang nya juga ikutan kumat lagi? Kali ini dengan siapa kah aku akan dijodohkan? Harus dengan cara apalagi agar aku bisa selamat dalam misi menghindar kali ini?

Naya bergegas ke mushola untuk menunaikan sholat dzuhur dahulu sebelum mengganti pakaian casual nya dengan seragam kerja.

Tuhan....

Apakah memang harus begini jalan hidupku setelah ummi tiada?

Tes... Tes... Tes... Lagi, air mata ku jatuh di mukenah yang sedang ku kenakan pasca berdoa tadi.

Ummi, do'akan anak mu ini kuat yaa. Aku pasti bisa menemukan pria yang aku mau, dan aku butuhkan. Bukan hanya sekedar tampan tapi kenyamanan dan rasa sayang.. Yang tak kudapatkan dari Abah lagi. Naya membatin dalam hati.

***

Malam ini, Naya pulang ke rumah. Tak ada kata-kata bantahan yang keluar dari mulut nya tentang kejadian tadi siang.

Sepertinya dia sudah enggan berbicara di rumah ini. Karena bicara pun rasanya percuma, pendapat nya tak pernah Abah dengar.

" Abah minta kamu pulang.. Kenapa tak patuh? Apa pekerjaan bodoh mu itu lebih penting daripada ayah mu?." Abah mengajak Naya berbicara saat ia baru saja duduk di meja makan.

" Neng dapat kerja karena usaha sendiri Bah.. Jangan menghina pekerjaan aku.. Jujur saja, kali ini Abah mau apalagi dari ku?. " Naya tanpa sengaja tersulut emosi.

Ka Amir yang mendengar nada suara Naya meninggi, langsung keluar kamar dan menengahi.

" Bah.. Biarkan Neng istirahat dulu.. Kita bicarakan esok pagi yaaa.. " Pinta ka Amir pada Abah.

" Malam ini saja.. Ainnaya, lusa, saat hari libur mu.. akan ada keluarga yang melihat mu.. Abah harap kamu menurut kali ini.. Jangan bertingkah macam-macam.. Jadilah berguna untuk orang tua mu. " Abah mengatakan itu dengan enteng nya. Apakah selama ini dimata Abah, aku memang tak berguna sebagai seorang anak?. Hati Naya tersayat pilu.

" Neng.. Jangan diambil hati yaa nduk.. Gih istirahat, ka Amir akan bicara lagi pada Abah kalau emosi Abah mereda.. Ok sayang. " Ka Amir membelai kepalaku dengan sayang.. Hanya ka Amir yang mengerti aku. Hanya kasih sayang dari ka Amir yang membuat ku selalu bisa menginjakkan kaki kembali ke rumah ini.

Naya lalu menuju kamar nya dan menutup pintu nya pelan. Tubuh nya langsung melorot seperti tak bertulang.. Hati nya sesak. Dia membungkam mulut dengan kedua tangan agar isakan tangis nya tak terdengar ka Amir.

*Tuhan ku yang Maha Pengasih..

Tunjukkan Rahmat mu padaku..

Datangkan lah seorang lelaki yang sholih untuk ku, agar aku punya tempat untuk membagi semua yang kurasa pada nya tanpa kecuali..

Aku kemudian terlelap diatas sajadah, masih menggunakan mukenah setelah menunaikan sholat witir tadi*.

Semoga Engkau mendengar pintaku.. Aamiin..

" Neng.. Naya sayang.. cantik nya Ummi.. jangan sedih Nak.. berbaktilah semampu kamu yaa.. "

" Ummi.. Ummi.. aku kangen.. maafkan aku.. maafkan aku.. maaf "

Tiba-tiba di tengah malam Naya terbangun, tertegun mendapati keadaan nya saat ini.. tadi itu seperti nyata, bukan mimpi.. Belaian tangan ummi, masih terasa di kepalaku. Batin Naya.

*Aku kembali menangis, rasa bersalah itu datang lagi. Orang - orang bilang, karena ku.. Ummi ku berpulang.. apakah ini alasan Abah membenci ku..

Kepalaku sakit setiap kali berusaha mengingat nya. Hati ku sesak karena rasa bersalah yang tak ku tau sebab nya. Ada apakah ini sebenarnya? dirumah ini tak ada yang pernah mau menjelaskan padaku.. kebenaran apa yang berusaha keluarga ku tutupi?

Aku hanya mampu mengingat :

[ Istri dan anak anda kehilangan banyak darah.. ]

Hanya suara-suara itu yang sering berputar kepalaku.

Hanya bunyi alat medis yang terngiang ditelinga ku*.

Naya tak bisa melanjutkan tidur kembali dan akhirnya memutuskan untuk mengambil wudhu dan murajaah bacaan nya. Setidaknya dengan melakukan ini hatinya menjadi lebih tenang.

Ya Allah..

ku mohon, bukalah tabir kebenaran padaku.. agar aku bisa memperbaiki segala kesalahan ku. Menebus dosa ku pada orang-orang yang ku sayangi. Naya tak henti nya meminta pada Sang Pencipta.

RENCANA NAYA

PoV

Nama ku Ainnaya Misbach Shaki. Tahun ini aku berusia 20 tahun.

Sudah 1 tahun aku tinggal terpisah dengan keluarga ku meski masih dalam 1 kota. Ayahku memutus segala fasilitas untukku termasuk uang saku dan lainnya. Bukan tega, tapi ini konsekuensi yang harus aku terima karena melawan beliau. Aku merasa, setelah kepergian ummi 3 tahun lalu, beliau seperti membenci ku entah apa alasannya hingga saat ini aku pun tak tahu.

Saat ini, aku bekerja sebagai staff visual merchandise di sebuah mall besar dikota ku. Selain itu, ada beberapa pekerjaan part time event di beberapa hotel dan cafe, semua ini tak lain untuk membiayai kebutuhan harian dan kuliah ku. Jika ditanya apakah menyesal, aku pastikan tidak. Karena dengan begini, setidaknya aku bisa sedikit bernafas lega dan bertemu dengan orang banyak, mendapat berbagai pengalaman hidup tentu nya. Aku tangguh, hanya kata-kata semangat inilah yang selalu di ucapkan dan menguatkan ku setiap hari.

" Naya... Sayang... Ummi tak menyalahkan mu.. Ini takdir dari Allah." Aku terbangun dengan keringat bercucuran malam ini. Mimpi itu akhir-akhir ini sering datang lagi. Sepertinya aku harus mencari tau sendiri misteri dibalik ini semua, Tuhan.. Bilamana kenyataan yang kudapatkan nanti membuat luka baru yang menganga lebar kembali.. Kuatkan aku.

***

Ba'da dzuhur, Abah Naya menyambut kedatangan satu keluarga yang di ketahui adalah kawan dekat Abah waktu merantau dulu. Mereka terlibat suatu percakapan yang tak Naya pahami. Ia memilih mendengarkan obrolan ngalor ngidul mereka dari ruang tengah, ditemani kakak kedua nya yang penyayang, ka Amir yang sedang murajaah tentu nya.

" Gimana... Kamu sudah bicarakan dengan anak mu tentang niat kita? kenalkan ini anak sulung ku, Bagas.. Dia tertarik dengan Naya, setelah aku perlihatkan foto nya. Anakku ini in sya Allah sudah mandiri kalau kau khawatir tentang kenyamanan masa depan putri mu.. " Terdengar oleh Naya, suara bariton seorang lelaki paruh baya.

" Sudah... Dia bersedia. " Ucapan Abah membuat Naya kaget. Kapan aku bilang bersedia? Kapan Abah menanyakan pendapat ku. Batin Naya protes.

" Hmmm, maaf Om... Aku boleh ketemu Naya ga yaa? Aku ingin dengar langsung pendapat dari Naya, jika di izinkan ". Kali ini suara siapa lagi? Apakah ini suara lelaki yang akan dijodohkan dengan ku? Siapa tadi namanya? Bagas? Oh Tuhan, akhirnya ada yang peduli pada pendapat ku. Naya bergumam pelan.

" Boleh nak Bagas... Naya... Neng, sini.. " Suara Abah memanggil Naya. Ingin rasanya tak ia ikuti, tapi genggaman tangan ka Amir, tatapan mata, senyum, dan anggukan samar dari nya, menguatkan Naya.

" Pergilah.. Jika Abah keterlaluan, kakak akan membantu mu ". Ujar nya kemudian.

" Bismillahirrahmanirrahim... ". Ucap Naya sambil memejamkan mata, menarik nafas panjang sebelum melangkah ke ruang tamu dimana mereka menunggu nya.

" Ini Naya? Sudah dewasa yaa, cantik... Bagas, Ibu bilang juga apa? " Kali ini, suara dari seorang wanita yang masih terlihat cantik meski sepertinya sudah berusia seumuran Abah, tebak Naya.

" Hai Naya... Aku Bagas.. " Pria di hadapan nya, tinggi nya hampir sama dengan Naya kira2 165cm atau mungkin lebih tinggi dia sedikit, tegap, rapih, gagah dan cukup tampan. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan nya kepada Naya.

" Naya... " Balas nya singkat, sambil menangkup kan tangan di depan dada.

Nampak keterkejutan diwajah nya karena Naya menolak uluran tangan nya. Dia lalu duduk disebelah Abah. Kemudian terdengar Bagas mulai membuka suara.

" Naya.. Aku ingin mengenal mu lebih dekat sebelum kita menikah nanti.. Apa kamu bersedia? ". Tanya nya kali ini sambil menatap lekat wajah Naya.

" Aku tidak bisa memberikan jawaban iya atau tidak.. Aku disini hanya mengikuti keinginan Abah agar aku berbakti, pendapat ku tidak penting, silahkan lanjutkan yang menjadi niatan kalian.. Aku permisi ". Tatapan matanya beradu dengan mata Naya, dan entah kekuatan darimana ia mengatakan jawaban yang seketika membuat Abah naik pitam. Naya kemudian berdiri dan membungkuk perlahan sebagai ucapan maaf. Sejurus kemudian, ia mengambil tas dari kamar nya dan bergegas pergi dari rumah itu. Panggilan dari ka Amir, kali ini dia abaikan. " Maaf ka.. Maafkan aku." Isak Naya sambil berlari.

30 menit kemudian, TPU Kamboja.

Disinilah Naya sekarang, duduk beralaskan tanah di makam ummi nya dengan airmata yang terus menerus jatuh tanpa permisi.

" Mii.. Aku bisa menemukan jalan keluar juga kan kali ini.. " Hingga tak terasa, 2 jam sudah dia menangis disini. Kepala nya berdenyut nyeri, perut nya terasa pedih.

Ah yaa, aku belum makan dari siang tadi. Perlahan aku bangkit, berjalan pelan sambil menahan rasa lapar sekaligus sakit kepala. Karena tak tahan untuk naik angkot, maka kali ini kuputuskan kembali ke kost-an dengan memakai jasa abang ojek.

Setiba di kost-an dia langsung makan yang telah disediakan ibu kost. Beruntung di kostan ku ini, urusan makan, cuci setrika sudah termasuk ke dalam uang sewa bulanan, yah meski agak mahal dibanding kost lainnya, tapi ini sangat membantu Naya yang tak punya banyak waktu untuk melakukan nya.

Selepas membersihkan diri dan sholat ashar, Naya lalu berbaring di ranjang nya. Pikiran gadis ini menerawang tentang sebuah rencana. Tapi karena fisik nya yang lelah, hati yang sedang kusut, maka otak nya ikut buntu.

Tok tok tok... Pintu kamar ku diketuk beberapa kali.

" Nayaaaa, aku nih..." Ah suara Vita, sahabat terbaik satu kost nya. Sekaligus pencetus ide2 brilian jika dia dalam situasi terdesak seperti saat ini.

" Masuk Ta.. Ga dikunci ko.. Aku lagi rebahan ". Jawabnya singkat. Setelah Vita masuk sambil membawa cemilan, Naya mulai menceritakan segala nya pada Vita tentang sebuah rencana penggagalan kali ini. Vita kerja di club terkenal kota ini, koneksi nya banyak, mulai dari kaum borjuis sampai para preman. Asal ada uang urusan mulus, kata Vita. Meski demikian, Naya percaya Vita bisa menjaga diri nya karena Naya tau, Vita adalah tulang punggung keluarga nya.

" Sabar Naya.. Kita liat dulu type dia kayak apa kali ini? Kalau kita gegabah bisa2 gagal.. Aku padamu pokonya, aku dan Dino bakal bantu kamu ko.. ". Hibur Vita kemudian.

" Dino, lo gantung mulu... Awas mati hati nya.." Sindir Naya, Vita ga peka padahal berkali-kali Dino melamar nya.

" Ogah.. Bartender itu hobi tebar pesona. Gue nginep tidur sini yaa, habis liat film horor ko jadi takut yaa ". Ucapnya sambil tertawa.

Mereka lalu ngobrol ngalor ngidul sampai malam. Hingga tanpa Naya sadari, Vita sudah lelap ke alam mimpi. Baiklah, jika kali ini aku harus mengenal Bagas lebih dulu, lalu menjalankan rencana ini maka aku harus mengikuti permainan nya. Semoga aku tak jatuh cinta nanti. Hati Naya ketar ketir juga.

Jam 22.00 wib. Ting. Bunyi pesan masuk ke handphone ku.

" Naya.. Sudah tidurkah? Aku Bagas ". Wah gerak cepat sekali dia dapat nomer ku. Pasti Abah yang memberikan nya, pikir ku dalam hati. Naya lebih memilih mengabaikan pesan nya.

" Aku serius dengan ucapan ku tadi.. Simpan nomor ku yaa.. Selamat tidur.. Besok aku jemput kamu saat pulang kerja ". Tulisnya di pesan yang kedua.

" Ga perlu.." Balas Naya singkat.

" Penolakan mu ini justru bikin aku tambah semangat... Jangan sia-siakan tenagamu untuk membuat rencana menghindari ku Naya, percuma.. Karena aku tak sama seperti pria lainnya yang sudah berhasil kamu singkirkan.. Selamat malam sayang... See you esok hari ". Wah bahaya, dia lawan sepadan sepertinya. Naya kembali membatin.

" Ta, Vita... Bangun Ta... Dia udah warning nih, kayak nya dia tau kita pernah mengerjai beberapa lelaki yang di jodohkan dengan ku ". Aku menggoyang-goyangkan tubuh Vita, namun percuma karena jika Vita sudah tidur, maka gempa pun tak bisa membangun kan nya karena tidur nya ngebo.

Naya mulai gelisah malam ini, hampir tak bisa tidur. Risau akan rencana yang kemungkinan kali ini akan gagal. Ya Tuhan ku.. Tunjukkan jalan padaku apa yang harus aku lakukan kali ini. Bantu aku yaa Tuhan..

________________

Makasih support nya yaa, mama do'akan kalian pembaca ku selalu sehat dimanapun berada. luv...

BAGAS ADYATHAMA

*T*enang Naya, mungkin dia cuma menebak-nebak, belum tentu dia tau bahwa dalang dibalik semua kegagalan perjodohan yang telah diatur Abah adalah ulah ku. Pergulatan dalam batin Naya sukses membuat mata nya terjaga sepanjang malam.

Kriiiiiiiinnnggggggg.. Rasanya baru saja ia memejamkan mata, bunyi alarm beberapa kali menggema dari suara ponselnya. Tanpa melihat jam dinding pun dia tau jika saat ini waktu subuh telah tiba. Dengan malas karena mata masih mengantuk, Naya paksakan untuk bangun dan menunaikan sholat subuh.

" Ta... Vita... Berani nya kamu tidur pelukan sama Dino dikamar aku.." . Teriak Naya cukup keras ditelinga nya sambil iseng memeluk Vita, berharap kali ini dia segera bangun.

" Haah... Dino... Mana... Eh tangan siapa ini? Aaaaa jangan sentuh aku. " Dengan muka bantal khas bangun tidur Vita terlonjak kaget membuka mata nya.

" Hahahaha..." Tawa Naya pecah melihat muka konyol Vita.

" S*al... Dasar SpongeBob wedok.." Umpat nya kesal. Vita menjuluki Naya SpongeBob karena hidup nya yang berkutat di situ melulu, hidup lurus persis SpongeBob dengan bikini bottom nya.

" Subuh dulu yuk... Nanti aku mau cerita tentang Bagas, kayak nya dia bukan pria sembarangan yang mudah kita singkirkan, tepat seperti dugaan mu Ta ". Naya teringat kata-kata Bagas dalam pesan nya semalam.

" Heem.. Kita pikirin nanti, aku ngantuk dan lapar.. Kamu tau kan kalau aku lapar otak ku menjadi bodoh ". Jawab Vita sambil terus menguap dan bergumam tak jelas. Vita.. Vita..

***

Sabtu ini Naya tidak ada jadwal part time. Meski demikian, ia tetap masuk shift siang di Mall tempat nya bekerja. Karena sejak mengajukan permohonan kuliah program kelas reguler tahun lalu (bukan kelas karyawan), Store Manager memberikan izin bahwa ia boleh bekerja sambil kuliah dengan syarat sepanjang masa kuliah masuk kerja shift siang kecuali ada event2 tertentu di Mall yang membutuhkan staff VM lengkap maka Naya harus bersedia meninggalkan jadwal kuliah sementara. Dan ia menyetujui nya. Senin - Jumat pagi jadwal kuliah, siang nya kerja. Bila ada event2 di hotel saat weekend, Naya biasanya mengambil job part time pagi hari nya. Begitulah rutinitas gadis ini dalam satu tahun berjalan.

Tak terasa, jam 21.00 toko tutup dan mereka tampak bersiap briefing malam sejenak sebelum pulang kerja. Malam minggu bagi sebagian gadis seusia Naya adalah malam yang ditunggu untuk melepas rindu dengan pujaan hati

Malam minggu yaa.. Seperti biasanya, sepi. Tapi saat ini hidupku lumayan berwarna dengan hadirnya Vita dan Agus, dua sahabat baik ku yang terkadang otak nya geser alias kocak bin konyol. Naya tersenyum samar.

Ting. Satu pesan masuk. " Naya.. Aku sudah diparkiran pintu karyawan ". Pesan dari Bagas.

" Pak.. Aku nanti nyelip di belakang bapak yaa pas turun, ikut sampai parkiran motor.. yaa yaa.. ". Seperti biasa, Pak Dar Staff VM senior yang berbadan tinggi besar dan lebar persis penampakan body mobil tangki p*rtamina, sudah mengerti maksud Naya dan beliau mengangguk.

" Naya Naya.. Siapa lagi yang kamu hindari.. Jangan pilih pilih, nanti Boleng ". Jawabnya sambil tertawa. Boleng dalam bahasa Jawa artinya buruk atau jelek.

" Amit amit... Pak Dar kayak ga tau Abah nya Naya aja ". Sahut ku sambil cengengesan.

Deg... Deg... Deg... Seperti biasanya, jantung Naya berdegup kencang jika ada misi kabur seperti saat ini. Jemari nya mencengkeram kuat jaket Pak Dar dan bersembunyi di balik badan nya saat menuruni satu persatu anak tangga di koridor pintu karyawan. Berdesakan diantara kerumunan karyawan mall lainnya.

Tiba-tiba... Bruk.. Pak Dar mendadak berhenti hingga membuat kepala Naya menabrak punggung nya. " Lho Pak Bagas.. Ko ada disini? Jemput siapa Pak? ". Suara Pak Dar menyapa seseorang. Siapa tadi? Bagas? Naya lalu mengintip dari balik punggung Pak Dar. Oh s*al.. Rutuk Naya dalam hati.

" Jemput calon istri ku, Pak Dar yaa, apa kabar?... Hey Naya... Sudah ku bilang, kamu tak perlu susah payah menghindari ku.. Kemari ". Dia menarik paksa tangan ku yang sukses membuat Pak Dar melongo.

What the.... Sebentar, ko Pak Dar kenal sih? Kenal dimana? Tampak nya aku harus mengorek keterangan dari Pak Dar besok malam. Huft.. Untuk pertama kalinya dalam misi kabur yang gagal kali ini aku tak bisa mengelak, satu kosong. Batin Naya kesal.

" Lepas.. Lepasin... Sakit ". Aku berontak, tak suka bila orang asing menyentuh ku secara paksa.

" Aku kenal baik Pak Dar.. Putra nya pernah mengikuti test masuk Akabri tahun lalu dan kebetulan aku menjadi salah satu pengawas pelatihan nya.. Kalau itu pertanyaan yang ada di otak mu sekarang tentang aku yang mengenal beliau ". Setelah Naya dipaksa masuk dalam mobil, dia menjelaskan apa yang memang ingin ia ketahui.

" Temani aku makan yaa.. " Ucapnya kemudian, Naya tak menanggapi, arah pandangan nya tertuju pada situasi lalu lalang kendaraan di sepanjang jalan yang mereka lewati.

" Kamu punya rekomendasi tempat makan yang nyaman di sekitar sini? ". Tanya nya kembali. Naya masih bergeming tak berniat menanggapi nya.

" Aku.. Punya pacar, sejujurnya aku juga enggan dengan perjodohan ini.. Tapi aku melakukan nya untuk sebuah tanggungjawab terhadap mu ". Pancing nya lagi dan kali ini sukses membuat Naya membuka suara.

" Apa maksud mu? Jika kamu memang punya maksud tersembunyi, baik nya katakan segera, mungkin kita bisa bekerjasama untuk membatalkan rencana orang tua kita ". Tawar ku antusias.

" Haha Naya.. Kamu ternyata tak sepolos yang aku kira.. Sayang nya, makin aku mengenal mu semakin aku tak berniat menggagalkan rencana mereka.. Maaf membuat mu kecewa ".

" Lalu apa maksud mu dengan rasa tanggung jawab tadi? ". Naya masih penasaran.

" Bukan apa-apa.. Saat ini aku sedang break dengan pacar ku.. Dan kamu, sukses membuat ku tertarik... Ainnaya Misbach Shaki ". Dia menatap Naya dengan wajah dingin dan misterius. Yang sialnya sempat membuat gadis ini... Terpesona...

" Dasar pria g*la.... ". Akhirnya emosi ku tersulut juga.

" Terimakasih pujian nya sayang.. Turun yuk.. Kita makan disini.. Aku harap ini akan jadi salah satu tempat favorit kita mulai hari ini.. "

Dimana ini? Hmmm.. Pilihan resto nya boleh juga ketika Naya menyadari bahwa mereka memasuki pelataran salah satu Restauran yang memiliki view pantai indah di malam hari.

Bagas berusaha memegang tangan Naya lagi, lalu ia menepis nya kasar. " Naya.. Tak bisakah kamu bersikap lembut sedikit pada calon suami mu? Aku cuma ingin memegang tangan mu, kenapa untuk hal kecil seperti ini saja kamu menolak? Toh aku akan jadi suami mu juga, suka ataupun tidak ". Bagas kesal.

" Tidak, aku tidak suka disentuh oleh orang yang tidak sopan seperti anda.. Dan belum tentu juga kita akan menikah.. Jangan terlalu percaya diri Tuan Bagas Yang Terhormat ". Sungut Naya kesal, kesal sekali.

" Hahaha.. Benar kata Abah, kamu ini keras kepala.. Tak apa, aku justru makin menggebu menjadikan mu milikku.." Tawa Bagas lepas sambil memanggil waiter untuk memesan makanan.

Sesungguhnya Naya tak nafsu dengan makanan yang sudah terhidang di meja mereka. Orang bilang, bukan salah makanan nya tapi salah kan situasinya. Bila bersama orang yang kita sayangi, menu makanan apapun akan terasa lebih nikmat bukan.

Dalam keheningan, terdengar suara dari ponsel nya. " Siap Pak.. ". Jawab nya tegas. Sepertinya dari atasan Bagas.

Bukankah Bagas tadi bilang tentang Akabri kan, berarti dia seorang prajurit kah? ah rasanya tak mungkin jika dilihat dari penampilan nya. Aku menduga dia punya posisi jabatan yang sudah lumayan, entahlah mungkin Kapten atau Mayor. Tebak Naya kali ini.

Tak lama kemudian, Bagas kembali menatap Naya lekat. " Naya.. beri aku kesempatan.. buka hatimu sedikit yaa.. Besok hari terakhir aku disini karena Senin aku harus kembali ke pangkalan. Kita habiskan waktu berdua yaa jalan kemana gitu.." Kali ini ucapan nya melembut. Andai kamu datang tanpa paksaan mungkin aku mulai tertarik dengan mu Bagas.

x Besok aku kerja, weekend justru ga boleh libur.. dari hal ini saja, kita sudah tak cocok karena zona waktu kita berbeda ". Jawabku percaya diri, masih sambil mengaduk-aduk makanan yang sedari tadi tak bisa ku telan.

" Jangan mencoba batas sabar ku, Ainnaya.. Aku tak suka dibantah ".

" Dan aku.. Tak suka kamu atur.. Antar aku pulang sekarang atau aku pulang sendiri ". Balas Naya tak kalah sengit.

Akhirnya mereka pulang. Jam 23.00 WIB tiba di kost-an bersamaan dengan Vita yang juga baru saja sampai. Vita memandang Naya heran, pasti dia bertanya-tanya mengapa ia pulang dengan Bagas tadi. " Maaf Vita, ku jelaskan nanti yaa, aku lelah ". Kulihat wajah Vita terlihat khawatir padaku.

Setelah sholat isya, mata Naya tak lantas terpejam meski tubuhnya sangat lelah. Kata-kata Bagas tentang tanggungjawab tadi terngiang-ngiang dikepala nya kini.

..Tuhan.. firasat ku tak enak. Ada apakah sebenarnya? Ku nyalakan murottal dari speaker qur'an agar hati ku tenang sambil perlahan menutup mata, Ada Allah Naya.. masih ada Allah.. jangan khawatir. Hibur nya dalam hati..

___________________

Misteri..... peluk buat Naya, yang kuat yaa...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!