NovelToon NovelToon

BUNIAN

BAB 1

Orang-orang sedang berkumpul dipusat kota dan diluar rumahnya masing-masing untuk menantikan peristiwa gerhana bulan, yang menurut prediksi BMKG akan terjadi dalam 1 jam kedepan. Setiap orang sangat penasaran untuk menyambut dan mengabadikan momen langka tersebut. Apalagi menurut prediksinya, peristiwa gerhana bulan kali ini akan sangat jelas disaksikan untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sehingga memantik rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi dari setiap orang yang penasaran untuk menyaksikan serta mengabadikan momen penampakan penuh dari gerhana bulan tersebut.

Sementara itu, disalah satu sudut kota. Seorang pemuda yang mengenakan seragam dari satuan unit khusus kepolisian sedang dikejar dan diburu oleh pihak gabungan dari seluruh unit keamanan di Negeri ini. mulai dari TNI dan Kepolisian. Pemuda tersebut bernama, Zaha!.

Tubuhnya penuh dengan luka-luka, akibat pertempuran nekatnya ketika menyerbu seorang diri markas pusat kepolisian untuk membunuh salah seorang petinggi POLRI. Bukankah itu adalah misi bunuh diri ? benar. Karena Zaha yang telah menargetkan petinggi POLRI tersebut sejak lama dan Ia tidak berniat untuk bisa selamat keluar dari sana, karena itu adalah misinya yang terakhir.

Zaha dengan lihainya meliuk-liuk diantara padatnya kendaraan yang ramai dimalam itu. sementara itu, puluhan mobil dan motor pasukan khusus mengejar dibelakangnya.

Zaha mulai terdesak, karena setiap persimpangan jalan sudah di blokir oleh kendaraan aparat. Namun Zaha tidak kehilangan akal, dengan skill tingkat tingginya, Ia membelokkan motor trail curiannya kedalam sebuah gang sempit.

Dooorrr ddooorr

Beberapa tembakan berhasil dihindarinya. Namun naas, begitu masuk ke dalam gang ternyata di ujung gang tersebut sudah menunggu 2 orang polisi menghadangnya dengan menggunakan motor yang sama dengan Zaha, melintangkan motor mereka tepat ditengah jalan. Sehingga, mau tidak mau Zaha harus mendobrak paksa blokade motor tersebut. Dengan prediksi yang sangat matang, Zaha mengarahkan motornya tepat ke tengah-tengah motor yang menghadangnya, namun dalam sepersekian detik ketika motor mereka akan bertabrakan, Zaha mengangkat ban depannya. Sehingga ketika tabrakan terjadi, motor yang dikendarainya melambung keatas.

Braaakkkkk

Kedua polisi khusus yang menghadangnya seakan tidak percaya dengan kenekatan Zaha yang memilih menabrakan kendaraannya. Sehingga keduanya pun terpaksa meloncat kesamping. Zaha sempat oleng sesaat, lalu berhasil menstabilkan laju kendaraannya kembali dan melesat meninggalkan kedua penghadangnya tersebut.

Dooorrrr

"Ughhh.." terdengar jerit tertahan dari mulut Zaha. Rupanya ketika Ia berhasil keluar dari kepungan barusan, tembakan salah seorang polisi berhasil mengenai punggungnya bagian samping yang tidak tertutupi oleh rompi anti pekuru. Sehingga semakin membuat lukanya semakin bertambah parah. Perutnya sudah terluka akibat tusukan ketika pertempuran di markas pusat kepolisian sebelumnya. Belum lagi luka yang sangat parah di kepalanya, membuat pandangannya sudah mulai mengabur dan tertutupi oleh darah. Namun, Zaha bertekat untuk tidak menyerah begitu saja. Ia lebih memilih mati bunuh diri ketimbang harus ditangkap dan disiksa oleh aparat keamanan nantinya. Apalagi akibat serangan frontalnya di markas kepolisian tersebut, tentunya akan sangat mencoreng nama baik POLRI sebagai salah institusi keamanan di Negeri ini. Bukan hanya itu, salah seorang elit petinggi POLRI juga terbunuh malam ini.

"hoooeekkk..." Zaha memuntahkan darah segar dari mulutnya, kencangnya angin yang menerpa kepala Zaha ketika membawa motor itu tidak cukup untuk membuatnya tetap terjaga. Kesadarannya sudah diambang batasnya.

Sementara itu, aparat gabungan semakin banyak saja yang ikut mengejarnya.

Ciiitttt,

Zaha menekan rem dengan kuat, membuat laju motornya langsung terhenti. Ternyata di depannya ada blokade mobil SUV Polisi, ditambah beberapa motor yang telah menunggu dibalik mobil tersebut.

Deg deg deg

Detak jantung Zaha berdetak dengan sangat cepat membuat adrenalinnya semakin meningkat, kali ini Ia harus bertaruh nyawa untuk bisa melewati hadangan yang ada didepannya. Sementara dibelakangnya juga sudah ada puluhan kendaraan dan senjata yang siap memberondongnya setiap saat.

Pinggangnya sudah basah oleh darah yang keluar akibat luka tusukan dan tembakan dipingang dan perutnya, wajahnya sudah tidak jelas karena tertutupi oleh merahnya darah yang mengalir dari kepalanya. Ia pun sadar, jika sudah tidak mungkin lagi keluar dari situasi seperti ini. Ini adalah akhir dari hidupnya, namun secercah tekad dipenghujung nyawanya, membuat Ia harus nekad. Bukankah ini adalah misi bunuh diri awalnya ? pikir Zaha dengan senyum kematiannya.

Ia mengemboskan nafas, untuk memacu kembali adrenalinnya yang sempat menurun.

Brummm brummmm

Ia mengeber gas motornya sambil menekan rem, sementara tangan kanannya menggeber gas beberapa kali untuk meningkatkan torsi motornya.

Para polisi dan tentara yang menghadangnya dibuat terkejut dengan aksi nekad yang diperagakan oleh Zaha. Sadar dengan tekat bulat buruan mereka, sehingga merekapun bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Boooommmmm

Zaha menarik gas kuat dan melajukan motornya sambil mengangkat ban depannya.

"Jangan biarkan Ia lolos, TEMBAKKK." Perintah salah seorang komandan pasukan yang mengepungnya.

Ddoorrr dooorrr doorrr

Puluhan bahkan ratusan peluru melesat ke arah Zaha. Rupanya Zaha mengangkat ban motor depannya sekaligus sebagai tameng. Walau tak sepenuhnya bisa menghadang peluru yang datang ke arahnya,

Braaakkkk ddossshhh

Dengan kelihaiannya, Zaha lagi-lagi berhasil keluar dari hadangan polisi yang ada didepannya. Namun beberapa peluru bersarang telak ditubuhnya sebagai imbalan dari kenekatannya tersebut, membuat nyawa Zaha benar-benar sudah diujung tanduk.

Sementara itu, melihat Zaha yang berhasil lolos dari kepungan. Membuat para aparat keamanan yang mengepungnya seperti kebakaran jenggot, dan kembali mengejarnya dengan mengerahkan segala sumber daya yang mereka punya, karena bagaimanapun Zaha harus ditangkap dan diadili akibat perbuatannya yang telah menghabisi nyawa salah seorang elit petinggi Kepolisian.

Zaha berhasil melajukan motornya keluar dari kota, nafasnya sudah menderu dan putus-putus. Dan sesuai dengan rencana yang sudah diaturnya jauh sebelum aksi malam ini, Zaha semakin menggeber laju motornya sampai ke puncak bukit. Begitu melihat tepian jurang yang menjadi tujuan akhir dari rencananya, Ia tersenyum. Sebuah senyum kematian seorang Zaha.

Brrooommm

Zaha semakin meningkatkan kecepatan kendaraannya sampai pada batas kecepatan maksimum dan,

Braakkk

Zaha menabrak pembatas pagar, Zaha dan kendaraannya meluncur deras ke dalam jurang.

Braak braagghh

Duaaarrr

Motor yang dikendarainya meledak begitu menghantam keras badan jurang, sementara tubuh Zaha menghantam keras bawah jurang. Sehingga tubuh tersebut menjadi hancur remuk.

"Uhhkkkk." Matanya mulai gelap, Ia tersenyum dingin di penghujung nafasnya.

Seluruh tubuhnya mengeluarkan darah, tulang-tulangnya patah dan remuk akibat menghantam karang dan bebatuan yang ada dibawah jurang.

Menjelang ajalnya menjemput, semua kenangan pahit seolah berputar kembali di memorynya.

Mungkin hanya sebentar saja kebahagiaan itu dirasakannya, ketika Ayah, Ibu dan Kakak perempuannya masih hidup. itu adalah memory sebelum usianya 7 tahun. Bahkan Zaha sendiri hampir lupa, apa arti bahagia itu yang sebenarnya ? Karena saat usianya tepat 7 tahun, keluarganya merayakan pesta ulang tahunnya dengan sangat meriahnya. Semua kolega orang tuanya hadir dan memberi hadiah padanya, Dia benar-benar mendapat semua cinta dan sayang dari semua orang saat itu. Namun itu juga menjadi hari terkelam dalam hidupnya. Tengah malam, saat semua orang sudah terlelap dalam tidurnya masing-masing, sekelompok perampok memasuki rumah mereka. Zaha dan Kakak perempuannya, Ainun yang masih berusia 11 tahun disekap diruang tengah rumahnya. Lalu disusul oleh Opa dan Omanya, sementara itu Ia mendengar perkelahian dari kamar orangtuanya. Rupanya para perampok itu berniat langsung membunuh Ayahnya, namun Ayahnya yang memiliki kemampuan beladiri berhasil membunuh 4 orang perampok tersebut.

Namun, naas! Saat Ayahnya, Zainudin keluar dari kamar dan bermaksud menyelamatkan anak-anaknya, Ia ditembak oleh salah seorang perampok. 4 kali tembakan ke tubuh Zainudin, membuat Ayahnya tersebut meregang nyawa dengan tragisnya. Tidak terkira rasa takut dan trauma yang harus ditanggung oleh Zaha kecil, didepan matanya sendirinya Ia menyaksikan Ayah yang sangat dibanggakannya itu dibunuh dengan cara yang sangat keji. Tidak hanya berhenti sampai disitu, Opa dan Omanya yang memberontak karena melihat menantunya dibunuh juga ikut dibunuh dengan cara digorok oleh para perampok.

Apakah berhenti sampai disitu ? ternyata tidak.

Ibunya diseret paksa ke ruang tamu, bersama dengan kakak perempuannya. Mereka diperkosa secara brutal oleh para perampok tersebut, tidak terlukiskan bagaimana jerit pilu keduanya karena kehormatannya yang direnggut secara paksa oleh para perampok keji tersebut.

Para perampok tersebut tertawa dengan penuh kepuasan, begitu nafsu binatangnya sudah tersalurkan, lalu dengan golok yang dipakai untuk membunuh kedua Opa dan Oma Zaha, mereka memancung kepala Ibu dan Kakak perempuannya.

Zaha sendiri menjerit pilu dan penuh dendam pada para perampok tersebut, sampai-sampai tidak terdengar lagi teriakan dari mulut kecilnya, hanya matanya yang memerah memandang penuh dendam pada perampok tersebut.

BAB 2

"Masih ada satu Anaknya bos, bagaimana ? kita habisi juga kah ?" tanya salah seorang perampok.

"Jangan biarkan satu orangpun hidup." perintah bosnya dengan suara berat.

Namun belum sempat anak buah perampok tersebut mengeksekusinya, terdengar suara tembakan dari arah luar. Security perumahan yang terlambat datang, menjadi penyelamat nyawa kecil Zaha.

Sehari setelahnya, datang seorang orang tua yang bernama Midun. Orangtua tersebut mengaku sebagai guru silat Ayahnya dahulu sewaktu masa kuliah. berkat didikan Midun pulalah, Zaha menjadi pribadi yang tangguh dan dingin. Midun menurunkan semua kemampuannya pada Zaha, sebagai rasa bersalahnya karena terlambat datang menyelamatkan keluarga dari murid kesayangannya tersebut. Midun yang sudah tua memperlakukan Zaha dengan keras. Menurutnya, lawan yang akan dihadapi oleh Zaha sangatlah kuat, sehingga Ia benar-benar mendidik Zaha dengan sangat disiplin.

Sejak kecil Zaha sudah akrab dengan dunia kekerasan, usia 11 tahun namanya sudah dikenal di kalangan preman tempat tinggalnya. Usia 16 tahun Ia berhasil membalas dendamnya pada para pembunuh keluarganya. Ia membantai seluruh perampok yang telah membunuh dan memperkosa Ibu dan Kakaknya. Tidak hanya itu, dendam yang telah membatu dalam hatinya, membuat Ia juga turut membantai seluruh keluarga dari perampok tersebut. Akibatnya, Ia tertangkap oleh pihak kepolisian beberapa hari kemudian. Namun karena usianya yang masih dibawah 17 tahun, Zaha dipenjara dalam tahanan khusus anak-anak. Didalam penjarapun, Ia sangat disegani karena berhasil menundukan para penjahat kelas kakap dalam duel sengit antar sesama tahanan. Karena melihat bakat spesialnya tersebut, Zaha dibina lalu direkrut dalam satuan kepolisian. Benar saja, hanya dalam beberapa tahun berkarir sebagai polisi muda, Zaha mencatatkan prestasi yang gemilang, sehingga Ia pun direkomendasikan untuk masuk dalam satuan khusus Kepolisian. Lagi-lagi Zaha berhasil menunjukan prestasi yang sangat siginifikan, Ia tidak takut dengan tindak kriminal apapun. Bahkan pernah Ia mengrebek sindikat perdagangan narkoba yang cukup besar, hanya seorang diri. Berkat prestasi itupun, Ia kembali direkomendasikan dalam pasukan super elit yang khusus menangani tindak kejahatan dengan level tinggi yang masuk kasus dengan tindakan luar biasa.

Dari sanalah, Zaha berhasil menemukan sebuah dokumen yang membuat arah hidupnya jadi berubah, sebuah dokumen rahasia yang mengungkap tentang kematian keluarga besarnya. Ternyata dalang dibalik semua itu adalah salah satu petinggi kepolisian. Alasannya, karena Ayahnya tidak mau diajak bekerja sama dalam sebuah proyek besar salah satu pembangunan markas kepolisian. Proyek itu sendiri, sarat dengan korupsi. Ayahnya yang mengetahui akan hal itu, menolak proyek tersebut karena sifatnya yang menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran, Ayahnya telah mengingatkan untuk tidak meneruskan proyek tersebut. Namun karena ketamakannya, petinggi polisi tersebut menyewa sekelompok mafia sebagai alat untuk menghabisi Ayahnya Zaha karena dianggap membahayakan tujuan sang petinggi kepolisian tersebut.

Atasan Zaha yang juga mengetahui dokumen tersebut memanfaatkan Zaha sebagai alat untuk menghabisi petinggi polisi tersebut, karena polisi tersebut merupakan saingannya dalam menduduki salah satu jabatan penting di tubuh kepolisian. dan setelah Zaha berhasil menghabisi petinggi polisi tersebut, ia malah dijadikan kambing hitam dan ditetapkan sebagai tersangka dan dipecat secara tidak hormat dari kesatuan.

Zaha yang merasa hanya diperalat, kemudian merencanakan pembalasan pada atasannya tersebut. Ia sadar, kalau lawan yang akan dihabisinya saat itu bukanlah orang sembarangan, karena orang tersebut merupakan atasannya yang langsung memimpin pasukan super elit di kepolisian. Sebuah misi tersulit dalam hidupnya, dan boleh dibilang itu adalah sebuah misi bunuh diri atau mission imposible dengan peluang berhasilnya cuma 5 persen, karena Ia akan langsung membunuh targetnya tersebut dimarkasnya pasukan super elit, pasukan terbaiknya di Negeri ini. dan benar saja, Ia menghadapi rekan-rekan yang pernah satu tim dengannya dulu, pasukan yang memiliki kemampuan khusus, jauh diatas rata-rata pasukan biasa.

Dengan perencanaan yang sangat matang serta ditunjang kemampuannya yang luar biasa, Zaha memang berhasil menjalankan misinya untuk membunuh atasannya tersebut, namun dengan luka yang sangat parah sebagai imbalannya. Bahkan jika Ia tidak masuk kedalam jurang pun, Zaha tetap saja akan mati karena parahnya luka yang dideritanya.

Air mata terlihat mengalir di sudut matanya.

"Za..ha a-kan se-sege-ra menyusul kalian. Ahhkkkkk. A-ayah, I-ibu, Ka-kak.." Dadanya terlihat terangkat, lalu Zaha pun menghembuskan nafasnya yang terakhir, tepat disaat gerhana bulan sedang penuh total, dimana bulan melalui titik pusat daerah umbra dan warna bulan menjadi merah merata.

Nama : ZAHA

Usia saat kematian : 33 Tahun

Karir : ex pasukan super elit dan pembunuh bayaran.

***

POV Zaha

Aku mengerjapkan mata beberapa kali, lalu membuka mata pelan. Kulihat samar tempat dimana Aku terbaring, masih serasa sakit disekujur tubuhku. Dimana ini ? apa Aku masih hidup atau sudah mati ? Aku terbangun dalam ruangan serba putih yang pertama kali kulihat ketika terbangun dan Aku merasa sangat asing dengan tempat ini.

"Suster tolong periksa anak ini, Ia sudah sadar." Kata seorang Bapak-bapak sambil membawa seorang perawat perempuan. Perawat tersebut tampak memeriksa keadaanku.

"Dek, Kamu bisa melihat saya ?" tanya perawat tersebut sambil menyinari mataku dengan sebuah senter kecil.

Dek ? kenapa dia memanggilku dengan panggilan itu ? melihat dari penampilannya, seharusnya Ia memanggilku kata 'Kak' atau 'Bapak', karena melihat dari penampilannya, seharusnya usiaku masih diatasnya.

Meski begitu, Aku menganggukkan kepala padanya. Astaga, Aku baru sadar jika kepalaku masih ada perbannya dan masih terasa berat. Dalam hati Aku bertanya-tanya, tentang bagaimana Aku bisa sampai ada disini ? Seharusnya Aku sudah mati. Sangat mustahil Aku masih bisa hidup setelah luka parah yang kuderita, ditambah lagi dengan jatuh ke dalam jurang dan tentunya membuat tubuhku pasti hancur tak berbentuk. Tapi, kenapa Aku bisa ada disini ?

"Dimana saya ? bagaimana Saya bisa sampai disini ?" tanyaku lirih.

"Kamu tidak ingat mengalami kecelakaan seminggu yang lalu ? Kamu kena tabrak oleh mobil yang dikendarai oleh anak perempuan Bapak ini." tanya perawat tersebut sambil menoleh pada Bapak yang membawanya masuk tadi. Aku menatap Bapak itu, Aku benar-benar tidak mengenalinya. Tunggu dulu! Bagaimana bisa Aku ditabrak ? jika kejadian yang sebenarnya bukanlah seperti itu. Namun kepalaku terasa sangat berat untuk diajak berpikir, akhirnya pandanganku kembali menjadi gelap.

Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 8 malam. Namun kali ini, tidak seperti sebelumnya. Aku bisa bangun dengan normal seperti biasanya, kepalaku juga sudah tidak terasa berat seperti sebelumnya. Aku melihat detail seluruh ruangan, ternyata cuma Aku saja yang dirawat dalam ruangan ini, itu artinya Aku dirawat dalam ruangan VIP. Aku melihat ke arah tubuhku yang masih mengenakan pakaian khusus pasien berwarna hijau. Tapi aku merasa ada yang aneh, tubuhku terasa lebih kecil dan lebih kurus dari biasanya. Aku mengangkat tanganku dan memerhatikannya dengan seksama. Astaga! Ini bukanlah tubuhku. Apa yang sebenarnya telah terjadi ?

Tidak lama, masuk seorang Dokter perempuan didampingi oleh dua orang perawat ke dalam ruangan. Aku sangat akrab dengan wajah itu, dia adalah Dokter Anna. Dia merupakan bagian dari masa laluku, ketika Aku masih aktif di pasukan khusus dahulu, satu-satunya wanita yang pernah dekat denganku setelah Aku kehilangan Kakak dan Ibuku. Lalu, kenapa dia yang masuk ke dalam ruangan ini ? karena setahuku Dia bekerja di rumah sakit militer. Apa jangan-jangan ?

"Malam Dek! Gimana kabarnya ?." tanya Dokter Anna Ramah.

"Saya baik An. Eh, maksud saya Dokter Anna." Ucapku hampir salah memanggilnya. Dari caranya memanggil, semakin jelas kalau Aku bukanlah diriku saat ini. Ia sempat agak kaget melihatku yang hampir menyebut namanya.

Dia meletakan stetoskop di dadaku, lalu memeriksa tekanan darahku.

"Hmnn semuanya normal. Tinggal pemulihan luka luarnya saja, mungkin beberapa hari kedepan Kamu sudah bisa pulang." Ujarnya tersenyum ramah. Sebuah senyuman indah yang pernah sempat mengisi hari-hariku sesaat dahulu.

"Maaf Dokter. Sebenarnya saya ada dimana ?" tanyaku memberanikan diri.

"Ini dirumah sakit umum xx Jakarta Selatan." Jawabnya ramah.

Hufft, Aku bisa bernafas lega sekarang.

"Ada lagi yang bisa saya bantu ?" tanya Dokter Anna.

"Kalau boleh tahu, bagaimana Saya bisa dibawa kesini Dokter ? siapa saja yang tahu kalau Saya disini ?" tanyaku. Mungkin lebih tepatnya, siapa sebenarnya tubuh yang sedang 'kupakai' saat ini.

BAB 3

"Kamu benar-benar tidak ingat sama sekali yah ?" tanya Dokter Anna, sambil memegang dahiku.

"Sebentar, kamu tahu siapa namamu kan dek ?" tanyanya lagi.

Aku menggelengkan kepala, karena Aku benar-benar tidak tahu Aku berada dalam tubuh siapa saat ini. Ini sebuah misteri yang Aku sendiri belum tahu jawabannya.

Dokter Anna membuka berkas yang dibawanya.

"Nama kamu Zaha Kurniawan, usia 18 tahun, Sekolah di SMA negeri xx kelas 12, nama Ibu, Fitri dan kamu memiliki seorang saudara perempuan, Zanna Kirania Fitri. Ingat ?" terang Dokter Anna.

"Zaha.." lirihku pelan. Apa ini sebuah kebetulan ? Bagaimana bisa Aku terbangun dalam tubuh yang sangat asing bagiku, namun memiliki nama yang sama ? Astaga! Lelucon macam apa yang sedang dimainkan semesta dengan takdirku ? Bahkan untuk menikmati kematianpun, Aku tidak bisa ? pikirku tidak mengerti.

Dokter Anna duduk disamping tempat tidurku, lalu dengan ramah Ia menjelaskan tentang kecelakaan yang menimpaku, atau tepatnya kecelakaan yang menimpa remaja yang raganya kutempati saat ini.

"Hmnn, perlahan mungkin Kamu akan bisa mengingat semuanya. Seminggu yang lalu Kamu kena tabrak oleh sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang wanita, detail persisnya mungkin kamu bisa tanyakan pada polisi yang menangani masalah ini nantinya. Untungnya, Ayah dari wanita tersebut mau bertanggung jawab dan mau menanggung seluruh biaya pengobatanmu hingga pulih. Mungkin memorimu terhalang karena gegar otak akibat kecelakaan itu. Kalau dari hasil rontgen, tidak ada masalah dengan syaraf otak. Namun beberapa hari yang lalu, kami sempat khawatir karena detak jantungmu berhenti beberapa saat. Kami pikir akan kehilanganmu saat itu." ujar Dokter Anna menceritakan apa yang terjadi padaku pasca kecelakaan.

"Jantung saya berhenti ? Jam berapa itu Dokter ?" tanyaku coba memastikan.

"Jam 11.25 malam, tepat saat gerhana bulan 2 hari yang lalu."

Hmnn, Aku bisa menyimpulkan, berarti saat itulah terjadi misteri aneh yang terjadi padaku saat ini. Kalau Aku terbangun dengan tubuh ini, lalu bagaimana nasib diriku yang jatuh kedalam jurang saat itu ?

Kebetulan TV yang sedang hidup dalam ruangan itu memutar sebuah berita yang sedang heboh-hebohnya. Yaitu berita tentang diriku yang telah membunuh perwira tinggi kepolisian. Para perawat yang menemani Dokter Anna sangat antusias dengan berita tersebut, entah bagaimana dalam berita tersebut bisa menginformasikan dengan lengkap informasi tentang diriku. Namun disana Aku dituduh sebagai ******* yang telah lama merencanakan untuk melakukan aksi kejahatan. Termasuk berita tentang aksi pembunuhan lainnya, dalam berita itu Aku benar-benar di framing sebagai penjahat sadis yang layak untuk di hukum mati, dalam berita itu juga menginformasikan bahwa pasukan gabungan Polisi dan TNI berhasil menembak mati diriku sebelum akhirnya jatuh ke jurang. Aku merasa marah dengan semua kebohongan yang disampaikan dalam berita tersebut, padahal orang yang kubunuh adalah orang yang layak untuk mati karena kejahatan yang telah dilakukannya.

"Kalian bisa matikan berita itu." Perintah Dokter Anna dengan nada kesal.

"Eh, iya! maaf Dokter. Berita ini sangat heboh akhir-akhir ini. Padahal orangnya ganteng loh, tapi kok ya bisa jadi pembunuh sadis begitu ya!" Ujar salah seorang perawat yang bernama Shinta, sepertinya semua orang yang menonton berita sampah seperti itu telah termakan mentah-mentah dengan isi berita yang disampaikan. Begitulah media, mereka kebanyakan hanya menyampaikan berita yang telah di setting untuk kepentingan penguasa, atau hanya untuk kepentingan mereka semata.

"Bisa kalian tidak membahas itu disini ?" ujar Dokter Anna lagi tidak senang. Sekilas kuperhatikan ada gurat sedih diwajahnya, mungkin itulah alasan kenapa Ia terlihat agak murung ketika baru masuk ke dalam ruangan ini. Apa Anna bersedih untuk kematianku ? kalau iya, mungkin hanya Dia lah yang bersedih atas kematianku. Disaat semua orang justru bersuka cita atas kematian '*******' itu, paling tidak itulah cap yang menempel pada diriku saat ini.

"Hei, kenapa Kamu malah diam ?" tanya Dokter Anna.

"Eh, tidak apa-apa Dokter. Hmnn, apa keluargaku ada kesini Dokter ?

"Oh iya, sore tadi mereka kesini. Mereka sangat senang begitu mengetahui kalau Kamu sudah sadar. Kalau malam begini, yah biasanya tidak ada yang menunggu. Mungkin mereka lagi ada kerjaan, saya kurang tahu." jawab Dokter Anna.

"Ada lagi yang bisa Dokter bantu untukmu Dek ?" tanya Dokter Anna sebelum keluar dari ruangan.

"Tidak ada Dokter. Dokter jangan bersedih ya." ucapku sambil menatap matanya.

"Eh, ma-maksudnya ?" tanya Dokter Anna sedikit grogi ketika kutatap.

"Gak ada maksud apa-apa Dokter. Hanya harapan dari seorang pasien yang telah Dokter rawat dengan sepenuh hati. Dokter orang baik yang telah banyak membantu banyak pasien seperti saya, jadi saya akan senang jika melihat Dokter yang merawat saya berbahagia." Entah kenapa kata-kata itu begitu saja meluncur dari mulutku. Tampak Dokter Anna sedikit mengerutkan keningnya melihatku.

"Memang menurut Kamu, saya lagi tidak bahagia begitu ?" tanyanya sambil tersenyum.

"Perasaan dokter! hanya Dokter sendirilah yang tahu." jawabku singkat. Raut wajah Dokter Anna sesaat terlihat berubah, sebelum Dia coba menguasai dirinya kembali.

"Ternyata kamu pintar juga bermain kata-kata, hihihi. Sekarang kamu istirahat yang cukup yah, mungkin besok atau lusa, Kamu sudah bisa kembali ke rumah." Ujar Dokter Anna.

"Ya, terimakasih Dokter."

Dokter Anna berlalu diikuti oleh kedua perawat yang mendampinginya.

Keesokan harinya, kulihat seorang wanita dengan usia yang sudah matang datang menjenggukku. Walau Aku merasa asing, tapi Aku tahu kalau Ia adalah Ibu dari raga yang ku'diami' saat ini. Dia lah yang dimaksud oleh Dokter Anna sebagai Ibuku.

"Astaga, Nak kamu beneran sudah sadar ?" tanya Ibu tersebut dengan tatapan penuh haru dan bahagia. Dari melihat penampilannya, aku bisa tahu kalau ia dari ekonomi rendah. Aku jadi tersenyum sendiri didalam hati, karena Aku bisa menyimpulkan jika tubuh anak tempat rohku terlahir kembali ini berasal dari keluarga yang biasa saja.

"Kamu beneran tidak ingat dengan Ibu Nak ?" tanya Ibu tersebut pelan, terlihat ada kesedihan dan beban yang berat di matanya. Ia berjalan kesamping kasurku, lalu mengusap kepalaku pelan.

Perlahan air mata mengalir begitu saja keluar dari kelopak mataku. Walau Aku sama sekali tidak mengenal wanita yang sedang mengusap lembut kepalaku ini, namun usapan sayangnya dikepalaku membuat hatiku jadi tersentuh, yang mengingatkanku pada sebuah memory dimasa kecil ketika Ibu masih ada. Rasa itu kembali hadir saat ini, rasa disayang oleh seorang Ibu membuat hatiku larut dalam keharuan.

"Bu.." panggilku pelan padanya berhasil membuat matanya memancarkan binar bahagia.

"Kamu ingat Ibu Nak ?" tanyanya penuh harap.

Aku menggelengkan kepalaku, "Maaf Bu, Aku tidak bisa mengingatnya. Tapi, Aku bisa merasakan rasa sayang Ibu padaku, terimakasih." Ucapku tersenyum padanya.

"Jangan dipaksa dulu Bu! Dik Zaha nya mungkin butuh waktu untuk memulihkan memorynya kembali." Ujar Dokter Anna menyemangati.

Ibu memeluk kepalaku sambil mengecup pelan keningku, "Maafkan Ibu ya Nak! Kalau saja kamu tidak menjemput Ibu ke pasar malam itu, mungkin kamu tidak akan mengalami kecelakaan." Ujar Ibu penuh kesedihan.

"Gak apa-apa Bu. Semuanya sudah berlalu, Zaha juga sudah tidak apa-apa sekarang kan ?" ujarku. Andai saja Ia tahu kalau yang ada dalam tubuh anaknya sekarang bukanlah anaknya lagi, entah bagaimana perasaan Ibu ini ? Akupun tak kuasa untuk memberitahu kenyataan yang sebenarnya padanya, tentu itu akan membuat Ia akan semakin terpuruk dalam kesedihan. Aku tidak tahu apa rencana yang Maha Kuasa membuatku tetap hidup, walau dalam raga yang berbeda. Sementara ini, Aku hanya coba menjalankan peranku yang baru, sebagai seorang Zaha yang lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!