NovelToon NovelToon

CINTA PARA ANAK JURAGAN

Awal

Erdana Adelio Furkan

merupakan anak pertama Juragan Wisnu dan Naura. Erdana memiliki saudara kembar yang bernama Elmira yang berprofesi sebagai artis. Adik bungsunya bernama Daffa.

Mentari Meftania Gading Putri

Merupakan putri pertama pasangan Gading dan Jeslin. Mentari sejak kecil sudah menyukai Erdana namun ia selalu memendam perasaannya karena Erdana selalu menganggapnya sebagai teman. Mentari seorang desainer yang berbakat.

Yasmin Chakira

Merupakan putri kedua dari pasangan dokter Satria dan Gayatri. Di novel sebelumnya Yasmin adalah Chakira namun di novel ini, penulis lebih suka menyebutnya Yasmin. Ia sangat ingin menjadi dokter seperti ayahnya. Yasmin di kenal sebagai anak yang periang dan sangat pintar

Prayuda Atmajira

Anak Yuda yang dulu adalah pacar Jeslin. Prayuda sejak kecil mengejar Mentari atas permintaan ayahnya. Namun akhirnya Prayuda jatuh cinta pada Mentari.

Elmira Furkan

Merupakan saudara kembar Erdana yang menjadi seorang artis.

Erdana berdiri di depan cermin yang ada di kamarnya. Hari ini ia sudah menyiapkan dirinya untuk menyatakan perasaanya kepada Mentari. Selama ini Erdana selalu merasa bahwa perasaannya pada Mentari hanyalah sebatas teman saja. Namun kali ini Erdana sudah yakin bahwa ia mencintai Mentari.

Sejak dulu Erdana tahu kalau Mentari memiliki perasaan untuknya. Namun Erdana masih serius untuk belajar. Kini, tinggal 2 bulan lagi dan mereka akan lulus. Erdana merasa bahwa inilah saat terbaik baginya menyatakan cinta pada Mentari.

"Abang.....!"

Erdana menoleh ke arah pintu masuk. Ia langsung tersenyum melihat wanita berhijab yang sangat disayanginya itu.

"Ibu....!"

"Tumben belum turun untuk sarapan. Nanti terlambat ke sekolah."

"Sudah siap, bu. Di mana Daffa?"

"Daffa juga sudah siap."

"Dan Elmira?"

"Sementara ganti pakaian."

Erdana mengambil tas sekolahnya. Ia mendekati Naura lalu melingkarkan tangannya ke bahu ibunya. "Hari ini abang mau menyatakan cinta pada Mentari, bu."

Naura terkejut. "Oh ya? Memang abang sudah yakin dengan perasaan abang?"

"Yakin, bu. Mentari itu cantik. Takutnya nanti disambar cowok lain."

"Sebentar lagi kan abang mau sekolah ke luar negeri. Siap menjalani hubungan jarak jauh nih?"

"Maka dari itu, bu. Sebelum pergi harus membuat ikatan dengan Mentari."

"Dan Prayuda?"

"Aku sudah bicara dengannya kemarin. Dia bilang kalau aku serius, silahkan saja. Dia memang sudah beberapa kali menyatakan cintanya pada Mentari namun selalu ditolak."

"Jangan sampai hubunganmu dengan Prayuda menjadi rusak hanya karena urusan cinta ya? Ingat, sekolah nomor satu, persahabatan nomor dua dan urusan pacaran nomor 3. Selama ini kalian sudah dekat sebagai sahabat. Ibu ingin persahabatan kalian semua terjalin erat.

"Beres, ibuku yang cantik!" Erdana mengecup pipi mamanya. Membuat Naura tersenyum bahagia. Erdana memang anaknya yang paling manja. Sangat berbeda dengan Elmira dan Daffa.

Saat sarapan pun tiba. Wisnu sudah duduk di kepala meja sambil menatap ketiga putra-putrinya. Ada rasa bahagia dan bangga setiap kali mereka bisa berkumpul bersama.

"Ayah, Sabtu nanti El akan menerima penghargaan di salah satu stasiun TV. Ayah atau ibu temani ya? Nenek Kumala katanya nanti pulang hari minggu dari desa." ujar Elmira saat mereka hampir selesai sarapan.

"Ibu saja yang temani ya? Ayah sudah janji dengan Daffa untuk pergi memancing di desa hari sabtu nanti." kata Wisnu lalu menatap istrinya.

"Iya. Ibu akan temani." imbuh Naura membuat Elmira tersenyum bahagia. Sekalipun ia sudah menjadi artis terkenal saat ini, namun Elmira tak pernah sombong. Ia bahkan tetap serius belajar dan memiliki prestasi yang baik di bidang akademik.

Selesai sarapan, Wisnu mengantar kedua anaknya. Erdana hari ini memilih naik motor karena ia ingin pergi dengan Mentari sepulang sekolah.

Sekolah anak-anak Wisnu searah dengan kantornya. Pertama Wisnu akan menurunkan Daffa di SMP setelah itu barulah Elmira. Mereka memang bersekolah di salah satu sekolah internasional Scholl yang ada di kota ini.

Kelas Erdana dan kelas Elmira berbeda meskipun mereka ada di jurusan yang sama. Elmira ada di kelas III IPA 1 dan Erdana ada di kelas III IPA 2.

Mentari sendiri ada di jurusan IPS. Kelasnya ada ada di lantai 2 sedangkan kelas Elmira dan Erdana ada di lantai satu, berdekatan dengan LAB IPA.

Setelah meletakan tas nya di atas meja, Erdana langsung menuju ke lantai dua. Ia menuju ke kelas Mentari.

Mentari nampak sedang asyik ngerumpi dengan Teman-temannya saat Erdana sampai di sana.

"Tari, tuh ada Erdana!" kata Mona, sahabat dekat Mentari.

Mentari tersenyum ke arah Erdana. Ia.pum berdiri dan melangkah ke arah cowok itu yang sedang berdiri di dekat pintu masuk.

"Ada apa, Er?" tanya Mentari.

"Pulang sekolah, ikut denganku ya?"

"Kemana?"

"Ada deh! Kamu dijemput oleh supir mu?"

"Iya. Tapi aku bisa meminta sopirku untuk nggak menjemput."

"Kita pergi naik motor, mau nggak?"

"Boleh."

Erdana tersenyum. "Baiklah! Aku kembali ke kelas dulu ya?" Erdana segera meninggalkan kelas Mentari dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

Sepulang sekolah, Erdana sudah menunggu Mentari di tempat parkir sekolah. Ia memberikan sebuah helm pada Mentari dan keduanya pun pergi meninggalkan sekolah. Ternyata Erdana mengajak Mentari ke sebuah taman.

"Ada apa ke sini?" tanya Mentari. Taman ini belum begitu ramai karena hari masih siang. Keduanya melangkah bersama dan Erdana mengajak Mentari duduk di salah satu bangku beton.

"Ri, kamu kan tahu kalau selesai kita lulus nanti, aku akan kuliah di luar negeri. Kamu sendiri bagaimana?" tanya Erdana.

"Aku akan mengambil sekolah fashion di Paris. kamu kan tahu kalau aku sangat ingin menjadi desainer.".

"Jarak antara Amerika dan Paris jauh lho."

"Kita kan masih bisa saling berkirim kabar."

Erdana meraih kedua tangan Mentari dan menggenggamnya erat. "Ri, aku mencintaimu. Kamu mau kan jadi pacar aku?"

Mentari terkejut. Ia tak menyangka kalau Erdana akan menyatakan cinta padanya. Ini adalah yang sudah lama ia tunggu. Mata gadis itu bahkan sampai berkaca-kaca.

"Kamu serius, Er?" tanya Mentari sambil menatap mata Erdana dengan jantung yang hampir copot rasanya.

"Aku serius. Selama ini aku menahan perasaanku karena Prayuda. Aku nggak mau hubungan persahabatan kita menjadi rusak. Namun Prayuda sudah mengijinkan aku untuk berhubungan denganmu."

"Aku mau, Er. Aku mau jadi pacar kamu."

Erdana bernapas lega. Genggaman tangannya semakin erat. Ia tak mengira kalau jatuh cinta seindah ini rasanya.

***********

1 bulan kemudian.......

Hari ini seluruh keluarga Furkan datang ke desa Hijau Permai. Ada perayaan ulang tahun desa dan bertepatan di hari Sabtu sehingga anak-anak tak bersekolah.

Mentari juga datang. Ia dan Erdana memilih datang naik motor walaupun Naura sendiri agak khawatir.

Kali ini ada festival budaya yang dilaksanakan. Erdana dan Mentari menikmati semuanya. Tangan mereka tak pernah terlepas sedikit pun.

"Sayang, ada apa?" tanya Wisnu saat melihat mata istrinya tetap terus mengawasi Erdana dan Mentari.

"Mas lihat kan, tangan mereka tak pernah terlepas sedikitpun."

"Mereka kan pacaran, sayang. Wajarlah kalau saling berpegangan tangan. Kayak nggak pernah pacaran aja." Wisnu tertawa.

"Aku kan memang nggak pernah pacaran. Apa kamu lupa?"

Wisnu menghentikan tawanya. Ia menatap wajah cantik istrinya yang nampak cemberut.

"Maafkan aku, sayang. Aku lupa kalau kamu nggak pernah pacaran. Aku adalah lelaki pertama dalam hidupmu. Tentu saja di luar rasa cinta yang pernah kau miliki untuk dokter Satria, kau tak memiliki pengalaman apapun yang ada hubungannya dengan pacaran. Tapi aku senang karena aku yang pertama bagimu." Wisnu tersenyum manja lalu melingkarkan tangannya di bahu istrinya. Keduanya pun tertawa bersama.

***********

Hari ini, Erdana akan berangkat ke Amerika. Sedangkan Mentari akan berangkat ke Perancis. Keduanya berpelukan. Mentari menangis.

"Jangan menangis. Kita kan sudah janjian, tiap kali liburan, aku yang akan ke Perancis atau kau yang akan datang ke Amerika." Erdana menghapus air mata Mentari.

"Tetap saja aku merasa sedih, Er."

Erdana kembali memeluk Mentari lalu mengecup puncak kepala Mentari. "Kita berpisah sementara kan karena ingin mengejar cita-cita kita. Harus sabar untuk semuanya."

Mentari mengangguk. "Jangan tertarik sama cewek Amerika ya?"

Erdana tertawa. "Jangan melirik cowok Perancis ya? Soalnya cowok Perancis kan terkenal sangat romantis."

Mentari memegang pipi Erdana. "Kau paling tampan, paling romantis, paling aku sayang dalam hatiku."

Erdana tersenyum bahagia. Keduanya kembali berpelukan sebelum akhirnya berjalan menuju ke gate masing-masing.

***********

Hai semuanya.....

selamat datang di episode pertama anaknya Juragan.....

semoga suka ya?

Musibah

7 tahun kemudian.....

Erdana Furkan baru saja memberikan seminar pada ratusan mahasiswa di salah satu universitas. Ia yang adalah salah satu pengusaha sukses di usianya yang baru menginjak 25 tahun. Dua tahun yang lalu, Erdana kembali dari Amerika dengan lulusan S2 terbaik. Ia langsung membangun usahanya sendiri bersama dengan beberapa orang temannya lalu ia juga membantu sang ayah dalam mengolah perusahaan Furkan.

Setelah melayani permintaan foto dari beberapa mahasiswa, Erdana langsung menuju ke parkiran mobil untuk kembali ke kantornya.

Saat ia menghidupkan kembali ponselnya, langsung masuk pesan video dari Mentari.

"Hai, sayang? Seminarnya sudah selesai ya? Nggak melirik mahasiswa-mahasiswa cantik kan? Aku baru saja mendarat di Shanghai. Doa kan ya agar aku bisa mengikuti lomba busana daerah di sini. Aku akan menghabiskan waktuku selama 5 hari di sini. Setelah itu aku akan kembali ke Jakarta. Sabar menunggu aku pulang ya? Love you so much. Bye....."

Erdana menjalankan mobilnya sambil tersenyum. Ia bersyukur karena hubungannya dengan Mentari masih tetap ada sampai saat ini. Namun jangan ditanya bagaimana mereka bisa bertahan selama 7 tahun ini. Mereka sudah pernah 3 kali putus. Kesibukan Erdana dengan dua perusahaan yang ia jalani, dan kesibukan Mentari yang mengejar karirnya sebagai desainer muda, membuat mereka jarang ketemu walaupun tinggal di kota yang sama.

Orang tua mereka sudah menyarankan agar keduanya menikah saja. Erdana sebenarnya sudah ingin menikah namun Mentari selalu mengatakan kalau ia belum siap karena banyaknya even penting yang harus diikutinya sampai tahun depan.

Sesampai di perusahaan, Erdana sudah ditunggu untuk rapat. Selesai rapat, ia langsung menuju ke perusahaan milik keluarganya.

"Abang, sudah makan siang?" tanya Wisnu pada anaknya.

"Belum, ayah."

"Kalau begitu, tunggulah. Ibu sedang ke sini untuk membawakan makan siang bagi kita."

"Rindu masakan ibu." Erdana tersenyum membayangkan masakan ibunya.

Tak sampai 15 menit, Naura sudah datang bersama dengan Elmira.

"Tumben artis terkenal ada waktu datang ke sini." sindir Erdana pada kakak kembarnya itu.

"Eh, aku selalu pulang ke rumah. Nggak kayak kamu, kebanyakan hanya diam di apartemen. Kasihan tuh ibu yang sering menangis nggak bisa ketemu dengan putra kesayangannya." Elmira mencibir. Saat ini memang Elmira termasuk salah satu artis papan atas. Ia bahkan sudah go internasional dengan membintangi puluhan film dari luar negeri. Elmira sendiri pernah memenangkan beberapa penghargaan dari luar negeri.

Erdana menatap Naura. Wanita berusia 46 tahun itu masih saja terlihat cantik dan fresh.

"Maafkan aku ya, Bu. Aku memang jarang pulang ke rumah namun bukan berarti aku nggak merindukan ibuku yang masih saja terlihat cantik ini."Erdana melingkarkan tangannya di bahu ibunya lalu ia mengecup pipi Naura dengan sangat lembut.

"Abang, kamu kan belum menikah. Kenapa nggak tidur di rumah saja?" tanya Naura.

"Apartemenku jaraknya hanya 5 menit saja ke perusahaan ku dan 15 menit ke perusahaan ayah. Kalau ke rumah memakan waktu hampir 1 jam, bu. Kadang abang terlalu capek menyetir sendiri untuk pulang. Makanya langsung pulang ke apartemen aja. Kan tiap sabtu, abang selalu pulang."

Naura mengacak rambut anaknya. "Ibu khawatir saja kalau kamu nggak ada yang mengurusnya."

"Makanya, cepat kawin agar ibu tenang!" ujar Elmira membuat Erdana justru tertawa.

"Kan kamu yang lebih tua. Jadi seharusnya kamu dulu yang nikah."

Elmira hanya mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan adiknya. "Kamu kan tahu kalau aku ingin menikah saat usiaku 27 tahun. Jadi masih 2 tahun lagi. Lagi pula aku belum ketemu jodoh yang pas."

Naura dan Wisnu hanya bisa tersenyum saling menatap saat melihat anak-anak mereka saling berdebat.

"Ayo makan! Nanti makannya keburu dingin." ujar Wisnu untuk melerai perdebatan antara Elmira dan Erdana.

Selesai makan, Elmira langsung pamit karena ia ada janji pemotretan untuk film terbarunya. Sedangkan Wisnu dan Erdana lebih memilih untuk berdiskusi masalah pusat pariwisata yang sementara mereka kelola di desa hijau permai.

Naura pun menyiapkan kopi untuk Wisnu dan Erdana.

"Abang, kapan sih meresmikan hubungannya dengan Mentari? Kalian kan pacarannya sudah lebih dari 7 tahun? Tante Jeslin juga sudah sering mendiskusikan hal ini dengan ibu." tanya Naura saat dilihatnya Erdana sudah selesai dengan ayahnya.

"Abang sudah kepingin nikah, bu. Tapi Mentari inginnya dua tahun lagi. Katanya ia ingin menyelesaikan semua even yang ingin diikutinya barulah kami menikah. Karena setelah menikah, Mentari ingin waktunya lebih banyak untuk keluarga. Makanya ia mau menimbah ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya sebelum kami menikah. Lagi pula usia kami kan baru 25 tahun."

Naura tersenyum. "Ibu takut kalian pacarannya terlalu lama dan pada akhirnya akan bosan."

"Kami sudah pernah putus. Aku pernah mendekati gadis lain, dan Mentari juga pernah kembali dekat dengan Prayuda tapi toh pada akhirnya kami kembali bersama karena perasaan kami sangat kuat, bu. Ibu tenang saja, ya? Mentari akan menjadi menantu ibu." Erdana menghabiskan kopinya.

"Terima kasih untuk makan siang dan kopi yang sangat enak ini. Abang kembali ke ruangan Abang dulu ya?" pamit Erdana. Naura hanya bisa mengangguk. Sebagai ibu, dia memang ingin melihat salah satu anaknya untuk segera menikah. Terutama Erdana dan Mentari yang sudah menjalin hubungan cukup lama. Jauh di lubuk hati Naura, ia takut anak-anaknya jatuh dalam dosa perzinahan.

**********

Hari ini Erdana akan menerima penghargaan dari salah satu lembaga yang menilainya sebagai pengusaha sukses yang masih sangat muda.

Sejak sore Erdana sudah menyiapkan dirinya untuk tampil di acara itu karena acara ini akan ditampilkan live di salah satu stasiun TV.

Erdana yang saat ini ada di rumah orang tuanya sudah siap dengan setelan jas.

"Sayang, Mentari nggak ikut bersamamu?"

"Mentari ikut, tapi dia akan menyusul. Dia masih ada pemotretan untuk koleksi musim panasnya di Bandung. Katanya tadi dia akan tiba di Jakarta sebelum Maghrib. Mungkin dia sekarang sudah bersiap. Aku sudah mengirim undangan untuknya melalui sekretaris ku."

Naura memperbaiki letak dasi anaknya. "Ibu bangga padamu, nak."

"Aku juga jadi begini karena ibu."

"Makanya cepat nikah supaya ibu tenang. Ibu ingin masih kuat saat merawat anak-anak kalian."

"Insya Allah tahun depan ya, bu." Erdana pun mengambil tangan ibunya dan mencium punggung tangan itu sebelum akhirnya pergi.

Acara akan segera dimulai. Erdana mulai gelisah karena Mentari belum juga datang. Sebuah pesan masuk ke ponselnya.

Sayang, maafkan aku ya? Aku masih dalam perjalanan sekarang ini. Aku mungkin nggak bisa datang ke acara mu. Fotografer nya tadi meminta perubahan lokasi dan menyita waktuku untuk pulang. Jangan marah ya, please..., nanti aku tebus malam nanti saat kita berdua. Love you....

Erdana merasa sedikit kecewa. Ini adalah hari pentingnya. Jika tahu kalau Mentari tak bisa datang, Erdana sudah memberikan undangannya itu pada ibunya.

Saat ini ibunya pasti sudah tiba di desa dan akan menonton acara ini bersama para ibu-ibu di sana.

Acara pemberian penghargaan itu berjalan dengan baik dan lancar. Walaupun sebenarnya Erdana kurang bersemangat karena tak ada orang spesialnya yang hadir di sana.

Selesai acara, Erdana pun bermaksud akan pergi ke apartemen Mentari. Setidaknya, ia bisa mengobati kekecewaannya atas ketidakhadiran Mentari dengan menghabiskan malam ini berdua dengannya.

Erdana memarkir mobilnya di dekat lobby masuk. Ia baru saja turun dari mobil saat melihat Mentari dan Prayuda sedang berpelukan. Hati Erdana terbakar cemburu. Dengan cepat ia kembali masuk ke dalam mobilnya. Mengendarai mobil Ferrari Sportnya dengan emosi yang tinggi.

Selama ini, orang-orang sering mengatakan padanya kalau Prayuda dan Mentari sering jalan bersama jika Erdana tak ada. Namun ia tak pernah cemburu karena tahu kalau mereka bertiga bersahabat. Namun kali ini Erdana melihat bagaimana intimnya mereka berpelukan.

Erdana menelepon asistennya yang bernama Bojes. Lelaki yang usianya 4 tahun lebih tua dari Erdana itu langsung datang menemui bosnya yang sudah setengah mabuk di salah satu klub malam..

"Tuan, jangan mabuk! Ingat pesan nyonya Naura. Alkohol itu merusak badan dan otak kita."

"Mentari mengkhianati ku. Aku melihat bagaimana ia memeluk Prayuda dengan sangat mesra." Erdana menuangkan lagi minumannya.

Bojes akhirnya berhasil membujuk Erdana untuk pulang.

"Jangan pulang ke apartemen. Aku ingin kita pulang ke desa hijau permai." Kata Erdana saat Bojes akan mengantarnya pulang.

"Tuan, ponsel tuan dari tadi berbunyi."

Erdana melihat ada nama Mentari di sana. Ia mengambil ponselnya itu dan mengetik sesuatu lalu ia menonaktifkan ponselnya. Bojes pun tak banyak bicara. Ia segera melajukan mobilnya menuju ke desa hijau permai.

************

Naura membuka pintu kamar Erdana. Matanya langsung terbelalak melihat suasana yang ada di sana.

Yasmin duduk di sudut ruangan sambil menangis. Yang paling mengejutkan adalah ia hanya menggunakan kemeja Erdana bekas semalam. Gadis cantik itu memeluk lututnya. Suaranya sedikit parau dan matanya sudah sangat bengkak menandakan bahwa ia sudah sangat lama menangis.

Sementara di atas ranjang, ada Erdana yang masih tertidur pulas dalam keadaan tengkurap. Bagian atas tubuhnya nampak polos dan saat Naura menyibak selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, ia semakin terbelalak dan menutupi tubuh Erdana dengan selimut itu.

"Astaghfirullah! Abang, apa yang terjadi?" teriak Naura sambil menepuk pundak Erdana untuk membangunkan anaknya itu.

Erdana membalikan tubuhnya. Pandangannya langsung tertuju pada dirinya sendiri. Ia mengintip di balik selimut yang menutupi tubuhnya, lalu kemudian menatap Naura.

"Abang bisa jelaskan, bu. Di mana Mentari?"

"Mentari? di kamar ini hanya ada Yasmin!" teriak Naura sambil menunjuk Yasmin yang masih duduk di sudut ruangan sambil menangis.

Erdana yang sebenarnya masih merasa agak pusing perlahan duduk. Pandangannya tertuju pada Yasmin, lalu ia menoleh ke atas ranjang. Ada bercak-bercak darah di seprei berwarna biru mudah itu. Jantung Erdana langsung berdetak sangat cepat.

***********

Duh...apakah yang terjadi???

Dukung emak terus ya guys.....

Ternoda

Naura tersenyum melihat Yasmin datang bersama Daffa.

"Selamat malam, bibi." sapa Yasmin pada Naura. Ia mengambil tangan Naura lalu menciumnya.

"Selamat sore, sayang. Kau ada di desa juga ya?"

"Iya. Sebenarnya aku datang bersama ayah dan bunda namun mereka harus pergi ke desa tetangga karena ada pasien yang gawat di sana. Kebetulan tadi ketemu Daffa yang sedang main bola di lapangan, Daffa mengajak aku ke sini sambil menunggu ayah dan bunda kembali. Boleh kan, bibi?"

"Tentu saja boleh, sayang. Sekarang, ayo masuk! Kebetulan bibi baru selesai membuat kue." ajak Naura.

Yasmin dan Daffa hanya berbeda satu tahun usianya. Daffa berusia 20 tahun dan Yasmin 19 tahun.

Sementara menikmati kue dan teh hangat, mereka pun menonton TV bersama para pekerja lainnya. Semuanya kagum melihat Erdana yang menerima penghargaan sebagai pengusaha ternama.

"Abang Er sangat luar biasa ya, bibi?" ujar Yasmin.

"Alhamdulillah kalau Er bisa mencapai semua ini."

Yasmin tersenyum. Dulu, ia sangat mengangumi Erdana. Bahkan Yasmin merasa bahwa ia menyukai Erdana. Namun sejak tahu kalau Erdana pacaran dengan Mentari, Yasmin tak sedih atau sakit hati. Karena ia merasa bahwa Mentari memang sangat cocok untuk Erdana. Dan sekarang pun Yasmin sudah memiliki pacar. Namanya Andre. Mereka sama-sama mahasiswa kedokteran. Yasmin dan Andre baru saja berpacaran selama 3 bulan. Yasmin sangat suka dengan Andre karena pria itu tampan dan sangat lembut. Keduanya sering belajar bersama untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliah mereka.

Menjelang malam, ayah Yasmin yaitu dokter Satria menelepon untuk mengabarkan bahwa ia dan Gayatri tak bisa pulang ke desa karena sedang menemani pasien yang ada.

Naura pun menawarkan Yasmin untuk tidur di rumah bukit dan Yasmin setuju karena orang tuanya juga mengijinkan.

"Kamar yang lain sedang direnovasi, jadi Yasmin tidur saja di kamar yang biasa digunakan abang Er jika ia datang ke rumah bukit ini." ujar Naura sambil mengantarkan Yasmin ke kamar Erdana yang ada di lantai dua.

"Bagaimana jika Abang Er datang, bi?" tanya Yasmin.

"Erdana jarang sekali datang ke rumah ini. Mungkin hanya hari raya Idul Fitri saja ia datang. Kalau pun datang, ia lebih suka tinggal di rumah yang ada di perkampungan untuk ngumpul dengan teman-teman nya."

Yasmin kagum melihat kamar bernuansa putih biru itu.

"Sepertinya baru saja di ganti oleh para pelayan. Kamar ini juga setiap hari dibersihkan jadi higienis."

"Terima kasih, bi."

"Ini, gaun tidur milik Elmira. Pakailah. Ukuran kalian kan hampir sama. Mimpi yang indah ya?" Naura meninggalkan Yasmin sendiri di kamarnya.

Yasmin langsung mengganti celana jeans dan kaos nya dengan gaun tidur milik Elmira. Gaun ini tidak terlalu terbuka walaupun agak transparan. Yasmin segera naik ke atas tempat tidurnya. Ia membuka ponselnya dan langsung tersenyum membaca pesan dari Andre.

Selamat malam sayang...

Masih di desa kah?

Kangen nih nggak ketemu sama kamu

kalau besok pulang Jakarta, hubungi aku ya?

Aku melihat ada film baru yang romantis banget. Pinginnya nonton sama kamu.

Miss you

Hati Yasmin berbunga membaca pesan itu. Andre memang orangnya sangat romantis dan perhatian.

Aku memang masih di desa.

Kangen kamu juga. Aku akan kembali besok

ke Jakarta. Nggak sabar ingin nonton berdua sama kamu. Miss you too

Setelah saling berbalas pesan dan pada akhirnya ditutup dengan panggilan Videocall, Yasmin pun tertidur karena hari sudah semakin larut.

***********

Erdana turun dari mobilnya.

"Bojes, kau pulanglah ke Jakarta. Nanti besok siang, jemput aku lagi ke sini." ujar Erdana masih dengan kepala yang sedikit pusing.

Setelah Bojes pergi, Erdana pun masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang. Ia tak ingin menganggu ayah dan ibunya.

Perlahan Erdana menaiki tangga menuju ke kamarnya. Hatinya masih sakit saat melihat adegan mesra antara Mentari dan Prayuda.

Saat membuka pintu kamarnya, Erdana melihat kalau ada seseorang yang sedang tidur di atas ranjangnya.

Ruangan kamar yang hanya disinari dengan cahaya dari lampu yang ada di balkon kamar, membuat Erdana yang sudah dikuasai oleh alkohol mengira bahwa perempuan yang tidur itu adalah Mentari. Ia langsung membuka sepatu dan kemejanya secara cepat lalu ia naik ke atas tempat tidur.

Yasmin terkejut saat merasa ada sesuatu yang berat menimpa tubuhnya. Ia membuka matanya.

"Kak Erdana? Lepaskan aku kak...!" Yasmin berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Erdana. Namun tubuh Yasmin yang kecil tak mampu menahan kekuatan Erdana yang bertubuh besar dengan tinggi 178cm. Apalagi badan Erdana kekar karena rajin berolahraga.

"Lepaskan....!"

Erdana yang sudah dikuasai napsu nya dibawa pengaruh alkohol seakan tuli dengan teriakan Yasmin. Ia dengan kasar merobek gaun tidur yang Yasmin kenakan.

"Kak....sadarlah...., ini aku Yasmin. Aku bukan kak Mentari." tangis Yasmin saat Erdana mulai membelai bagian tubuhnya yang sensitif.

"Kau menyakiti ku, Mentari. Kau mengkhianati ku." Erdana memasuki tubuh Yasmin yang tak siap menerima semua itu.

"Ah.....sakit....! Sakit.....!" teriak Yasmin saat mahkotanya direnggut secara paksa. Gadis itu bahkan sampai pingsan karena tak kuasa menahan rasa sakit yang seakan membelah inti tubuhnya.

Erdana langsung tertidur ketika semuanya selesai.

Menjelang pagi, Yasmin tersadar. Ia langsung menangis saat menyadari bahwa dirinya telah ternoda. Rasa kagum yang selama ini ia berikan pada Erdana, perlahan sirna menjadi rasa benci yang amat sangat.

Perlahan Yasmin turun dari tempat tidur dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya. Ia mengambil kemeja Erdana dan memakainya ditubuh polosnya karena gaun tidur itu sudah tak layak dikenakannya lagi. Yasmin pun berdiam di sudut kamar, membayangkan dirinya yang sudah ternoda. Yasmin langsung menangis sekeras-kerasnya.

**********

Teriakan Naura di pagi itu membuat Erdana menyadari apa yang sudah dilakukannya.

"Apakah aku memperkosa Yasmin?" tanya Erdana sambil menahan selimut agar tubuh polosnya tak terlihat.

"Ya Allah, abang. Kenapa sampai kau melakukan ini pada Yasmin?" Naura menangis histeris. Ia mendekati Yasmin yang nampak sangat lemah di sudut kamar itu.

"Yasmin.....! Nak, Erdana pasti sudah menyakitimu sangat dalam kan? Ya Allah, sekujur tubuhmu bahkan banyak memar. " Naura berdiri. Ia mendekati Erdana yang masih duduk di atas ranjang. Dengan kemarahan yang tak bisa ditahannya lagi, ia memukul Erdana secara membabi-buta.

Wisnu yang masuk kamar dan melihat kejadian itu secara cepat langsung mengerti apa yang terjadi. Ia menahan tangan istrinya. "Sudah, Ra. Jangan kau sakiti dirimu dengan memukul abang. Sebaiknya kita urus dulu Yasmin."

Naura menatap wajah putranya dengan tatapan kecewa. "Kau sungguh kejam! Ibu tak pernah membesarkan anak seperti ini! Kau melukai hati ibu dengan sangat dalam, abang!" Naura langsung mendekati Yasmin lagi. Ia membantu Yasmin berdiri dan meninggalkan kamar itu.

"Abang, ayah sudah pernah katakan, jauhi alkohol. Kalau ada masalah, jangan lari ke minuman. Ayah juga sangat kecewa denganmu. Apa yang harus ayah katakan pada dokter Satria dan ibu Gayatri?"

Erdana menatap kepergian ayahnya dengan perasaan kacau. Ia menoleh kembali ke arah seprei yang ada bercak-bercak darah.

"Ya Allah, apa yang sudah ku lakukan?" tanya Erdana sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

*********

3 jam kemudian......

Satria dengan kemarahan yang tak tertahankan lagi langsung memberikan bogem mentahnya di wajah Erdana sebanyak dua kali. Gayatri langsung menahan tubuh suaminya dan menjauhkannya Erdana yang hanya tertunduk sambil memegang wajahnya.

"Beraninya kamu menodai anak gadisku. Ingin rasanya aku membunuh kamu, Erdana."

Gayatri mendorong Satria dan membuat suaminya itu langsung terduduk. "Aku juga sakit hati, mas. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi. Erdana juga melakukan hal itu dalam keadaan mabuk. Ia pikir kalau itu adalah Mentari. Kau mau membunuh Erdana pun tak akan bisa mengembalikan sesuatu yang hilang dari diri Yasmin. Jalan terbaiknya adalah Erdana harus bertanggungjawab dengan menikahi Yasmin."

"Tidak.....!" seru Erdana dan Yasmin secara bersamaan.

"Apanya yang tidak?" seru Naura sambil menyentil kepala Erdana dengan wajah marah. "Kau sudah merenggut kesucian Yasmin. Maka kau harus menikahinya."

"Aku tidak mencintainya!" kembali Yasmin dan Erdana sama-sama mengucapkan kalimat yang sama.

"Cinta dapat tumbuh belakangan." ujar Wisnu diikuti anggukan kepala Naura.

Yasmin yang sedang duduk di samping mamanya menatap semua yang ada di ruang keluarga itu. Air matanya kembali menetes. "'Bagaimana mungkin kalian akan membiarkan aku menikah dengan lelaki yang paling ku benci saat ini? Melihatnya saja aku merasa jijik. Lagi pula aku memiliki pacar. Aku akan berterus terang padanya. Aku yakin kalau dia akan menerima diriku apa adanya."

Satria dan Gayatri saling berpandangan.

"Yasmin, ayo kita pulang, nak!" ajak Satria. Gayatri langsung memeluk anaknya. Ketiganya pamit untuk pulang ke kota.

"Bagaimana jika Yasmin hamil?"

Pertanyaan Naura membuat langkah ketiganya terhenti. Satria menatap putrinya. Kemungkinan Yasmin hamil bisa saja terjadi.

"Aku harap itu tak akan pernah terjadi. Maaf, jika aku harus melaporkan kejadian pemerkosaan ini ke pihak berwajib." Kata Satria lalu segera meninggalkan rumah di bukit itu bersama istri dan anaknya.

Wisnu menatap putranya. "Abang, ayah sungguh kecewa padamu! Yang kau nodai itu sudah seperti adikmu sendiri. Kalian sejak kecil sudah berteman. Hubungan keluarga kita dengan keluarga dokter Satria sangat harmonis . Kejadian ini pasti akan membuat karirmu sebagai pengusaha muda menjadi hancur. Kau akan di penjarakan dalam waktu yang lama."

Erdana hanya bisa tertunduk. Ia pasrah seandainya ayah Yasmin akan memenjarakannya. Kepalanya sendiri terasa berat.

"Bagaimana juga tanggapan Jeslin dan Gading saat tahu semua ini?" Naura tak bisa menahan air matanya.

Erdana semakin tertekan. Ia memukul kepalanya dengan tangannya sendiri. Wisnu yang melihat hal itu segera mendekati putranya.

"Tenang, nak. Kau harus menguasai dirimu. Ayah hanya minta agar kau siap menikah dengan Yasmin jika ternyata Yasmin hamil." kata Wisnu sambil menepuk pindah putranya.

Kepala Erdana menjadi semakin sakit. Inilah yang tak mungkin ia.lakukan. Menikah dengan Yasmin. Karena ada satu rahasia yang belum dikatakannya pada orang tuanya.

***********†******.

Bagaimana selanjutnya?

Rahasia apa.yang Erdana sembunyikan dari orang tuanya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!