Langit biru mulai menyapa, tiup angin sejuk terasa ketika jendela kamar milik Kyara Anna terbuka sangat lebar pada pagi hari itu.
Sesaat Anna berdiri, menghirup udara segar cukup lama dengan pandangan yang terus tertuju kedepan, menatap indah nya lagit pagi dengan cahaya matahari yang masih tampak malu-malu.
Lalu Anna berbalik arah, kembali berjalan menuju tempat tidur, dan mulai membangunkan putri kecil nya yang masih terlelap di bawah gulungan selimut tebal.
"Adek, sayang? bangun yuk!"sapa Anna seraya menciumi pipi menggemaskan milik putri nya.
Gadis kecil itu menggeliat, merentangkan kedua tangan nya lalu memeluk leher sang ibu, cukup erat.
"Aqis, bangun yuk sayang. Kita jalan-jalan pagi mau? mumpung stok sambal jualan mama masih banyak, jadi kita bisa pergi main."kata nya lagi.
Dengan sangat penuh kasih sayang Anna terus mendekap gadis kecil itu, menciumi nya dengan lembut, tentu saja. Balqis Raline Julian adalah harta yang sangat berharga yang ia miliki saat ini.
"Mama?"suara imut itu mulai terdengar, namun mata nya masih tampak tertutup.
"Yes, Cutiepie?"Anna tersenyum.
"Mau susu, mam!"
"Bangun dulu, buka mata nya, lihat mama! Baru boleh minum susu."jelas Anna kepada putri nya Balqis.
"Ade masih mau bobo!"Balqis merengek.
Cup.
Anna kembali mencium pipi putri nya gemas, lalu segera bangkit.
"Oke, mama bikinin. Tapi minum di gelas yah, masa di botol terus, udah gede kan?"Anna berujar.
"No!"gadis kecil itu mengangkat satu jari telunjuk nya ke arah Anna.
"Baiklah, baiklah! hanya pagi ini, oke?"gadis kecil itu terlihat menganggukan kepala.
Anna tersenyum, lalu berjalan ke arah luar kamar, dan segera membuat susu hangat kesukaan Balqis.
...•••••...
"Selesai, Aqis sudah cantik dan wangi."kata Anna kepada putri nya yang baru saja selesai mandi dan berpakaian.
Gadis kecil itu mengedip-ngedipkan mata nya, lalu tersenyum, dan segera menghambur kedalam pelukan Anna.
"Mam, kita jalan-jalan?"Balqis berkata pelan, tepat di telinga Anna.
Anna tersenyum seraya menganggukan kepala.
"Mall, atau taman?"tanya Anna.
Anna mendorong bahu kecil itu, kemudian menatap Balqis dengan raut wajah berbinar.
"Aqis mau beli mainan mam, boleh?"mata bulat nya berbinar, dengan bibir yang juga tampak tersenyum malu-malu.
Anna terdiam.
"Oh, nggak yah! yaudah jajan es aja deh."ucap nya yang langsung membuat Anna tergelak.
"Boleh, tapi mama harus bersiap dulu. Aqis main sama teteh dulu yah."jelas nya yang langsung mendapat anggukan dari Balqis.
Anna pun segera bangkit, meraih tangan mungil itu, lalu menuntun nya berjalan ke atah luar kamar.
"Teh, aku titip Adek. Mau mandi dulu."jelas Anna.
"Boleh, Aqis nya sini. Kita nonton cartoon."seorang asisten rumah tangga itu langsung meraup tubuh Balqis, lalu membawa nya kedalam kamar milik gadis kecil itu.
Anna tersenyum kembali, entah kenapa kini kabahagiaan nya terasa lengkap, apalagi ketika putri kecil nya itu lahir, dan menjadi teman hidup nya ketika ia mulai merasa kesepian dan putus asa.
"Tuhan memang mempunyai rahasia besar, entah kenapa dia memberiku bayi kecil yang sangat mirip dengan orang yang sudah menyia-nyiakan aku."Anna menghela nafas nya pelan, lalu berjalan kembali menuju kamar nya untuk segera membersihkan diri.
...••••...
Jangan lupa dukungan nya!
Like, komen, dan vote. Yang mau ngasih Gifh juga hayu.
Ig. @anggika15
Balqis Raline Julian.
Siang hari tepat pada pukul 10:00.
Anna terus melajukan mobil milik nya dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan kota yang terlihat sedikit ramai pada siang hari ini.
Sayup alunan musik terdengar di dalam mobil itu, namun yang lebih mendominasi adalah suara ocehan si kecil Balqis yang saat ini duduk di belakang bersama Sisi, sang asisten rumah tangga yang selalu Anna bawa kemana pun mereka pergi.
"Mama, teteh nakal!"gadis kecil itu mengadu.
Anna yang mendengar rengekan Balqis pun langsung melihat ke arah kaca spion, dan terlihatlah, wajah Sisil yang sudah penuh dengan coretan lipstik di wajah nya.
"Adek, teteh nya kenapa?"Anna mengulum senyum ketika melihat Sisil terus menolak keinginan putri nya, untuk kembali mengoleskan lipstik di wajah Sisil.
"Ini lo mam, teteh nggak mau aku pakein lipstik."jelas Balqis.
"Teteh nya udah cemong dek, nanti malu masuk mall nya."kata Sisil kepada gadis kecil di samping nya.
"Maama!"Balqis mengerucutkan bibir nya, lalu bersedekap, dengan raut wajah yang terlihat sangat menggemaskan.
Anna pun tergelak, prempuan yang sedang mengemudikan mobil itu tertawa kencang ketika di suguhkan pemandangan lucu di belakang nya.
"Ibu bawa makeup remover kah?"tanya Sisil.
Anna kembali melihat ke arah spion, lalu menganggukan kepala ketika pandangan kedua bertemu.
"Nanti kalo sudah sampai, saya ambilin. Fokus nyetir dulu ini."jelas Anna seraya tersenyum samar sambil menggelengkan kepala.
...•••••...
Satu stengah jam Anna mengemudikan mobil nya. Kini mereka sudah sampai di salah satu parkiran mall yang akan mereka kunjungi.
Mereka masih terdiam di dalam mobil, menunggu Sisil yang saat ini sedang membersihkan noda lipstik di wajah nya.
"Bisa nggak, Sil?"Anna berbalik menatap ke arah kursi belakang.
"Bisa, cuma muka aku kok jadi merah! kaya abis kena timpuk!"Sisil berujar.
Anna tertawa, lalu pandangan nya beralih kepada Balqis yang hanya terdiam sambil terus menatap Sisil yang sedang susah payah menghapus coretan lipstik di wajah nya.
"Teteh lama!"Balqis mulai terlihat bosan.
Sisil menghentika aktifitas nya sesaat, lalu melirik Balqis, dan menarik hidung nya sanagt kencang, sampai hidung Balqis memerah.
"Ini kerjaan adek, coba kalo tadi nggak dandanin teteh, pasti sekarang kita udah milih-milih mainan."ucap Sisil.
"Maamaa?"gadis itu kembali merengek.
"Makanya, nanti jangan aneh-aneh. Yaudah ayok kita duluan, biar teteh nya nanti nyusul."Anna mulai melepaskan seat belt, lalu turun dari Expander putih milik nya itu.
Dreuk!
Anna membuka pintu di samping Balqis, lalu merain anak kecil itu untuk segera turun.
"Sil, ini kunci nya. Saya di lantai 3, toko mainan yang biasa kita datengin yah?"jelas Anna sambil memberikan kunci mobil nya kepada Sisil.
"Siap bu."kata nya, lalu mengambil kunci mobil itu, dan kembali membersihkan wajah nya, setelah pintu mobil kembali tertutup, hingga Anna dan Balqis berjalan ke arah pintu masuk mall.
Sepuluh menit berlalu, akhir nya dengan susah payah Sisil berhasil menghilangkan sisa kemerahan di wajah nya.
"Lipstik orang kaya emang beda!"gumam nya, lalu meraih tas kecil milik Balqis yang selalu ia bawa, dan segera membuka pintu mobil untuk keluar.
Brugh.
Sisil menutup pintu mobil itu cukup keras, lalu segera melangkah untuk menyusul dua majikan nya yang sudah terlebih dulu masuk.
"Sisil!"panggil seseorang yang berada di belakang nya cukup kencang, sampai membuat langkah kaki nya terhenti.
Prempuan itu menoleh, lalu tampaklah wajah pria yang sangat ia kenali. Tentu saja, dia yang membuat nya bekerja untuk Anna, memberi nya tanggung jawab untuk membantu Anna mengurus putri nya.
"Bapak David!"Sisil terhenyak, ketika pria itu berjalan mendekat.
"Balqis mana?"wajah pria itu berbinar.
"Adek sama ibu pak, di dalam."sahut Sisil.
Prempuan itu terlihat sedikit bingung. Bagaimana tidak, pria itu yang selalu Anna hindari, namun sekarang tampa sengaja David muncul, dan menanyakan keberadaan putri nya.
"Kalau begitu, boleh saya ikut? sudah lama saya tidak bertemu Balqis."
Sisil terdiam.
"Saya yang akan tanggung jawab kalau Anna marah!"ucap nya.
Sisil pun mengangguk, menolak pun tidak akan ada gunanya.
"Baiklah, mari pak."kata Sisil, lalu ia kembali berjalan.
Kedua nya terus berjalan masuk secara bersamaan, hingga mereka kini berada di depan salah satu toko mainan di lantai 3.
"Ibu sama adek di dalam pak, saya tunggu disini saja."kata Sisil.
David menganggukan kepala, kemudian segera masuk kedalam toko tersebut.
Keadaan di dalam sana cukup ramai, sampai membuat David harus berusaha keras mencari dua prempuan yang saat ini sedang berbelanja disana.
"Ini saja?"suara Anna terdengar cukup nyaring, sampai membuat David menoleh.
David tersenyum, ketika melihat Balqis yang sedang memilih mainan kesukaan nya dengan sang ibu yang saat ini berjongkok tepat di samping gadis kecil itu.
"Aqis mau eskrim, jadi belanja mainan nya udah aja."
Anna tersenyum, lalu bangkit dan segera menarik tangan gadis kecil itu ke arah kasir.
"Ann?!"David memanggil nya dengan suara setengah berteriak.
Langkah kaki Anna terhenti, lalu menoleh.
Deg.
"Mas!"cicit Anna pelan.
Pria itu tersenyum penuh arti, dengan kaki yang juga sudah kembali melangkah, mengikis jarak di antara mereka.
"Hai, apakabar?"David menatap Anna.
Namun prempuan itu masih tertegung, dengan mata yang terus tertuju kepada mantan suaminya.
"Kalian belanja?"David kembali bersuara.
Namun Anna masih bungkam.
"Maama!"Balqis merengek, lalu berjalan ke arah belakang sambil memeluk kaki ibu nya.
"Sayang!"Anna tersadar, ketika rengekan kecil itu mulai terdengar. Ya Balqis terlihat ketakutan.
"Mau teteh."kata nya.
"Hey, ini papah sayang."David berjongkok, lalu mengulurkan tangan nya untuk menyentuh gadis kecil itu.
"Maama!"gadis kecil itu menjerit.
"Mas, Balqis masih takut. Bisakan kamu menunggu nya di luar, malu di liatain banyak orang."kata Anna ketika melihat dirinya mulai menjadi perhatian banyak pasang mata.
David menatap Anna, lalu bangkit dan menganggukan kepala.
"Aku tunggu di luar, tapi kumohon. jangan menghindar lagi."pinta nya, lalu segera berjalan ke arah luar, meningglkan tempat itu begitu saja.
Tentu, ini adalah hal yang paling menyakitkan. Ketika putrinya bahkan takut kepada ayah nya sendiri, walau sering mencoba untuk dekat, namun lagi-lagi Balqis menolak kehadiran nya.
Aku di hukum putri ku sendiri, atas kebodohan yang sudah pernah ku perbuat kepada ibu nya.
ucap David dalam hati.
"Sisil, bantu Anna. Balqis agak rewel setelah saya berusaha mendekat."
"Oh, iya pak."jawab Sisil.
Sisil bangkit, lalu berlari ke dalam toko.
Tidak lama setelah itu Anna keluar, dengan Balqis yang berada dalam pangkuan nya, menyembunyikan wajah cantik itu di ceruk leher sang ibu.
"Apa aku semenakutkan itu, Ann?"David tersenyum manis, namun hati nya jelas terasa ngilu.
"Kita coba pelan-pelan, dia memang takut dengan orang baru."jelas Anna. "Kita cari restaurant dulu mas, Balqis mau eskrim."jelas Anna.
"Ini salah kamu karena selalu menghindar."kata David.
"Sil, gendongin Adek dulu yah."
Anna langsung menyerahkan Balqis, lalu membiarkan mereka berjalan terlebih dulu.
"Jangan bahas soal itu."Anna menjawab.
"Dari awal kau menyembunyikan banyakhal, termasuk kehamilan mu, hingga aku baru menemui nya ketika Balqis berumur 1thn, itu pun kau masih menyangkal bahwa dia bukan putri ku."
"Sudahlah mas, jangan membuka luka lama. Aku hanya sedang berusaha berdamai dengan diriku sendiri. Jadi kali ini kamu bisa memulai nya sekarang. Cobalah mengajak Balqis untuk membeli eskrim, atau makanan manis lain nya, siapa tau berhasil."jelas Anna.
"Apa kau selalu memberinya permen atau yang lain nya, bagaimana kalau dia sakit gigi!"
"Tidak, hanya sesekali dalam seminggu."jelas Anna kembali. "Mas ada urusan disini? mbak Dira nggak ikut?"
"Sebenar nya aku harus kekantor, tapi saat di jalan aku melihat mobil mu, jadi ku ikuti sampai sini."ujar David.
Anna pun menganguk, lalu kedua nya kembali terdiam, sambil terus berjalan di belakang Sisil yang saat ini sudah menurunkan Balqis dari pangkuan nya.
"Seperti nya dia sudah sedikit tenang, jadi dekatilah, dan ajak dia untuk memlilih eskrim yang dia mau."kata Anna pada mantan suami nya.
"Baiklah."sahut David, lalu berjalan cepat untung menghampiri putri kecil nya.
...••••...
Jangan lupa dukungan nya!
Like, komen, dan vote. Mau nge-Gifh juga boleh.
Ig. @anggika15
Papa David.
Mama Ann.
...••••...
Akhirnya, setelah puluhan kali mendapatkan penolakan. Kini gadis kecil itu menerima ajakan David sang ayah, meski saat ini masih terlihat malu-malu.
"Mau apalagi? biar papa beliin!"tanya David kepada gadis kecil yang sedang duduk di pankuan nya.
Balqis menggelengkan kepala, gadis mungil itu terus sibuk menikmati eskrim vanila coklat kesukaan nya.
"Sayang, ini siapa?"David menatap lekat manik Balqis, dia tersenyum lalu menunjuk diri nya sendiri.
Balqis diam.
"Ayolah, panggil paapa!"kata nya lagi.
Namun anak balita cantik itu terus bungkam, dengan pandangan mata yang juga terus menatap pria yang sedang memangku tubuh kecil nya.
"Mam?"lalu pandangan nya beralih pada sosok yang duduk di kursi bersebrangan dengan nya.
"Yes cutiepie, kenapa?"Anna tersenyum.
Lalu tatapan nya kembali tertuju kepada David, seolah mencari jawaban kepada sang ibu.
"Apa Aqis masih bingung? ini papah sayang. Papah nggak bohong."jelas David, dengan jemari yang mulai mengukir wajah mungil yang mendomonasi wajah diri nya, namun versi prempuan.
"Mama, ini beneran papah?"suara mungil nan menggemas kan itu mulai berceloteh.
Anna pun mengangguk.
"Tapi kenapa papa nya nggak pernah bobo sama kita?"dengan polos nya Balqis bertanya seperti itu, hingga tiga orang dewasa itu terdiam sesaat.
Anna membisu, namun mata nya tertuju kepada David, berusaha mencari jawaban yang tepat.
"Ehem!"David berdeham, ketika ternggorokan nya terasa kering. "Papa sibuk sayang, harus kerja. Jadi maaf nggak bisa bobo sama kalian."ujar David.
Seketika raut wajah Balqis berubah.
"Adek, main time zone yuk? teteh anter!"Sisil mencoba mengalihkan perhatian nya.
Namun dia menolak, terlihat jelas dari kepala nya yang ia gelengkan secara kencang, dengan raut wajah yang sudah berubah masam.
Seketika mood nya berubah.
"Papa nya nakal, Aqis mau sama mama aja!"ucap nya, lalu turun dan segera memutari meja untuk menghampiri Anna.
"Aqis mau pulang, Aqis cape, Aqis ngantuk!"celoteh nya.
Dia merajuk! gumam Anna.
Annak mengangguk, lalu meraih Balqis kedalam dekapan nya. Hati kecil Anna seolah berkata jika putri nya ini sedang kecewa dengan keadaan. Wajar saja, 4 tahun adalah umur dimana gadis kecil itu mulai mengerti banyakhal.
"Mas, kalau begitu kami pulang."pamit Anna.
David pun hanya tersenyum lalu menganggukan kepala nya, meski ia belum puas menghabiskan waktu bersama Balqis.
"Salim dulu sama papah!"kata Anna kepada Balqis.
Namun dia menolak, memeluk leher Anna erat dan menyembunyikan wajah nya kembali di ceruk leher sang ibunda.
"Biarkan saja, lagi-lagi dia kecewa kepadaku Ann."cicit David.
"Hanya butuh waktu,mas. Datanglah ke rumah jika kamu senggang. Maaf dulu aku selalu menghindar. Akibat ke egoisan ku, Balqis menjadi lebih takut sama kamu."ucap Anna.
David tertegung, tidak menyangka kini seorang Kyara Anna mulai terbuka dengan dirinya, setelah beberapa tahun berusaha menjauh.
"Oke, Aqis pulang dulu ya pah!"pamit Anna, namun tatapan mata ny Anna tujukan kepada Balqis.
"Sudahlah, nanti dia semakin marah."kata David.
Anna mengangguk.
"Pamit mas, makasih makan siang nya."ucap Anna lalu segera beranjak pergi.
"Mari pak, saya pulang dulu."Sisil pun ikut berpamitan.
David menganggukan kepala nya pelan.
"Titip Balqis, saya yakin kamu masih simpan nomor hand phone saya. Jadi hubungi kalau memang itu perlu."jelas David yang langsung di jawab anggukan oleh Sisil.
"Hahh!"
David menghela nafas nya kembali ketika rasa sesak itu kembali timbul. Entah itu karena penolakan Balqis atau karena hal lain.
"Dia memang ibu yang kuat, bahkan dia mampu membawa putri ku yang sudah besar tampa terlihat kesusahan sama sekali."David bergumam, dengan mata yang terus tertuju kepada Anna yang terus berjalan semakin jauh. Lalu menghilan ketika ia menaiki eskalator.
...••••...
"Sisil?"panggil Anna.
"Adek tidur?"tanya nya ketika ia menemukan Sisil keluar dari kamar putri nya.
Prempuan itu mengangguk, lalu berjalan mendekat ke arah nya yang saat ini duduk di kursi meja makan.
"Sudah makan?"Anna menatap Sisil, lalu asisten nya itu menggelengkan kepala nya.
"Belum, bu."sahut Sisil.
"Yaudah, makan dulu gih! Udah itu tolong periksain list orderan sambel cumi buat besok yah!"pinta Anna.
Sisil menganggukan kepala, lalu mulai membawa piring dan segera mengisi nya dengan nasi, ayam dan sambal buatan Anna.
"Stok sambal nya masih banya kah bu?"Sisil kembali memulai pembicaraan.
Anna tersenyum.
"Banyak, minggu kemarin sengaja nambahin stok. Takut nya 12.12 nanti orderan membludak."jelas Anna.
"Kalo menurut aku sih, kaya nya besok ibu harus stok lebih banyak lagi."
"Oh ya?"
Sisil menganggukan kepala, sambil terus menikmati makanan milik nya.
"Besok baru tanggal 11, orderan udah 450 pcs. Belum nanti kalo 12.12! pasti tambah banyak, apalagi diskon nya gede-gedean bu."
Raut wajah Anna tampak berbinar.
"Jadi malam ini kita harus berbelanja?"tanya Anna.
"Iya, terus kaya nya aku harus nyuruh ibu bawa beberapa temen nya buat bantuin ibu bikin sambel."Sisil tersenyum.
"Baguslah, kamu mulai inisiatif."ledek Anna.
"Iya, kaya nya aku harus minta naik gaji sama pak David."tukas nya sambil tergelak.
"Nggak usah, nanti saya tambahin juga seperti biasa, gajih dari papa nya Balqis itu karena kamu ngurus anak nya, bukan bantuin aku bikinin sambel."jelas Anna.
"Emm, bu?"
"Iya?"
"Kaya nya pak David,..."
"Hush, udah ah. Jangan bahas dia!"sergah Anna ketika Sisil mulai membahas ayah dari putri nya itu.
"Kalian nggak mau rujuk gitu, kasian adek?"namun Sisil terus melanjutkan perkataan nya.
Anna terdiam, dengan mata yang mulai menatap Sisil.
"Kamu aneh Sil!"ujar Anna. " Dira akan membunuh saya kalo itu terjadi."ucap nya sambil tertawa lepas.
Sisil menggelengkan kepala.
"Aku memang bukan siapa-siapa, tapi rasa nya sakit ketika Aqis ingin sosok ayah yang nyata, dan selalu ada bersama dia setiap hari. Ibu tau, kalo aku lagi nganter dia sekolah, Aqis selalu bilang mau punya papa kaya temen-temen nya."jelas Sisil.
Anna tertegung, hati nya mencelos dengan sedikit rasa sesak.
"Apa saya jahat yah, dulu nggak pernah mau nemuin mereka berdua."kata Anna.
"Ibu nggak jahat, cuma emang keadaan yang nggak berpihak kepada kita. Saya paham pikiran ibu, karena kenyataan nya saat ini pak David sudah beristri, bahkan jauh sebelum Balqis lahir dia sudah menikah lagi bukan?"
Anna menganggukan kepala nya.
"Kamu tahu Sil, saya hanya seorang yatim piatu yang di cintai mas David, lalu dia menikahi saya. Dan luka yang sangat dalam itu dimulai setelah itu."suara Anna terdengar lirih.
Walau sudah beberapa tahun berlalu, namun hati kecil nya selalu menjerit, ketika mengingat kejadian yang membuat hati nya hancur.
"Saya hanya seorang asisten rumah tangga, namun ketika ibu menempatkan saya sebagai sahabat, maka saya sudah menjadi sahabat ibu, sejak lama."kata Sisil.
Anna menarik nafas nya, lalu menghembuskan nya peelahan.
"Selalu bertemu dengan orang yang sudah menyakiti kita memang sangat sulit, tapi setidak nya sekarang ibu sudah bisa menerima, dan membiarkan hubungan antara ayah dan anak membaik."jelas Sisil kembali, kali ini ia tampak memberi semangat kepada Anna dengan senyum hangat nya.
"Mungkin mas David akan sering kesini, jadi saya minta, kamu yang temani Balqis."ujar Anna.
"Ibu bisa mengandalkan saya."sahut Sisil.
Lalu Anna tersenyum, walau terlihat jelas kesedihan tergurat di wajah Anna.
Terkadang, takdir tidak berpihak kepada kita. Tapi hidup harus tetap berjalan meski itu terasa sangat sulit.
ucap Anna dalam hati.
"Oh, hati. Terimakasih sudah mau pulih, walau belum seutuh nya."Anna kembali bergumam.
Jangan lupa dukungan nya!
Like, komen, dan vote nya.
Eits, yang mau ngasih bunga sama kopi juga boleh.
Ig. @anggika15.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!