"Halloo.."
"Aku, Ehmm, dikantor sayang? Ada apa?"
Oh, Enggak.."
"Eh udah dulu sayang, aku sibuk nih.."
Klik..
Dan laki laki itu pun menutup telfonnya secara sepihak.
"Siapa Naf? tunanganmu?" Tanya seorang perempuan yang duduk dihadapannya.
"Yah seperti biasa.." Jawabnya santai.
"Cihh, kenapa nggak putusin dia secepatnya sih?" Rajuknya,
"Tenang saja, secepatnya aku akan melakukannya.."
"Dari kemarin ucapannya sama, secepatnya secepatnya, nyatanya.." wanita itu makin merajuk. Sedangkan sang pria hanya tergelak.
"Kamu kan tahu alasannya, aku harus punya alasan yang tepat dong, jangan sampai dia curiga."
"Tapi Naf, apa kamu yakin, keluargamu akan menerima aku?"
"Pasti lah, keluargaku tuh nggak akan pernah nolak semua keputusanku, apa lagi kamu lebih baik dari dia, pasti keluargaku akan menerimamu dengan tangan terbuka. lagian keluargaku juga pasti bosan dengan dia, sama seperti aku.."
"Kalau bosen, kenapa nggak dari dulu diputusin? Malah sampai tunangan segala.."
"Ya mungkin mataku belum terbuka saja, setelah ketemu kamu, baru deh aku sadar, bahwa dunia itu luas. Mungkin dulu aku buta kali jadi aku betah lama lama berhubungan sama dia.."
"Hehehhe bisa aja kamu Naf, trus kapan kita main di hotel naf? Tiap aku ngajak, kamu selalu aja nolak, kita sudah dua minggu kencan masa nggak ada rencana main di hotel? Nggak seru, bukankah kamu ingin lepas dari dia salah satunya karena dia nggak pernah mau ngasih lebih? aku yang siap ngasih apapun yang kamu mau malah dibuat gantung kaya gini.."
"Ahahha, sabar sayang, aku ingin kamu benar benar satu satunya wanita yang ada dihatiku.."
"Lah terus kapan kamu akan mutusin tunanganmu itu?"
Kamu bisa sabar kan? Dia tuh susah pisah sama aku, dia bakalan takut kehilangan aku, makanya aku harus punya cara biar lepas dari dia.."
Tanpa mereka sadari tak jauh dari tempat mereka berada, sepasang mata perempuan sedang mengawasi gerak gerik sepasang orang itu dengan tatapan penuh kebencian. Benci dan sakit itulah yang dia rasakan saat ini.
Perempuan itu sudah mencium bau bau perselingkuhan tunangannya sejak seminggu belakangan. Dan dengan cerdiknya dia bermain otak, guna menguak perselingkuhan itu. Dia tahu betul perempuan macam apa yang sudah jadi selingkuhan tunangannya.
Semua bukti tentang keburukan wanita yang jadi selingkuhan tunangannya sudah dia dapatkan. Beruntung dia punya teman yang berwawasan luas dan temannya ada dimana mana. Jadi tak cukup sulit buat dia mencari info dan bukti.
"Ahh ternyata keputusanku untuk pindah rumah sangat tepat. Ngakunya di kantor sibuk, taunya eh, main api kamu mas. Kamu yang bermain api mas dan aku pastikan kamu yang akan terbakar sendiri." Gumamnya sembari tersenyum licik.
Diapun mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya yang Entah apa itu isinya. Dan dia juga memanggil pelayan.
"Mas.."
"Iya mba, ada yang bisa saya bantu?"
"Tolong kasihkan ini ke laki laki yang ada di meja sebelah sana ya? dan jangan kasih tahu kalau ini dari perempuan?" Tunjuk wanita itu.
"Baik mba.."
Dan perempuan itu pun menyerahkan kotak itu ke pelayan yang dia panggil dengan sejumlah uang sebagai tanda terima kasih untuk pelayan tersebut.
Sesuai petunjuk pelayan pun beranjak ketempat pasangan yang ditunjuk perempuan tadi.
"Maaf mas, saya disuruh menyerahkan ini.." Ucap pelayan itu.
"Dari siapa mas?" Tanya laki laki yang nampak terkejut sembari menerima kotak itu.
"Nggak tau mas, orangnya tadi ke toilet.."
"Baik, makasih ya.."
Pelayan itu pun pergi.
"Coba buka Naf, apa isinya?"
Sang pria pun segera membukanya dan
Degg..
Matanya membelalak. Raut wajahnya berubah panik.
"Mas apa isinya?"
Laki laki itu mengambil isinya.
"Cincin ini? Ponsel ini?"
"Apa? Cincin?" Tanya perempuan itu.
Dan laki laki itu membuka kertas yang terselip di kotak itu beserta ponselnya. kertas itu pun dibuka. Matanya membelalak.
"Selamat berbahagia dengan wanita barumu, dan selamat juga kamu akan menjadi ayah dari anak yang sedang di kandung wanita barumu itu, selamat ya, semoga kalian bahagia, oh iya ada kejutan lain loh, buka aja ponselku, kamu tahu kan sandinya?? jangan cari aku, aku sudah pergi jauh
makasih dan selamat tinggal."
Wajah laki laki itu makin terkejut, rahangnya mengeras, matanya memerah. Amarah seketika langsung merasuk raganya.
"Kamu Hamil?" Teriaknya kepada perempuan di hadapannya. Tentu saja perempuan itu terkesiap dan orang orang yang berada di cafe itu serentak menoleh.
"Brengsek kamu Cit, kamu berniat menjebakku? Pantes saja kamu selalu ngajak aku main ke hotel, rupanya kamu berniat menjebakku..!!"
Wanita itu semakin kaget. Rencananya terbongkar.
"Jangan percaya Naf, tolong, itu pasti fitnah." Ucapnya bohong.
Pria itu membuka ponsel milik tunangannya dan lagi lagi dia terkejut saat melihat semua foto perselingkuhannya dan dia makin syok saat dia memutar video video yang ada di ponsel itu.
"Kalau memang benar itu fitnah, lalu apa ini?" Tunjuknya.
Lagi lagi perempuan itu membelalakan matanya.
"Brengsek kamu citra, aku pikir kamu wanita baik baik ternyata ahli menghancurkan hubungan orang, beruntung, aku nggak pernah mau di ajak ke hotel denganmu, sialan..!!!
"Naf tunggu, ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
Laki laki itu tak menghiraukan ucapan perempuanya, dia langsung beranjak pergi. Sedangkan sang selingkuhan yang tak terima ditinggal bergegas mengejar laki laki itu.
Laki laki itu segera masuk ke mobilnya dan tanpa tahu malu selingkuhannya pun ikut masuk.
"Naf, semua itu fitnah, semua itu bohong, pasti tunanganmu merekayasa semuanya.."
"Keluar dari mobilku wanita murahan. keluar..!!!!
"Nggak aku nggak mau, kamu harus percaya aku Naf.."
"Keluar aku bilang..!!!"
"Nggak, aku nggak mau, kamu harus dengerin dulu penjelasan aku.."
"Okeh kalau kamu nggak mau turun, lebih baik kita mati sama sama.."
Pria itu langsung tancap gas. Dia bahkan tak peduli rengekan perempuan disebelahnya. Dan yang pasti pria itu sangat menyesali perbuatannya. Tanpa kata putus, orang yang selama ini menemaninya pergi dan memutuskan pertunangannya sepihak.
Mobil itu melaju pesat tanpa mau menurunkan kecepatannya. Sementara keributan di dalamnya pun semakin menegang, berbagai cacian pria itu lontarkan ke wanita disebelahnya.
"Menyesal aku menghianatinya, menyesal aku mau memilihmu daripada dia, bener bener wanita sampah kamu...!!!"
Perempuan itu pun naik pitam. Dia tak terima dengan segala ejekan dan makian yang terlontar untuknnya.
Dan tanpa mereka sadari tak jauh dari keberadaanya ada lubang ditengah jalan. Dan saat mobil itu melintas. mobil itu pun lepas kendali dan sialnya ada mobil lain terparkir tak jauh dari situ dan mobil tak bisa menghindarinya hingga
"Aakkkkkkhhh...!!!!!"
Srrrrriitttt Brak..!!!!
Mobil itu remuk dengan kedua penumpang yang tak sadarkan diri dengan bercucuran darah segar.
Di sebuah Villa mewah pagi ini terlihat begitu sibuk. Semua orang nampak sedang bersiap diri memakai pakaian terbaiknya. Hari ini salah satu dari keluarga besar mereka akan melaksanakan pernikahan. Pernikahan mewah dari salah satu keluarga kaya dan terpandang. Semua begitu nampak ceria.
Tapi tidak dengan seorang pria yang masih setia dengan lamunannya, lebih memilih menyendiri di dalam kamar daripada berkumpul dengan keluarga besarnya. Tatapannya kosong menerawang ke arah luar jendela. Dan sesekali dia juga menatap kedua kakinya. Kaki yang tidak bisa di gerakkan dan harus bergantung pada kursi roda di setiap aktifitasnya.
Pria yang sudah kehilangan senyumnya sejak kejadian naas itu, selalu menyalahkan dirinya dan menganggap kaki lumpuhnya adalah karma atas perbuatannya dimasa lalu. Kelumpuhan yang sebenernya masih bisa disembuhkan tapi dia enggan melakukannya.
"Hy Bro, ngapain lo masih masih disini.? ayolah keluar.." Suara seseorang menyadarkan lamunannya. Dia menoleh sejenak, dua sahabatnya bergerak menuju ke arahnya.
"Ayo dong Naf, gabung sama yang lain. ngapain demen banget menyendiri sih?"
"Kalian saja sana sama yang lain. Males gw kalau harus kumpul kumpul.." jawab pria berkursi roda itu. Pria yang akrab dipanggil Arnaf itu sejak kejadian naas tiga tahun lalu, merubah seluruh gaya hidup dan pergaulannya. Bekerja dan menyendiri adalah kegiatan utama yang dia lakukan untuk menghabiskan waktu.
"Ayolah Naf, lo jauh jauh dari Jakarta masa tetap kaya gini?"
"Kalau bukan karena Velly nikah, gw juga ogah datang kesini.? ngapain? mending di rumah.."
"Naf, jangan gitulah, lo nggak cape apa selamanya akan bersikap seperti ini.? Buka mata dan hati lo..! lo harus maju, bukan terus terusan seperti ini.." Ujar salah satu sahabatnya yang bernama Fathir.
"Iya Naf, biarlah yang berlalu tu pergi, ikhlaskan saja apa yang memang sudah menjadi takdirmu, lagian dia juga sudah pergi jauh.." Ucap sahabat Arnaf yang lain, yang biasa di sapa Baim.
"Kalau gw nggak buat kesalahan, mungkin saat ini gw lagi bahagia sama dia, bisa jadi gw sudah mempunyai anak dengan pernikahan kita.." Ucapan Arnaf terdengar getir. Matanya menatap cincin yang masih setia dia kenakan di jari manis tangan kirinya.
"Plis dong Naf, lo lupain dia, dia sudah jadi masa lalu, sekarang lo harus mikir masa depan lo, coba buka hati lo buat cewek lain?"
"Mana ada cewek yang mau sama cowok lemah dan lumpuh im? ada juga paling ngincer harta gw. Bukankah hidup gw hancur juga gara gara cewek yang gila harta?"
"Udah deh Naf, jangan lo ingat ingat lagi..! bukankah itu hanya akan bikin lo sakit hati? Udah lah lupain. mending kita siap siap berangkat ayo.."
"Iya Naf, mending kita berangkat, lihat dangdutan.."
"Dangdut? Velly jadi ngundang musik dangdut?"
"Jadi lah, lo tau sendiri, Velly tu maniak banget sama dangdut."
"Cihh, dasar bocah sableng, seleranya kok ya aneh aneh aja.."
"Ya udah ayok berangkat. Ntar malah ketinggalan lagi acara akadnya.."
Dan tanpa perdebatan lagi, ketiganya keluar kamar. Arnaf dan kedua sahabatnya memakai mobil yang memang di desain khusus untuk Arnaf hingga dia tidak kesulitan naik mobil. Dan setelah semuanya sudah siap, mobil Arnaf dan yang lain pun meluncur ke gedung tempat berlangsungnya acara.
"Kata Velly, grup dangdut yang dia undang grup terbaik di kota ini loh, dan suara biduannya, behh mantap benar.." Celoteh Baim penuh semangat.
"Kali aja im dapat jodoh biduan disini, pasti mantap tuh goyangannya.." Ucap Fatir menimpali.
"Cihh, cari jodoh kok biduan. Cari tuh yang berkelas."
"Berkelas? Seperti selingkuhan lo?"
Skak. Arnaf terdiam
"Lebih berkelas mana? Mantan tunangan lo apa selingkuhan lo?"
Dan Arnaf semakin terbungkam.
"Jangan semua di sama ratakan Naf, Kali aja lo sebenernya di takdirkan dengan biduan, baru tahu rasa lo.."
"Gw? sama biduan dangdut? mending gw milih mati, meski hanya ada satu wanita di dunia ini.."
"Hahha biarin aja dia ngomong kaya gitu im, paling ya kaya dulu, ucapannya berbeda dengan hatinya. Kalau hatinya dan ucapannya sama, nggak bakalan dia menyesal kaya gini hahha..." Ucap Fatir dan keduanya seketika tertawa bersama, sedangkan Arnaf memandang sebal kedua sahabatnya.
Ada rasa nyeri yang dirasakan dalam hatinya. Rasa nyeri karena kesalahan sendiri, Dulu dia selingkuh juga karena faktor penampilan. Menurutnya selingkuhannya terlihat cantik dan berkelas. Namun nyatanya cuma topeng.
Dan akhirnya merekapun sampai disebuah gedung tempat berlangsungnya acara. Mereka segera masuk karena acara pernikahan akan segera di mulai. Semua keluarga dan tamu undangan nampak sudah memenuhi kursi yang di sediakan.
Tak lama kemudian acara pernikahan pun di mulai. Yang pertama dan yang paling penting adalah acara akad. lafaz sakral itu terdengar lantang dan tegas dari bibir mempelai pria dalam satu tarikan nafas hingga kata sah sepakat diumumkan.
Selanjutnya adalah prosesi pernikahan. Prosesi yang menggunakan ada jawa itu nampak begitu hikmad tanpa ada gangguan sama sekali. Satu persatu rangkaian acara prosesi pernikahan, dilakukan kedua mempelai dengan lancar.
Hingga prosesi selesai, acara berikutnya adalah sambutan singkat dari perwakilan kedua keluarga mempelai dan juga pembacaan doa yang di pimpin oleh ustad setempat.
Setelah semuanya selesai, tiba saatnya acara menikmati hidangan dan berfoto bersama sang pengantin dengan diringi musik dangdut sebagai hiburan.
Arnaf dan kedua sahabatnya memilih tempat yang agak dekat dengan panggung. Sebenarnya Arnaf keberatan berada di sana, namun tempat yang ramai dan desakan dari kedua sahabatnya, mau tak mau Arnaf pun menuruti mereka.
Saat ini, biduan pertama sedang melakukan aksi panggungnya.
"Tuh lihat pakaian dan goyangannya.." Tunjuk Arnaf sinis, sedangkan Baim dan Fatir hanya besikap masa bodo.
"Emang dulu selingkuhan lo pakaiannya kaya gimana? Lebih sopan dari dia?"
Skak. Lagi lagi Arnaf dibuat bungkam. Dua sahabatnya selain pintar menghiburnya, juga pintar mencelanya. Meski mereka tidak tahu saat Arnaf selingkuh mereka mungkin sudah mendengar dari keluarganya.
Dan setelah menyanyikan dua lagu, pedangdut itu turun panggung untuk berganti dengan giliran pedangdut berikutnya.
Saat ini yang berada di panggung adalah pemandu acara dangdut tersebut.
"Okeh, setelah tadi kita menikamti suara merdu novi sasmita, kini saatnya untuk penampil berikutnya. Siapa lagi kalau bukan dara cantik dengan suara khasnya, yang namanya sudah tak asing bagi kita pecinta dangdut di kota ini. Ini lah dia AYUDIA PRASASTI..!!!"
Deggg...
jantung Arnaf seakan berhenti berdetak saat pemandu acaranya memanggil nama yang sangat tak asing bagi dirinya. Dengan debaran hati yang tek seperti biasanya, Matanya terus tertuju pada arah panggung.
Hingga tak lama kemudian, muncullah sosok anggun dengan pakaian yang sopan dan tak terlalu terbuka, nampak tersenyum ramah menyambut tepukan penonton.
Mata Arnaf dan kedua sahabatnya membulat sempurna.
"Prasasti..??"
@@@@
🎶Hanya ada satu didalam hatiku
🎶Hanya ada satu dalam ingatanku
🎶Pagi siang dalam aku selalu terbayang
🎶Wajahmu duhai pujaan ku seorang
Suara merdu seorang biduan yang sedang tampil seakan membius semua tamu undangan. Mereka larut dalam belaian nada nada dangdut yang sedang dia dendangkan.
Meski biduan, gerak geriknya begitu sopan, tidak ada goyangan hot, tidak ada pakaian sexy. Yang ada keanggunan dan gaya berkelas tinggi. Hampir semua mata menatap biduan yang terlihat elegan sedang unjuk suara menghibur tamu undangan, begitu juga yang dilakukan pria berkursi roda. Tatapan matanya tak lepas dari gerak gerik sang biduan. Tatapan kerinduan dan rasa bersalah nampak begitu terpancar dari matanya.
Gadis itu masih sama, senyum dan suara itu masih sama. Hanya statusnya saja sekarang yang berbeda. Karena kesalahan seorang Arnaf, gadis yang dulu menyandang status sebagai tunangannya kini sudah menjadi orang asing yang pergi dari hidupnya karena kesalahannya.
"Ini baru biduan idaman im..!!" Seru Fatir.
"Gila Prasasti, makin bening aja tuh, masih jomblo nggak yah Tir?"
"Ngga tahu, udah lama juga kan ngga denger kabar dia?"
"Gimana kalau kita deketin dia.? kita main sportif Tir?"
"Boleh, siapa takut, Duh Sasti, babang Fatir datang nak.."
Telinga Arnaf terasa begitu panas mendengar ocehan sahabatnya. Matanya menatap tajam dan tak suka ke arah keduanya.
"Lo kenapa Naf, gitu amat liatinnya?" Tanya Fatir yang merasa heran dengan tatapan Arnaf.
"Lo lagi ngga mikir macem macem tentang sasti kan Naf?" Selidik Baim.
"Ngga mungkin lah im, dia kan ngga bakalan ngingkari kata hatinya.." Fatir yang menjawab.
"Oh iya, dia kan lebih memilih mati daripada dapat jodoh biduan.." Sambung Baim, kelihatan banget kalau keduanya sengaja meledek Arnaf. Sedangkan yang di ledek hanya mendengus sebal.
"Kecuali biduan ini, pengecualian..!!!" Tegas Arnaf dalam hati.
Sementara di sisi yang lain di gedung yang sama.
"Mah lihat deh, itu kan mba Sasti?" Tunjuk seorang gadis remaja ke arah panggung.
"Sasti? mana Ni?
"Itu yang lagi nyanyi di panggung?" Dan mata wanita paruh baya itu pun menukikkan pandangannya.
"Ah iya, benar itu Sasti, Ya Allah tu anak.."
"Ada apa mah? heboh bener.?"
"Itu pah, Sasti?"
"Sasti? Sasti siapa?"
"Ya Allah papah, sasti, prasasti pah, mantan tunangan Arnaf..."
"Apa? Mana?"
"Itu pah, di panggung, lagi nyanyi tuh.."
"Ah iya bener, dia jadi biduan sekarang?"
"Kayaknya pah, ya Ampun akhirnya kita menemukan dia pah.."
"Iya mah, tapi kita nggak tau keadaan dia sekarang mah, kali aja dia sudah memiliki suami.." Dan sang istri hanya menatap sedih ke arah biduan itu berada.
"Kalaupun masih sendiri juga belum tentu dia mau sama anak kita ya pah.." Dan sang suami hanya tersenyum sekilas menatap ke arah bidaun itu. Biduan yang seharusnya saat ini sudah menjadi menantunya, namun sirna karena kesalahan anaknya.
"Mah, Arnia ke sana dulu yah, Arnia kangen sama mb Sasti..."
"Sana nak, kalau mau Sasti nya suruh kesini ya?"
"Oke mah.." Dan gadis itu pun beranjak menuju belakang panggung.
Setelah menampilkan beberapa lagu, Sang biduan turun panggung untuk istirahat guna menunggu giliran naik panggung lagi.
"Mba Sasti?" Merasa ada yang memanggil, Sasti pun menoleh kesumber suara. Seketika matanya membulat melihat gadis remaja yang sangat dia kenal.
"Arnia.? Wah" Dan kedua perempuan itu nampak heboh berpelukan satu sama lain.
"Ya ampun Arnia, kamu sudah besar? kelas berapa kamu sekarang?"
"Udah kuliah dong mba.."
"wah cepet bener ya? mamah papah gimana kabarnya? sehat?"
"Alhamdulillah mba, mereka sehat, mereka ingin ketemu mba Sasfi tuh.." Sasti mengkerutkan dahinya. Ada sedikit keraguan di matanya.
"mba Sasti nggak perlu khawatir sama mas Arnaf, Mamah dan papah sendiri kok? mas Arnaf nggak tahu kemana, sepertinya sih sudah pulang.." Mendengar hal itu Sasti pun menyetujuinya dan akan menemuinya setelah acara dangdut usai.
Tak lama kemudian.
"Tante Mia, Om Bagus, apa kabar?"
"Wah Sasti, kabar kami baik Sas, kamu sendiri gimana?"
"Alhamdulillah Tante, baik juga.."
"Kok manggilnya tante sih Sas?"
"Maaf tante, aku udah ngga ada hak manggil mamah.."
"Kamu belum maafin Arnaf ya nak?"
"Udah kok tante, udah masa lalu juga.."
Namun tak lama setelah itu.
"Sasti?" Suara seorang pria membuatnya menoleh, Matanya menatap tiga pria yang Sasti kenal, namun dia terkejut, salah satu pria itu duduk di kursi roda.
"Arnaf? apa yang terjadi dengannya? dia lumpuh?" Tanya Sasti dalam benaknya. namun guna menutupi keterkejutannya, Sasti langsung
"Mas Baim, mas fatir?"
"Wah kirain kamu sudah lupa sama kita Sas?
"Hehhe enggalah, apa kabar mas Arnaf? Tanya Sasti sambil mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Biar bagaimanapun yang namanya mantan, tetap ada kecanggungan. Apa lagi mereka berpisah tanpa kata karena kesalahan salah satunya.
Dengan ragu Arnaf menjabat tangan perempuan yang sangat dia rindukan. Matanya tak lepas dari wajah perempuan yang sekarang menjadi mantan tunangannya itu.
Sekilas Sasti melihat cincin dijari manis tangan kiri pria berkursi roda itu.
"Rupanya dia sudah menikah, syukurlah. Mungkin Citra memang jodoh dia.." gumamnya dalam hati.
"Seperti yang kamu lihat Sas, aku ngga baik baik saja.." Jawab Arnaf sembari tersenyum kecut.
Sasti melepas jabatan tangan Arnaf karena takut istri Arnaf melihatnya. dengan berat hati Arnaf pun melepas jabat tangan itu. Namun tatapannya tak sedikitpun lepas dari perempuan di hadapannya.
"Gimana kabar keluarga kamu Sasti?" Tanya Bagus.
"Baik Om, cuma bapak lagi dirawat Om, dirumah sakit.."
"Loh kenapa.? sakit apa bapakmu Sas?"
"Paru Om hhhehe.."
"Apa kita boleh menjenguknya?"
"Silahkan tante, bapak di dirawat dirumah sakit harapan sehat, nggak jauh dari sini.."
"Kamu sejak kapan jadi biduan dangdut Sas?"
"Sekitar dua tahunan Mas fatir,.."
"Aajib, suara kamu enak banget Sas, merdu euý.."
"Hehhe mas fatir bisa saja, yang lebih merdu dari Sasti banyak tuh mas.."
"Awalnya gimana ceritanya kok kamu bisa jadi biduan?"
"Awalnya iseng ikut anaknya paman mas baim, eh malah banyak yang suka dan mendukung, ya udah keterusan deh.."
Dan semuanya nampak tertawa menikmati cerita cerita yang di ucapkan oleh biduan cantik itu.
Namun Arnaf, tak ada satu pertanyaanpun keluar dari mulutnya. Kerinduannya seakan terobati hanya dengan menatap gadis di hadapannya itu. Pertanyaann pertanyaan yang ingin dia lontarkan, seakan terkunci dan tak sanggup untuk dia utarakan. Karena dia terlalu malu akan perbuatannya dulu.
"Sasti, ayo pulang, semua sudah menunggu..!!! teriak salah satu kru dangdut.
"Waduh Om tante, maaf, Sasti harus pulang sudah ditunggu tuh.."
"Yah padahal masih kangen mba.."
"Kalau kangen Nia main saja kerumah mba ya."
"Boleh, alamatnya mana?" Sasti pun mengambil sesuatu dari tasnya dan menyetahkannya pada adik sang mantan.
"Bilang sama orangtuamu, insya Allah besok kami kerumah sakit.."
"Baik Om, ya udah semuanya aku permisi dulu yah.." Dan semuanya pun mempersilahkan,
Namun sebelum Sasti melangkah jauh dia kembali membalikkan badan menghadap Arnaf. .
"Selamat atas pernikahanmu Mas, semoga langgeng dan bahagia menyertai mas Arnaf dan istri.."
Deeggg
@@@@
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!