Aku adalah Rena Pambudi seorang gadis muda biasa yang hidup menumpang kepada paman dan bibi ku sedari kecil, karena kedua orang tuaku meninggal dunia karena sebuah kecelakaan mobil mereka menghembuskan nafas terakhirnya di kecelakaan naas tersebut
Sedari kecil aku mendapatkan perlakuan yang sangat berbeda di rumah mewah ini, karena kasih sayang paman dan bibi hanya tercurah kepada anak semata wayang mereka yang bernama Amelia Pambudi atau biasa di sapa Lia
Tinggal di tempat yang sama bahkan memiliki nama belakang yang sama belum tentu mendapatkan perlakuan yang sama, itulah yang selalu aku alami sedari kecil. Kak Lia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan sangat berbeda dengan diriku yang mendapatkan sisa barang kak Lia yang sudah tidak di pakai
Aku dan kak Lia hanya berjarak satu tahun lebih sehingga kami selalu bersekolah di sekolah yang sama, kak Lia selalu memakai barang-barang terbaik sedangkan aku untuk mempunyai sesuatu yang aku inginkan aku harus mengumpulkan sendiri dari hasil kerja ku sebagai seorang pelayan di sebuah restoran
Jika ada orang yang bertanya apakah aku bersedih akan nasib yang aku jalani saat ini? Maka aku akan menjawab dengan sangat yakin tidak. Karena aku percaya walaupun pelangi tidak selalu hadir setelah hujan turun, tetapi masih ada mentari yang selalu setia menyinari dan menghangati muka bumi ini
Tapi itu semua hanya ucapan bodoh di masa lalu yang selalu aku tanamkan di dalam hatiku agar aku kuat menjalani kehidupan ini, karena sekarang aku sendiri tidak yakin apakah mentari di esok hari masih dapat menyinari dan menghangati hatiku ini?
Karena saat ini aku sedang berdiri di sebuah pelaminan mendampingi seorang pria muda yang sangat tampan, gaun pengantin berwarna putih yang sangat cantik membalut tubuhku dengan riasan wajah yang membuat aku sendiri takjub saat menatap diriku di depan sebuah cermin
Senyuman manis selalu menghias bibir mungilku selama acara ini berlangsung menandakan bahwa aku baik-baik saja, tetapi jika ada yang bertanya kepada hati ini apakah dia baik-baik saja? Maka hati ini pun akan menjawab dengan yakin bahwa semua tidak dalam keadaan baik-baik saja
Karena semua cerita berawal dari sini, malam itu paman dan bibi mengajak aku untuk pergi ke kediaman keluarga besar Utama. Sedari awal kami tiba di sana suasana di ruangan itu sudah membuatku sulit untuk bernafas, hawa dingin yang di pancarkan oleh keluarga terkaya di kota itu membuat kami bertiga tak dapat berkata apapun
"Apa maksud dari semua ini?" penuh penekanan
"Kami sekeluarga benar-benar memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga besar Utama, saya sendiri tidak tau di mana anak itu berada sekarang?" dengan suara yang bergetar karena takut dan terus menundukkan kepalanya
"Apa kalian pikir keluarga Utama bisa di lakukan serendah ini oleh anak kalian?"
Paman dan bibi hanya bisa terdiam dan saling bertatapan tanpa berani menjawab sepatah kata pun
"Jawab!!" Berteriak dengan sangat kuat hingga membuat seluruh ruangan itu terpenuhi oleh suara pria paruh baya tersebut
"Kami sekeluarga sudah berusaha menghubungi dan mencari anak perempuan kami pak, tapi kami belum berhasil mendapatkan informasi apapun"
"Apa kalian pikir keluarga kalian bisa lepas begitu saja setelah melakukan ini kepada anak saya?"
Aku hanya bisa melirik sekilas ke arah paman yang hanya bisa tetap setia menundukkan kepalanya dan wajah yang sudah pucat pasi, bagaimana tidak ucapan dari pemimpin keluarga Utama itu seperti sebuah pistol yang sudah berada di kepala paman dan siap untuk di tembakkan
"Apa kalian lupa? kalau selama ini keluarga saya yang telah membantu keluarga kalian agar tetap bisa bertahan, dan semua itu kami lakukan hanya karena kedua anak kita memiliki hubungan"
"Saya tau pak, saya juga benar-benar menyesal atas perbuatan Lia"
Di saat suasana di tempat itu sudah benar-benar membuat diriku merasakan sesak bahkan untuk bernafas sekali pun, tiba-tiba saja sang calon mempelai pria membuka suara
"Aku tau harus apa pah" dengan nada dingin
Seluruh orang yang berada di dalam ruangan itu langsung menoleh ke arah sumber suara yang tak lain adalah calon mempelai pria, Andika Utama anak tunggal dari keluarga besar Utama. Terlihat dengan jelas bahwa dia sedang menahan semua amarah di dalam dirinya dengan sikap dingin dan senyuman jahat
"Kamu maunya gimana Dika?"
"Aku mau dia gantiin posisi Lia saat di acara pernikahan" menunjuk ke arah Rena
"Tapi..."
"Lia udah keterlaluan pah, aku mau dia jadi pengganti Lia. Sebanyak apa Lia berbuat salah dia yang harus bertanggung jawab" dengan tegas seakan itu adalah keputusan final dari dirinya
Aku hanya bisa menatap sayu ke arah paman dan bibi dan hasilnya hanyalah sia-sia belaka, mereka langsung membuang tatapan matanya seolah mereka pun berkata ini adalah keputusan terbaik yang ada
"Kenapa? apa kamu keberatan? kalau kamu keberatan dengan permintaan anak saya ga masalah, tapi satu hal yang kamu harus tau mulai besok yang namanya keluarga Pambudi sudah menghilang dari kota ini. Jangan panggil saya Rio Utama lagi kalau saya tidak berhasil membuat keluarga kamu berada di titik terendah"
Paman dan bibi langsung menatap ke arahku, mata mereka seakan sedang memelas dan memohon bantuan kepada gadis lemah ini. Aku tak dapat menjawab apapun hanya bisa mengalirkan air mata tanpa bersuara
"Karena kamu diam jadi saya anggap kamu setuju, jadi acara pernikahan ini akan kita lanjutkan"
Paman dan bibi langsung bisa tersenyum saat melihat kepala keluarga Utama tersenyum, tanpa ada satu orang pun perduli dengan air mata yang sudah menetes di pipi ini. Dan sekilas aku hanya bisa melihat sang kakek yang berada di tengah keluarga Utama menatap ke arah diriku dengan tatapan rasa iba
"Apa karena aku hanya anak yang menumpang hidup aku ga berhak bersuara? apa karena aku ga memiliki orang tua semua orang boleh menentukan jalan hidup aku? kenapa ga ada satu pun orang yang bisa memahami perasaan aku?"
Inilah awal cerita kisah ini akan di mulai di saat semua para wanita akan merasa bahagia mendengar kabar pernikahan dirinya, tetapi tidak pada hati Rena saat itu karena di dalam hatinya dia selalu menganggap Andika Utama sebagai seorang sosok kakak laki-laki yang membuat dirinya kagum
Saat itu yang ada di dalam hati Rena dia hanya berharap semoga Andika yang selama ini membuat dia kagum tak akan menyakiti perasaannya secara berlebihan
Semua bisa bernafas dengan lega dan suasana di tempat itu pun sudah mencair lalu tiba-tiba Dika menarik tangan Rena dengan sangat kasar dan membawa Rena ke sebuah ruangan, begitu tiba di sana dia menghempaskan tubuh Rena ke atas sofa dengan sangat kasar. Dia pun mulai melangkah kakinya mendekat dan mencengkram lengan Rena dengan sangat kuat
"Ingat kamu menikah hanya sebagai penebus kesalahan yang telah di lakukan Lia terhadap aku dan jangan pernah berharap lebih" tersenyum sinis
"Aku juga berharap kak Lia yang menikah sama kamu kak, aku memang ingin menikah tapi bukan sebagai wanita pengganti"
"Iya kak" menundukkan arah pandangan matanya
"Dan ingat satu hal saya akan lakukan apapun supaya bisa menghancurkan hati kamu menjadi berkeping-keping, dan semua itu saya lakukan untuk membalas semua sakit hati saya"
Rena hanya bisa terdiam sambil berusaha menahan air matanya agar tak kembali terjatuh di pipi merahnya, saat itu bibirnya sudah tak berani berkata apapun yang ada hanya perasaan takut dan tiba-tiba saja air mata yang sedari tadi berusaha dia tahan pun tertumpah dengan sendirinya
Saat melihat air mata Rena yang terjatuh seakan membuat seorang Andika Utama yang selama ini menjadi sosok yang Rena kagumi seakan semakin murka, dengan sangat kasar Dika menarik paksa leher Rena dan mencium bibir Rena dengan sangat kasar
Rena berusaha meronta sekuat tenaga dan hasilnya pun hanyalah sia-sia karena Dika semakin menguatkan pegangan tangannya, dan pada akhirnya Rena pun hanya bisa pasrah sambil terus meneteskan air mata
Setelah puas melakukan itu semua kak Dika melepaskan ciumannya dan mengarahkan bibirnya di telinga Rena, dia pun berisik dengan nada yang penuh penekanan
"Ini baru permulaan untuk membalas semua perlakuan Lia, setelah kamu sah menjadi milik saya nanti saya akan mempermainkan kamu lebih dari ini. Saya janji saya akan buat hati kamu bahkan tidak lagi memiliki harga diri" dengan dingin dan pergi meninggalkan ruangan itu begitu saja
Hanya tersisa Rena seorang diri di dalam ruangan tersebut dan air mata Rena pun sudah mengalir dengan sangat hebat, untuk pertama kalinya di dalam hidupnya Rena menyesali kepergian kedua orang tua nya tanpa membawa dirinya bersama mereka. Untuk pertama kalinya Rena benar-benar membutuhkan sosok orang tua di dalam hidupnya
"Kenapa kak Lia tega lakuin ini semua? kenapa juga kak Dika limpahan semua kesalahan ke aku? aku kangen mama dan papa, seandainya aku bisa memilih. Aku akan pilih ada di samping mereka dari pada ada di sini"
Cukup lama Rena berada di dalam ruangan tersebut meratapi nasib dirinya, hingga tiba-tiba saja suara pintu di ruangan tersebut pun terketuk oleh seseorang dari liar ruangan tersebut
Tok.. Tok.. Tok..
"Ren... Rena..."
Dengan cepat Rena menghapus sisa air mata yang berada di ujung mata indahnya
"Kamu ada di dalam kan Ren? ini kakek, kakek masuk ya ke dalam"
Sang kakek pun membuka pintu ruangan tersebut dan dengan cepat Rena segera bangkit dari duduknya dan memaksakan dirinya untuk tersenyum
"Maaf kek aku ga dengar"
"Anak bodoh suara dan mata kamu sudah menjelaskan semuanya kalau kamu baru saja menangis" tersenyum hangat
Sang kakek mulai melangkahkan kakinya dengan pasti ke arah sofa dan mendudukkan tubuhnya di sana, lalu menepuk tempat kosong di sebelah dirinya
"Sini temenin kakek ngobrol"
"Ya kek"
Rena pun mendudukkan tubuhnya di samping Sang kakek
"Kamu habis nangis ya?" tersenyum
"Ga kok kek, ini tadi karena terlalu bahagia aja" tersenyum canggung
Sang kakek meletakkan tangannya di ujung kepala Rena
"Jangan terlalu menyalahkan Dika ya"
"Ya kek aku tau karena semua bukan kesalahan kak Dika" menundukkan kepalanya
"Dika cucu kakek satu-satunya, kakek sudah mengikuti semua perjalanan hidup dia. Kakek yakin dia anak yang baik"
"Iya kek"
"Seandainya pernikahan aku dan kak Dika karena di dasari perasaan cinta, aku yakin aku akan jadi wanita paling bahagia di dunia ini"
"Kakek ga tau kenapa Dika ambil keputusan seperti ini, kakek cuma mau bilang apapun yang terjadi di belakang ini semua. Tapi pernikahan kalian tetap sebuah pernikahan yang sah baik itu di mata hukum ataupun di mata Tuhan"
Rena hanya bisa terdiam mendengar itu semua
"Kakek yakin kamu anak baik, kakek yakin suatu saat nanti kamu bisa merubah keras nya sikap Dika"
Rena pun hanya bisa membalas dengan senyuman tipis
"Kamu harus ingat satu hal, kakek ga perduli apa yang terjadi nantinya tapi sampai kapan pun cuma kamu cucu menantu yang kakek akui"
"Tapi kek"
"Cuma kamu yang kakek akui sebagai istri Dika"
Hati Rena pun seperti mendapatkan hembusan angin segar, bukan karena dia di akui sebagai cucu menantu tetapi setidaknya dia bisa mendapatkan kehangatan kasih sayang orang tua dari sosok sang kakek
"Apa aku boleh peluk kakek?"
"Boleh dong sayang" merentangkan kedua tangannya
"Kamu harus sabar nak, kakek yakin suatu saat nanti cuma kamu perempuan yang bisa membuat Dika bahagia"
"Terima kasih ya kek"
"Setelah sekian lama akhirnya aku bisa merasakan kehangatan sebuah pelukan"
"Kita keluar yuk, mulai sekarang kalau ada yang membuat masalah kamu bisa bilang sama kakek"
Rena hanya menjawab dengan senyuman dan anggukkan kepalanya, Rena pun ikut membantu memegangi tangan sang kakek kembali ke ruang utama rumah mewah tersebut. Sontak saja hal tersebut langsung menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di tempat itu
Dika memandang sinis ke arah Rena seolah dia mengatakan bahwa Rena sengaja mencari perhatian kepada sang kakek yang sulit untuk di dekati, tetapi Rio Utama dan istrinya benar-benar tersentuh melihat sang kakek bisa tersenyum dengan tulus kepada Rena
Saat mereka kembali ke ruang utama rumah mewah tersebut sang kakek langsung meminta Rena untuk duduk di sebelah dirinya, sang kakek melakukan hal tersebut untuk menunjukkan kepada semua bahwa dia sudah menerima Rena sepenuhnya. Hal yang belum pernah dia lakukan kepada Lia sekali pun
"Dasar ga tau diri bisa-bisanya dia sok polos begitu buat ambil hati kakek, sedangkan Lia yang udah lama berhubungan sama aku aja dan hampir menikah ga pernah bisa dekat sama kakek"
Melihat keakraban Rena dan sang kakek membuat Rio Utama atau pemimpin keluarga Utama yang sekarang semakin antusias membahas pernikahan Rena dan Dika, Rena benar-benar hanya bisa pasrah dan tetap memaksakan diri untuk selalu tersenyum
Paman dan bibi Rena benar-benar bisa bernafas dengan lega karena semua permasalahan bisa di selesaikan dengan baik, tanpa sedikit pun memikirkan keinginan Rena yang sebenernya
Dan hari pernikahan itu pun tiba di sepanjang hari Rena harus selalu menampilkan senyuman terbaik yang dia punya selama di atas pelaminan, karena pria tampan yang berada tepat di samping Rena selalu berbisik mengancam dengan kata-kata yang sangat menakutkan
Sebagian besar para undangan yang hadir akan menyadari bahwa sang pengantin wanita berbeda dengan yang mereka ketahui, tetapi tak ada satu orang pun yang berani bertanya dan menyinggung keluarga Utama. Semua itu sudah pasti adanya karena Lia dan Dika memadu kasih sudah cukup lama
Satu persatu para undangan yang hadir akan naik ke atas pelaminan untuk memberikan ucapan selamat kepada pasangan pengantin baru itu, walaupun mereka tak berani berkata apapun tetap saja tatapan mata mereka menandakan bahwa mereka terkejut dengan apa yang mereka lihat. Hanya senyuman terbaik yang bisa Rena gunakan untuk menutupi rasa malu dari tatapan mata mereka
Akhirnya satu persatu para undangan pun mulai meninggalkan gedung itu, paman dan bibinya Rena juga segera berpamitan kepada keluarga Utama dan meninggalkan Rena seorang diri di ruang tunggu gedung mewah tersebut
Gaun pernikahan rancangan dari desainer ternama, gedung terbaik yang ada di kota ini, bahkan laki-laki yang telah menjadi rebutan para gadis di luar sana telah Rena miliki. Tetapi tidak sedikit pun Rena merasakan perasaan bahagia di dalam hatinya, bahkan dia sendiri tidak tau akankah dia sanggup untuk menjalani kehidupan yang akan dia lalui
"Dika sebaiknya sementara kamu pulang ke rumah mama dan papa dulu aja"
"Ga usah pah, aku mau bawa dia ke apartemen aku aja langsung. Karena aku harus mulai membalas semua kelakuan Lia" tersenyum jahat
Mendengar semua ucapan dari laki-laki yang kini telah menjadi suaminya tersebut membuat hati Rena benar-benar ketakutan, sedangkan sang kakek dari keluarga Utama merasa sedikit iba melihat Rena yang sudah berkaca-kaca sambil menundukkan kepalanya
"Ayo pulang Rio"
"Ya pah"
Sang kakek mulai bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke arah Rena
"Kamu harus kuat, kakek yakin suatu saat nanti kamu akan bahagia. Ini hadiah dari kakek, jaga baik-baik ini milik kamu" menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Rena
"Gunakan itu saat nanti kamu sudah menyerah nak"
"Kakek pulang dulu ya, jaga diri kamu baik-baik"
"Terima kasih kek"
Sang kakek pun mulai melangkahkan kakinya ke arah Dika dan menghentikan langkah kakinya di samping Dika
"Kamu tau yang namanya berlian biarpun tertutup lumpur akan tetap jadi berlian, dan yang namanya sampah walaupun kamu kasih pewangi tetap saja sampah. Jangan sampai kamu menyesal suatu saat nanti, karena sesuatu yang sudah rusak walaupun bisa di perbaiki tak akan pernah kembali seperti semula"
"Apa sih maksud kakek ngomong gitu ke aku? pake acara kasih dia hadiah segala"
"Ya kek"
Kedua orang tua Dika pun ikut menghampiri Rena lalu sang kepala keluarga memberikan Rena sebuah amplop coklat sebagai hadiah pernikahan dan sang nyonya besar langsung memeluk tubuh Rena dengan erat
"Saya titip Dika ya, dia memang keras kepala persis seperti papanya tapi saya ibu kandungnya jadi saya yakin dia anak yang baik"
"Ya tante" tersenyum
Sang nyonya besar pun melepaskan pelukannya sambil tersenyum
"Mulai sekarang kamu harus panggil saya mama"
"Ya" tersenyum canggung
"Kamu sekarang udah bukan seorang gadis lagi sekarang kamu udah jadi seorang istri jadi kamu harus memiliki hati yang kuat ya, selamat datang di keluarga kami"
"Makasih ya tante" tersenyum
"Aduh kenapa masih panggil tante? mulai sekarang kamu harus mulai biasain panggil mama ya" tersenyum dengan sangat tulus
Rena pun membalas dengan senyuman
"Mama seneng banget akhirnya mama bisa punya anak perempuan, pokoknya kalo kamu ada masalah apapun kamu bisa bilang ke mama ya. Kamu juga harus sabar ya ngadepin Dika"
"Ya tante"
"Loh kok masih tante sih?"
"Ya mah" tersenyum
"Mama pulang duluan ya"
"Apa akhirnya sekarang aku bisa punya mama lagi?"
"Ya mah"
Seluruh anggota keluarga Utama pun keluar dari ruangan tersebut dan hanya tersisa Rena dan Dika, beberapa para asisten sang penata rias mulai membantu Rena melepaskan segala atribut yang sedari tadi dia gunakan. Tak butuh waktu yang lama semua sudah terlepas dari tubuh Rena dan dia pun sudah berganti pakaian
"Cepet lah lama banget sih" dengan nada suara yang sinis
"Ya kak udah selesai kok"
Dika pun langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut dan Rena hanya bisa mengekor dari belakang tanpa banyak bersuara, Dika benar-benar membawa Rena kembali ke apartemennya
Sesampainya di sana Dika langsung menuju ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Rena masih setia duduk di ruang tamu karena dia sendiri tidak tau apa yang harus dia lakukan pada saat itu
Begitu keluar dari dalam kamar mandi Dika melempar handuk yang baru saja dia gunakan ke wajah Rena, dia pun mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah Rena
"Mandi sana yang bersih, karena malam ini saya akan mulai melakukan semua perhitungan" berbisik
Dalam sekejap rasa takut langsung menghampiri hati Rena bahkan dia merasakan seluruh tenaga yang dia miliki menghilang entah ke mana, Rena bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan di bawah guyuran shower Rena kembali meneteskan air matanya. Rena hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu lemah
Setelah puas menumpahkan segala beban di hatinya Rena pun memberanikan diri dan mulai keluar dari dalam kamar mandi, saat itu dia sudah pasrah dengan apapun yang akan terjadi. zdan ternyata Dika sudah mendudukkan tubuhnya di atas sofa
"Sini" melambaikan tangannya ke arah Rena
Dengan sisa keberanian yang ada Rena mengikuti perintah Dika
"Duduk" menatap tajam
Rena memilih mendudukkan tubuhnya di posisi terjauh dari Dika
"Baca" melemparkan sebuah amplop coklat ke atas meja
Dengan tangan yang bergetar hebat Rena mulai mengambil amplop coklat tersebut dan mulai membukanya, Rena pun mulai membaca lembar demi lembar surat-surat yang berada di dalam amplop coklat tersebut. Rena membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna karena terkejut sedari awal membaca semua itu
"Apa maksud dari ini semua?"
Ingin sekali rasanya Rena melemparkan kertas-kertas yang telah tersusun rapi tersebut ke arah Dika sambil memaki Dika dengan kata-kata yang hanya bisa dia pendam di dalam hatinya, surat itu adalah surat perjanjian pernikahan mereka yang telah di susun rapi oleh Dika dengan berbagai macam isi yang hanya merugikan pihak Rena. Senyuman kemenangan langsung menghiasi bibir Dika melihat ekspresi wajah Rena saat itu
"Suka atau tidak kamu harus melakukan apapun sesuai keinginan saya ke depannya nanti"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!