Nadira Fazilla Zharifah artinya Perempuan yang terlahir dalam lingkaran hidup yang baik, berwajah cantik nan luar biasa indah.
Biasa di panggil Dira. Gadis berusia 19 tahun itu bertekad mengaduh nasib di ibu kota Jakarta.
Tapi ia memiliki tujuan utama yaitu memenuhi wasiat almarhumah ibunda tercinta untuk mencari ayah kandung nya dan ia ingin bertemu pujaan hatinya.
Nadira memiliki pacar bernama Rendi Anggara. Rendi adalah kakak kelas nya dulu dan setelah lulus SMA melanjutkan kuliah di ibu kota Jakarta.
Nadira di besarkan di panti asuhan pinggiran kota Bogor. Tapi ia bukanlah seorang anak yang di telantarkan orangtuanya. Melainkan sang ibunda adalah adik angkat penjaga panti asuhan.
Seperti arti dari namanya. Cantik nan luar biasa. Wajahnya yang imut, hidung mancung kecil, bibir yang tidak terlalu tipis, dan rambut lurus berwarna cokelat itu akan membuat siapa pun terpesona dengannya.
Nadira adalah gadis tangguh. Ia memiliki kepribadian yang kuat dan tidak mudah menyerah. Ia juga selalu berpikir positif dan memiliki sifat yang lemah lembut kepada orang yang dianggap nya penting.
Dengan tamatan SMA ia tidak menyerah untuk mencari pekerjaan di ibu kota Jakarta ini. Yakin rejeki tidak akan kemana dan terbukti, sudah satu bulan ini ia bekerja di kafe khusus kopi, ayam, dan olahan pisang.
Di tempat kerja nya ini ia memiliki teman bahkan ia menganggap nya sebagai sahabat. Namanya Nina.
Nina orang nya baik, ramah, dan sedikit centil menurut Dira. Mereka tinggal bersebelahan di kosan khusus perempuan.
"Ra.. Lo udah ketemu sama pacar lo?" tanya Nina yang sedang mengelap meja kafe sebelum kafe itu di buka.
Nadira menggeleng sembari mengelap dinding kaca kafe. "Belum. Kata kak Rendi masih sibuk sama tugas kuliah."
Nina berdecak sebal. "Lo masih percaya gitu aja? yakin dia sibuk karena tugas kuliah? bukan tugas yang lain? ini udah tiga bulan lo di Jakarta loh.. Dia gak ada perduli nya sama lo."
Tentu saja Nina curiga, jika dipikirkan juga tidak masuk akal kalau hanya karena tugas kuliah sampai tiga bulan tidak sempat bertemu dengan Nadira walau hanya 5 menit.
"Mungkin kak Rendi beneran sibuk Na.." Nadira juga sempat berpikir begitu, tapi ia tetap berpikir positif kalau Rendi benar-benar sibuk karena tugas kuliah.
Tepat pukul delapan pagi, kafe dimana tempat Nadira kerja telah di buka. Kafe yang bernuansa modern dan intagramble ini selalu ramai dari kalangan anak muda dari yang jomblo, berpasangan, hingga yang dewasa juga turut menyambangi kafe tersebut.
Bukan tanpa alasan kafe ini selalu ramai. Cemilan pisang nya memiliki rasa khas tersendiri dengan berbagai toping menghiasi membuat siapa saja yang melihatnya pasti tergoda untuk menikmati nya.
Kopi nya juga tak kalah terkenal karena racikan kopinya di racik sendiri oleh ahlinya. Sedangkan ayam nya selalu memuaskan lidah para penyantapnya.
Jadi, tidak heran kafe tersebut memiliki banyak cabang baik berupa kafe ataupun gerai. Kafe ini hanya punya satu nama yaitu Kafe Hebat.
"Eh Na. Bos kita itu sebenernya siapa? gue kok gak tau ya. Tau nya cuma pak Diki aja noh yang tiap hari ngomel mulu."
"Lo belum tau ya? bos besar kita itu masih anak SMA. Dan asal lo tau, kafe Hebat ini hampir di setiap kota di Indonesia belum lagi di Singapura dan Malaysia ada jadi bisa lo bayangin kapan bos besar kita mampir di kafe tempat kita kerja ini."
Mata Nadira membola sempurna. "Seriusan lo? gila parah tajir akut pasti itu bocah." Nadira berdecak kagum.
"Beehh betul kata lo, belum lagi ganteng nya gak ketulungan cuy.. Sahabat nya juga gak kalah ganteng."
Di tengah obrolan keduanya, data Mira yang juga bekerja di kafe Hebat menghampiri. Ia lebih senior dari Nina maupun Dira.
"Masih pagi udah gosip. Kerja.. Jangan maunya makan gaji buta." serba Mira sedikit membentak.
Mira berani membentak karena di kabarkan sedang dekat dengan manager kafe ini yang tak lain adalah pak Diki yang di percayakan oleh bos besar untuk mengurus kafenya ini.
"Iya kak." jawab keduanya serempak.
Nadira dan Nina kembali melayani pengunjung kafe karena sudah menjelang makan siang.
"Sok banget sih itu orang Nin? baru deket sama manager aja belagu, lihat aja kalau gue jadi istri bos pemilik kafe. Dia paling pertama gue pecat." gerutu Nadira saat bertepatan Nina juga menyerahkan catatan pesanan pengunjung.
Nina terkekeh. "Nikah sama bocah?"
"Gak apa-apa nikah sama bocah tapi banyak duit nya, biar gue bisa cari bokap gue."
Ya, Nadira juga menceritakan perihal tujuan utamanya datang ke Jakarta adalah mencari ayah kandung nya. Pastinya ada bekal yang ia bawa dari panti sehingga tidak takut salah orang siapa ayah kandung nya. Hanya saja ia tidak tahu saja rumah ayah kandung nya dimana.
"Lo bener, semoga aja cepet ketemu ya.. " ujar Nina tulus.
"Oh iya, gajian kita ngemall yuk.. Ngadem." ajak Nina.
"Yuk ah.. bosen gue di kosan liatin cewek mulu."
"Ya iyalah Jamilah.. Kan kosan kita memang penghuni nya cewek semua."
Keduanya tertawa di dapur kafe, para pekerja senior hanya menggeleng kepala. Nadira dan Nina adalah waiters paling muda. Bedanya Nina sudah 6 bulan kerja di kafe Hebat sedang Nadira baru satu bulan dan Minggu depan adalah bulan kedua untuknya bekerja di kafe Hebat.
Nadira bisa tahu ada lowongan di kafe Hebat tentunya dari Nina setelah ia mencari lowongan kerja kesana kemari selama dua bulan lamanya.
"Kalian makan siang dulu gih, biar gantian jaga depan." ucap salah satu waiters bernama Arga.
"Oke." jawab keduanya.
Nadira dan Nina masuk ke ruang belakang khusus pekerja kafe untuk berkumpul seperti untuk makan siang begini atau sering juga mereka gunakan untuk makan bersama jika ada yang berulang tahun. Pastinya mereka adakan saat jam kerja berganti atau saat kafe sudah tutup.
Di kafe Hebat juga di sediakan dua kamar untuk orang yang di percaya menjaga kafe. Orang nya adalah Arga dan Diki sang manager.
"Lo bawa bekal apa Ra?"
"Tumis kangkung sama telur ceplok. Kalo lo apa?"
"Sambal telur doang. Bagi sayur dong.."
"Ya ini ambil." Nadira menyerahkan separuh sayur tumis kangkung nya ke tempat bekal Nina.
Seperti itulah mereka, suka suka selalu jalani bersama. Walau kedua nya belum lama saling mengenal, tapi keduanya merasa cocok dan nyaman berteman. Bahkan keduanya sudah sering menceritakan masalah masing-masing.
"Nanti gue pinjem HP lo ya Ra? gue mau nelpon ibu di kampung. Gak ada pulsa gue."
"Pakek aja, gue ada paket nelpon gratis selama seminggu ke depan."
🌸
Bersambung...
*Bismillahirrahmanirrahim..
Emak buat novel baru lagi.
Dan ini adalah novel ketiga emak.
Masih banyak belajar.
Niatnya novel emak yang ini mau emak buat ikutan lomba..
Doain dan mohon dukungan nya ya*..
Qenan Abraham Arti dari Qenan adalah Tegas dan tajam. Seperti itulah perawakan seorang Qenan.
Wajah rupawan nan jangkung dengan hidung mancung, alis tebal nan tegas, jangan lupakan mata elang yang selalu menatap tajam pada orang-orang di sekitarnya.
Qenan Abraham. Cowok dingin yang belum pernah merasakan jatuh cinta di usia 18 tahun. Padahal jam terbangnya sudah melanglang buana.
Namun sikap dingin ini ia tunjukkan untuk orang-orang yang bukan dikasihinya.
Kenapa begitu? karena Qenan adalah pengusaha muda. Ia adalah pemilik Kafe Hebat yang sedang ramai di bicarakan. Sebelum terjun ke bisnis kuliner, ia memulai bisnis nya dengan berjualan kaos distro dan sampai sekarang distro-distro nya maju pesat.
Qenan adalah anak semata wayang dari pasangan suami istri yang harmonis. Reno Abraham dan Sinta.
Reno Abraham adalah pengusaha sukses dalam bidang properti dan Sinta seorang desainer. Walau dalam kesibukan masing-masing namun tetap anak adalah prioritas mereka berdua.
Qenan adalah ketua tim basket di sekolah nya. Kemampuan fisik nya tidak di ragukan lagi. Ia juga termasuk salah satu Most Wanted di SMA KUSUMA BANGSA. Salah satu sekolah elit terfavorit di Jakarta.
Di SMA KUSUMA BANGSA bukan hanya dirinya menjadi Most Wanted. Ada Ketua OSIS yang selalu menganggap dirinya adalah rival. Padahal ia tidak pernah berpikir sampai kesana.
Di Tim basket nya ia hanya dekat dengannya adalah Nazeef. Sahabat nya dari kecil, kemana-mana mereka selalu berdua dan orang tua Qenan sudah menganggap Nazeef seperti anak sendiri.
Sedangkan orang tua Nazeef, semenjak mama nya meninggal dan papa nya menikah lagi tujuh tahun lalu sangat jarang bertemu dengan Nazeef walau uang saku tetap di kirim untuknya.
Nazeef sendiri sudah di beri tugas oleh otangtua Qenan selalu berada disisinya. Karena ia akan di jadikan Asisten Pribadi seorang Qenan kelak.
"Qenan.. Minggu depan jadwal kunjungan kemana?" tanya Nazeef.
"Bandung. Lo ikut?"
Nazeef mengangguk. "Gue Bawak cewek gue ya." ucap Nazeef nyengis kuda.
Qenan menghela nafas. "Cewek yang mana lagi lo bawa? arti nama lo doang murni, bersih, dan lugu. Ck.. Aslinya bobrok parah."
Ya, Nazeef bisa di bilang adalah playboy. Ia melakukan itu hanya mencari kesenangan dari rasa sepi nya. Mau bagaimana pun orangtua Qenan memperlakukan nya dengan baik, di dasar hati nya ia begitu kesepian.
Nazeef melempar kulit kacang yang ada di tangan nya. "Mending gue.. Nah kalau lo gak ngaca? Muka doang ganteng, dompet selalu tebel tapi hati lo kosong, Miris."
Sudah hal biasa keduanya selalu saling menyindir begini, namun tetap keduanya saling menyayangi.
"Ck.. Gue mau nya langsung nikah sama orang yang buat gue jatuh cinta." Qenan membuat pembelaan.
"Ya udah sono minta di jodohin sama papa dan mama biar langsung nikah. Karena lo masih SMA ya kan? jadi di rahasiain deh."
Qenan menimpuk kepala Nazeef. "Sia lan lo Zeef. Gak mau gue di jodohin. Udah jangan ngomongin cinta mulu. Kerja sekarang atau lo mau gaji gue potong?" ancam Qenan karena ia tidak ingin membicarakan perihal asmara.
"Kalau lo potong ya gue minta sama bokap kita lah." ucap Nazeef santai lalu tergelak.
Plak
Qenan menimpuk kepala Nazeef lagi membuat sahabatnya itu meringis kesakitan.
"Fokus kerja sekarang."
Nazeef merengut. "Iya-iya. Jadi bos galak bener kayak cewek."
Keduanya fokus memeriksa pembukuan bulanan dari Kafe Hebat yang ada di Jakarta. Qenan sangat senang melihat keuntungan bulan ini sangat baik drastis.
"Lo udah tau belum kalau Rania suka sama lo?" tanya Nazeef di tengah-tengah pekerjaan nya.
Qenan menoleh kearah Nazeef. "Rania siapa?"
"Astaga.. Lo kemana aja kalau sekolah sampek gak kenal Rania cewek paling cantik di sekolah kita?"
Qenan mengerutkan dahi nya. Lalu mengedikkan bahu. "Oh.."
Nazeef menganga mendengar jawaban sahabat sekaligus bos nya ini. "Oh doang Nan?"
Qenan mengangguk tanpa menoleh kearah nya lagi.
"Nyesel gue cerita sama lo. Kayak cerita sama sama tembok." gerutu Nazeef lalu kembali fokus pada pekerjaan mereka.
Qenan membuka dokumen nama-nama karyawan nya karena bulan lalu Kafe Hebat membuka lowongan pekerjaan untuk menjadi waiters.
"Ini nama-nama waiters baru kita Zeef?"
"Iya. Gak perlu gue bacakan lagi kan? lo bisa baca sendiri."
Qenan mencebik bibir saja. "Cuma lo asisten pribadi yang berani sama bos nya."
Nazeef terkekeh dengan pengakuan Qenan. Mau semenyebalkan apapun dengan sikap dingin Qenan, ia sangat bangga padanya. Bagaimana tidak bangga? masih umur 18 tahun sudah menghasilkan uang sendiri.
Walau modal pertama Qenan dulu saat pertama kali menjajaki bisnis berjualan kaos dari uang papa Reno, tapi ia tidak menutupi keuntungan nya sudah melebihi dari modal awal tersebut.
"Malam Minggu gue minta izin mau jalan sama cewek gue." ucap Nazeef.
"Hem."
Lihatlah, betapa hemat nya Qenan bicara. Bagaimana mau jatuh cinta? belum lagi mata elang nya itu selalu menyorot tajam kala gadia mencoba mendekatinya.
"Nyokap minta kita nginap disana Nan."
"Udah tahu."
Ingin sekali Nazeef meremas bibir Qenan yang selalu singkat dan padat jika di ajak bicara. Tidak ada basa-basi nya.
Baik Qenan maupun Nazeef sekarang tinggal di Apartemen milik mereka masing-masing. Bukan Apartemen mewah, hanya Apartemen biasa di kalangan atas seperti mereka.
Apartemen kedua nya di bangunan yang sama hanya berbeda tingkat saja.
Sore hari mereka sudah menginjakkan kaki di rumah besar bak istana milik keluarga Abraham.
"Sore mam.." sapa kedua pemuda tersebut.
"Sore juga." jawab mama Sinta singkat dengan wajah cemberut.
Qenan dan Nazeef saling pandang mengerti kenapa sang mama cemberut.
"Ma.. Kami udah datang loh ini." seru Qenan.
Beginilah Qenan jika di depan kedua orangtuanya maka ia akan berubah menjadi sosok lemah lembut dan periang.
"Iya datang karena mama yang terus saja telepon kalian kan? coba saja Mama gak ada telepon. Boro-boro itu mah." Mama masih protes dengan kedua anaknya karena jarang menginap di rumah utama semenjak memiliki apartemen.
Qenan dan Nazeef menghela nafas lalu memeluk wanita yang sangat mereka sayangi.
"Baiklah, kami akan menginap dua malam disini ma." Qenan memberi keputusan.
Dengan mata berbinar dan kembali ceria mama Sinta mengutarakan pertanyaan lagi. "Beneran?" mama Sinta menatap kedua anaknya. Mama Sinta memang menganggap Nazeef seperti anaknya sendiri. Bahkan ia mengaku pada orang bahwa anaknya ada
dua.
Qenan mengangguk sebagai jawaban.
"Oke mama terima. Sekarang kalian berdua mandi sana. Ini sudah sangat sore."
"Kami ke atas dulu ya ma.."
🌸
Bersambung
"Tooloonngg..."
"Tolong jangan sakitin saya.."
"Saya mohon lepaskan hiks..hiks.."
Isak tangis Nadira terus menggema di ruangan kumuh. Ia sangat takut saat ini melihat dua preman berbadan besar di depan nya yang terus mencoba melucuti pakaian nya.
"Jangan menangis gadis cantik.. Kita gak akan sakiti kamu kok.. Cuma main-main aja."
Kedua preman itu maju untuk melancarkan aksinya.
Krek
Lengan baju yang di kenakan Nadira robek dan itu semakin membuat ia terisak. Meminta tolong tapi pada siapa? tengah malam di jalanan sepi tentu tidak ada yang mendengar suaranya.
Hari ini Nadira bekerja masuk shif sore dan pulang pukul 11 malam namun karena harus membereskan Kafe tersebut ia pulang 30 menit dari waktu yang semestinya.
Di tengah jalan ia melihat sosok yang sangat ia rindukan, Rendi. Berlari melihat pujaan hatinya sedang duduk di taman. Tapi langkahnya melambat ketika ia mendengar cecapan disana.
Ya, ia melihat Rendi bercum bu dengan seorang wanita modis. Ia merutuki air matanya sudah mengalir deras di pipinya padahal ia sudah tepat berada di belakang Rendi.
Di hapus air matanya lalu berdehem. Tampak kedua insan yang sedang bercum bu terkejut dan Rendi lebih terkejut melihat siapa yang berdehem adalah Nadira pacarnya sedari SMA.
"Kakak.. Kalau mau mesum jangan di tempat umum. Di rumah gih." ucap Nadira lalu berjalan meninggalkan taman itu.
Nadira terus menangis sepanjang jalan hingga tanpa sadar ia sudah memasuki jalan sepi dan di ikuti dua orang sedari tadi.
"Saya mohon jangan sakitin saya bang.. hiks..hiks.." Nadira terus saja memohon pada kedua preman itu.
Bukan nya iba justru membuat kedua preman itu bersemangat menjalankan aksinya.
"Kemari lah manis.. Kami tidak akan menyakiti mu, kita akan bersenang-senang."
Nadira terus melangkah mundur dengan tangan bersilang di dada.
"Jangan.."
Satu preman mencoba mencium Nadira namun ia memalingkan wajah hingga membuat preman itu marah dan memberi satu tamparan di pipi Nadira.
Plak
"Kau membuat kami marah." Dengan cepat satu preman itu menjambak rambut Nadira hingga membuat Nadia merintih.
"Tooloonngg..."
...****...
Di dalam sebuah mobil sport merah seorang pemuda sedang menggerutu karena ulah sahabatnya.
Qenan adalah pemuda itu. Malam ini adalah malam Minggu dan ia sudah janjian dengan sahabatnya untuk mengunjungi salah satu Kafe Hebat miliknya.
Namun berakhir dengan Qenan yang kesal karena sang sahabat pergi bersama pacarnya dan menjadikan ia sebagai obat nyamuk.
Dan disinilah ia di tempat sepi yang tidak tahu dimana. Yang ia tahu hanya jalanan itu tidak jauh dari Kafe Hebat miliknya.
Keluar dari mobil lalu rebahan di atas atap mobil memandangi bintang-bintang bertebaran disana seakan bersiap untuk menyambut pergantian tahun.
Ya, malam ini adalah malam terakhir di tahun ini dan beberapa menit lagi akan berganti tahun. Tapi entah mengapa ia merasa di daerah tempat ia berhenti sangat sunyi malam ini.
Mungkin sedang berkeliling kota Jakarta untuk menyambut pergantian tahun pikirnya.
Qenan terlonjak kaget mendengar teriakan seseorang berteriak minta tolong.
"Tooloonngg..."
Ia terduduk merasa pendengaran nya kian menajam dan suara itu begitu jelas di telinga nya.
"Halusinasi lo aja Nan." ujarnya merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Tapi ia merasa suara teriakan itu kian jelas dan terdengar pilu di telinga Qenan. Akhirnya ia celingukan mencari sumber suara.
Matanya dapat melihat sebuah gubuk kumuh dengan dinding terbuat dari papan yang telah usang dengan atap terbuat dari daun pohon kelapa.
Qenan melompat dari atap mobil sport merahnya. Berjalan mengendap-endap menuju asal suara itu. Ia mendengar Isak tangis itu begitu jelas dan yakin di dalam sana percobaan pemerkosaan.
Qenan meringis saat gadis di dalam sana di tampar dan di jambak oleh dua preman. Melihat tubuh kedua preman tersebut lebih besar dari dirinya tentu harus memiliki rencana untuk melawan kedua preman itu.
Dirinya memang handal dalam bela diri. Hal ini diharuskan karena ia selaku pewaris tunggal dan calon pemimpin Abraham Corps dan juga sebagai pemilik bisnis kuliner dan fashion harus handal dalam bela diri.
Tapi mau bagaimana pun seseorang handal dalam bela diri namun tetap harus memiliki strategi untuk mengalahkan lawan.
Di ambilnya kayu yang tersusun di belakang gubuk tersebut. Sepertinya sengaja disusun untuk kayu bakar. Lalu ia mengendap-endap masuk dari pintu depan karena orang yang di dalam berada di bagian belakang gubuk tersebut.
*Bugh
Bugh*
Satu persatu Qenan layangkan pukulan di kepala bagian belakang kedua preman tersebut membuat keduanya tersungkur ke lantai.
"Kurang ajar." ucap salah satu preman tersebut bangkit hendak menyerang Qenan tapi naas, Qenan sudah lebih dulu memberi satu pukulan lagi di **** ***** sang preman.
"Pergi kalian atau gue telpon polisi." Ancam Qenan membuat kedua preman itu menyerah dan berlari terbirit-birit.
Qenan beralih melihat gadis itu dalam keadaan mengenaskan dengan pakaian yang nyaris terbuka. Bahkan ia sendiri juga terpengaruh karena warna kulit dengan warna pakaian nya sangat kontras.
"Lo gak pa-pa?" tanya Qenan berlutut melihat gadis tersebut masih menangis.
Nadia itu mengangguk lemah.
"Gue antar pulang?"
Bukan nya menjawab, Nadira semakin mengeratkan pelukan nya pada kedua kakinya. Ia masih takut kejadian tadi terulang lagi.
Qenan mencoba memegang bahu Nadira untuk menenangkan Nadira tanpa ada niat lain nya.
"Oohh jadi ini yang kita dengar minta tolong itu?" tanya salah satu dari sekelompok orang baru masuk di gubuk kumuh itu.
"Iya pak.. Anak muda itu mencoba perkosa gadis itu makanya kami memberitahukan pada bapak-bapak sekalian." ucap seseorang yang Qenan tahu itu adalah preman yang mencoba perkosa gadis yang saat ini bersamanya.
Para warga tersebut saling berbisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Qenan sendiri tidak tahu itu.
"Saya di fitnah pak, preman itu yang mau perkosa gadis ini dan saya yang menolong nya." kata Qenan membela diri menunjuk kedua preman itu.
"Mana buktinya kami mau perkosa gadis itu sedangkan kami ada sama bapak-bapak ini dan kamu berdua dengan gadis itu yang nangis baju nya udah kamu robek."
Para warga terus saja berbisik mendengarkan adu argumen antara Qenan dengan kedua preman itu.
"Kalian harus di nikahkan." salah satu warga yang di yakini kepala desa itu angkat bicara.
"APA?" Baik Qenan dan Nadira terperanjat mendengar itu lalu kedua nya saling pandang.
"Ini salah paham pak, saya hanya menolong orang ini. Bagaimana bisa saya menikah sama orang yang gak saya kenal?" Qenan terus membuat penolakan begitu juga dengan Nadira.
"Begini nak, kami nggak mau kampung kami jadi sial karena kelakuan mesum kalian. Dan kami juga nggak mau kalau kalian berbuat dosa sampai pacar kamu hamil." Kepala desa tersebut mencoba bicara dengan kepala dingin agar Qenan dan Nadira setuju karena niatnya baik, pikirnya.
"Pacar?"
"Pak, kami gak saling kenal."
🌸
***Bersambung..
Like dan komen nya yaa***..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!