NovelToon NovelToon

MARGI Nah

1. Celoteh di persiapan pagi hari

Pagi pagi Mak Dinah sudah bangun untuk menyiapkan keperluan bekal di jalan nanti. Dia masih sibuk di dapur kecilnya dia di depan tungku kayu bakarnya, di atas tungku kayu bakar ada soblok untuk memasak nasi sekalian mengukus pisang dan ubi. Di belakangnya ada ketel yang berisi air.

Mak Dinah bangkit berdiri dari depan tungku berjalan menuju kamar anaknya. Dilihatnya anak sulungnya masih tidur terlelap di sampingnya ada anak keduanya.

"Nah bangun bantuin emak" ucap Mak Dinah pelan membangunkan Marginah agar adiknya tidak ikut terbangun.

"Eeemmmhhhh" gumam Marginah mata masih terpejam tetapi tangannya menepis tangan Mak Dinah

"Nah" ucap Mak Dinah lagi sambil mendudukkan Marginah

Marginah masih terpejam dengan tubuh yang terkulai karena masih nyenyak tidur.

"Kamu jadi melanjutkan sekolah tidak?" tanya Mak Dinah di dekat telinga Markonah. Dan Marginah langsung terbuka matanya dan duduk dengan tegak

"Jadilah Mak" jawab Marginah

"Ya ayo bangun agar tidak kesiangan" ucap Mak Dinah lalu bangkit berdiri meninggalkan kamar Marginah.

Marginah langsung bangkit dan berjalan menuju kamar mandi yang melewati dapur.

Sesampai di kamar mandi dia mengambil air tetapi tubuhnya begidik

"Ihhh dingin" ucapnya sambil bahunya terangkat

Dia balik lagi tidak jadi ke kamar mandi. Kemudian mengambil ketel yang berisi air panas mengambil segayung di taruh ke dalam ember. Setelahnya kembali lagi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

Setelah keluar kamar mandi langsung di dapur bersama Mak Dinah.

"Nasi sudah matang, kamu goreng itu tempe dan telur, mak mau nyiapi masak sayurnya." kata Mak Dinah pada Marginah sambil membawa baskom berisi bahan bahan sayur.

"Ya Mak" jawab Marginah

"Itu tadi airnya sudah mendidih belum?" tanya Mak Dinah

"Belum mak" jawab Marginah

"Ditambahi air lagi saja, tadi sudah kamu kurangi isinya kan" ucap Mak Dinah

"Iya Mak" jawab Marginah sambil mengisi air di ketel. Setelahnya Marginah duduk di dingklik di depan tungku untuk menggoreng tempe

"Mak" ucap Marginah sambil memainkan sendok goreng di wajan

"Apa" jawab Mak Dinah

"Kok namaku Marginah sih sementara adik bernama Stela dan Sofa?" tanya Marginah sambil membolak balik tempe di penggorengan.

"Emang kenapa?" tanya Mak Dinah yang masih fokus memutila** bahan bahan sayur

"Nanti kalau kenalan di tempat baru pasti namanya bagus bagus" jawab Marginah dengan bibir mengerucut beberapa centimeter ke depan

"Namamu juga bagus, kalau di luar negeri malah unik itu ga ada yang sama, kamu tanya aja ke nenek kenapa dikasih nama Marginah" jawab Mak Dinah

"O yang kasih nama Nenek, terus kalo adik adik?" tanya Marginah lagi

"Iya karena kamu cucu pertama, nenek yang mau kasih namamu, kalau adik adik mu Mak yang kasih nama, Stela karena Mak pas hamil ngidam pengharum pengaharum yang di iklan iklan itu sebab selalu mual kalau bau kandang sapi" jawab Mak Dinah

"owalah maka si Stela selalu harum, kalau pakai hand body sebotol langsung dihabiskan, kalau Sofa Mak?" tanya Marginah lebih lanjut

"Nah itu saat Mak hamil ngidam sofa yang bagus kayak di sinetron sinetron tapi ga kebeli maka si sofa ngecesan he he..." jawab Mak Dinah sambil terkekeh

"Saat hamil aku ngidam apa Mak?" tanya Marginah lagi

"Ga ngidam" jawab Mak Dinah singkat

"Untung, coba ngidam xenia, ayla, calya, sigra, brio ...

"Bisa ngeces sebaskom kamu" saut Mak Dinah

"Ha...Ha..." tawa mereka berdua

Sementara mereka bekerja di dapur sambil berbincang bincang terdengar suara langkah kaki mendekat

"Pagi pagi sudah tertawa tawa membangunkan orang tidur saja" ucap pak Jemari yang baru masuk dapur

"Mending tertawa tawa bapak dari pada pagi pagi sudah menangis nangis" ucap Marginah

Bapak Jemari suami Mak Dinah diam saja lalu berjalan melewati mereka menuju kamar mandi.

"Nah ambilin air panas segayung ini air dingin sekali" ucap Pak Jemari dari dalam kamar mandi

Kemudian Marginah mengambilkan air panas segayung dibawanya ke kamar mandi.

"Ini Pak" kata Marginah kemudian pintu kamar mandi terbuka sedikit hanya telapak tangan pak Jemari yang keluar. Marginah menaruh gayungnya di tangan Pak Jemari. Tetapi seketika terdengar teriakan dari pak Jemari

"Wadouh" teriakan pak Jemari dari dalam kamar mandi

"Kenapa Pak?" tanya Marginah dan Mak Dinah bersamaan.

"Kepanasan" jawab pak Jemari

"Pagi pagi jangan teriak teriak Pak" ucap Marginah sambil menutup mulutnya dengan tangan

Pak Jemari diam saja, tidak berapa lama dia keluar dari kamar mandi.

"Mak airnya sudah mendidih belum, aku mau buat kopi" tanya pak Jemari

"Sudah mumpal mumpal Pak" jawab Mak Dinah

"Makanya tanganku mlocot, Marginah ngambilkan segayung penuh ngasih ke orang ga kira kira" kata pak Jemari

"Lha katanya bapak minta segayung" saut Marginah

"Sudah sudah pagi pagi sudah ribut anak bapak" ucap Mak Dinah.

"Mana gelasnya Pak kukasih air panasnya" kata Mak Dinah kemudian pak Jemari mengulurkan tangannya dengan gelas yang sudah diisi kopi.

Kemudian Mak Dinah menerima gelas berisi kopi tersebut kemudian ditaruh di meja kecil dekat tungku lalu dikasih air panas dan mengaduknya.

"Tunggu dulu nanti kepanasan lagi" kata Mak Dinah

"Iya nanti pak Jemari jari jemarinya kepanasan" ucap Marginah

"Sudah tahu" kata Pak Jemari lalu melangkah meninggalkan dapur sambil menjewer telinga anaknya.

"Nah sudah kamu siap siap sana, bapakmu pasti juga sudah siap siap" kata Mak Dinah pada Marginah

"Ya Mak" ucap Marginah kemudian bangkit berdiri meninggalkan dapur menuju kamarnya.

Saat berada di kamar, adiknya Stela masih tertidur dengan selimut tebal membalut tubuhnya. Marginah berganti baju kemudian mengoles tubuhnya dengan hand body kemudian memakai bedak di wajahnya dan menyisir rambutnya.

Perlengkapan yang akan dibawa sudah disiapkan Mak Dinah tadi malam. Ada satu tas besar dan satu kardus mie instan yang berisi bahan makanan.

Setelah selesai Marginah keluar kamar sekilas melihat bapaknya yang sudah duduk di ruang depan dengan kopi berada di atas meja di depannya.

"Nah kalau sarapan sudah siap bawa ke sini kita sarapan, habis itu segera berangkat agar tidak kesiangan" ucap pak Jemari

"Ya Pak" jawab Marginah kemudian Marginah berjalan ke dapur mengambilkan makanan untuk bapaknya dan dirinya lalu dibawa ke ruang depan. Marginah dan bapaknya sarapan bersama. Sementara Mak Dinah masih sibuk di dapur masih membuatkan bubur untuk si bungsu Sofa.

Tidak berapa lama Pak Jemari dan Marginah sudah selesai sarapan, kemudian Marginah membawa piring kotor dan gelas kotor ke dapur

"Sudah Nah tinggal saja biar nanti Mak yang nyuci. Ini bubur juga sudah matang. Ayo ke depan" ajak Mak Dinah dan terlihat Mak Dinah membawa satu kantong tas plastik berisi pisang rebus dan sebotol air minum.

Saat Mak Dinah dan Marginah ke ruang depan terlihat Pak Jemari sudah siap tas besar dan kardus mie instan sudah berada di dekatnya

Ya hari ini Marginah akan pergi ke panti asuhan dan menetap di sana untuk beberapa waktu.

2. Pesan Nenek

"Sudah siap Pak, Nah?" tanya Mak Dinah

"Sepertinya sudah" jawab pak Jemari

"Mak, aku pamit ke adik adik dulu ya, apa mereka masih tidur?" tanya Marginah pada Mak Dinah

"Sepertinya masih ya sudah sana ke kamar" ucap Mak Dinah. Kemudian Marginah ke kamar Mak Dinah di lihat nya Sofa masih tertidur pulas dengan selimut tebal membalutnya. Marginah menciumi kening adiknya yang masih batita itu, tidak mencium pipinya sebab Sofa ngecesan he he... Setelah nya Marginah keluar kamar dan berjalan menuju ke kamar di mana Stela tidur, terlihat Stela sudah membuka mata mungkin sudah terbangun oleh suara Marginah dan orang tuanya.

"Aku pamit ya" ucap Marginah sambil memeluk adiknya. Kemudian Stela bangkit dari tidurnya dan duduk di tempat tidur.

Sementara Marginah ke kamar adik adiknya, terdengar suara ketukan di pintu belakang. Mak Dinah mendengar suara ketukan tersebut kemudian berjalan menuju pintu belakang dan membukakannya dan terlihat Nenek Jampi neneknya Marginah yang datang

"Sudah mau berangkat cucuku?" tanya Nenek Jampi sambil berjalan masuk menuju ruang depan.

"Sudah" jawab Mak Dinah sambil berjalan di belakang Nenek Jampi.

Saat mereka sampai di ruang depan tampak pak Jemari dan Marginah duduk di kursi tamu yang terbuat dari anyaman rotan. Dan di seberangnya Stela duduk di bangku panjang membelakangi meja besar seukuran meja makan yang mepet di dinding yang bersebelahan dengan dapur.

Kemudian Nenek Jampi duduk di sebelah Marginah di kursi rotan yang panjang sedang Pak Jemari di kursi rotan yang hanya muat satu orang. Sedangkan Mak Dinah duduk di sebelah Stela sambil merangkulnya.

"Hati hati ya Nah kamu di sana, belajar yang rajin, nurut sama petugas panti, jangan lupa berdoa" ucap Nenek Jampi

"Iya Nek" jawab Marginah

"Nek boleh aku tanya?" ucap Marginah selanjutnya dengan hati hati sambil menatap Neneknya

"Ya boleh lah asal jangan tanya uang saku ya ha...ha....: jawab Nek Jampi sambil tertawa dan kemudian tangannya membenarkan letak susur sirih pinang di mulutnya

"Enggak uang saku Nek aku tahu diri" kata Marginah sambil menutup mulutnya dengan tangannya

"Kenapa Nenek kasih nama pada ku MARGINAH?" tanya Marginah dengan memberi nada penekanan pada kata Marginah

"Owalah nduk.. kamu tahu kan artinya Margi?"tanya Nenek Jampi

"Iya Nek Margi itu kalau dalam bahasa jawa artinya jalan, kalau margin dalam bahasa ngetik di komputer artinya batas tepi" ucap Marginah sambil terkekeh

"Eleh aku ga ngerti apa itu konputer konpinter tahu ku suruh pinter .. kalau kamu tahu Margi itu artinya jalan, nah kamu itu jalan... diharapkan kamu jadi jalan membawa kerukunan mak dan bapakmu kalau dipikir kan itu juga penggabungan dari nama bapak dan Mak mu, Mar di ambil dari jeMari dan Nah dari diNah, terus harapan juga kamu jadi jalan membawa kesejahteraan bagi keluargamu. Ga muluk muluk Nah, untuk keluarga saja sudah cukup, syukur syukur bisa untuk masyarakat" ucap Nenek Jampi sambil mengelus elus kepala Marginah

"Aku kok jadi terharu Nek" kata Marginah sambil terisak dan memeluk Nenek Jampi. Terlihat juga Pak Jemari dan Mak Dinah matanya berkaca kaca, sedang Stela hanya menoleh noleh bergantian menatap wajah orang orang yang berada di ruangan tersebut.

"Ya sudah sekarang kamu akan memulai membuka jalan itu" ucap Nek Jampi setelahnya dan diangguki kepala oleh Marginah, pak Jemari dan Mak Dinah

"Tapi ada juga sebab lain aku kasih nama itu" ucap Nenek Jampi dengan nada yang membuat kepo

"Apa Nek? tanya mereka bersamaan

"Kamu ingat turis yang naik gunung saat si Dinah hamil?" tanya balik Nenek Jampi sambil memandang Pak Jemari dan Mak Dinah bergantian.

"Iya iya, kenapa?" ucap Mak Dinah dan Pak Jampi bersamaan, sambil pandangan menerawang mengingat beberapa tahun lalu ada backpaker bule tersesat di desa mereka.

"Aku tanya namanya Mark he...he... ganteng ya dia" kata Nek Jampi sambil tersenyum malu

"Nenek tahu bule ganteng juga, nenek gimana tanyanya emang nenek bisa bahasa bule, terus apa hubungannya dengan namaku?" tanya Marginah

"Ya tanyanya ke pak Kades" ucap Nenek Jampi sedikit malu

"Ya untuk mengenang kegantengannya, aku mau kasih nama kamu pakai mark mark takut ada yang baper, ya ambil Mar ya aja Marg kan sama saja" ucap Nenek Jampi kemudian.

"Nenek kok tahu kata baper?" tanya Marginah

"Itu dari Stela" kata Nenek Jampi sambil menunjuk Stela, Stela yang ditunjuk hanya tersenyum sambil menutup mulut dengan kedua tangannya

"Nah kalau sudah tidak ada yang ditanyakan ke Nenek ayo berangkat, itu Kang Slamet yang mau ngantar ke terminal sudah datang" Ucap pak Jemari sambil dagunya terangkat menunjuk di depan pintu depan sudah ada Kang Slamet di atas motor nya yang akan mengantar mereka ke terminal bis.

"Sebentar" ucap Nenek Jampi kemudian bangkit berdiri dan melangkah menuju ke dapur kemudian membuka pintu, dari balik pintu Nenek Jampi muncul lagi dengan membawa tas kresek hitam. Kemudian dia berjalan mendekati Marginah yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Nah ini buat bekal di jalan, tadi aku sembunyikan di balik pintu, takutnya Sofa sudah bangun dia merengek rengek, kalau Stela sudah besar bisa dikasih pengertian" ucap Nenek Jampi sambil memberikan tas kresek hitam yang terlihat penuh isinya. Markonah lalu menerima tas plastik hitam tersebut.

"Terima kasih Nek... I lop yu" ucap Marginah sambil memeluk erat Nenek Jampi setelah mengintip isi tas kresek hitam tersebut. Tas itu berisi macam macam makanan ringan kesukaan anak anak dan permen satu pack, juga ada susu kotak kemasan mungil tapi sudah sangat membuat Marginah bahagia.

Akhirnya mereka melepas keberangkatan Marginah dan pak Jemari dengan penuh haru. Mak Dinah dan Nenek Jampi air matanya masih berlinang linang, beberapa tetangga dekat juga ikut melepas kepergian Marginah. Mereka masih di jalan menatap motor ojek yang membawa Marginah dan pak Jemari. Motor sudah hilang dari pandangan mereka tetapi Mak Dinah dan Mak Jampi masih berdiri mematung juga Stela dengan mimik wajah sedihnya menempel Mak Dinah dan memegang tangan Mak Dinah. Namun tiba tiba ada suara lengkingan tangisan dari dalam rumah, ya Sofa terbangun menangis kejer, akhirnya Mak Dinah berlari masuk rumah sambil berkata tergesa gesa

"La kamu cepat siap siap untuk ke sekolah" Ucap Mak Dinah sambil berlari masuk rumah. Kemudian Stela ikut berjalan masuk rumah dan diikuti Nenek Jampi.

Sementara di jalan Marginah yang duduk di tengah diantara Kang Slamet dan Pak Jemari

"Kang aku tahu kenapa namamu Slamet" ucap Marginah dengan sedikit berteriak untuk mengalahkan suara deru mesin motor.

"Apa?" kata Kang Slamet tanpa menoleh

"Biar penumpang ojekmu selamat sampai tujuan" kata Marginah

"Aminnnn" ucap kang Slamet

3. Emosi Pak Jemari

Ojek Kang Slamet sudah selamat sampai di terminal kota kecil tersebut. Kang Slamet menurunkan kardus mie instan dan tas pak Jemari yang berada di motornya.

"Terimakasih ya Kang" ucap pak Jemari sambil mengulurkan uang jasa ojek.

"Sama sama Pak" ucap kang Slamet sambil menerima uang ongkos ojek.

"Mar hati hati ya, belajar yang rajin semoga jadi orang" pesan kang Slamet sambil menatap Marginah

"Iya Kang, emang sekarang aku jadi apa?" tanya Marginah

"Maksudnya biar jadi orang sukses Nah" ucap kang Slamet sambil menjalankan pelan motor nya.

"Terima kasih Kang" ucap Marginah kemudian Marginah dan pak Jemari berjalan menuju ke tempat bis parkir.

Beberapa orang laki laki datang pada mereka menanyakan mau kemana, dan menawarkan jasanya. Pak Jemari menjawab mau ke terminal kota besar dan tetap berjalan sambil membawa tas besar dan kardus mie instan yang berisi bahan makanan. Sedang Marginah membawa tas slempang dan kedua tangannya kiri kanan membawa kantong plastik berisi bekal di jalan dari Mak Dinah dan Nenek Jampi tersayang.

"Pak mau naik bis yang mana?" tanya Marginah

"Yang sudah ada penumpangnya Nah biar tidak terlalu lama nunggu, tidak lama perjalanan dari sini ke terminal besar" jawab pak Jemari sambil terus berjalan.

Akhirnya mereka sampai di dekat bis kecil yang sudah banyak penumpangnya, kemudian pak Jemari menyuruh Marginah naik lebih dulu, setelahnya pak Jemari ikut naik masuk ke dalam bis tersebut.

Marginah duduk di kursi paling belakang di pojok dekat jendela, kemudian pak Jemari menaruh tas dan kardus bawaannya di lantai bis dan duduk di samping Marginah.

Tak berapa lama bis berjalan menuju ke terminal kota besar. Kondektur bis sudah menariki ongkos dimulai dari penumpang depan kemudian berjalan menuju ke penumpang belakang. Pak Jemari penumpang yang terakhir kali ditarik ongkos karena hanya pak Jemari dan Marginah yang duduk di jok paling belakang. Kemudian kondektur tersebut duduk di samping pak Jemari, juga ada kenek bis yang duduk di kursi belakang pojok dekat pintu.

"Mau kemana pak? tanya pak kondektur

"Ke kota L" jawab pak Jemari

"Mudik?" tanya kondektur dengan nada merendahkan.

"Ora mas aku asli wong kene (tdak mas aku asli orang sini)" jawab pak Jemari

"Terus urusan apa, mondoke anak?" tanya kondektur itu lagi dengan nada ketus

"Ya semacam itu, tapi ini mau ke panti asuhan biar anakku bisa meneruskan sekolah" jawab pak Jemari

"Wah enak ya pak, buat anak terus dititipke dibayari sekolahe" kata kondektur dengan mimik wajah mengejek

"Enak gundulmu kuwi" ucap pak Jemari dengan emosi sampai banyak penumpang yang menoleh

"Pak mosok gundule deke enak (pak mosok kepala dia enak)" ucap Marginah pelan

"Hust" dengus pak Jemari pada Marginah sambil menyikut pelan Marginah.

"Coba kamu tanya anakku pilih tinggal di panti apa kumpul orang tua yang bisa bayari sekolah tinggi" ucap pak Jemari pada kondektur masih dengan nada emosi

"Pilih endi nduk"

"Yo kalau disuruh milih, milih yang bisa kumpul wong tua dan sekolah tinggi pak" jawab Marginah

"Denger tho, beban mental aku ndul ora iso memenuhi pilihan anak, tapi anakku juga ora iso milih dadi anake sopo, wis takdir e dadi anakku, tapi aku lan deke arep memperbaiki, deke sregep sinau aku ngoleke panti sing iso menfa..si..li..tasi cita citane" kata pak Jemari

"Pak aku tetep seneng ditakdirke dadi anake bapak, wis bersyukur banget dudu dadi anake pak gundul kuwi (Pak aku tetap senang ditakdirkan jadi anaknya bapak, sudah bersyukur banget tidak jadi anaknya pak gundul itu)" ucap Marginah pelan sambil memeluk lengan pak Jemari.

Bis sudah sampai di terminal kecil. Marginah turun bis lebih dulu, kemudian saat pak Jemari mau turun dia menatap kondektur yang berdiri di dekat pintu bis

"Nek omong ojo dipadake awakmu dewe, jangan bercermin pada diri sendiri, pemikiran orang beda beda" ucap pak Jemari kemudian turun dari bis. Kondektur tersebut hanya diam saja.

Pak Jemari dan Marginah kemudian berjalan menuju peron penumpang masuk terminal besar. Mereka berjalan menuju tempat bis berparkir. Mencari deretan bis yang bisa membawa mereka ke kota tempat panti berada. Marginah kadang berjalan di samping bapaknya, kadang di belakangnya tetapi tanpa jarak.

"Bis yang mana Pak?" tanya Marginah saat berjalan di samping bapaknya.

"Yang sana Nah, agar tidak ganti ganti bis lagi" jawab pak Jemari sambil menunjuk ke arah barisan bis dengan mengangkat dagunya.

Akhirnya mereka sampai pada barisan bis yang dimaksud. Pak Jemari dan Marginah berjalan menuju bis yang parkir di deretan paling depan.

"Itu Nah bis nya" kata pak Jemari sambil menunjuk bis dengan dagunya lagi sebab kedua tangannya membawa barang.

Seorang laki laki datang mengambil kardus pak Jemari, sambil bertanya tujuan pak Jemari. Kemudian laki laki itu membawa kardus dan tas travel pak Jemari dibawanya masuk ke dalam bis lewat pintu belakang. Pak Jemari dan Marginah mengikutinya masuk ke dalam bis.

Pak Jemari matanya mencari cari tempat duduk

"Nah yang agak depan sana" kata pak Jemari sambil mengambil tas dan kardus nya yang ditaruh petugas bis di lantai bis bagian belakang.

Marginah berjalan menuju tempat duduk yang ditunjuk pak Jemari, kemudian masuk ke deretan kursi dan mendudukkan pantatnya di kursi samping jendela. Kemudian Pak Jemari meletakkan kardus di bawah kaki Marginah dan di sebelahnya lagi tas travel nya kemudian pak Jemari duduk di samping Marginah.

"Ini nanti langsung Pak?" tanya Marginah

"Iya tapi bukan di kota terakhir tujuan bis ini, maka kita duduk di bagian agak depan biar mudah nanti kalau turun ngasih tahu pak sopir" jawab Pak Jemari

Setelah beberapa menit menunggu terlihat sopir bis sudah masuk dan duduk di tempatnya, dan tidak berapa lama bis berjalan meninggalkan terminal kota besar, berlalu membelah jalan raya.

"Pak" panggil Marginah pelan

"Apa" ucap pak Jemari

"Bapak tadi kok bisa omong fa..si..li..tasi, aku mau tanya tadi tapi bapak masih marah marah ke pak gundul" tanya Marginah

"He.. He... aku tahu dari pak Kades"

"Kok bisa?" tanya Marginah lagi

"Iya waktu lapor kalau kamu akan ke luar kota melanjutkan sekolah kan pak Kades tanya tanya, terus aku jawab mau tinggal di panti, sekolah di sana, lalu pak Kades bilang ya syukur kalau ada yang menfa..si..li..tasi, aku tanya pak Kades apa artinya pak Kades bilang ya yang memberi kemudahan, yo wis terus ku ingat ingat kata itu" jawab Pal Jemari.

"Untung bapak inget inget bisa ngaya di depan pak gundul" ucap Marginah sambil tersenyum bangga pada bapaknya.

Sejenak mereka terdiam, terlihat Marginah membuka susu kotak pemberian Nenek Jampi dan menyedotnya kemudian membuka bungkus makanan ringan.

Sementara itu kondektur bis sudah mulai berjalan menariki ongkos penumpang. Dan tiba saatnya berada di dekat tempat duduk pak Jemari, kondektur menatap kemudian pak Jemari menyebutkan kota tujuannya, dan pak kondektur menyebutkan ongkos yang harus di bayar pak Jemari, lalu pak Jemari memberikan uang sejumlah yang dimaksud.

"Mas nanti kalau aku tertidur dibangunkan ya kalau sudah sampai kota itu" pesan pak Jemari

"Ngih Pak" ucap kondektur bis dengan sopan, dan melanjutkan menariki ongkos penumpang lainnya.

Marginah menoel pelan lengan bapaknya sambil berbisik.

"Pak kalau yang ini tidak seperti pak gundul" ucap Marginah

"Iya pak gundul hanya segelintir oknum, he...he..." kata pak Jemari sambil mengambil pisang rebus bekal dari istri tercinta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!