NovelToon NovelToon

KETIKA HATI TLAH MEMILIH

Pertemuan

Pupil mata berwarna hijau kebiruan, kulit kecoklatan, badan yang tinggi , serta garis wajah yang tampan.

Adakah yang tidak mengetahui pria tersebut di kota ini?

Steven Alexi

Warna mata serta perawakannya memiliki ciri khusus tersendiri baginya. Pria berpengaruh yang merupakan salah satu anak dari orang yang paling dihormati di kota Zervo.

Dirinya juga dikenal sebagai pebisnis yang sukses, perhotelan yang ditekuninya merupakan perhotelan bintang 5 dan sangat terkenal di kota itu.

Selain ketampanan, sikap dingin yang sering ditunjukkannya juga sangatlah memesona bagi beberapa wanita di sekitarnya.

Selama ini banyak gadis maupun wanita yang jatuh hati padanya dan berangan-angan untuk mendapatkan hatinya, namun sayangnya Alexi belum tertarik untuk menjalani hubungan yang serius, semenjak peristiwa menyakitkan yang dialaminya.

Bukan sekali atau dua kali Ayahnya menjodohkan dirinya dengan wanita yang dianggapnya menarik, Hal ini sering terjadi, sehingga kadang membuat Alexi merasa kesal dengan tindakan itu.

Alexi bisa dikategorikan anak yang cukup Penurut, dan pekerja keras. Ia juga memiliki sikap keras kepala dan kemauan yang kuat.

Hari ini merupakan hari yang melelahkan baginya, terlintas lagi kejadian perdebatan yang terjadi antara ia dan ayahnya pagi ini.

"Haaahhh".

Helaan nafas yang cukup panjang terdengar darinya, ingin rasanya ia melupakan sejenak permasalahan yang ada.

Kali ini Alexi meninggalkan rumah dalam keadaan Emosi, Ayahnya pun sampai melemparkan sebuah gelas hingga hampir mengenainya.

Sekarang disinilah ia berada, di desa Zkenti, sebuah desa yang berada di arah Timur kota Zervo, Sahabat sekaligus mitra kerjanya berada di desa tersebut, ia pun akhirnya memutuskan untuk mengunjunginya serta berjalan-jalan mendinginkan kepalanya mengitari Desa.

Desa ini memiliki 1 kebun bunga yang luas, beraneka macam jenis tanaman bunga hidup disana, bangunan-bangunan tua di desa ini pun cukup unik dan bernuansa alami, hal itu membuatnya tertarik mengunjungi serta melihat-lihat keindahan desa ini, Elio lah yang menceritakan sebelumnya padanya. sahabatnya itu sangat mengagung-agungkan tempat barunya ini. Alexi sangatlah penasaran dan disinilah ia sekarang.

' Tak heran jika Elio sangat nyaman dan memilih untuk meninggalkan kota Zervo ', pikirnya.

Elio adalah salah satu sahabat Alexi yang juga merupakan rekan bisnis serta orang terdekat yang sangat di dipercayainya. namun kadang pertengkaran kecil pun sering terjadi diantara mereka .

Alexi berjalan sambil memerhatikan sekelilingnya , entah sudah berapa lama ia berjalan tak tentu arah, langkah kakinya terhenti, taman bunga yang hanya di dengarnya kini berada di hadapannya.

" Ia tidak berlebihan memuji ini " kata Alexi terpana.

perkebunan bunga.

Meskipun Alexi tidak terlalu menyukai bunga, keindahan ini sangatlah memanjakan mata, angin berhembus, beberapa kelopak bunga terlihat terbang melayang di buatnya.

Ia memejamkan mata, rambutnya tertutup turun menutupi sebagian matanya, namun itu tidak membuatnya terganggu.

Cukup lama ia berdiri terpaku, suasana hatinya kian membaik dari sebelumnya.

Sayup-sayup suara asing menggelitik telinganya di sela hembusan angin,

'Sepertinya suara seseorang',

Penasaran akannya ia mencari sumber suara itu dengan matanya yang sedikit menyipit karena angin yang begitu kencang.

Dan betul saja dari kejauhan tampak sesosok gadis berdiri di antara hamparan bunga berwarna-warni itu , gadis itu berambut panjang, ia menggunakan gaun panjang sabrina selulut berwarna biru muda.

' Pastilah gadis itu warga desa ini ', batin Alexi sambil terus memperhatikan geriknya.

Sepertinya gadis itu cukup bermasalah dengan hembusan angin yang cukup kencang, sedetik kemudian terlihat tangan kanannya berusaha untuk menahan gaun agar tidak lebih terangkat, tangan yang satunya menggenggam erat bunga berwarna putih tulang.

" Bunga tulip" ucapnya pelan menyadari.

'Sangat kecil', pikir Alexi kemudian.

Tubuh gadis itu begitu mungil, ia juga terlihat sangat pendek!,

' Apa mungkin karena terlihat dari jauh? '

Alexi terperanjat, pikirannya buyar, senyum terukir dibibirnya setelah melihat tingkah gadis itu, bunga di genggamannya terjatuh karna berusaha menahan gaunnya yang tertiup angin, ia seketika duduk menahan gaunnya.

" Angin hari sangat usil" ucap Alexi tertawa kecil.

Angin berhembus cukup kencang tidak hanya membuat gaunnya bermasalah, rambut yang semula tergerai rapi kini terlihat acak-acakan dan kusut, expresi yang tersirat di wajah gadis itu membuat Alexi merasa konyol dan agak lucu, ia kembali tertawa kecil.

Alexi terkejut, ia menyadari sesuatu dan akhirnya terdiam berfikir.

' Bukankan ini tidak sopan?, apa yang sedang kau lakukan sambil mengamati orang Alexi ', kritisnya pada diri sendiri.

' Ada apa ini?, ternyata melihat kekonyolan orang lain sangat membantu melupakan masalahku '. Hmm... dirinya merasa heran dengan hal baru yang disadarinya.

Ia kembali menatap keindahan di hadapannya, menenangkan pikirannya, kemudian merapikan rambutnya yang menghalangi pandangan mata sambil menunduk melihat pijakan, ketika ia mengangkat kepalanya dan hendak memutuskan akan beranjak dari tempat itu, mata mereka bertemu, ke-duanya saling menatap terdiam, gadis itu terlihat memiringkan sedikit kepalanya.

' Apakah dia melihatku? ' pikir gadis itu.

Menyadari hal itu Alexi tersenyum padanya dan kemudian berbalik melangkah.

Pada saat yang bersamaan, terdengar suara seseorang sedang memanggil dari kejauhan.

" Azkia, Azkia, kemari kau anak nakal"

Suara itu memanggil dengan lantang sehingga membuat Alexi yang mendengarnya menoleh ke asal suara tersebut.

Wanita yang sudah cukup tua itu sedang memanggil gadis itu, ia terlihat berumur sekitar 40-an, rambutnya pendek kira-kira sebahu, matanya berwarna biru dan rambutnya sedikit pirang.

Wanita itu beberapa kali berteriak memanggil nama 'Azkia' sehingga Alexi penasaran dan mengikuti arah pandangnya.

" Ohhh"

Rupanya dia sedang memanggil gadis mungil yang sedari tadi dilihatnya.

Sosok mungil itu berbalik, mendengar suara panggilan dari wanita tua berambut pirang itu ia bergegas berlari kecil menghampirinya, senyuman terukir di bibirnya, raut wajah senangnya terlihat disana.

Wanita tua itu terlihat mengomel dan menarik telinganya ringan, sang gadis memegang telinganya pelan setelah itu dan kemudian tersenyum jail sambil merapikan rambutnya yang kusut, mereka pun berjalan berdampingan sambil mengobrol.

" Azkia', mmmm.. gadis yang menarik ", pikirnya

...****************...

" Ahhhh... maafkan aku miss Bel, apakah kau akan mempermasalahkan ini semua? "

Azkia kini sedang berusaha merayu wanita tua yang sudah di anggap ibunya itu. wajahnya memelas mengharapkan respon baik, kali ini memang ia membuat kesalahan yang cukup membuat Miss Bel marah akan dirinya.

" Azkia, cukup kau tidak pernah mendengarkan ucapan ku" ucap Miss Bel dengan wajah kecewa.

" oohh, baiklah aku tidak akan pergi ke ladang bunga lagi tanpa memberitahukan mu, ok?"

Melihat wajah Azkia dan usahanya yang sedari tadi memelas membuat Mis Bell akhirnya luluh dan kemudian tersenyum.

" Kau berjanji?"

" Ya aku bersumpah atas diriku?"

" Hahh.... aku tidak bisa memarahimu terlalu lama sayang" ucap miss Bell sambil memeluk Azkia.

" Terima kasih Mis Bell " sambil membalas pelukannya

Mereka berdua kini sedang berada di toko roti milik Miss Bel, Azkia sering membantu di sana. Azkia adalah anak yang periang, sedikit pemalu dan penyayang.

Ia tumbuh di desa zkenti tanpa orang tua, Ibu dan Ayahnya telah meninggalkannya di umurnya yang baru menginjak 8 tahun, mereka mati dalam sebuah tragedi kecelakaan 12 tahun lalu.

Namun gadis itu tumbuh dengan baik, warga desa sangat menyayanginya dan lagi ada Elio yang selalu memanjakanya sebagai seorang kaka', meskipun baru beberapa tahun semenjak mereka bertemu, namun Azkia merasakan kehangatan ketika bersamanya.

" oh ya Miss Bell, sepertinya aku akan meninggalkanmu lagi kali ini, aku harus mengunjungi Elio dan mengantarkan roti pesanannya, sebelum ia mengomel padaku"

" Baiklah, kau bisa mengambil keranjang itu dan membawanya", ucap miss Bell sambil melirik keranjang yang berada di atas meja.

" Aku berangkat Miss Bell" Ucapnya sambil tersenyum.

Azkia pun mengambil keranjangnya dan pergi menuju rumah Elio.

Rumah Elio seharusnya cukup dekat dan tidak perlu memakan waktu yang lama agar sampai, ia menikmati pemandangannya, dalam perjalanan Azkia melewati ladang bunga lagi, menyadari itu, ia teringat lagi akan sosok pria yang sedang berdiri menatap tersenyum padanya.

' Seperti itukah ? , Mungkin dia tidak sedang melihatmu Azkia, kau sangat besar kepala, bunga-bunga itu lebih indah 'ucapnya membatin.

' Tapi pria itu tersenyum ', ingatnya

Mengingat itu Azkia tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju kediaman Elio, meninggalkan keindahan dibelakangnya.

...****************...

'Tok, tok, tok,tok', seseorang datang.

" Elio, Elio apakah kau mendengarkan?, kau ada di dalam? " suara itu memanggil

TOk,tok,tok, suara ketukan kembali terdengar.

Suara panggilan yang khas terdengar ditelinga Elio, saat ini dirinya sedang sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, namun ia tidak bisa mengabaikan suara itu. matanya menatap sosok didepannya, meminta izin untuk meninggalkan pekerjaan sekejap.

" Hei, aku akan keluar sebentar" ucap Elio

" Cepatlah, kau tahu kerjaan ini sangat merepotkan jika tidak selesai pada waktunya" jawabnya serius tanpa mengalihkan pandangan dari laptop di depannya.

Mendengar jawaban acuh itu membuat Elio merasa kesal dan ingin menggodanya sedikit.

" Hahh.... seharusnya kau bersantai dan terima saja pekerjaan yang telah ku selesaikan, kau tidak perlu turun langsung, sangat merepotkan, oh ya, apakah aku bisa mengambil cutiku besok?" Katanya tersenyum sambil menatap sosok di depannya itu sedikit bercanda.

Sosok dihadapannya itu menatapnya sinis terganggu.

" Apakah kau ingin mati El?" jawabnya dingin, dirinya sekarang sedang berada pada mode serius dan bisa-bisanya El bercanda seperti itu? Ingin rasanya dia menjitak kepala kawannya yang sekeras batu.

" Baiklah lex, santai, aku hanya bercanda, bisakah kau sedikit bersantai?"

Elio mengenal temannya sangat baik, dia sangat kaku, keras kepala dan juga gila kerja, sepertinya dirinya tidak akan mendapatkan libur panjang meskipun ia pantas menerimanya.

" Elio, Elio, apakah kau tertidur?" Terdengar lagi suara memanggil. Elio pun bergegas meninggalkan sosok dingin itu dan menghampiri asal suara tersebut.

Cukup lama Azkia menunggu di depan pintu, mungkin saja Elio tidak berada di rumahnya, atau kah dia sedang tidur, tapi ini bukan waktunya untuk tidur, apakah dia sedang kurang sehat?, namun semua pemikiran itu seketika hilang ketika pintu terbuka

" Kau sudah lama menunggu? " ucap Elio dengan senyuman khasnya.

" Apa yang membuatmu sangat lama El?, kau tahu kakiku pegal berdiri di depan rumahmu, dan lagi kau tak mempersilahkanku untuk duduk, hmmm... sangat keterlaluan " ucap Azkia dengan wajah cemberutnya.

Melihat hal itu Elio mengacak rambut Azkia dan menyuruhnya untuk masuk

" Silahkan " katanya sambil membungkuk sedikit, hal itu sering dilakukannya jika menangani gadis ini ketika sedang merajuk.

Azkia yang senang dengan perlakuan itu akhirnya masuk dan duduk, sambil meletakkan keranjang berisi roti di hadapan Elio.

" Kau seharusnya berterima kasih padaku, aku sudah mengantarkan roti ini "

" Baiklah, aku sangat berterima kasih nona Azkia " ucapnya dengan canda

" Kau sangat jail Elio, mmm... mengapa kau sangat lama membukakanku pintu? apakah kau sedang sibuk ? "

" Ya, aku sedang bekerja dan aku harus cepat kembali, kau tahu, atasanku sangat galak dan juga mengerikan "

Mendengar hal itu Azkia tertawa dan penasaran dengan atasan Elio.

" Apakah aku bisa menyapanya? "

Elio tersenyum " Ku harap kau tidak perlu mengenalnya, kau akan takut jika melihat wajahnya yang sekarang! , Oh ya sampaikan salam ku pada Miss Bell, kuharap aku akan bisa mengunjunginya sebelum kembali ke kota "

Azkia yang mendengar hal itu menganggukkan kepalanya, senyumnya memudar namun ia tetap mempertahankan sedikit senyuman. Sesungguhnya ia sedih jika Elio akan kembali ke kota dan lagi ia akan cukup lama di sana, dia pasti akan merindukannya.

" Ya, aku akan menyampaikannya, baiklah aku akan pulang kau lanjutkan saja pekerjaanmu, kuharap kau jangan lupa makan " ucap Azkia

Elio pun memeluk hangat Azkia sebelum ia pergi, diantara mereka berdua sebenarnya tidak terjadi apa-apa, hanya saja Elio merasa sangat menyayangi Azkia, gadis ini sangat mempengaruhi susana hatinya kandang kala, jika lama ta' berjumpa Elio juga merasa rindu.

Elio kini mengingat kembali awal ketika dia memutuskan untuk menetap di desa zkenti, desa ini membuat dirinya seakan-akan kembali ke tempat yang di rindukan, dan ketika dirinya melihat sosok Azkia, tak terasa air matanya jatuh tak tertahan.

Elio terkejut menyadari dirinya dalam keadaan seperti itu, entah apa yang terjadi dengannya, Azkia yang melihatnya tertunduk menangis menghampirinya dan menanyakan keadaannya pada saat itu.

"Hahh..... Apakah kau sudah cukup puas El?, bisakah kau melepaskan ku? Ucapan Azka membuyarkan lamunan Elio.

"Baiklah, aku akan mengantarmu sampai pintu", tawarnya.

" Tidak perlu, aku pun tahu jalan keluar El, sampai jumpa lagi ", ucap Azkia sambil melambai.

Elio membalas lambaiannya dan melihatnya sedikit lama sampai sosok gadis itu tak nampak pada pandangannya.

Sepasang mata dari ruang kerja sedari tadi melihat gelagat mereka dari balik pintu, pintu ruang kerjanya tidak tertutup rapat dan semua tampak jelas terlihat dari sana.

Sepertinya temannya itu sangat menyayangi gadis itu.

Apakah dia menyukainya?

oh tunggu, bukankah dia si gadis bunga?

Hmmm.......

Apa hubungan mereka?

Menyesal

Ciit...ciiit...cuit... pagi ini terdengar kicauan burung yang sedang bertengger di ranting pohon yang mengarah pada jendela kamar, ruangan ini adalah kamar Alexi, jika di perhatikan kamar pria ini cukup luas untuk menampung 1 orang saja,

"sepertinya dia harus segera menambah personil"🤭.

Kasurnya sangat luas, terlihat gumpalan tebal selimut sedikit acak-acakan di sana, mmm...sepertinya pria besar itu masih terlelap, wajah dan tubuhnya kelelahan akibat pekerjaan yang beberapa hari ini sedang di kerjakannya.

Bagaimana tidak, ia harus ke perusahaan, setelah itu mengunjungi Elio dan kembali ke kota Zefro, itu sangat melelahkan.

Lex.........

Sayup-sayup terdengar seseorang memanggil, keningnya berkerut, terganggu dengan suara berisik itu, ia menghiraukannya berbalik membenarkan posisi tidurnya.

"Hahh......Alexi, Alex!,kuharap kau sudah bangun "

Suara itu kian mendekat, langkah kakinya pun terdengar lebih jelas.

'Kriitt....' suara pintu terbuka

" Oh tidak, Alexi" ucap wanita itu sedikit kecewa dengan apa yang didapati nya,

" kau masi tertidur!", kata suara itu yang teryata berasal dari Ny Will, ibu dari Alexi.

Ny. Will terkejut melihat anaknya yang masi terlelap, matanya mengarah ke jam dinding yang ada di kamar dan itu menunjukkan pukul 09: 14.

'anak ini harus lekas bangun' pikirnya,

Ny. Will kemudian menghampiri Alexi, kemudian menarik selimutnya, memukul ringan lengannya sambil memanggil- manggil nama anak sulungnya itu.

Selang beberapa menit Alexi pun menyadari kehadiran ibunya, ia perlahan membuka mata kemudian merenggangkan tubuhnya.

Melihat itu Ny. will memukul ringan perut putranya, meskipun badan dan umurnya sudah tidak bisa dikatakan bocah lagi, namun ia pantas mendapatkannya.

" Oh tuhan, ada apa denganmu pagi ini, kau sangat susah di bangunkan, cepatlah bangun, atau kau akan terlambat" ucapnya

Mendengar ocehan ibunya membuat Alexi tersenyum, ini adalah kebiasaan yang selalu dilakukan wanita tercintanya itu.

Belakangan ini ia sangat jarang pulang kerumah, sehingga kali ini dirinya sadar betapa rindunya ia pada ocehan cinta itu.

" Oh Morning mam", ucapnya di sela nguapan.

" Bisa kah kau membiarkanku 5 menit lagi? " ucapnya sedikit malas.

Ny. Will kembali mendaratkan pukulan di perut putranya itu, menariknya dari kasur hingga terduduk dan menyuruhnya tuk lekas bersiap.

" Hei bukankah kau ada acara hari ini dengan ayahmu? kau harus bersyukur bahwa bukan dia yang kemari untuk membangunkan mu, kau tahu pertemuan hari ini adalah pertemuan yang sangat penting kan? ku harap kau tidak akan menolak ajakannya dan bertengkar lagi sayang, Ohh... cepatlah bersiap dan turun kebawah". ucap Ny. Will sambil menarik lengan Alexi hingga ia ia cukup tersadar kaki ini.

" Ya ya, Baiklah Miss Will, aku akan bersiap"

Alexi kemudian dengan malasnya bagun dari kasur berjalan ke kamar mandi, mengambil handuk dan menyikat gigi.

Ny. Will yang melihat kelakuan anak tertuanya itu tersenyum.

" hahh.. Kau harus secepatnya menemukan seorang Istri untuk mengurus mu" katanya sambil merapikan selimut Alexi.

" Oh Mom ayolah" suara Alexi terdengar bosan dengan semua ucapan mengenai masalah pendamping hidupnya di pagi hari dari ibunya.

Mendengar suara Alexi dari kamar mandi, membuat Ny. Will tertawa, wajah kesal putranya itu terbayang di benaknya, sepertinya candaan kali ini cukup mengena.

'pagi yang kurang baik untukmu sayang'.🤭

" Baiklah, cepatlah bersiap dan lekas turun, kami akan menunggu mu diruang makan ". ucap Ny. Will sambil meninggalkan kamar Alexi.

...****************...

Keluarga Alexi merupakan orang terpandang dan sangat dihormati di kota Zefro, ayahnya terkenal dengan berbagai berita-berita baik mau pun buruk, hal ini cukup membuat alexi terganggu dengan identitasnya sebagai anak Mr. Will di berbagai tempat.

Alexi merupakan anak sulung di keluarganya, ia memiliki 2 saudari perempuan yang sangat cantik dan tentu saja ia sangat menyayangi mereka.

Pagi ini seluruh keluarga Mr. Will sedang duduk menikmati sarapan, hanya Alexi yang belum terlihat di sana, ia membuat Ms. Will gelisah, pandangannya selalu melihat ke arah tangga, ' dimanakah sosok putra semata wayangnya itu?, mengapa belum juga turun, ohh tuhan ku harap ia segera datang'.

Ms. Will sangat mengetahui sifat suaminya yang keras, jika putranya itu tidak bergegas datang, maka pagi ini pasti akan terjadi perselisihan lagi di antara mereka berdua.

"hahh.. mereka sama-sama keras kepala" batin Ms. Will

Untunglah selang beberapa menit kemudian, akhirnya pria itu terlihat turun dari kamarnya yang berada di lantai 2, Ms. Will menghela nafas lega,.

" haahh.. syukurlah" batinnya.

Alexi terlihat sangat sempurna pagi ini, ia berpakaian dengan rapi memakai setelan jas berwarna hitam dan kemeja maron, seluruh keluarga yang menyadari kehadirannya menatap alexi, kedua adiknya pun tersenyum melihat kaka' mereka yang terlihat sangat tampan.

Alexi sangat jarang memakai setelan jas lengkap dengan dasi dan rambut yang teratur, sehingga membuat adiknya ingin menjahilinya.

" Wahh, sepertinya kau akan membuat pertemuan ini menjadi heboh ka', dan aku akan segera mendapatkan kaka ipar yang saaaaaangat seksi" rayu adik bungsunya dengan senyuman jailnya.

Alexi yang melihat dan mendengar tingkah adiknya itu tersenyum, duduk di sampingnya dan menjitak ringan kepala adiknya itu.

"aww" Aqella meringis kecil sambil memegang kepalanya yang tidak sakit.

"Mmmm... apakah aku terlihat sempurna?" tanya alexi percaya diri dengan senyum khasnya menyombongkan dirinya.

'Hah..setelah ia menjitak kepalaku pria besar ini menyombongkan dirinya, dasar pria dingin', batinnya disertai mayunan bibir.

Melihat kelakuan kaka' nya itu, membuat Aqella merasa geli dan menjulurkan lidahnya muak. Ms. Will yang melihat itu tersenyum melihat kelakuan anak-anaknya. Suasana di meja makan sangat hangat, namun kembali senyap ketika Mr. Will bersuara.

" Ehhem.... Cepatlah habiskan sarapan mu, kita akan segera berangkat" kata Mr. will mengingatkan, pria tua ini sangat dingin dan jarang menunjukkan kasih sayang pada anak-anak, meski begitu pun ia sangat menyayangi dan sangat memperhatikan mereka semua. ia hanya ta' pandai menunjukkan perasaannya. dan itu adalah PR terbesar dalam hidupnya yang bahkan sampai detik ini pun tidak bisa dia ubah.

Ms. Will yang menyadari suasana mulai terasa berat pun membuka pembicaraan dan menyalahkan suaminya yang sedang memasang wajah dingin, seakan-akan tidak berperasaan.

" Haah, kau sangat kaku honey, apakah kau akan membuat suasana jadi semenegangkan ini?, wajahmu sangat menakutkan bagi anak-anak!" katanya sambil menatap mata suaminya.

Jika tidak ditengahi maka bukan perkelahian antar ayah dan anak yang akan terjadi, melainkan perkelahian antar suami istri. Aqela sangat pandai dalam hal ini dan membantu ibunya untuk membuat suasana kembali hangat, dengan melontarkan candaan dengan wajah konyolnya yang berpusat pada ayahnya itu.

" Oh mom, kau tahu ayah seperti apa?. kami sudah cukup tahu dengan dirinya, kau tak perlu merajuk mom " ucapnya dengan senyum jail. Ms. Will tersenyum menyadari itu.

Alexi pun tersenyum melihat semua wanita yang di sayanginya bahagia.

Namun semua ini bukanlah hal yang klise, mengenai ayahnya, tanggung jawab keluarga, putra semata wayang, dan juga pemberontakannya. Jika dipikir lagi, masalah ini sangat,,,,,,,,,, sangat berat.

...****************...

Mobil berwarna hitam keluar meninggalkan kediaman Mr.Will, terlihat beberapa mobil yang serupa mengawal di belakang hingga mereka berdua sampai di tempat yang telah di janjikan.

Perjanjian yang akan dilakukan adalah perkumpulan para pria-pria tua yang berkuasa dari berbagai penjuru kota, akan banyak teman mau pun musuh yang menghadiri pertemuan ini, pertemuan ini juga tidak selalu diselenggarakan setahunnya, pertemuan ini terjadi 3 tahun sekali dan sudah menjadi adat bagi para penguasa yang berpengaruh itu memperkenalkan penerus mereka dan itu sangat tidak menyenangkan sama sekali bagi Alexi.

Dalam pertemuan ini Alexi harus menyalami beberapa teman Mr. Will dan harus bersikap baik, tidak jarang teman-teman ayahnya itu memperkenalkan putri mereka yang menurutnya sangat berlebihan. Kebanyakan para gadis-gadis itu berias terlalu menor, sehingga wajah mereka terlihat agak menyeramkan. Hal ini akan terjadi lagi pada pertemuan ini, 'sangat memuakkan' pikirnya

Hahhh

Mobil sedang melaju ke tujuannya, suasana dalam mobil pun sangat hening, Alexi maupun Mr. Will sama sekali tak memulai pembicaraan dan itu membuat keduanya merasa enggan untuk saling menyapa atau pun memulai. Hal ini membuktikan bahwa mereka sangat mirip, sehingga sangat sulit bagi ayah dan anak ini jika bersama, tanpa seseorang seperti Aqilla.

Setelah beberapa jam berada di mobil dengan keheningan, akhirnya mereka tiba di tempat perjanjian itu. Mereka pun turun dari mobil. namun sebelum masuk Mr.Will menghentikan langkahnya dan menatap Alexi.

" Sepertinya orang-orang sudah berkumpul, Alexi kau tahu apa yang harus dilakukan, jangan membuatku malu" ucap Mr. Will yang di iya-kan Alexi

" Baiklah Dad" ucapnya lanjut.

Gedung pertemuan ini sangat besar dan megah, banyak lampu-lampu hias yang terpajang, dan tentunya banyak bodyguard yang mendampingi setiap tuan mereka.

Dari luar pun sudah terdengar alunan musik klasik yang dimainkan dengan iringan biola dan piano, dekorasi bangunan perkumpulan ini di hias sedemikian mewah, sehingga orang yang masuk dan menghadiri acara akan terpana dengan desain dari ruangan tersebut. Alexi yang sudah sering menghadiri acara seperti ini merasa biasa saja.

Setelah berjalan beberapa menit akhirnya mereka tiba di ruang utama, pintu terbuka, Mr. Will dan Alexi masuk, semua mata memandang kagum kehadiran mereka, meski pun Mr. Will sudah tidak bisa di anggap muda lagi, namun ketampanannya tidak bisa di abaikan, terlihat dari garis wajahnya yang berwibawa dan matanya yang berwarna hijau kebiruan. Semua kesempurnaan yang terdapat pada Mr. Will diturunkannya pada Alexi, tidak ada yang menyangkal hal itu, bahwa putra dari orang tersebut sangatlah mempesona.

Mereka akhirnya masuk, Mr. Will terlihat berjalan menuju temannya yang di ikuti oleh Alexi yang berada di sampingnya.

" Hai Mr. Ton, kau sepertinya tambah muda saja" ucap Mr. Will memulai pembicaraan, yang membuat Mr. Ton tertawa kecil sambil menyodorkannya segelas wine. Pembicaraan kedua pria itu cukup lama, mereka terlihat asyik bercerita diselingi tawa kecil.

" Ah, apakah ini Alexi? " ucap Mr. Ton mengubah topik, mendengar pertanyaan itu membuat Alexi tersenyum sambil mengangguk kecil. " Wah, kau tumbuh menjadi anak yang sangat gagah, kau pasti akan sesukses ayahmu" ucapnya lagi sambil melirik Mr. Will yang terlihat mengangguk setuju.

" Terima kasih Mr. Ton, ku harap kau sehat selalu " ucap Alexi yang di sambut hangat oleh Mr. Ton yang menepuk pelan pundaknya.

Alexi tidak ingin terlibat jauh dalam percakapan yang sedang terjadi, ia akhirnya mengundurkan diri pada mereka berdua untuk berjalan-jalan menikmati acara di gedung yang begitu luas ini.

Setelah beberapa menit berjalan, beberapa gadis terlihat sedang berkedip ke arah alexi, yang dibalasnya dengan tatapan dingin tanpa senyum, namun hal itu tidak menggoyahkan para gadis untuk merayu pria pujaan mereka. Terlihat juga beberapa pria seusianya sedang terganggu oleh kehadirannya, tidak sedikit dari tamu yang hadir adalah orang yang bermasalah dengan keluarga mereka dan memiliki dendam.

Meskipun Mr. Will adalah orang yang sangat terkenal, namun tidak banyak yang mengetahui bahwa keluarga Alexi adalah keluarga mafia yang begitu di segani di kota Zefro, bahkan saudarinya pun tidak mengetahui hal itu, hanya Alexi saja yang diembankan tugas dan tanggung jawab untuk meneruskan kelompok ini.

Kegiatan mereka sangat tertutup, sehingga orang terdekat pun tidak tahu akan hal ini. Mengingat itu semua alexi memejamkan mata, sambil merilekskan pikirannya.

...****************...

"Hei, kau akan kemana Elio?" tanya manja azkia

Saat ini Elio sedang merapikan dasi di lehernya dan ia menggunakan jas yang sangat jarang ia gunakan sehari-hari. Melihat hal itu Azkia sangat penasaran dan akhirnya bertanya tanpa henti.

" Hah...Kau tidak perlu tahu, dan juga jika kau tahu, apakah kau akan pergi denganku?" ucap Elio sedikit ketus canda, namun gadis itu menanggapinya degan serius.

" Bolehkah?" tanyanya antusias, mendengar jawaban azkia membuatnya terkejut hingga menoleh ke arah gadis mungil itu, ' Oh elio, kau membuat masalah baru', batinnya mengutuk.

Hari ini Elio tidak menyangka bahwa Azkia akan datang kerumahnya sebelum dirinya berangkat ke pertemuan yang di adakan di perbatasan kota ini, ya, acara ini persis dengan yang di hadiri oleh Alexi, ia harus bergegas.

" Hei El, apakah kau membolehiku? rasanya aku sangat malas membuat roti malam ini", malam ini adalah jadwalnya membantu Ms.Bel untuk membuat roti dan rasanya ia ingin kabur entah kemana.

Mendengar itu Elio memikirkannya dan akhirnya menyetujui hal itu, namun Azkia harus cepat di atasi, jika tidak maka mereka akan terlambat menghadiri acara penting itu.

Kehadiran elio sangat mempengaruhi perusahaan mereka, hal ini dikarenakan banyaknya orang-orang penting yang menghadiri acara tersebut, sehingga ini akan menjadi batu loncatan untuk mengenalkan perusahaan perhotelan mereka yang baru saya berdiri.

" Ohh.. Baiklah, tapi kau harus berdandan dan memakai dress yang ku siapkan" ucap elio yang di sambut senyuman lebar oleh azkia, senyuman itu mengisyaratkan bahwa ia menerimanya.

" Baiklah, sesil aku mengandalkanmu dalam hal ini".

sesil adalah manajer sekaligus asisten rumah tangga elio dan ia sangat cekatan dalam semua bidang.

" Baik tuan, Ny. Azkia mohon silahkan ikuti saya", sesil pun memandu azkia ke ruang baju elio dan meriasnya.

Beberapa menit berlalu, elio terlihat gelisah sambil menatap jam di tangannya.

' mengapa sangat lama' pikirnya.

namun dalam kegelisahannya yang sangat itu, tiba-tiba pintu terbuka dan Waw.....siapakah perempuan ini? Apakah ini Azkia? ia sangat berbeda!

Namun seketika elio sadar, bahwa ia tidak punya waktu lebih untuk mengagumi keanggunan azkia yang sangat jarang di lihatnya, kini ia pun tersenyum puas dan akhirnya memegang tangan Azkia dan pemandunya ke mobil dengan tergesa.

Beberapa menit berjalan akhirnya mereka pun sudah berada di depan mobil dan masuk ke dalam, Elio masih terpana dengan keanggunan azkia yang sangat jarang terlihat, meskipun tidak ada yang menyangkal bahwa tanpa riasan pun ia adalah gadis yang cantik dan anggun, namun melihatnya dalam balutan gaun berwarna maron dan make up yang sedemikian rupa membuat dirinya sangat sempurna.

Menyadari tatapan dan senyuman elio, azkia mencubit lengannya, hingga membuatnya meringis kesakitan 😖

" El, apa yang kau lihat?, apakah ada sesuatu di wajahku?"

Pria itu tersenyum. "Hei kau sangat berbeda, aku sampai tidak mengenalimu" ucapnya terpana sambil menyapu lembut lengan yang dicubit gadis di sampingnya.

Mendengar ucapan Elio, Azkia merasa tersinggung dan sedikit merajuk.

"Ohh... apakah aku sangat jelek dan dekil tanpa make-up El?" ucapnya manyun.

Melihatnya Elio tertawa dan menepuk lembut kepalanya,

"tanpa riasan, kau pun sudah sempurna Azkia" mendengar ucapan elio tersebut membuat mood-nya kembali membaik.

...****************...

Angin malam itu berhembus menerpa wajahnya yang sedang gundah, sedang banyak pikiran dan lagi ia sedang menunggu seseorang kenalannya yang berjanji akan datang di pertemuan ini. jika orang itu sudah datang, ia tak mungkin se bosan ini.

" Hahh... dia terlambat lagi" sambil melirik jam tangannya.

Dirinya kini sedang berada di lantai atas, dari tempat itu ia dapat melihat sebagian besar orang- orang yang ada di ruang utama.

Terlihat beberapa kelompok gadis sedang berbincang dengan sekolompok pria yang sedang mencoba merayu mereka, Yahh Alexi sangat ingin menghindari hal itu.

Ayahnya pun terlihat berbincang dengan Kenalan lain selain Mr.Ton, ia tidak peduli.

Hah..., Alexi menghela nafas bosan.

Waktu terus berjalan, setelah beberapa menit memperhatikan sekeliling, akhirnya orang yang ditunggunya kini menunjukkan batang hidungnya, namun Alexi cukup kesal, ia merencanakan agar sobatnya itu sibuk sendiri dengan tujuannya dan kemudian akan menyapanya beberapa jam kemudian, pertemuan ini akan sangat lama, kemudian berakhir ditengah malam, sehingga waktunya pasti masi akan panjang.

Alexi mengamati, dia datang bersama seorang gadis, Alexi menatapnya " Ohh, dia adalah gadis itu" batinnya, senyum terukir dibibirnya, " cukup menarik ".

Fokus Alexi kini tertuju pada gadis desa itu, terlihat ia berbicara singkat dengan Elio dan akhirnya ia mengangguk, Elio tersenyum padanya dan membalikkan badannya meninggalkan gadis itu sendiri.

'dia cukup berani meninggalkannya sendiri di tengah keramaian' batinnya.

Alexi mengerti bahwa Elio datang ke acara ini bukan untuk bersenang-senang, ia akan sibuk dan juga sedang melakukan pengamatan dengan beberapa kenalannya, sehingga dia tidak akan mau membuat gadis itu menunggunya.

Itu juga sebagian dari pekerjaan, dan lagi Elio tidak mungkin membawanya dan melibatkannya dengan pembicaraan yang membosankan.

Seorang butter lewat di depannya dan menyodorkan minuman dan gadis itu mengambil sebuah gelas berisi jus....

jus?

lemon?...

"Pff" Alexi tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, gadis ini sangat menarik, di acara besar seperti ini dia mengabaikan wine yang mahal untuk sebuah jus?

Hah... sejak pertemuannya dengan gadis tersebut di Zkenti, ia tidak menyangkal bahwa dia adalah gadis yang cukup menarik dan akan mempengaruhinya. Namun kini semua gerak gerik gadis itu membuatnya semakin tertarik dan membuatnya penasaran.

" Mmmm... gaun maron itu sangat cocok untuknya "

Pandangan gadis itu sekarang terlihat sedang kebingungan, ia sesekali menengok ke belakang dan kesamping, memerhatikan orang-orang di sekitarnya, gadis itu mencari sosok Elio yang meninggalkannya beberapa menit lalu, sepertinya ia sudah merasa tidak nyaman.

'apakah aku turun membantunya?' pikirnya ragu lalu akhirnya mengurungkan niatnya.

Sampai kejadian yang tidak di inginkan terjadi, membuat Alexi menjadi emosi dan ingin segera menghajar pria itu.

...****************...

Azkia menyeruput jus yang ada di tangannya sambil mencari sosok Elio yang meninggalkannya beberapa jam lalu. ia sangat canggung dengan acara seperti ini dan El meninggalkan dirinya sendiri.

" El, aku tidak percaya kau meninggalkanku sangat lama seperti ini, mmm... jika kau kembali aku akan menendangmu" ucapnya kecil

Disela kegelisahan tersebut, seseorang menegurnya sambil menyentuh bahunya " Hai apa kau baik-baik saja?" tanya pria itu.

Azkia yang mendapat sapaan tiba-tiba itu gelagapan "ohh aku baik-baik saja" balasnya sambil menepis halus tangan pria yang tidak dikenalinya itu.

" Oh ya kuharap kau mau bergabung bersama kami" kata pria itu sambil melirik sekolompok pria yang sedang tersenyum kearah mereka. Azkia yang tidak menyukai hal itu pun menolak.

" Maaf, sepertinya saya tidak bisa dan saya harus menemui kaka' saya" ucapnya menolak. namun sebelum Azkia beranjak pergi, pria itu meraih tangannya dan menggenggamnya kuat.

"Hei ayolah" ucap pria itu memaksa menarik Azkia.

"Maaf, aku mohon hentikan itu" ucap Azkia mulai terganggu.

Pria yang mendapat penolakan tersebut merasa tidak terima dan tetap menarik memaksanya agar ikut. Azkia pun mencoba untuk melepaskan tangan pria itu dan akhirnya pria itu terdorong jatuh.

"Prang" beberapa gelas jatuh dengan jatuhnya pria itu, melihat dirinya kotor tidak karuan membuat wajahnya memerah, emosinya pun meledak, ia menghampiri Azkia, memarahi dan memakinya, lalu kemudian mendaratkan tamparan keras di pipinya.

Azkia yang mendapatkan tamparan seketika jatuh terduduk sambil memegang pipinya yang terasa sakit, melihat hal itu, pria itu tersenyum dan kembali mengoloknya, sepertinya pria itu belum puas atas apa yang dilakukannya.

" Hei wanita kau berani sekali mempermalukan aku di depan teman-temanku, kau kira kau sangat cantik?, aku bisa saja mendapatkan banyak gadis yang lebih cantik darimu tapi kau sangat jual mahal" kata pria itu sambil memegang pipi Azkia yang ketakutan.

Orang-orang disekitar mereka yang melihat kejadian tersebut tidak ada yang berani ikut campur , pria bermasalah ini memang terkenal dengan kelakuan buruknya, dan lagi latar belakang keluarganya cukup berpengaruh sehingga mereka tidak heran lagi dengan perbuatannya dan sikap sombongnya itu.

Air keluar dari pelupuk matanya, pipinya terasa sangat perih hingga ia tidak dapat menahan tangisnya.

'dimanakah Elio? aku sangat takut' batinnya sambil menutup mata, pria kasar ini ada di depannya sambil mencengkeram kedua pundaknya mengguncang tubuhnya dengan kasar.

" Hei kau, bukankah kau berdandan secantik ini agar laki-laki tertarik padamu?, sebaiknya kau lebih membuatnya terbuka agar lebih menggoda bukan?" ucap pria itu sambil merobek lengan gaun Azkia.

Azkia mencoba menahan tangan pria di depannya agar tidak lanjut mempermalukannya, ditengah kekhawatirannya tersebut teman dari pria itu mendatanginya mencoba menghentikan kelakuannya.

" Hei bukankah itu sudah keterlaluan, kau harus menghentikannya Roy" ucap pria itu sambil memegang pundak Roy.

" Apakah kau bercanda?, ini baru akan menjadi menyenangkan" ucapnya teriak dan terbahak.

"Prang" botol wine mendarat di kepalanya.

Tawanya terhenti, ia berteriak kesakitan sambil mengumpat.

" Yaaaa.... Siapa yang berani menyerangku?, apakah kau bosan hidup?", darah keluar dari kening Roy, hingga mengganggu penglihatannya.

Belum sempat tersadar akan situasi, pukulan kembali mendarat di wajah dan perutnya, ia terjungkal.

"Akh.... cukup, kau akan menyesalinya" ucap roy sambil memegangi bagian perutnya.

" Hah... apakah kau bisa menuntutku Roy?" ucap suara itu tegas dan penuh amarah. Roy yang mengenali suara itu kini jatuh terduduk, 'oh tidak itu adalah Alexi, apakah perempuan itu memiliki hubungan dengan keluarga Will?, pikirnya.

Roy gemetaran, tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkannya jika dia berurusan dengan keluarga satu ini, dan lagi Alexi terlihat sangat marah.

' tuhan tolong selamatkan aku'.

...****************...

"prang" Azkia terkaget

ia membuka mata dan mendapati pria yang memukulnya sedang memegang kepalanya yang berdarah dan dihajar oleh pria yang tidak dikenalnya.

" Siapa dia? "

Namun belum sempat jauh terpikir, pria itu terlihat mengambil pecahan botol dan mendekati pria yang di sebut Roy itu. kini dia sedang mendekati Roy dan akan menancapkan pecahan botol itu di tangannya, namun suara yang tidak asing menghentikan tindakannya.

"Alexi" dan suara itu adalah suara Elio.

"Hei apa yang kau lakukan, lepaskan itu dan ayo kita bicara" ucap Elio menahan sobatnya yang emosi serta mencoba menariknya.

Alexi yang mendengar itu dari Elio terdiam sesaat, ia melihat wajah kawannya itu dan akhirnya mencibir elio dengan tatapan sinis.

"Hei El, aku tidak tau kau selembut ini setelah apa yang dilakukannya terhadap pasanganmu?"

Elio kebingungan, ia tidak mengetahui keadaan yang terjadi sekarang, matanya mandang sekeliling mencoba menemukan jawaban, pandangannya terpaku pada Azkia yang sedang duduk terkulai dangan baju yang robek dan pipi yang lebam, ujung bibirnya terlihat darah, ia terperanjat, matanya menatap tak percaya, tangannya mengepal karna amarah, sadar akan situasi apa yang terjadi, ia menatap Roy yang tidak jauh dari dirinya.

"Apakah kau yang melakukannya?, kau sangat berani" ucap Elio. Roy yang melihat hal itu seketika langsung terseok, meski pun dia tidak mengenal pria menakutkan di depannya ini, namun dari tatapannya pun dia adalah pria yang menakutkan.

Roy kini bergegas menghampiri azkia untuk meminta maaf.

" Hei, hei bisakah kau memaafkanku? aku berjanji tidak akan mengulanginya", ucap pria itu sambil menggenggam tangan Azkia.

Azkia yang masih syok terdiam, tubuhnya bergetar ketakutan setelah melihat sosok pria itu mendekat padanya, Elio yang menyadari itu, langsung mendorong tubuh Roy dan menjauhkannya dari Azkia.

" Kali ini kau berurusan dengan orang yang salah, kau harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi." ancam Elio

Azkia menangis dihadapan Elio dan Alexi, tangannya bergetar takut sambil memegang baju Elio, wajahnya dibenamkannya dalam-dalam di dadanya.

" Aku ingin pulang El " ucap Azkia.

Ia merasa sangat malu dengan apa yang terjadi dan lagi banyak orang yang menyaksikannya.

" Maafkan aku Azkia" ucap Elio menenangkan gadis di dekapannya itu.

Hahhh... Helaan nafas kuat terdengar dari Alexi, emosinya belum reda sepertinya, ingin rasanya ia mematahkan tangan Roy dan memotong jari-jarinya. namun ia sadar bahwa acara ini masih berlangsung dan mereka akan memperburuk suasana jika masih berada di sini.

Alexi pun menghampiri Elio dan menyuruhnya untuk membawa Azkia ke kediamannya untuk beristirahat. Namun Elio yang emosi dan sakit hati kini menggeleng.

" Hei Alexi bisakah kau membawa azkia duluan, aku mempunyai urusan dengan tuan ITU terlebih dahulu", Roy yang menyadari kemarahan pria itu, bergidik.

Elio pun melepas dekapannya dan menghapus air mata Azkia,

" Aku harap kau segera tenang, kau akan pergi dahulu dengan sahabatku ini dan aku akan menyusulmu, ok" ucap Elio menenangkan.

" Cepatlah " balasnya

"Ok" ucapnya dengan mata sendu sedih

Kemudian Elio berdiri menepuk pundak Alexi

"Aku akan segera menyusul, aku titip dia" lalu kemudian Elio berjalan menghampiri Roy dan menariknya menjauh dari kerumunan, entah apa yang terjadi pada Roy. ia meminta tolong, namun orang-orang yang menyaksikannya enggan untuk menolongnya, siapa juga yang berani mengusik singa yang marah? tentu saja mereka lebih mementingkan keselamatan mereka sendiri, dan lagi Roy pantas mendapatkannya, kelakuannya kali ini memang sungguh keterlaluan.

Melihat Azkia yang terduduk lemah, Alexi pun menggendongnya dan mereka pun meninggalkan acara pertemuan yang masi berlangsung, entah apa yang akan dikatakan Mr. Will jika mengetahui bahwa dirinya pulang terlebih dahulu, namun wanita dalam dekapannya kini lebih penting dari apapun.

...****************...

Sepasang mata Indah

Alexi kini sedang mengemudikan mobilnya dalam diam, wajahnya tidak setenang biasanya, matanya terlihat sedang gelisah, ia bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan jika seseorang sedang sedih dan memerlukan bantuan, apalagi jika menyangkut dengan seorang gadis.

Sesekali ia menatap dari kaca spion, memerhatikan bagaimana kondisinya, terlihat pundaknya naik turun tidak beraturan, Alexi mulai khawatir lagi, apakah ia sedang menangis sampai saat ini? pikirnya. Wajah gadis itu tidak terlihat jelas dikarenakan cahaya yang tidak terang dalam mobil, namun ia dapat melihat setetes air mata yang jatuh di pipinya, suara tangis tidak terdengar darinya, seperti sedang menahannya.

Kejadian tadi kembali terbesit di kepalanya, jika mengingat wajah lelaki keparat itu membuat emosinya kian naik, sekarang pun ia dapat membayangkan apa yang akan tejadi dengan Roy, ia tidak akan selamat di tangan Elio, mungkin keadaan yang paling kecil yaitu tangannya patah dibuat El, ia pantas mendapatkannya. Bagaimana bisa dia melakukannya kepada seorang gadis kecil seperti ini?.

Alexi tidak mengira bahwa masalahnya akan sebesar ini, ia menyesalinya, dari jauh ia sudah melihatnya gelagat Roy yang tidak mempunyai niatan baik, namun dirinya tidak bergegas untuk menghampiri dan menyelamatkannya dari situasi yang tidak menyenangkan itu, tamparan yang tiba- tiba mendarat di pipi gadis itu membuatnya sadar, seketika berdiri dan menghampiri mereka, dan tanpa sadar memukul wajah bajingan itu.

Hahh.... helaan nafas berat terdengar dari dirinya yang merasa frustasi, seharusnya ia bergegas sebelum masalah besar menimpanya. ia tahu bahwa Elio sangat menyayanginya gadis ini.

' Oh ya, kuharap Elio akan segera menyusul mereka', pikirnya

Malam semakin larut, mobil melaju menuju rumah Alexi, dan beberapa menit kemudian mereka pun sampai.

********

Aaakkkk

Suara Teriakan itu terdengar jelas diruang kosong itu.

" Aku mohon, maafkan aku, aku tidak akan berbuat seenaknya lagi dan tidak akan menunjukkan wajahku di didepan gadis itu" ucapnya memohon. Darah terlihat pada ujung bibirnya dan penampilannya sekarang sangat acak- acakan, jika orang lain melihat, mereka tidak akan mempercayai bahwa lelaki di depannya ini adalah penerus dari sebuah perusahaan yang cukup berpengaruh. Namun lihat sekarang, ia sangat menyedihkan.

Melihat wajah laki-laki bajingan itu membuatnya lebih emosi, ini kali pertama Azkia keluar dari desa dan langsung mendapatkan kenangan yang kurang menarik, sangat disesali.

Elio menatap dingin Roy yang duduk ta' berdaya, wajahnya cukup hancur akibat pukulan dari Alexi, ia pun harus memberikan oleh-oleh lain untuk Roy akibat dari perbuatannya.

" Baiklah, aku akan mengampuni mu, asalkan kau memberitahukan ku tangan mana yang kau gunakan untuk menamparnya" ucapnya dengan mata sinis dan senyuman yang sangat tidak bersahabat.

Roy yang menyadari apa yang akan terjadi padanya merasakan badannya merinding gemetar. sepertinya ia mengetahui apa yang akan terjadi dengan tangannya, ia pun perlahan mengangkat tangan kanannya, mengalihkan pandangan sambil menutup mata. Selang beberapa detik ia mengangkatnya, suara dentuman terdengar beberapa kali dibarengi dengan teriakan kesakitan, kali ini terdengar sangat menyakitkan.

"Akkhhh.." teriaknya sambil memegang tangan kanannya.

Setelah puas melampiaskan amarahnya Elio pun berbalik meninggalkan Roy tanpa belas kasih. namun setelah memikirkan dengan cermat, akhirnya ia pun berbalik lagi, menopangnya dan membawanya ke mobil.

Sebelum memasuki mobil Elio membisikkan sesuatu di telinganya.

" Jika kau ingin dirimu tetap aman, ku harap kau jangan memperpanjang urusan ini, tapi jika kau ingin melanjutkannya, ku pastikan kau dan seluruh keluargamu akan jatuh tidak tersisa, apakah kau mengerti?" ucap Elio sambil memegang lencana yang diambilnya dari balik sakunya.

Melihat ini Roy pun ketakutan dan kemudian mengangguk setuju.

" Aku berjanji, tidak akan pernah berurusan dengan kalian lagi" balasnya gemetar.

Elio tersenyum dan menepuk pundak Roy

" Baiklah Roy, aku sangat berterima kasih" ucapnya dengan senyum.

kemudian Elio pun menyuruh supir untuk mengantarkannya ke rumah sakit dan kemudian bergegas menyusul Azkia kerumah Alexi.

******

Mobil memasuki sebuah perumahan yang cukup besar, pandangan Azkia yang sedari tadi mengarah keluar kaca mobil menyadari bahwa mobil telah berhenti. Terdengar lelaki yang membawanya membuka pintu dan kini keluar dari mobil, kemudian berjalan ke pintu mobil penumpang dan membukakan pintu untuk Azkia.

Azkia menatapnya tanpa sengaja, pria di hadapannya ini memiliki sepasang mata yang indah untuk di pandang. meskipun ia sadar bahwa ini bukalah waktu yang tepat untuk terkesima, namun ia tetap terpana.

" Hei apakah kau bisa untuk berjalan?" Lelaki itu bertanya padanya dan membuatnya tersadar.

" Ya" jawabnya singkat, sambil menurunkan kakinya dari mobil.

Ia pun berusaha untuk keluar dan berjalan sendiri, namun langkahnya goyah sedikit lunglai, Alexi yang menyadari hal itu pun menahan dan menopangnya berjalan.

" Jika kau tidak mampu, kau harus meminta bantuan" ucapnya lagi.

Lelaki ini cukup perhatian, pikir Azkia. Namun tidak se ekstrim Elio🤭.

Mereka pun berjalan dan tiba di depan pintu, terlihat lelaki itu menekan beberapa tombol nomor di atas gagang pintunya. setelah itu pintu terbuka, rumah itu sangat luas, perabotannya pun sangatlah mewah, namun tidak nampak seorang pun disana. ia lalu membantu Azkia berjalan menuju sofa dan menyuruhnya duduk disana.

" ku harap kau merasa aman dan nyaman disini, Elio akan segera kemari " ia berusaha menenangkan Azkia.

" Oh ya kau bisa memanggilku Alexi, Steven Alexi" ucapnya memperkenalkan diri, sedikit agak canggung.

melihat hal itu membuat azkia sedikit terhibur dengannya, ia tersenyum kecil dan membalas perkenalannya.

" Aku Azkia,.. Azkia Arabella"

Lelaki itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya,

" Senang berkenalan denganmu Azkia". Azkia membalas senyumannya dan membalas salam Alexi.

Sepertinya ini bukanlah malam yang amat menyedihkan, ia mendapatkan seorang teman baru dan itu sangat membuatnya terhibur, meskipun pipinya masih sakit ketika tersenyum atau pun berbicara.

"Oh ya, kau tunggu disini " ucap Alexi sambil meninggalkan Azkia sesaat.

Beberapa menit kemudian ia kembali dengan sebuah kotak P3K di tangannya. ia kemudian meletakkan bawaannya dimeja yang berhadapan dengan Azkia, kemudian membukanya, lalu mengambil kapas, menuangkan sedikit alkohol dan mengolesi lebam bekas tamparan di pipi Azkia. Gadis itu meringis kesakitan, Alexi berhenti sejenak dan melanjutkan kegiatannya sambil mengajaknya bicara.

" ini mungkin akan sedikit perih, tapi pastikan kau dapat menahannya " ucapnya disela kegiatannya membersihkan pipinya.

"Mmm.." balas Azkia

Alexi cukup gesit mengobati orang, terlihat dari caranya memperlakukan Azkia. Setelah beberapa menit kemudian ia meletakkan kapas dan beralih ke salep.

" Ok, angkat wajahmu ", perintah Alexi

Azkia pun menurutinya dan mengangkat wajahnya, ia berhadapan dengan lelaki itu, mata mereka kadang bertemu, namun Alexi kembali fokus kearah lebam di pipi Azkia. ia mengolesnya dengan sangat hati-hati kemudian menempelkan plester luka.

"Dring dring dring" suara handphone berbunyi, Alexi pun mengambil teleponnya dan mengangkatnya.

" Ya, ok bergegaslah"

setelah menutup telepon tersebut beberapa menit kemudian Elio menghambur masuk dan langsung duduk berhadapan dengan Azkia. gadis itu terlihat sedang menahan emosinya, ia sudah cukup menangis malam ini dan ia tidak ingin lagi.

Elio terlihat khawatir dan menunjukkan raut wajah yang sangat terpukul, tak sampai hati ia melihat beberapa luka di wajah dan lengan gadis mungil itu. Bekas genggaman pria kurang ajar itu sampai membiru di lengannya.

" Maafkan aku " katanya kemudian " seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian , dan aku malah membiarkanmu merasakan kenangan buruk seperti ini " ucap Elio sambil menggenggam tangan Azkia.

" Hei apa yang terjadi padamu, ini bukanlah apa-apa, aku sudah sering jatuh ketika berlari, luka seperti ini tidak akan membuatku trauma, kau tahu El" ucap Azkia tertawa kecil.

" Aah.... jika kita kembali sepertinya Ms. Bell akan mengomeliku, kau harus membantuku nantinya El" ucapnya sedikit menggoda.

Mendengar hal itu malah membuat Elio lebih terluka, rasanya gadis di hadapannya ini membatasi dirinya dan tidak membiarkannya mengetahui rasa sakitnya, 'ia selalu seperti ini' pikirnya.

" Ok baiklah " sambil memberikannya sebuah pelukan.

Alexi memperhatikan mereka dengan diam, tak ingin mengganggu.

******

"Gadis itu sedang tidur, kuharap dia tidak bermimpi buruk" ucap Alexi.

Disampingnya Elio sedang duduk termenung menikmati angin malam dalam diam. " Thank's " ucapnya kemudian.

mendengar hal itu membuat Alexi mencibirnya.

" Hah...sepertinya ini bukan dirimu El, aku baru kali ini melihatmu segalau ini, mmm coba ku tebak, apakah kau menyukainya? " ucapnya menggoda.

Alexi cukup terganggu dengan sikap sobatnya itu malam ini, memang wajar saja jika dia sedih dengan apa yang menimpa gadisnya, marah? itu hal yang wajar, namun ia masi bersedih dan terlihat sangat terpukul dengan apa yang menimpa gadis itu.

" Jangan asal Alexi, bagaimana bisa aku menyukai adikku sendiri? "

Alexi terdiam mencoba mengingat.

" Mmm...bukankah kau anak tunggal "

Hahhh..... terdengar helaan nafas panjang dan berat dari Elio, pandangan matanya seperti mengisyaratkan sebuah penjelasan yang susah untuk di jabarkan, Alexi menunggu, namun tidak memaksa. dan akhirnya dia tidak mengatakannya.

" Kau akan terkejut jika mengetahuinya" ucapnya dengan senyuman sinis, entah apa maksud dari tatapannya itu. "Kau pasti akan tahu pada waktunya Lex "

Mendengar jawaban sobatnya itu membuatnya mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi, kemudian menyodorkannya segelas wine dan di terima Elio yang langsung menegaknya habis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!