'Nice morning’ begitulah bahasa asingnya, pagi ini begitu cerah. Kicauan burung menambah ramai suasana di Toko Bakery. Bagi Caca toko adalah muara tempat nya mencari ilmu dan rezeky dengan bekal keuletan, kesabaran serta keseriusan, Caca yakin bahwa ia dapat menjadi orang sukses di masa depan nanti.
Pepatah pun mengatakan “man jadda wa jada” ia jadikan kata itu sebagai prinsip utamanya seakan pepatah itu memacu Caca untuk terus berusaha dan tak mudah untuk putus asa. Walaupun dunia terasa keras baginya, ia yakin bahwa roda kehidupan tak henti-hentinya berputar, Caca harus bisa meyakini bahwa ia harus jadi yang pertama dan terbaik.
CACA "CAHYANI AL JANNAH" seorang gadis sederhana berparas cantik, dengan mata hitamnya dan senyum manis selalu terpancar dibibir merahnya. Umurnya menginjak 25 tahun in sya Allah kalau umur panjang dan selalu di beri kesehatan sampai bulan april mendatang, Caca suka memasak kue hingga ia mengembangkan hobinya menjadi ladang mata pencariannya dan juga untuk melanjutkan bisnis yang telah lama ditekuni ayahnya sebelum ia pergi meninggalkan Caca, ia suka makan dan lebih suka lagi jika ada yang mengajaknya makan..!!
"Terutama makan-makan gratis" upssss...... ! Kelepasan wajah - wajah "gratisannya ?? hehehe bercanda-bercanda jangan di tanggapi serius ya"
Caca hanya wanita biasa yang memiliki impian yang sederhana.
Hanya satu keinginan dalam hidupnya, ia ingin memberikan kebahagiaan kepada ibunya.
Walau Caca tahu apapun yang ia berikan kepada ibunya, tidak akan dapat membalas semua kasih sayangnya pada Caca.
Bu Herda adalah ibu Caca yang selalu ia sebut sebagai wanita super. Dia juga ibu sekaligus ayah bagi caca. Dia akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anak semata wayangnya itu. Caca ingin menjadi seperti ibunya yang mampu menghadapi pahitnya dunia ini dan berusaha keras membahagiakan Caca walaupun ia tahu air mata ibunya sering jatuh, walau tidak pernah dia ceritakan kesedihannya namun Caca selalu tahu melalui sorot mata indah milik ibunya.
*Terima kasih tuhan telah mengirimkan wanita super ini padaku, saat tercurah senyum di bibir ibu ku disaat itu lah aku merasa sempurna menjadi seorang putri. Baginya aku tetap putri kecilnya yang manja, setiap air mataku adalah deritanya. Sungguh dia ibu yang luar biasa bagi diriku.
(I Love You Mam*)
Begitulah kalimat yang sering diucapkan gadis itu untuk ibunya.
Tidak terasa pagi dan siang pun berlalu. Hari berganti hari namun Caca selalu merasakan penat setiap hari yang mungkin hanya di hari jum'at ia tidak terlalu sesibuk.
Tugas Caca sebagai pemilik sekaligus pengelolah toko bakery, begitu sangat melelahkan namun demi hidup yang keras ia akan berjuang sampai titik darah penghabisan, itu lah kata yang mungkin lebih sempurna untuknya saat ini.
Malam ini adalah malam bebas bagi Caca. Ia akan melakukan apa pun untuk menghilangkan rasa suntuk nya pada saat itu, ia membaca novel yang dibelinya seraya tengkurap di atas tempat tidur. Sedikit membantu untuk mengusir rasa suntuk yang ada dalam dirinya namun tetap rasa suntuknya tak menghilang. Namun semakin banyak lembaran yang ia bolak balik, ia semakin semakin tertarik dengan cerita yang ada didalamnya hingga membaca semua bab tanpa terkecuali.
Novel yang sangat menarik.
Rasa suntuk Caca pun berkurang, banyak hal yang akan dia lakukan dalam hidup ini, begitu lah lamunan yang sering menghantuinya setiap malam.
Kring.. kring..
Ponsel Caca berdering yang menandakan sebuah pesan masuk sehingga membuyarkan lamunan yang sedang ia rancang. Ia meraih ponsel di atas laci tepat disampingnya dan membuka satu pesan yang dikirim oleh seseorang yang misterius (only number).
“Assalamu’alaikum sayang, apa kabar?” pesan singkat yang terbaca mesra. Caca merasa pesan itu tidak asing di telinganya. Ucapan sayangnya, seakan mengingatkan Caca pada seseorang yaitu Abang.
Apakah dia Abang?
Ingatannya tertuju kembali pada sosok yang dulunya pernah menjadi orang spesial di hidup Caca.
Dulu Caca merasa dia lah paling spesial tapi tidak untuk saat ini. Namun dengan cepat ia menepis ingatan yang ada di pikirannya itu, karena Caca yakin dia pasti sudah mencintai gadis lain karena banyak sekali gadis cantik diluar sana yang bisa dia cintai.
Sangat tidak mungkin sekali dia kembali lagi ke dalam kehidupanku? Rasanya Mustahil.
Caca meletakkan novel yang ia baca diatas meja dan berfikir akan membalas pesan itu atau tidak. Ia merasa sangat ragu dengan pesan yang di terima nya saat itu. Tak bisa di bohongi hati Caca sebenarnya sangat penasaran akan seseorang yang mengirimkan pesan itu terbesit dalam benak Caca untuk membukanya namun tangan Caca sekali lagi menghentikannya.
Ada apa denganmu Caca. Ini hanya sebuah pesan, ayo berpikirlah dengan tenang.
Tapi baginya, diumur Caca yang menginjak 25 tahun ini. Ia sudah tak ingin lagi mengenal orang baru, berbicara basa-basi dengan orang barupun sudah tak tertarik lagi. Caca tidak ingin mengenang hal yang akan membuatnya sakit sekarang tujuan utamanya adalah menjadi wanita yang taat, taat pada sang pencipta, taat pada orang tua, jadi wanita sholehah, lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebiiiiiiih baik lagi. Sehingga nantinya ketika sang pemilik hati mempertemukan dengan jodohnya, ia telah siap dalam segi apapun. Ya dalam segi apa pun itu Caca merasa harus siap.
Caca sesederhana itu kah impianmu.
Pagi senin
"Bu Caca pergi ya, assalamualaikum" memberi salam pada ibu dan melanjutkan langkah kakinya.
"Wa'alaikum salam, Caca gak sarapan dulu nak" teriak Bu Herda.
"Caca sarapan ditoko aja Bu..." bersandar dibelakang kemudi.
"Ya sudah kalau begitu, kamu hati- hati di jalan ya sayang" teriak ibu.
"Iya Bu" melambaikan tangannya. Perlahan menginjak pedal gas dengan pelan.
Pagi- pagi sekali mobil Caca telah meluncur menuju toko bakery, pagi ini di toko Caca sangat ramai dengan pengunjung.
"Tapi... hy siapa dia?" mata Caca terfokus pada sosok yang berada di depan sudut toko.
"Assalamualaikum mbak Caca? " pandangannya beralih ke sumber suara tersebut.
"Wa'alaikum salam warahmattullah hiwabarokattu, ehhh kamu din! Udah lama? " ucapnya pada nadin, nadin adalah sahabat serta pegawai yang menemani Caca merintis toko dari nol.
"Mbak Caca lihat apa? " Nadin mulai memutar bola matanya ke arah pandangan Caca.
"Em.. Laki-laki itu siapa ya Din? " menunjuk ke arah laki-laki yang duduk di depan sudut toko.
"Nadin tidak tahu mbak, sepertinya laki- laki itu mencari seseorang mbak! " jawabnya.
"Mencari seseorang, apa kamu mengenalnya" tanyanya penasaran.
"Nadin tidak terlalu memperhatikan laki - laki itu mbak"
"Ya sudah lanjut kerja lagi aja ya Din! " pinta Caca pada Nadin.
"Siap mbak" jawab Nadin yang lalu pergi menuju dapur toko.
Pagi itu Caca dan Nadin disibukkan oleh banyak pembeli.
Pagi yang sangat melelahkan. Semoga selalu membawa berkah, walaupun begitu aku harus tetap kuat demi senyum manis dibibir ibu ku itu.
"Mbak, mikirin apa sihh.." tanya Nadin.
"Gak ada Din, mbak hanya sedikit lelah.." jawab Caca pada Nadin.
"Mbak istirahat saja biar Nadin yang urus" ucap Nadin dengan semangat.
"Kalau begitu mbak ke dapur dulu yah, mbk belum sarapan, kamu sudah sarapan belum" matanya milirik pada Nadin.
"Mbak sarapan aja dulu Nadin udah sarapan di rumah" jawab Nadin.
"Memang di dapur ada sarapan apa Din."
"Kue banyak di dapur mbak, tinggal pilih saja mbak sukanya yang mana."
"Hahaha kamu ada-ada saja, ya jelas pasti banyak kue didapur lah kita jual kue, maksud mbak ada makanan lain tidak."
"Haha..gak ada mbak hanya ada kue, apa mau Nadin beli keluar sarapan untuk mbak."
"Gak usah Din, mbak makan kue saja untuk mengisi perut yang kosong" berjalan menuju dapur.
***
Pukul 13:15 selesai ba'da dzuhur, sosok laki-laki yang duduk di sudut toko masih terlihat dan kali ini dia sepertinya berjalan melangkahkan kakinya mendekat ke arah Caca, Laki-laki itu terlihat begitu menawan dengan kemeja berwarna hijau tua yang ia kenakan dan celana hitam yang terlihat netral dengan kemejanya.
"Assalamualaikum Ca" Caca menundukkan kepalanya karena tidak ingin melihat laki-laki itu, suaranya terdengar sama persis dengan Abang. Laki-laki yang beberapa tahun lalu pergi meninggalkanku tanpa penjelasan sepatah kata pun.
"Wa'alaikum salam warahmattullah hiwabarokattu, ada apa mas? " Caca masih menundukkan pandangannya, rasa penasaran serta malu saat itu yang ia rasakan.
"Ini Abang, Ca" suaranya semakin mendekat.
Caca pun langsung memutar kepalanya dan memandang wajahnya dengan tatapan yang begitu tajam. Suara Caca yang lembut seketika berubah menjadi suara histeris dengan nada yang begitu tinggi.
"Abang."
Caca tak sanggup menahan air matanya. Saat itu juga air mata pun mulai berderai. Ia pun bergegas pergi dari hadapan laki-laki yang sangat ia kenal itu.
Aku benci dia tuhan ! Aku benci..... Kenapa saat semuanya sudah berjalan dengan normal kau hadirkan dia kembali kedalam kehidupanku. Apa yang dia inginkan padaku. Mengapa dia datang kemari. Ada apa dengan dia datang dan pergi sesuka hatinya. Apa yang dia pikirkan, apa aku ini sebuah restoran yang bisa datang dan pergi kapan saja. Apakah seperti itu aku dimatanya.
Pikirannya bercampur aduk.
"Caca? " teriaknya dengan panggilan yang sering diucapkannya. Caca pun beranjak pergi meninggalkan laki-laki itu
"Fahyu Yudha Putrawan " yang lebih akrab disapa Yudha itu, ia sosok laki-laki yang telah beberapa tahun menghabiskan waktu bersama caca. Dia seorang ABDI NEGARA dan bagi Caca dia adalah laki-laki baik dengan sejuta kejutan, dia sangat tampan dengan akhlak yang sopan dan juga penyayang namun yang tak habis pikir kenapa dia bisa meninggalkan Caca tanpa kepastian saat itu , dia pergi begitu saja seperti dibawa hembusan angin yang tak terhenti.
Sakit, tentu sangat teramat sakit yang dirasakan hati Caca saat itu! tak ingin ia munafik karena Caca hanya manusia biasa bukanlah seorang malaikat yang tak merasakan apa-apa, rasa sakit yang tidak bisa terungkapkan. Seribu maaf pun mungkin tak kan bisa menghapus rasa sakit itu. Caca pun hanya bisa meratapi rasa sakit tersebut walaupun berkali - kali ia mencoba melupakannya namun berkali - kali pula ia gagal.
Apa hebatnya dia hingga aku tak bisa melupakannya, apa yang ada apa dirinya Caca, kamu harus sadar kamu sedikit pun tak berarti baginya kau hanyalah bayangan yang tidak terlihat baginya, dia akan datang dan pergi kapan pun dia ingin dan kapan pun dia suka, abaikan saja dia jangan pernah memberinya maaf.
Namun lagi-lagi perasaannya terbawa disaat logikanya berkhayal, sangat tak berkompromi antara perasaan dan logika Caca saat itu. adisatu sisi ia telah kecewa dan disisi lain ia sangat menyayangi laki-laki itu
Air mata Caca pu mengalir dengan sendirinya, jerit terisak tangisan membuat Nadin berlari mendekatinya saat itu.
"Mbak Caca ada apa? " tanya Nadin dengan suara yang begitu panik.
"Ya allah Din.... Kenapa Din? Kenapa?"Caca seperti berbalik bertanya kepada Nadin. "Rasa sakit yang telah berlalu kini datang lagi Din, mbak sangat lelah dengan semua ini!" dengan terisak tangisan.
Nadin membuka kedua tangannya saat itu. Caca pun menyambut tangan dan memeluk nadin dengan erat ia merasakan kenyamanan saat berada di pelukan Nadin. Pelukan yang diberikan Nadin saat itu begitu membantunya meringankan sedikit beban masa lalu yang teringat kembali.
"Mbak Caca ada apa?" berkali - kali pertanyaaan yang sama terlontar dari mulut Nadin.
M**enangis dan terus menangis tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Mbak Caca tidak apa-apa kan mbak, kenapa mbak Caca menangis. Mbak istirahat saja di rumah toko biar Nadin yang mengurusnya, Nadin gak bisa lihat mbak Caca seperti ini! " Nadin terlihat cemas saat itu dengan mengusap air mata yang menetes wajah gadis itu.
"Syukron katsiron Din, syukron kamu sudah mau jadi teman dan penghibur di saat aku terpuruk seperti saat ini ? " dengan nada serak ia berucap pada Nadin sambil melepaskan pelukannya dan tersenyum. Ia rasa beban dipikulnya sepertinya sudah lebih ringan saat itu setelah menumpahkan butiran-butiran air mata di pundak Nadin.
"Din kamu mbak tinggal pulang ya. Gak masalah kan? " tanyanya pada Nadin.
"Gak masalah mbak, mbak Caca pulang aja!" jawab Nadin.
"Oh iya mbak laki-laki yang duduk di depan itu kelihatannya masih menunggu mbak tu, sepertinya ada yang ia cari mbak"
"Oh iya Din syukron ya, mbak pamit pulang, jika ada masalah kamu kirim pesan aja ke mbak ya? Assalamualaikum warahmattullah hiwabarokattu Nadin" salam nya untuk berpamitan pada Nadin.
"Wa'alaikum salam mbak, iya mbak nanti Nadin akan menghubungi mbak."
Caca pun berjalan menuju pintu keluar toko.
Ternyata dia masih menungguku!
Caca membuka pintu tokoku dan langsung berlari masuk ke dalam mobil dan bersandar sejenak dibelakang kemudi.
Alhamdulillah selamat.
Terlihat ia menghampiri mobil Caca dengan langkah yang begitu cepat.
"Caca? Buka Ca, ada yang ingin Abang jelaskan sama kamu. Tolong Ca buka kaca mobilnya beri Abang kesempatan, jangan begitu Ca. Ayo buka Abang ingin bicara sama kamu, dengarkan Abang dulu Ca jangan pergi.. jangan pergi Caca..Ca..Caca..,..." Yudha berteriak tanpa henti hingga Caca benar-benar tak terlihat di pandangannya.
Caca tidak ingin menghiraukannya lagi, Ia menginjak pedal gas mobil dengan sangat kencang.
...
...
...
Apa yang kamu inginkan bang, disaat seperti ini kamu hadir lagi di hadapanku. Apakah belum puas rasa sakit yang kau berikan itu hingga kau ingin kembali dan memberikan rasa sakit lagi.
Caca pun menghentikan tangisnya saat itu, setelah ia berpikir panjang dengan tenang.
Untuk apa menangisi seseorang yang tidak pernah menghargai air mata ku, bukan kah air mata itu tak ada yang jualnya Caca. Begitu bodohnya kamu menjatuhkan air mata hanya untuk laki laki seperti dia. Apa gunanya meratapi luka yang di berikan laki- laki itu. Masih banyak hal yang bisa kamu lakukan, masih banyak hal yang harus kamu pikirkan, bukan hanya dia laki - laki yang ada di bumi ini.
Bangkit Caca.
Bangkit.
Begitu lah semangat yang bisa ia teriakan dikerisauan hatinya itu.
Mobil yang dikemudikannya melaju dengan begitu kencang. Ia melihat disekelilingnya, terlihat pemandangan yang begitu indah. Dunia ini begitu luas tetapi Caca hanya terpaku pada satu orang. Yudha mampu menghentikan waktu Caca. Roda hidupnya seakan terhenti.
Ia pandangi setiap burung - burung yang beterbangan melintas diatas mobil terlihat dari kaca depan yang membuat hati Caca sedikit terhibur.
" Caca masih banyak hal terindah di dunia ini, lupakan lah dia buka lah lembaran baru" tangannya berkali-kali memukul setir yang ia kemudikan.
Namun lagi - lagi perasaannya bertolak belakang.
Bagaimana jika dia bersungguh sungguh menyesal, tapi bagaimana ini harusnya aku mendengarkannya. CACA apa yang kamu pikirkan ini, satu laki - laki ini bisa merubah konsentrasi mu. Ayo Caca bersikap lah sewajarnya berjalanlah sesuai dengan semestinya jangan terpengaruh oleh hal apa pun, jangan sampai mengambil langkah yang salah dan lebih membuat kamu sakit dan dapat menambah luka yang teramat dalam untukmu.
Begitu banyak pertanyaan yang terbesit di dalam benaknya yang berada diluar nalarnya sendiri. Ia tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya saat itu, ia seakan berjalan diatas bumi yang tak berpenghuni.
Konsentrasi...
Konsentrasi...
Begitu cara Caca menenangkan diri sendiri.
Mobil yang ia kendarai terus melaju semakin kencang.
###
14 February tepat Hari ini genap 3 tahun hubungan Caca dengan Yudha. Dia yang pernah menghilang tak beralasan pergi tanpa berpamitan.
"Hahhhhhh.... " Caca menghelahkan nafasnya yang tak beraturan.
Sakitnya bila di ingat.
Sudah beberapa hari tak berkunjung ke toko, Caca merasa takut jika nanti ia harus bertemu seseorang disana, sosok yang selama ini menghantui pikirannya. Caca takut tidak bisa mengendalikan dirinya, saat itu Caca memegang ponsel di tangannya dan mencari kontak nama Nadin untuk menelpon.
Tut Tut Tut
Nada panggil yang berarti tersambung.
"Assalamualaikum Din."
"Wa'alaikum salam mbak Caca."
"Din mbak titip toko dulu ya untuk sementara waktu ini, mbak tidak bisa ke sana untuk beberapa hari ini."
"Mbak tidak usah khawatir Nadin akan mengurus toko, mbak istirahat saja yah. Jika ada hal yang penting mbak bisa hubungi Nadin."
"Laki-laki kemarin, apakah dia masih datang ketoko? " tanya Caca sedikit penasaran.
"Laki-laki itu tidak terlihat lagi mbak. Ada apa mbak?"
"Bagus deh kalau begitu Din."
"Oohh" jawabnya singkat.
"Oh ya Din bagaimana keadaan toko beberapa hari ini" tanyanya lagi pada Nadin.
"Toko ramai setiap harinya mbak sama seperti ada mbk Caca" jawab Nadin.
"Alhamdulillah kalau begitu mbak sangat senang mendengarnya, kamu sudah mulai pandai mengelola toko Din" ungkapnya pada Nadin.
"Itu semua berkat mbak Caca, semuanya mbak Caca yang ajarkan pada Nadin, makasih mbak" jawab Nadin pada dengan suara yang begitu lembut.
"Mbak tutup dulu ya Din... Assalamualaikum" Caca menutup telpon.
"Iya mbak Nadin juga lagi sibuk mbak wa'alaikum salam" mengakhiri panggilan.
(Nadin sangat cepat belajar, semoga kelak dia menjadi sukses)
Caca bisa melupakan segala hal namun tidak dengan laki-laki itu, namanya selalu berdenging ditelinga Caca bahkan wajahnya selalu terbayang di pelupuk mata sedalam itu lah ia mencintai Yudha. Selalu laki-laki itu yang ia pikirkan.
🎶🎶
Telah aku lakukan semuanya untukmu.
Telah aku korbankan semuanya untukmu agar kau bahagia.
Telah aku berikan apapun yang kau mau.
Namun apa yang kuberi tak pernah ternilai dimatamu.
Ketika ku berjuang kau memilih menyerah.
Ketika ku bertahan kau tinggalkan diriku.
Ketika ku terluka kau tertawa bahagia.
Tak kau fpkirkan hatiku.
(lirik lagu ku berjuang kau tinggalkan)
Caca mendengarkan musik di ponsel dengan linangan air mata.
Kring.. Kring.. Kring..
Tertera Incoming call di layar ponsel.
"NO NAME" dengan segera Caca menggeser layar ponsel untuk menjawab.
"Assalamualaikum, Caca? Ini Abang! Please , dengarkan penjelasan Abang sebentar !" suara laki-laki yang terdengar begitu tulus.
Oh.. ternyata ia Yudha.
"Ca, Sebenarnya Abang ingin meminta maaf sama kamu. Abang selalu mengabaikan perjuangan Caca, Abang sudah meninggalkan Caca tanpa penjelasan, Abang sungguh merasa bersalah Ca! Please maafkan Abang, Abang memang lelaki bodoh, please beri Abang kesempatan lagi? " pinta Yudha dengan melasnya.
Tut.. Tut.. Tut..
Caca memutuskan obrolan singkat dengannya. Ponsel pun dinonaktifkan agar dia tidak bisa menghubungi Caca kembali.
Ia raih buku diary kecil didalam laci miliknya.
" 📗🖋Dia adalah sosok seseorang yang kurindukan beberapa bulan yang lalu.
Dia adalah sosok seseorang yang sangat kucintai beberapa bulan yang lalu.
Dia adalah sosok seseorang yang sangat aku kagumi beberapa bulan yang lalu.
Pengharapan permintaan do'a-do'a yang ku panjatkan hanya untuk bisa bertemu dengannya
Namun seiring berjalannya waktu yang telah ku lalui tanpa dirinya membuat semua rindu, cinta serta kagum padanya kini memudar dan seketika berubah menjadi BENCI. Tapi kini dia datang kembali memohon dan memelas padaku.
Kring.. Kring.. Kring..
Nada dering panggilan yang sama dan nomor ponsel yang sama tertera di layar ponsel Caca
"Maaf Bang , Caca baru bisa bicara! Ada apa? Caca rasa semuanya sudah sangat teramat jelas Bang" jawaban yang sempurna diucapkannya dengan tenang.
"Maafin Abang, Ca! Please kasih Abang kesempatan sekali lagi, abang janji akan membahagiakan kamu. Abang akan menjadi penyebab kebahagiaan kamu, sekali lagi maafkan Abang. Abang mohon, apa Abang harus berlutut di hadapan mu untuk mendapatkan maaf darimu " permintaan Yudha.
"Heemm goresan apa lagi yang akan Abang ukir di kehidupan caca? caca rasa lebih baik Abang mencari sosok perempuan yang lebih bisa sabar akan kesibukan Abang, Bang! Tolong jangan ganggu hidup caca lagi Bang, sudah cukup rasa sakit yang Abang berikan pada Caca, itu pun masih terukir jelas di ingatan Caca. Jangan pernah berjanji jika kau tak pandai menepati. Jangan pernah datang jika hanya ingin memberikan luka. Jika kau tak mampu membuat bahagia setidaknya dulu jangan kau beri luka? " ia coba menahan air mata saat itu tapi apalah daya. Dia hanya wanita biasa yang tak punya kemampuan membendung air mata, detik saat tetesan air mata yang mulai mengalir ia pun memutuskan telpon dengannya.
Tut.. Tut.. Tut..
Kriiiiiiiiiing...
Tertera 1 pesan di layar ponsel.
Dibukanya dengan cepat.
"Ca, Abang tunggu di taman samping tokomu besok selesai ba'da dzuhur 🙏🙏 please datang, setidaknya temui Abang sekali ini saja, Abang mohon sama kamu. Mungkin sakit yang kamu rasakan masih terasa saat ini tapi percaya lah Abang akan menghapus semua rasa sakit itu. Itu lah janji padamu!! " pesan singkat yang dikirim Yudha kepada Caca.
Caca merasa bertengkar dengan hatinya saat itu, hatinya sangat ingin bertemu dengan laki-laki itu sedangkan logikanya menutupi semua keinginan itu, entah mengapa setelah ia membaca pesan singkat dari Yudha hatinya sedikit tenang dan rasanya ia pun sangat berkeinginan bertemu Yudha kembali.
Oh hati tolonglah aku! aku tak ingin lagi memberinya kesempatan. Wahai hati jangan berikan keraguan padaku.
Malam semakin larut namun kegelisahan hatinya pun terasa dan tak terhentikan. Bayangan wajahnya membuat mata Caca sedikitpun tidak merasa kantuk saat itu, pikirannya sudah di kuasai akan pesan dari Yudha, pada akhirnya Caca pun mengalah mengikuti isi hatinya.
Bukankah memberi ia waktu untuk menjelaskan itu tidak terlalu buruk bukan?? Baiklah... Aku akan bertemu dengannya besok. Bismillah semoga aku kuat, ahhhh lelucon apa ini? Seperti manusia super saja, KUAT.
Hihihihi
Namun tetap saja ia merasa ragu memberikan pertimbangan antara pergi atau kembali. Jika pergi Caca harus melupakan dia untuk selamanya serta melupakan semua kenangan dan rasa sakit yang pernah ia berikan dulu dan jika kembali ia harus berulang kali memaafkannya dan menerimanya kembali dengan berbagai pertimbangan.
Logika kadang tak sejalan dengan hati, tapi saat itu Caca memilih hatinya. Rasa sakitnya di kalahkan oleh rasa cinta yang begitu besar, sungguh diluar dugaan.
Cinta dapat mencairkan batu yang begitu keras.
Rasa tak percaya jika ia harus memaafkannya lagi. Tapi apa salahnya dengan memaafkan bukankah berdosa jika tak memaafkan seseorang hanya itu yang tersimpan didalam benak Caca saat itu, ia hanya berusaha mencari kedamaian dimalam itu.
Hal apa saja yang akan dia katakan pada Caca nanti.
Dan hal apa saja yang akan di tanyakan Caca padanya, semuanya berkecambuk di pikiran wanita itu, cinta nya lada Yudha membuat Caca menjadi wanita yang lemah, dengan mudahnya ia dapat memaafkan Yudha.
Aku akan menemuinya besok**.
Mata Caca pun mulai terlelap...
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!