NovelToon NovelToon

Pewaris Asli

01 Kembali

"Ayolah Nai... Kau harus lanjutkan pengobatannya. Aku yakin kau akan segera sembuh." Bujuk Elis ditelpon.

"Ok baiklah, besok aku pulang." Jawab Naiki akhirnya dan langsung memutuskan panggilan dari seberang sana.

Elis sahabatnya Naiki, sekaligus kakak iparnya sudah sangat paham dengan sifat Naiki yang cenderung dingin itu.

Naiki Rhea Caraka, gadis berusia 25 tahun. Wajahnya dingin, namun memancarkan ketegasan dan kecantikan khas wanita Indonesia. Ketegasan itu diterjemahkan Naiki lewat kesehariannya. Di balik sifatnya yang dingin dan berani, dia juga memiliki ketenangan dan kecerdasan.

Tidak heran, diusianya yang baru menginjak 25 tahun, ia telah berhasil meningkatkan kejayaan perusahaan pemberian kakeknya.

Saat ini Naiki berada di Seoul, Korea Selatan. Sudah tiga bulan Naiki di sana. Tidak, dia tidak akan tinggal dan menetap lama di sana. Seperti negara-negara lain yang biasanya ia singgahi. Ia hanya sekedar berlibur dan mengunjungi guru beladirinya di sana.

Beladiri? Ya, Naiki adalah gadis pemberani dengan kemampuan beladiri yang sangat baik. Namun ia tidak tertarik untuk ikut dalam kejuaraan. Ia hanya ingin mengasah kemampuannya sebagai pendukung untuk menyukseskan rencananya ke depan.

Tidak hanya beladiri tangan kosong yang ia pelajari, ia juga mahir dalam menggunakan senjata api dan senjata tajam. Ini adalah salah satu bekal yang dipersiapkan kakeknya agar Naiki siap menjadi pemimpin baru yang tahan banting dan tidak mudah disingkirkan orang-orang jahat di luar sana.

Naiki mengemasi barang-barangnya lalu menelpon asistennya agar segera menyiapkan tiket kepulangannya ke Indonesia besok.

"Hei Panjul, siapkan tiket. Saya mau pulang besok." tuuuuttt...tuuuutttt....

Belum sempat Ivan menjawab, Naiki sudah memutuskan sambungan teleponnya.

"Nama saya Ivan Nona." Lirih Ivan di seberang sana.

*********

Tap... Tap... Tap...

Naiki melangkah dengan elegan di Bandara Internasional di Kota J. Dandanannya sangat kasual dengan sepatu kets putih di kakinya. Ia mengenakan kaos hitam dan coat panjang sebagai luarannya. Kaki rampingnya terlihat jenjang dengan celana jeans yang ia kenakan. Rambut panjangnya ia ikat tinggi ke atas. Naiki tidak didampingi siapa pun di sisinya. Karena Naiki lebih nyaman bergerak ke mana pun seorang diri. Tidak ingin terikat dengan staff keamanan yang biasanya selalu mendampingi CEO ke mana pun ia pergi. Hal ini juga yang menyebabkan ia enggan mempublikasikan wajahnya sebagai CEO dari Caraka Corp.

"Selamat datang kembali Nona Rhea." Ucap Ivan sambil sedikit menunduk.

Naiki tidak menjawab kemudian mengulurkan tangannya dan memberi kode meminta kunci mobil pada Ivan. Ivan langsung memberikan kunci mobil yang dibawanya ke bandara untuk menjemput atasannya tersebut.

Namun apa yang dilakukan Naiki? Dengan cepat ia masuk ke mobil, dan meninggalkan Ivan yang berdiri terpaku dengan satu buah koper milik Naiki di sana.

Wuuuuuusssh..... Mobil pun digas dan meninggalkan bandara.

"Kalau anda seperti ini dengan pria lain, kapan anda bisa menikah Nona." Ucapnya dengan wajah hampa.

Ivander adalah asisten yang sangat sabar dan setia. Dia tahu apa saja yang sudah dialami Nonanya hingga memiliki sifat dan sikap seperti sekarang. Ivan adalah cucu dari mendiang asisten kakeknya Naiki dahulu. Oleh sebab itu ia telah mengenal Naiki sudah sejak lama.

Ivan adalah salah satu lulusan terbaik di Universitas tempat ia kuliah. Usianya sekarang 29 tahun dan belum menikah. Padahal ia adalah pria yang tampan dan banyak digemari oleh karyawan wanita di Caraka Corp. Namun kesibukan menjadi tangan kanan Naiki di perusahaan cukup banyak menyita waktunya hingga ia tidak terpikir lagi untuk mencari jodoh di waktu senggangnya.

*******

Mobil mewah bewarna hitam yang dikendarai Naiki memasuki parkiran sebuah Mall di Kota J. Salah satu pusat perbelanjaan kelas atas yang dimiliki Gerandra Corp. Satu dari sepuluh perusahaan terbesar di Indonesia.

Masih dengan pakaian yang sama, Naiki jalan memasuki mall. Namun, coat yang ia pakai tadi telah ia lepas dan ia tinggalkan di mobil. Naiki lalu menuju ke beberapa toko yang menjual produk-produk bermerk dan terbilang mahal. Setelah keliling dan melihat-lihat beberapa toko, ia lalu masuk ke sebuah toko pakaian.

"Selamat datang." Ucap seorang pramuniaga.

Naiki hanya mengangguk sedikit kemudian berlalu masuk ke dalam toko dan melihat-lihat apakah ada yang cocok untuk ia kenakan.

"Songong banget, seperti mampu saja membeli pakaian di sini. Paling juga cuci mata." Gerutu pramuniaga tadi.

Seperti itulah orang-orang biasa menilai Naiki. Hanya karena tampilan biasa dan sederhana, membuat ia dianggap tidak cukup mampu untuk berbelanja barang-barang bermerk terkenal. Tapi, Naiki tidak pernah menghiraukannya. Menurutnya, diremehkan orang lain itu sangat menyenangkan.

Saat ini, Naiki sedang mencari-cari setelan pakaian formal untuk ia gunakan beberapa hari ke depan. Tentunya yang terlihat paling sederhana agar tidak terlalu mencurigakan.

"Sepertinya ini cocok." Batin Naiki.

Naiki lalu memanggil seorang pramuniaga dan meminta beberapa setel pakaian dengan model yang sama seperti yang dia pilih, namun berbeda warna.

Setelah membayar belanjaannya, Naiki keluar dari toko tadi kemudian berkeliling sebentar untuk melihat-lihat desain Mall mewah itu. Ia penasaran, sebagus apa mall itu hingga menjadi salah satu mall termewah di Asia. Terlebih lagi, Mall itu merupakan milik Garendra Corp. Sebuah perusahaan yang menjadi incarannya maupun incaran perusahaan lainnya. Termasuk perusahaan di mana ia akan bekerja pekan depan.

Kepulangan Naiki ke Indonesia sebenarnya juga untuk merealisasikan rencana besarnya. Yaitu merebut kembali perusahaan milik ibunya yang diambil paksa oleh ayahnya. Kemudian memberi perhitungan kepada pria tersebut karena telah menyiksanya, ibu, dan kakaknya beberapa tahun silam. Hingga sang ibu harus meregang nyawa setelah menderita lebih dari 10 tahun karena hidup dengan Brata, ayah kandung Naiki.

Maka dari itu, Naiki berencana untuk berpura-pura menjadi karyawan di Brata Corp. Perusahaan milik ibunya yang sudah berganti nama menjadi nama ayahnya.

Beberapa waktu lalu Naiki sudah berhasil diterima menjadi karyawan di Brata Corp. Ia mengikuti rekruitment karyawan yang dilaksanakan secara online. Karena kecerdasannya, ia lalu terpilih menjadi salah satu karyawan yang direkrut oleh Brata Corp.

Setelah puas melihat mall tersebut, Naiki kembali ke basement, lalu menuju mobilnya. Tiba-tiba ia mendengar suara keributan. Terlihat jelas seseorang berlari dengan sebuah luka tusukan di lengannya. Tidak jauh dari orang yang terluka itu terlihat 5 orang sedang mengejarnya dengan muka yang sudah bengkak dan berdarah. Mereka terlihat seperti preman atau pembunuh bayaran.

"Ah sial..." Umpat Naiki sambil menjatuhkan barang-barang belanjaannya.

Naiki lalu berlari ke arah pria yang terluka tadi lalu menarik tangan pria itu menuju mobilnya. Namun sialnya, 2 orang langsung menghadangnya.

"Hai cantik, mau bermain-main dengan kami?" Goda salah satu dari 5 preman tersebut dengan muka mesumnya.

"Cih..."

Naiki memasang muka dingin dengan tatapan jijik ke arah preman-preman tersebut.

"Terima kasih nona. Tapi ini berbahaya. Lebih baik kau pergi." Ucap pria yang terluka tadi. Yang sekarang berdiri di belakang Naiki.

Naiki tidak menghiraukan perkataan pria itu. Ia fokus dengan kelima penjahat di depannya. Salah satu preman mengulurkan tangan ke arah Naiki dan ingin membelai wajah Naiki.

Grep...

Dengan cepat tangan preman itu ditangkapnya dan dipelintirnya ke belakang. Ia lalu memukul kepala dan bahu preman tadi dengan sikunya dengan kuat.

Brukkk... Satu orang preman telah tumbang dalam hitungan detik dan membuat empat orang lainnya semakin geram dan ingin menyerang Naiki.

Dengan cepat Naiki menendang ke arah dada preman yang ingin menyerangnya dari samping. Kemudian memutar badannya dan menendang preman berikutnya dengan tendangan ganda. Ia lalu menarik kepala satu orang yang tersisa dan buuuukkk.... Dihentakkannya lututnya ke wajah preman tersebut hingga menyemburkan darah. Merasa sudah cukup, Naiki lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan preman-preman yang sudah tidak berdaya tadi.

Tiba-tiba satu orang preman keluar dari persembunyiannya dan ingin menyerang Naiki diam-diam dari belakang.

"Brengsek kau..." Teriak preman itu.

Tapi nahas, Naiki sadar lalu dengan cepat menangkap tangan preman tersebut dan membantingnya ke lantai.

"Arrrggghhh...." Pekik preman itu.

"Kau salah cari lawan bajingan." Gertak Naiki sambil menginjak dada preman itu lalu beranjak pergi.

Dengan santai ia berjalan kembali ke mobilnya, memungut belanjaannya yang ia jatuhkan tadi dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Masuklah." Ucap Naiki sambil memberi kode ke pria yang terluka tadi untuk masuk ke mobilnya.

Namun tidak ada pergerakan dari pria tersebut. Dia diam, tidak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya. Bahkan ia pun dengan sangat susah payah melawan kelima preman tadi hingga harus mengalami sebuah luka tusukan di lengannya. Tetapi Naiki....

"Hei...apa yang kau lakukan? Cepat masuk." Teriak Naiki lagi.

Pria itu lalu mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Hmmm...menarik." Batinnya.

Ia lalu melangkah masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Naiki.

"Terima kasih." Ucap pria itu.

Darahnya semakin banyak yang keluar. Lengan kemejanya yang bewarna abu-abu telah tercampur dengan merahnya darah. Pria itu lalu meringis kesakitan.

"Sepertinya lukamu cukup dalam. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit terdekat." Ucap Naiki datar tanpa menoleh ke pria di sampingnya.

Sepuluh menit berlalu tanpa ada percakapan sedikitpun. Mobil Naiki akhirnya tiba di depan pintu instalasi gawat darurat sebuah rumah sakit besar milik Caraka Corp. Dengan kata lain, itu adalah rumah sakit milik Naiki. Pria yang terluka itu kemudian turun. Ia tahu, dengan kepribadian dingin Naiki, sangat tidak mungkin wanita itu ingin ikut mengantarnya masuk ke IGD.

Mobil Naiki langsung beranjak pergi sesaat setelah pria tersebut turun dari mobilnya.

"Kita akan bertemu kembali secepatnya." Gumam pria itu dengan senyuman tipis di wajahnya.

Ia lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menelpon seseorang.

"Ya Tuan muda." Sahut orang itu.

"Selidiki siapa dalang di balik penyerangan saya di basement G Mall hari ini. Segera bersihkan TKP, dan amankan bandit-bandit itu sebelum mereka melarikan diri."

"Baik Tuan muda." Jawab orang itu singkat.

********

02 Perjuangan dan Penderitaan

Naiki menghentikan mobilnya di pinggir jalan tidak jauh dari rumah sakit. Ia kemudian mencari sesuatu di dalam tasnya. Sebotol handsanitizer. Segera ia gunakan handsanitizer tersebut di tangannya dan menarik nafas dalam. Keringat sudah membasahi wajahnya.

"Sial, karna buru-buru menghajar bajingan-bajingan tadi, aku tidak sempat menggunakan sarung tangan." Gerutunya sambil menengadah ke atas dan bersandar di jok mobil.

Sudah sejak lama ia merasakan ketidaknyamanan seperti saat ini. Ketidaknyamanan yang akan ia rasakan ketika menyentuh atau pun disentuh orang lain.

Seketika ia akan merasa jijik dengan bagian tubuh yang disentuh. Itu sangat membuatnya menderita. Membuatnya kesepian dan tidak pernah merasakan kenyamanan dipeluk keluarga atau orang terdekat sekalipun.

Hal ini jugalah yang memaksa Naiki untuk melanjutkan pengobatannya atas bujukan kakak iparnya, Elis.

Naiki mengidap Haphephobia. Yaitu gangguan kecemasan yang ditandai dengan rasa takut pada sentuhan. Pengalaman pahit yang dialami Naiki dahulu ketika masih tinggal bersama Brata ayah kandungnya, sepertinya memberi dampak mengerikan padanya. Begitupun dengan kakak kandungnya, Rhean.

Naiki mengalami tindak kekerasan fisik hingga usianya menginjak lima tahun, sedangkan Rhean hingga berusia delapan tahun. Tidak hanya Brata yang suka menyiksa mereka. Pelayan-pelayan di kediaman Brata pun ikut menyiksa mereka setiap hari.

Naiki dan Rhean akan segera menerima hukuman walaupun hanya melakukan kesalahan kecil seperti menumpahkan minuman di atas lantai atau menjatuhkan sebutir nasi ke lantai. Satu kesalahan kecil saja, akan membuat kakak adik tersebut mendapatkan satu luka memar baru dari pecutan rotan di betis atau pun tangannya.

Terkadang mereka akan dimasukkan ke dalam gudang gelap selama satu malam dan tidak diberi makan.

Sungguh miris membayangkan kepahitan yang dialami kakak adik itu dahulu sebelum ibu kandung mereka membawa pergi mereka berdua diam-diam dan merencanakan adegan kebakaran yang membuat kakak adik itu hilang.

"Aku akan menyingkirkan anak-anak tidak berguna itu secepatnya. Jangan sampai perusahaan jal4ng ini jatuh ke tangan dua bocah tidak berguna itu setelah kita menyelesaikan hidupnya." Ucap Brata penuh ambisi.

Saat itu Alya, ibu kandung Naiki dan Rhean tidak sengaja mendengar percakapan Brata ditelpon.

"Manfaatkan pergaulanmu yang luas itu Stefanie. Selesaikan mereka berdua secepatnya."

Sungguh terkejut Alya mendengar percakapan Brata dan adik iparnya itu. Segera ia kembali ke kamarnya dan mengambil ponsel yang ia sembunyikan di balik lemari pakaian. Ia lalu masuk ke dalam toilet kamarnya dan mengaktifkan ponsel tersebut.

Dengan cepat Alya menghubungi orang kepercayaannya. Alya kemudian menyusun rencana untuk keluar bersama anak-anaknya dengan alasan mengunjungi panti asuhan miliknya dan berkata bahwa ibu panti selalu menanyakan kabar Naiki dan Rhean.

"Jangan coba-coba berpikir untuk kabur Alya. Kembali tepat waktu bersama mereka. Bila tidak, kau tahu apa yang akan kalian alami nanti." Ancam Brata ketika Alya pamit untuk pergi bersama anak-anaknya.

Sebelum pergi, Alya sudah menyiapkan surat yang ia tujukan untuk Tuan Caraka, ayah kandungnya. Surat itu ia masukkan ke dalam tas ransel Naiki yang ia kenakan apabila ingin pergi keluar rumah.

Alya tidak punya pilihan lain selain menyelamatkan nyawa kedua anaknya. Ia sadar akan kesalahannya dimasa lalu. Di mana ia rela meninggalkan keluarga kandungnya, demi menikah dengan Brata. Pria tamak yang haus akan harta.

Alya hanya memiliki satu orang kepercayaan saat ini. Tenaga dan materi mereka terbatas. Seluruh aset beserta bawahan yang dimiliki Alya sudah dikuasai Brata. Sekuat apa pun ia berusaha kabur, ia pun akan kembali tertangkap dan menerima siksaan yang berkali-kali lipat kejamnya. Fisiknya sudah lemah, batinnya sudah sangat tersiksa. Terlebih ketika melihat kedua anaknya mendapatkan siksaan di depan matanya sendiri.

Tibalah Alya, Naiki, dan Rhean di sebuah panti asuhan. Terlihat anak-anak dan ibu panti gembira menyambut kedatangan mereka. Mereka berjalan berkeliling sambil bersenda gurau kemudian berkumpul di sebuah aula yang cukup besar untuk melihat hasil karya anak-anak panti.

Disaat orang-orang sedang berkumpul di aula utama, tiba-tiba alarm kebakaran berbunyi nyaring. Semua orang panik. Anak-anak berlarian ke pintu keluar. Disaat itulah orang kepercayaan Alya muncul dan menarik Naiki dan Rhean bersamanya. Alya menatap kepergian anak-anaknya dengan sedih.

"Tolong selamatkan dan jaga mereka Wisnu." Lirihnya.

"Mama....Mamaaaa..." Teriak Naiki dan Rhean sambil menangis. Benar-benar memilukan hati orang yang melihatnya.

Mereka berpisah tanpa adanya sebuah pelukan maupun ucapan perpisahan. Seperti itulah akhir kebersamaan Alya dan kedua anaknya. Alarm kebakaran yang berbunyi ternyata adalah salah satu rencana Alya dan Wisnu untuk menyelamatkan kedua anaknya dari tangan Brata, bukan disebabkan oleh kebakaran yang benar-benar terjadi.

Seperti dugaan Alya, Brata mengirim dua orang suruhannya untuk mengawasi gerak-gerik Alya dan kedua anaknya. Alya langsung berpura-pura histeris dan berteriak kalau anak-anaknya hilang. Dengan sigap ia menarik tangan salah satu suruhan Brata dan memohon untuk menyelamatkan anaknya.

"Saya mohon... Selamatkan anak-anak saya. Mereka masih kecil. Di mana mereka? Naiki... Rhean...." Ucap Alya berlagak panik.

Alya melakukan itu hanya demi menahan dan mengulur waktu agar orang-orang tersebut tidak dapat mengejar Wisnu dan kedua anaknya. Ia berharap mereka bertiga tiba di kediaman Caraka dengan selamat.

Begitulah bagaimana akhirnya Naiki dan Rhean tiba di rumah kakek dan neneknya, Tuan dan Nyonya Caraka. Mereka hidup dengan limpahan kasih sayang dan harta. Walaupun sesungguhnya, jiwa mereka sudah terguncang jauh sebelum mereka menerima semua itu.

Tuan Caraka adalah pemilik salah satu perusahaan besar di Indonesia. Ia memiliki dua orang anak. Satu orang lelaki, yang harus meregang nyawa ketika kecelakaan maut menghampiri mereka. Dan satu orang perempuan, ialah Alya Putri Caraka, ibunda Naiki dan Rhean. Status Alya yang merupakan pewaris Caraka Corp ditutupnya rapat dari Brata.

Betapa hancur hati Tuan besar Caraka kala itu. Ketika Alya lebih memilih Brata dan meninggalkan keluarga Caraka. Alya adalah gadis yang pintar. Ia membuka perusahaannya sendiri tanpa dibayang-bayangi oleh Caraka Corp. Ia merahasiakan nama keluarganya yang disematkan di ujung namanya.

Entah apa yang akan ia alami sekarang apabila Brata tahu status ia sebenarnya lebih dari yang terlihat oleh matanya. Hanya dengan satu perusahaan saja Brata sudah menggila, bagaimana jika ia mengetahui kalau Alya sesungguhnya pewaris dari kerajaan bisnis Caraka.

Jangan lupa like dan votenya yaa...

Terima kasih 🥰

03 Hah???

Setelah merasa cukup tenang, Naiki akhirnya melanjutkan perjalanannya menuju kediaman Caraka. Beberapa orang sudah menunggu kepulangan Naiki. Begitulah setiap kali Naiki kembali dari perjalanannya yang memakan waktu hingga hitungan bulan.

Mobil hitam yang dikendarai Naiki akhirnya tiba. Gerbang besar langsung dibuka. Naiki keluar dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah besar yang terlihat seperti mansion itu. Rumah yang didominasi oleh warna putih dan desain yang sangat elegan, Naiki sangat merindukannya.

"Cucu cantik ku sudah kembali. Aku sangat merindukanmu." Ucap suara yang sangat Naiki hafal. Suara seorang kakek yang makin tua makin terdengar manja dan kekanakan namun hanya kepada Naiki seorang.

Tuan besar Caraka, begitu orang-orang memanggilnya. Pria yang sangat tegas dan terbilang kejam untuk lalat-lalat yang mengganggu jalannya.

Usia kakek Caraka saat ini sudah menginjak 78 tahun. Ia menghabiskan masa pensiunnya dengan mengurus taman bunga kesayangannya di halaman belakang. Sedangkan Nyonya besar Caraka, sudah pergi mendahuluinya tiga tahun yang lalu.

Nyonya besar Caraka adalah seorang nenek yang sangat menyayangi cucunya. Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, ia mendidik kedua cucunya hingga sukses seperti sekarang.

Tidak mudah bagi Naiki untuk menjalani hidup berdampingan dengan penyakit yang ia derita. Termasuk Rhean.

Dibandingkan Naiki, penderitaan Rhean akan penyakitnya memang lebih mengkhawatirkan. Namun, Rhean akhirnya berhasil mengatasinya dan menemukan jodohnya. Elis, seorang psikiater yang melanjutkan tugas ayahnya yang sudah lebih dulu merawat Naiki dan Rhean sejak mereka kecil.

"Nai juga merindukan Kakek." Ucap Naiki sambil tersenyum.

Ingin sekali rasanya Naiki memeluk tubuh renta kakeknya. Namun apa daya, ada sesuatu dalam dirinya yang selalu menolak itu.

Naiki sudah terlalu banyak menerima siksaan fisik dimasa kecilnya ketika ia tinggal bersama Brata, ayah kandungnya sendiri. Mungkin hal itulah yang tanpa sadar membentuk trauma mendalam pada dirinya. Hingga akhirnya Naiki didiagnosa menderita Haphephobia.

"Apa kau melupakan kakakmu yang tampan dan terkenal ini Nai?" Celetuk seorang pria didampingi istrinya.

"Oh, apa kabar kakak selebriti yang tampan dan istrinya yang menawan?" Ucap Naiki datar dan tanpa ekspresi.

Semua tertawa melihat Naiki. Sungguh gadis dingin yang jarang menampakkan senyumnya.

"Tuh kan Kek, dia benar-benar seperti robot." Ledek Rhean.

"Tidak sayang, dia seperti manusia salju." Kekeh Elis.

Tuan Caraka tertawa mendengarnya. Ia lalu menyuruh Naiki segera istirahat di kamar dan kembali berkumpul lagi saat jam makan malam tiba.

**********

Matahari telah terbenam. Tuan Caraka sudah menunggu anggota keluarganya untuk makan bersama. Ia didampingi Wilson, Kepala pelayan di kediamannya. Semua hidangan sudah tertata dengan rapi di atas meja makan.

"Apakah masih ada yang bisa dibantu Tuan?" Ucap Wilson.

"Tidak, terima kasih. Cucu-cucuku akan segera tiba. Kau kembalilah." Jawab Tuan Caraka.

Dugaan Tuan Caraka ternyata benar. Rhean dan Elis berjalan ke ruang makan, terlihat Naiki juga mengikuti dari belakang. Mereka pun makan malam dengan tenang.

Setelah makan malam selesai, mereka berkumpul di ruang keluarga. Sebuah ruangan yang dapat dikatakan sebuah aula oleh orang awam karena ukurannya yang terlalu besar.

"Bagaimana kesehatanmu Kek?" Naiki memulai obrolan santainya.

"Baik, kolesterol dan gula darah Kakek juga bagus. Semuanya di angka normal." Jawab Tuan Caraka.

"Hei Kakak ipar, bagaimana dengan pria tampan itu?" Tanya Naiki kepada Elis. Ia penasaran bagaimana perkembangan kesehatan Rhean yang tengah sibuk mengecek dokumen di tabletnya.

Rhean didiagnosa menderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD). OCD yang diderita Rhean lebih ke tipe checker. Ia akan merasa was-was setiap melakukan sesuatu. Selalu melakukan sesuatu hal berulang-ulang. Misalnya ketika menutup dan mengunci pintu atau bahkan ketika ia mengikat tali sepatu.

Ia akan selalu mengecek apa pun yang ia kerjakan dengan berulang-ulang karena terlalu berpikir negatif dan takut semua itu akan membahayakan dirinya dan orang di sekitarnya. Apabila hal buruk itu benar-benar terjadi, ia akan segera menyalahkan dirinya sendiri.

Memang belum diketahui pasti apa penyebab dari OCD itu sendiri. Namun bisa jadi karena peristiwa masa lalu yang membekas di pikiran penderitanya.

Ketika masih tinggal bersama Brata, ia akan selalu ketakutan apabila melakukan kesalahan kecil. Akan segera dihukum apabila ketahuan melakukan kesalahan. Bahkan hanya karena lupa mematikan kran air saja, Rhean akan dihukum pecutan 20 kali di tangan mungilnya.

Pernah suatu hari ia tidak menutup rapat kulkas setelah mengambil es krim untuk Naiki dan seorang pelayan melihatnya. Ia lalu dimarah oleh pelayan tersebut. Rhean yang kaget, melakukan kesalahan kembali dengan menjatuhkan es krim ke lantai. Pelayan tadi semakin murka lalu menyeret Rhean dan Naiki ke belakang kemudian menyiksa mereka dengan pecutan rotan.

Kejam. Begitulah perlakuan pelayan di kediaman Brata. Mereka memang ditugaskan Brata untuk menghukum kedua anaknya bila mereka melakukan kesalahan. Namun yang diterima Naiki dan Rhean sungguh di luar akal sehat orang normal. Pelayan-pelayan tersebut bahkan lebih layak disebut psikopat.

"Pria tampan itu semakin baik Nai. Dia nyaris tidak menampakkan gejalanya dalam dua bulan terakhir ini." Sahut Elis sambil memeluk lengan suaminya.

"Syukurlah."

"Bagaimana denganmu? Kapan kita akan mulai Nai?" Cerca Elis.

"Aku jauh lebih baik El. Kau tidak usah mengkhawatirkanku." Jawab Naiki datar.

Elsi dan Tuan Caraka saling tatap mendengarnya.

"Ehem... Nai, sebenarnya kakek sudah merencanakan pernikahanmu." Tuan Caraka mulai mengutarakan maksudnya yang telah meminta Elis untuk menelpon Naiki tempo hari. Alis Naiki berkerut seketika.

"Maksud Kakek?"

"Kau akan Kakek nikahkan dengan cucu sahabat Kakek dari keluarga Gerandra." Jelas Tuan Caraka.

"Haaaahhh???" Pekik Naiki. Ia sangat terkejut dengan kabar itu.

"Hah hoh hah hoh aja bisanya. Terima saja lah Nai. Kakak kenal baik dengan calon suamimu. Dia pria yang baik." Celetuk Rhean yang tidak melepaskan pandangannya dari tablet miliknya.

"Tapi Kek, apa jadinya Nai dengan dia nanti? Bukankah mereka sama-sama manusia salju?" Kekeh Rhean. Elis pun terkikik mendengar ucapan suaminya.

"Ah iya... Kau benar Rhe. Hmmm...Tapi siapa tahu mereka cocok. Kakek jadi makin tidak sabar mempertemukan mereka."

"Bagaimana kalau kita langsung adakan acara pertunangan saja akhir pekan ini Kek?" Rhean semakin gencar memberikan ide-ide kepada Kakeknya.

Tuan Caraka pun terlihat sangat antusias. Begitu pun dengan Elis. Mereka tidak menyadari kalau ada seseorang yang sedingin es, sekarang sudah menjadi sepanas lava.

"KAKAAAAKKKK.....KAAKEEEEKKK....EEEELLL..." Teriak Naiki.

Jangan lupa like, vote, dan komen yaa... 🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!