"Apa? Ayah akan menjodohkan Hana dengan Kak Ren?" teriak Hana ketika mendengar pernyataan Ayahnya.
"Hana, kita bicarakan ini baik - baik," kata Bunda.
"Tapi Bun, Ayah sudah keterlaluan. Masa Hana di jodohkan dengan Kak Ren yang sudah Hana anggap seperti kakak sendiri."
"Iya Bunda paham tapi Ayah kan sudah pernah bilang kalau Rendra itu bukan kakak kandung kamu."
"Tapi Hana tetap gak bisa Bun, Hana juga sudah punya pacar. Hana nikah sama Andra saja ya Bun," kata Hana dengan nada memelas.
"Tidak bisa!" bentak Ayah. "Kamu harus menikah dengan Rendra. Itu adalah permintaan terakhir dari Papanya Rendra sebelum dia meninggal."
"Tapi Yah, Hana benar - benar gak bisa menikah dengan Kak Ren. Lagipula Kak Ren juga sudah punya pacar."
"Keputusan Ayah sudah bulat. Minggu depan Rendra akan pulang dan pernikahan kalian akan di adakan seminggu setelahnya," kata Ayah lalu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Hana dan Bunda disana.
"Bunda!" Hana menangis dalam dekapan sang Bunda. Air matanya sudah tidak terbendung lagi. Dia tidak menyangka Ayahnya akan menikahkannya dengan kakaknya sendiri.
\=\=\=\=\=\=\=
Matahari mulai bersinar cerah dan membuat cuaca pagi ini sangat indah. Hari ini adalah hari pernikahan Hana dengan Rendra. Setelah perbincangan dan berbagai kesepakatan yang dilakukan secara rahasia oleh Hana dan Rendra, mereka setuju untuk menikah.
Hana diminta untuk tetap berada di dalam kamar sampai ijab kabul selesai. Kedua sahabatnya, Gita dan Momo setia menemani Hana.
Tak berapa lama kemudian, suara sah terdengar dari lantai bawah. Gita dan Momo bergegas menuntun Hana bertemu seseorang yang kini sudah sah menjadi suaminya.
"Ayah harap kamu akan menjaga Hana seperti dulu. Bahagiakan dia, jangan buat dia bersedih apalagi sampai menangis. Sekarang Hana bukan hanya adik kamu tapi juga istri yang akan menemani mu sampai maut memisahkan kalian berdua," kata Ayah pada Rendra. Rendra mengangguk sambil tersenyum.
"Hana, jadilah istri yang baik dan patuhi suami mu karena tanggung jawab Ayah terhadap mu sudah berpindah pada Rendra. Ayah harap kamu akan selalu bahagia."
Seluruh rangkaian acara pernikahan termasuk resepsi sudah selesai. Rendra langsung mengajak Hana untuk pindah ke rumah yang sudah dia beli.
"Ki...kita tinggal berdua disini?" tanya Hana ketika mereka sampai di rumah baru mereka.
"Iya. Apa kamu mau kakak carikan asisten rumah tangga? Supaya kamu tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah."
"Tidak perlu kak. Hana bisa mengerjakannya sendiri."
"Ya sudah kalau begitu, ayo masuk."
"Sesuai kesepakatan, kita akan tidur di kamar yang berbeda. Kita hanya akan tidur satu kamar bila Ayah dan Bunda berkunjung ke sini. Kamu bebas melakukan apapun, kakak tidak akan melarangnya hanya saja karena sekarang statusmu sebagai istri kakak maka jaga batasan mu jangan sampai ada tindakan memalukan yang kamu lakukan," jelas Rendra. Hana hanya mengangguk. Entah kenapa dia merasa sedih.
"Tidurlah. Kakak tahu kamu lelah. Kamar kakak ada di sebelah. Kalau kamu perlu sesuatu panggil saja," kata Rendra lalu pergi ke kamarnya.
Hana menghela napas pelan melihat Rendra perlahan menghilang dari pandangannya. "Apa aku akan bahagia menikah dengan Kak Ren?"
Hana masuk ke dalam kamarnya dan langsung beristirahat. Dia merasakan lelah yang luar biasa. "Aku pasti bahagia," gumamnya lalu dia mulai memejamkan matanya."
-bersambung-
Pagi ini Hana sudah di sibukkan dengan berbagai macam pekerjaan rumah. Pertama dia membersihkan seluruh rumah lalu memasak sarapan untuk dirinya dan Rendra. Setelah selesai menata makanan di atas meja makan, Hana berjalan menuju kamar Rendra untuk membangunkannya. Hana mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Dia menunggu beberapa saat belum juga ada jawaban. Dia memegang knop pintu dan memutarnya.
"Eh, terbuka?"
Perlahan dia membuka pintu dan melihat Rendra masih memejamkan matanya. Dia bingung harus membangunkan Rendra atau tidak. Kalau dulu dia bisa seenaknya masuk ke kamar kakaknya lalu menghancurkan seisi kamar sampai Rendra terbangun dan memarahinya. Tapi sekarang rasanya sulit untuk melakukan itu.
Hana menutup pintu lalu pergi ke kamarnya. Dia memilih untuk segera bersiap karena hari ini dia akan pergi ke rumah orang tua nya untuk mengambil barang - barangnya. Setelah siap dia segera keluar dari kamar.
"Kakak sudah bangun?" tanya Hana ketika melihat Rendra keluar dari kamarnya.
Rendra mengangguk pelan lalu berjalan menuju ruang makan. Hana mengikutinya dari belakang.
"Biar aku ambilkan kak." Hana mengambil piring dari tangan Rendra kemudian mengisinya dengan nasi dan lauk pauk yang sudah tersedia.
"Terima kasih." Rendra bergegas menyantap sarapannya dengan lahap karena rasa lapar sudah menyerangnya.
"Jadi ambil barang - barangnya?" tanya Rendra ketika mereka sudah selesai makan.
"Jadi kak. Kakak ikut kan? Gak enak soalnya kalau Hana pulang sendiri."
"Kenapa? Itukan rumah kamu juga."
"Sekarang Hana sudah jadi istri orang. Rumah Hana ya disini bukan disana lagi. Lagipula kalau Hana pulang sendiri, Hana harus bilang apa kalau Ayah dan Bunda nanyain kakak?"
"Ya sudah. Kakak mandi dulu baru kita berangkat." Rendra berdiri dari duduknya dan pergi ke kamarnya.
Hana langsung membereskan piring bekas makan mereka dan membawa nya ke dapur. Setelah selesai mencuci piring, Hana pergi ke kamarnya, mengganti bajunya yang sedikit basah.
"Sudah siap?" tanya Rendra pada Hana yang sudah rapi dengan tas selempang dan sepatu kets berwarna putih.
"Sudah. Oh iya kak, nanti kita ke supermarket ya belanja kebutuhan dapur," kata Hana sambil mensejajarkan langkahnya dengan Rendra.
Rendra mengangguk kemudian dia pergi ke garasi dan mengeluarkan mobilnya. Setelah Hana masuk ke dalam mobil, Rendra pun melajukannya menuju rumah Ayah dan Bunda mereka.
\=\=\=\=\=\=\=
"Kakak!" teriak Rafa, adik Hana satu - satunya. Dia berlari menghampiri begitu Hana turun dari mobil dan langsung memeluk kakaknya.
"Rindu ya sama kakak?" Hana menggoda adiknya.
"Iya. Sangat - sangat rindu. Rumah juga sepi gak ada kakak."
"Sama Kak Ren gak rindu?" tanya Rendra membuat Hana dan Rafa menghentikan aktivitas mereka.
Rafa mendelik tajam pada Rendra. "Gak rindu! Kak Ren jahat udah bawa Kak Hana pergi dari rumah."
"Hahahaha!" Rendra tertawa mendengar pernyataan adik lelakinya yang sudah berusia 16 tahun itu.
"Rafa!"
Mendengar namanya dipanggil Rafa menoleh ke belakang dan melihat Ayah menatapnya dengan tajam. Rafa melepas pelukannya lalu berjalan pelan memasuki rumah.
"Jangan pernah berkata seperti itu lagi," kata Ayah.
"Rendra! Hana! Ayo masuk!" seru Bunda yang baru datang menyapa mereka.
"Bunda!" teriak Hana lalu berlari kecil menghampiri sang Bunda. "Hana mau makan masakan Bunda."
"Ayo. Ikut Bunda ke dapur." Ibu dan anak itupun berjalan meninggalkan Ayah yang kaget melihat putrinya tidak menyapanya sama sekali.
"Ayah sehat?" tanya Rendra sambil mencium punggung tangan Ayah.
"Sehat. Ayo masuk. Kita bicara di dalam." Ayah masuk ke dalam rumah di ikuti Rendra. Mereka pun berbincang berbagai hal di ruang tamu.
#bersambung
Saat ini Ayah, Bunda, Rendra, Hana dan Rafa sedang makan siang bersama. Mereka menikmati makanannya masing - masing. Setelah selesai makan, Ayah, Rendra dan Rafa duduk di ruang keluarga sambil menonton tv sementara Bunda dan Hana membereskan bekas makan lalu mencuci piring di dapur.
"Kak Hana, sini duduk di samping Rafa." Rafa menepuk - nepuk tempat kosong di sebelahnya.
Hana tersenyum dan bergegas menghampiri adiknya lalu duduk di sampingnya.
"Kak, tadi pagi Kak Andra datang." Rafa berkata dengan gembira. Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut, tak terkecuali Hana dan Rendra.
"Rafa, kita bicara di kamar kakak ya." Hana berdiri dari duduknya di ikuti Rafa.
"Rafa! Masuk ke kamar!" kata Ayah.
"Ayah! Biarkan Rafa dan Hana bicara!" kata Bunda lalu megisyaratkan Hana dan Rafa untuk pergi ke kamar.
"Maaf ya Rendra, biar Hana menyelesaikan masalahnya dengan Andra dulu."
"Tidak apa - apa Bun, Rendra ngerti kok." Rendra yang memang tidak ada perasaan pada Hana hanya bersikap datar.
Sementara di kamar Hana....
"Ceritakan semuanya pada kakak."
"Jadi tadi pagi Kak Andra datang ke rumah tapi langsung di suruh pulang sama Ayah."
"Kalau Bunda?"
"Bunda bersikap biasa aja kak. Malah Bunda yang nyuruh Rafa buat nemuin Kak Andra."
"Andra ada bilang sesuatu sama kamu?"
"Kak Andra cuma nanya kenapa Kak Hana gak bisa di hubungin, terus Kak Andra mau ketemu sama kakak."
Hana menghela napas pelan. "Nomornya Andra kakak blok."
"Hah? Kakak memangnya gak sayang lagi ya sama Kak Andra?" protes Rafa.
"Bahkan sampai detik ini kakak masih sayang banget sama Andra tapi mau bagaimana lagi status kakak sekarang adalah seorang istri dari lelaki lain. Jadi tidak mungkin kakak berhubungan lagi dengan Andra."
Rafa menunduk. Raut wajahnya terlihat sedih. "Tapi Rafa lebih setuju kalau Kak Andra yang jadi kakak ipar nya Rafa."
"Kakak juga maunya begitu. Tapi kakak juga gak bisa menolak permintaan Ayah dan Bunda," kata Hana sambil mengelus rambut adiknya.
"Lalu kakak gak mau bertemu dengan Kak Andra lagi?"
"Hmm.....Nanti kakak pikirkan lagi. Kakak minta izin sama Kak Ren dulu buat bertemu Andra."
"Daripada kamu sedih lebih baik kamu bantuin kakak beresin barang - barang yang mau kakak bawa."
Rafa mengangguk lalu membantu Hana untuk membereskan barang - barangnya dan memasukkannya ke dalam koper.
\=\=\=\=\=\=\=
"Kak, Hana minta izin ya, mau bertemu teman." Saat ini Hana dan Rendra sedang dalam perjalanan pulang ke rumah mereka.
"Siapa?" tanya Rendra yang tetap fokus menyetir.
"Andra."
"Pergi saja."
"Kakak gak marah?"
"Kenapa harus marah? Gak ada hubungannya juga sama kakak."
"Iya tapi aku sudah jadi istri kakak."
"Itu cuma status. Yang penting adalah kalau kamu mau pacaran jangan sampai ketahuan sama Ayah dan Bunda atau semua rekan kerja Ayah."
Hana tersentak. "Ternyata Kak Ren benar - benar serius dengan kesepakatan kami. Kak Ren menganggap pernikahan kamu hanya di atas kertas dan setelah waktunya tiba kami akan bercerai. Tapi baguslah aku juga tidak ingin terus menjadi istri dari kakak ku sendiri."
Mobil sudah memasuki halaman rumah. Rendra turun dari mobil lalu mengambil koper Hana di dalam bagasi dan membawanya ke dalam rumah. Hana mengikutinya dari belakang tanpa bicara sedikitpun.
"Mulai besok aku akan bekerja di kantor Ayah," kata Rendra setelah meletakkan koper Hana di depan kamar Hana.
Hana mengangguk. "Hana boleh melanjutkan kuliah kan? Hana gak akan minta uang dari kakak kok. Hana punya uang sendiri."
"Terserah kamu tapi kakak yang akan membiayai kuliah mu. Kakak gak mau di cap sebagai suami yang tidak bertanggung jawab. Setidaknya untuk kebutuhan mu kakak masih bisa penuhi."
"Kalau begitu Hana berangkat sekarang ya kak sekalian mau ke supermarket."
"Daftar kuliah atau bertemu teman?"
"Bertemu teman. Mendaftar kuliahnya besok kak."
"Pergilah." Rendra langsung masuk ke kamar tanpa menoleh pada Hana.
Hana segera memasukkan kopernya ke dalam kamar kemudian menelepon Andra. Tanpa berganti pakaian Hana langsung pergi menemui Andra.
#bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!