Happy Reading -
Langit bergemuruh hebat, mengguncangkan alam di tengah-tengah hujan badai yang turun sangat lebat. Terdengar suara teriakan kencang seorang wanita dari dalam kastil, gemuruh itu pun semakin kencang mengikuti teriakan wanita itu yang dilapisi dengan amarah yang teramat dalam.
"Aku akan membunuhmu!"
Teriak wanita itu penuh dendam.
Ia sangat histeris dengan keadannya sekarang, semua kehagaiaannya telah hancur seketika karena orang yang dianggapnya sebagai seorang keluarga menghancurkan hidupnya.
"Aku akan membalasnya, ingat itu!"
Amarah Wanita itu menjadi sebuah dendam.
Dia akan ingat sampai kapanpun kejadian ini, dan akan mencari orang yang merenggut kebahagiaannya itu bagaimanapun caranya.
.
"Andin"
Ucap seseorang yang membuat Andin menoleh keasal suara. Seorang yang sangat dikenalnya, dia adalah Tessa, yang datang dengan baju tidurnya.
Andin sudah hafal jika Tessa datang saat malam dan sudah mengenakan baju tidur. Itu salah satu kebiasaan Tessa yang sering dia lakukan. Yang pasti ujung-ujungnya Tessa menginap dirumah Andin.
"Iya, kenapa"
Balas Andin sambil terus menatap buku yang sedang dibacanya.
"Jalan jalan yuk, udah lama nih"
Kata Tessa saat sudah disamping Andin. Dan ikut menyender dikasur, sama seperti yang Andin lakukan.
"Kemana?"
Tanya Andin melirik Tessa sekilas.
"Van Hroven. Tempat bermain baru yang bagus benget. Kayak wahana bermain gitu, tapi juga ada hotelnya, bioskop, dan banyak lagi deh. Dan gak jauh dari situ juga, ada pantai yang indah banget"
Ucap Tessa bersemangat. Sedangkan Andin hanya mengangguk angguk saja. Entah paham atau apa, karna Andin sedang serius membaca.
"Yuk, kita kesana yuk"
Rengek Tessa sambil membenahkan posisi duduknya. Andin sangat malas mendengar rengekan Tessa. Karna Tessa tak akan berhenti merengek sebelum Andin berkata, iya.
"Iya, besok"
Ucap Andin seenaknya. Padahal besok rencananya, Andin akan pergi beli buku baru lagi. Namun, dari pada diteror rengekan Tessa malam ini. Lebih baik Andin mengiyakan saja. Beli buku juga bisa dilain hari. Bisa juga diperjalanan nanti.
"Yeyy, Makasih Andin"
Tessa memeluk Andin bersemangat sebagai tanda terima kasih. Pelukan Tessa yang lumayan erat itu, ternyata membuat Andin sulit untuk bernafas.
"Tessa, aku gabisa nafas"
Andin berucap sambil menepuk nepuk pundak Tessa. Tessa yang sadar akan hal itupun segera menghentikan aksinya.
"Eh, iya maaf"
Kekeh Tessa meratapi kelakuannya, mungkin karna dirinya terlalu bersemangat.
Dan malam itu pun, mereka habiskan untuk membuat daftar perjalanan besok. Memang saat mereka hendak jalan-jalan, mereka akan membuat daftar. Tujuannya agar tidak membeli atau melakukan hal yang diluar daftar perjalanan.
Pernah saat mereka hendak pergi tanpa daftar. Ujung ujungnya, Budget yang dibawanya kurang. Karna mereka terlalu banyak membeli barang. Maka dari itu akhirnya, mereka membuat daftar untuk setiap perjalanan.
Dia adalah Andin Monata Abigail, Andin adalah seorang gadis cantik, yang sangat menyukai buku dan musik. Kehidupannya juga sangat asik, ditambah banyak orang disekelilingnya yang selalu mendukungnya. Salah satunya ibunya, Mera Yulistin. Yang selalu mendukung apa yang Andin lakukan, asalkan dalam hal yang baik.
Mera adalah salah satu penyemangat dan harta yang paling berharga dalam hidup Andin. Dulu Andin sering di ejek temannya, karna Andin tak punya seorang ayah. Memang dari kecil Andin tak pernah tahu dimana ayahnya, bahkan melihatnya-pun tak pernah.
Ibunya pernah bilang bahwa ayahnya adalah orang yang hebat. Maka dari itu Andin ingin sekali bertemu dengan sang ayah. Nama sang ayah juga berada di salah satu nama Andin. Yaitu, Abigail. Yang bernama asli, Abigail Joehan Stewart
Namun walaupun begitu, Andin sangat menikmati hidupnya. Karena banyak yang perduli dan sayang kepadanya. Seperti sahabatnya, Tessa. Tessa Mitiya Agatha. Dia adalah sahabat Andin, mereka sudah bersahabat dari kecil. Sampai kalau orang lain melihatnya mereka sering dikira kembar.
Sampai sekarang mereka selalu bersama, rumahnya pun bersebelahan. Tessa orang yang periang, easy going, dan sangat bersemangat. Mereka mempunyai hobby yang sama yaitu, jalan-jalan. Ya, jalan-jalan kemana aja, asal mereka bersama pasti bakal seru. Tessa dan Andin juga saling mengerti dan melengkapi satu sama lain.
.
Terima kasih telah membaca 🌻
Sakay
Happy Reading -
Duarrrrrr
Bunyi suara petir yang menggelegar. Petir yang mengkilat, dengan warna merah menyala. Terlihat lebih terang dari biasanya, entahlah mungkin hanya perasaan mereka saja. Yang jelas saat itu juga, dua orang gadis itu terkejut. Dan kedua gadis itu adalah, Andin dan Tessa.
"Aduh Andin, berhenti dulu deh. Aku takut"
Tessa bersuara. Memang Tessa sedikit parno orangnya. Juga kalau mendengar suara suara keributan, dia akan lari ketakutan.
"Iya iya, kita berhenti di caffe aja ya"
Balas Andin sambil mencari letak caffe terdekat.
Mereka memang baru melawati jalan ini. Baru pertama kali, karna mereka sedang liburan kali ini. Jalanan yang licin bekas rintikan hujan, membuat Andin memelankan lajunya. Karna takut terjadi apa-apa dengan mereka nantinya.
Setelah cukup lama mencari cafe. Akhirnya ketemu juga. Cafe yang lumayan dekat dengan penginapan. Tanpa berlama-lama lagi, mereka segera memasuki Cafe untuk sekedar minum kopi dan mengistirahatkan tubuh mereka.
"Andin, liat deh langitnya. Masa kaya ada pusaran air disana"
Ucap Tesaa sambil menunjukan Andin apa yang dilihatnya.
"Iya, kenapa warnanya merah gitu ya. Udah gitu banyak banget kilat disekelilingnya"
Balas Andin menatap langit sambil mengaduk aduk kopi nya.
Dilangit terdapat sesuatu seperti pusaran air yang lumayan besar. Disana juga terdapat lubang yang berwarna merah menyala didalamnya. Kilat pun tak luput menghiasi disekelilingnya. Aura mistis, misterius, bahkan menyeramkan. Berkumpul menjadi satu saat mata melihatnya.
"Oh iya, Aku punya cerita. Katanya kalo dilangit ada suatu bentuk pusaran air berwarna merah gitu, terus banyak kilat disekelilingnya. Itu tandanya, Bukit portal kebuka. Portal yang menuju ke dunia dimensi yang berbeda"
Ucap Andin serius. Sedangkan Tessa yang mendengarnya malah tertawa, Lucu? Mungkin. Sedangkan Andin menatapnya dengan tatapan aneh.
"Apa sih, mana ada begituan"
Kekeh Tessa yang merasa lucu dengan apa yang Andin ucapkan. 'Zaman sekarang mana ada begituan'. Mungkin itu isi fikiran Tessa saat Andin mengucapkan kata lucunya.
"Yaudah kalo kamu gapercaya. Soalnya portal itu cuma bisa dimasukin sama orang yang istimewa"
"Iya deh aku percaya. Sekarang aku capek banget nih, mau nginap dimana kita Din?"
Tessa bangkit dari duduknya. Tessa terlihat butuh tidur saat ini. Dia sudah mengantuk, bahkan sesekali Tessa menguap. Perjalanan liburan kali ini memang cukup panjang dan melelahkan, mungkin besok pagi baru akan dilanjutkan lagi.
"Disana aja"
Andin menunjuk kesalah satu tempat saat sudah berada diluar Cafe.
Diujung sana terdapat hotel. mungkin ada baiknya jika beristirahat dulu sebelum perjalanan besok dimulai lagi. Tapi, ada yang aneh dari hotel itu. Terlihat misterius, apa mungkin karna pusaran air merah itu berada tepat diatasnya. Ya, mungkin saja itu penyebabnya.
.
Setelah memesan kamar hotel. Mereka bergegas menuju kamar yang sudah dipesannya. Kamar dilantai 11 nomer 11.
Lift menuju lantai 11. Andin dan Tessa terlihat sudah sangat lelah. Perjalanan kali ini memakan waktu cukup lama. Perkiraannya akan terbalaskan saat sudah sampai ditempat tujuannya.
Ditengah tengah perjalanan tiba-tiba lift bergoyang, lampu berkelap kelip, dan sangat menegangkan. Tak lama dari itu seketika lampu lift mati. Mungkinkah lift ini rusak, atau hendak terputus. Namun biasanya jika lift putus, maka akan menuju kebawah. Namun ini tidak, lift ini tiba-tiba menuju lantai atas dengan sangat cepat.
Andin dan Tessa berpegangan tangan kuat sambil terduduk dilantai lift. Tessa dan Andin sudah mengeluarkan banyak keringat dingin, pikiran mereka sudah melayang kemana mana. Dengan mata tertutup mereka berdoa didalam hati, agar mereka baik baik.
Ting!
Dan, tiba-tiba pintu lift terbuka. Andin dan Tessa masih mencoba mengatur deru nafasnya. Lalu Andin membantu Tessa untuk bangkit dari duduknya.
Dengan langkah yang gontai mereka keluar dari lift. Mereka masih tak percaya dengan apa yang dialaminya tadi. Seakan mau mati berada didalam sana. Untung saja tuhan mendengar doa mereka.
"Tessa, kamu baik-baik aja?"
Tanya Andin sambil mendudukan Tessa dilantai. Muka pucat Tessa masih menghiasi wajahnya. Keringat Tessa juga sampai membasahi bajunya. Secara fisik, Andin lebih kuat dibanding Tessa. Namun, itulah yang membuat Andin harus menjaga Tessa saat mereka bersama.
"Haus"
Ucap Tessa sangat pelan, nyaris tak terdengar. Untungnya Andin mendengarnya dan segera mengambil botol minuman di tas miliknya.
"Nih, kamu minum dulu"
Andin menyodorkan minuman untuk Tessa. Sekalian membantunya minum.
"Yaudah aku cari kamar kita dulu, kamu tunggu disini"
Andin melangkah pergi mencari kamar nomer 11 itu. Tak butuh waktu lama untuk Andin mencarinya. Andin segera kembali untuk membawa Tessa pergi ke kamar mereka.
.
Kamar benuansa putih terlihat elegan. Dengan ranjang terdapat dua, Andin memang sengaja memilih kamar yang terdapat dua ranjang. Agar mereka bisa tidur tanpa memperebutkan lapak. Fasilitasnya juga lumayan lengkap, walaupun bukan yang kelas kakap. Namun, cukup untuk mereka istirahat.
Setelah sesesai mandi, Andin bergegas pergi menuju mimpi. Mandi membuat tubuh menjadi relax saat tidur. Sedangkan Tessa mungkin sudah berada didalam mimpi. Andin merebahkan tubuhnya dikasur dan segera tidur.
Mungkin Andin akan menanyakan tentang masalah tadi kepada pekerja di hotel ini nanti pagi. Sekarang waktunya untuk tidur, karena jam sudah memasuki tengah malam.
.
Sakay
Happy Reading -
Brakk
Suara benda terjatuh dengan suara yang kencang, membuat Andin seketika terbangun dari tidurnya. Dan bergegas melihat apa yang tadi terjatuh, setelah Andin melihatnya ternyata yang terjatuh itu Tessa.
Andin pun segera membangunkan Tessa yang masih memeluk guling dilantai sambil senyum senyum dalam keadaan masih tertidur. Kebiasaan!
"Tessa bangun"
Kata Andin sambil menggoyang-goyangkan tubuh Tessa. Tapi bukannya bangun, tanpa sadar Tessa malah menendang Andin yang membuat Andin terjungkal kebelakang.
"Aduh, Tessa bangunn!"
Kesal Andin sedikit berteriak. Dan itu berhasil membangunkan Tessa. Saat tidur Tessa memang sering terjatuh dari kasur. Itu juga kalau dia dalam keadaan yang sangat lelah. Pasti ujung-ujungnya akan terjatuh kebawah.
"Hmmm, apa?"
Gumam Tessa sambil menggaruk garuk kepalanya. Dengan tampang khas orang bangun tidur, kusut.
"Apa kamu bilang?. Kamu jatuh dari kasur dan kamu nendang aku Tessa!"
Runtuk Andin menatap Tessa, Tessa yang mendengar itu langsung tersadar sempurna.
Udah 19 tahun dan kebiasaan aneh itu belum hilang juga?. Ya, mungkin saja juga karna efek lelah semalam.
"Ya ampun Andin, maaf ya"
Ucap Tessa sambil membantu Andin berdiri.
"Iya, yaudah sana kamu mandi dulu. Aku mau beresin barang"
Kata Andin yang dibalas anggukan dari Tessa. Dengan cepat Tessa mengambil asal baju yang sudah ditata rapih didalam tas miliknya. Dan segera masuk kedalam kamar mandi.
Selagi Tessa sedang mandi, Andin segera membereskan barang-barang miliknya. Seperti baju baju yang berserakan. Karna semalam sehabis mandi Andin mencari baju tidurnya yang ternyata tidak terbawa. Untung saja Tessa membawa dua.
Setelah selesai beres-beres dan menyiapkan baju yang akan dia pakai nanti. Andin membuka gorden agar sinar matahari masuk sempurna. Dari pertama dia masuk, memang belum pernah dibuka gordennya. Tapi mereka sudah tahu bahwa pemandangannya adalah jalan raya.
Perlahan gorden dibuka. Saat malam mungkin tambah indah jika dilihatnya. Namun, karna sudah sangat lelah jadi mereka tak sempat untuk melihatnya.
Setelah gorden terbuka sempurna. Mata Andin melebar menatap apa yang dilihatnya. Kini yang dilihatnya bukanlah jalan raya, tapi seperti hutan belantara. Pohon-pohon besar kini sedang dilihatnya. Sangat besar, bahkan untuk ukuran pohon biasa, ini besar 2 kali lipat. Apa mungkin ini adalah mimpi?
Andin mencubit tangannya. Jika terasa sakit berarti nyata, namun jika tidak berarti dia sedang bermimpi saat ini. Dan Andin berharap jika ini adalah mimpi.
"Awwwhh"
Andin mencubit tangannya. Dan, terasa sakit.
Daun pohon-pohon yang tadinya diam, perlahan bergoyang seperti tertiup angin kencang. Andin menyaksikan itu sangat fokus. Sampai sesosok monster keluar di antara pohon-pohon itu. Andin paham, bahwa yang menyebabkan daun-daun pohon itu bergoyang bukan angin. Tapi monster itu.
Andin membulatkan mata saat melihatnya. Makhluk itu terlihat menyeramkan. Dengan tampilan berbadan besar, bertaring tajam, rambut acak-acakan, dan mata yang besar. Ditambah tubuhnya hampir setara dengan pohon itu.
"Aaaaaaaaaaa!"
Teriakan Tessa yang tanpa Andin sadar sudah disampingnya. Tessa mundur perlahan, dengan wajah ketakutan. Mungkin syok dengan apa yang dilihatnya barusan.
Dengan cepat Andin menutup kembali gorden itu. Dan mendekat kearah Tessa yang terlihat sangat syok dan ketakutan.
"I-itu tadi apa?"
Tanya Tessa dengan mata yang sudah berair.
"Aku juga gak tau"
Balas Andin yang memang tak tahu. Bahkan dia masih mencoba mencerna apa yang dilihatnya tadi.
"Aku takut"
Sahut Tessa meloloskan air matanya. Membuat Andin bingung harus berbuat apa.
"Yaudah, aku mandi dulu ya. Kamu tunggu disini dan gak usah liat-liat lagi. Diam aja disini, oke"
Tegas Andin yang dibalas anggukan pelan dari Tessa. Andin pun segera berlalu pergi untuk mandi.
Apa yang barusan mereka lihat tadi? jelas saja itu bukan mimpi. Lalu apa itu semua?
.
Sakay
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!