NovelToon NovelToon

Terjebak Pernikahan Mafia Kejam

Pengenalan tokoh dan Prolog(Revisi)

Rachel Adaline Caesar

Gadis sederhana dengan penampilan dewasa. Sosok pekerja keras yang pantang menyerah. Namun, sering membuat ayahnya naik pitam karena tingkah gilanya. Dari kecil Rachel hidup bersama sang ayah.

Ayah dan ibunya bercerai karena ibunya selingkuh. Memilih tinggal bersama kekasih gelapnya dan menelantarkan putrinya sendiri. Kejam bukan, ya itulah pandangan Rachel mengenai ibu kandungnya sendiri.

Meski demikian Rachel tidak pernah merasa kesepian. Darion berhasil membesarkan Rachel dengan baik. Kasih sayangnya begitu besar bahkan melampaui kasih sayang seorang ibu.

Darion bisa menjadi teman, ayah, bahkan seorang ibu. Tergantung kondisi yang menimpa Rachel. Malaikat, begitulah Rachel menjuluki sang ayah.

Tapi siapa sangka orang yang di sebut malaikat itu memiliki masa lalu yang kelam. Darion seorang pembunuh, dia tangan kanan Dominic Abbey- pemimpin Gold Lion.

Tetapi karena cinta dan kasih sayangnya yang begitu besar. Darion rela meninggalkan dunia gelap demi keselamatan Rachel. Membunuh, transaksi ilegal, obat-obatan terlarang, pelacur, bukan hal baru bagi Darion. Sama seperti Mafia pada umumnya Darion juga melakukan kejahatan-kejahatan ilegal.

Namun, setelah lahirnya sosok malaikat mungil dengan kemiripan wajah seratus persen. Bisa dibilang duplikatnya versi perempuan. Putri pertama sekaligus putri terakhirnya. Sehingga, Darion memutuskan berhenti dan hengkang dari dunia Mafia tepat saat Rachel berumur 5 tahun. Tidak salah, jika kasih sayang dan cinta yang Rachel tunjukkan berlipat kali lebih besar. Mengingat jasa dan pengorbanan sang Ayahnya tidak bisa di perhitungkan.

Namun, setelah pria itu datang semuanya berubah. Rachel kehilangan kontrol, membuatnya jatuh kedalam penjara iblis berwajah malaikat.

Iblis itu adalah Peter Azriel Abbey, pemimpin mafia gold Lion sekaligus CEO Grandvinea company.

...🍁🍁🍁🍁...

Peter Azriel Abbey

Pria dewasa dengan sejuta pesona yang memikat hati. Peter menjadi pemimpin Gold Lion saat menginjak usia 25 tahun. Diusianya yang terbilang cukup muda, Peter mampu mengemban tanggung jawab yang diberikan sang ayah.

Peter pemimpin yang tegas dan bijaksana sehingga mampu membuat Gold Lion melebarkan sayap, menduduki puncak kejayaan. Anggotanya pun semakin banyak, tidak hanya dari satu kota ke kota. Namun, hampir tersebar ke negara-negara tetangga.

Rahang tegas dengan diselimuti rambut halus. Wajah yang hampir mendekati kata sempurna itu menjadikannya incaran wanita di luaran sana. Mereka rela melemparkan diri secara cuma-cuma hanya untuk menghabiskan satu malam bersama Peter.

Tak heran, jika Peter sering bergonta-ganti pasangan. Toh mereka yang datang tanpa di undang. Peter hanya memenuhi permintaan mereka. Yah, walaupun dialah yang diuntungkan dalam hubungan one night stand tersebut.

Namun, semua berubah setelah dia bertemu dengan cinta masa kecilnya. Terlebih, mereka terikat dalam sebuah perjodohan konyol yang orang tua mereka sepakati. Peter berhenti bermain, memilih fokus mengejar cinta seorang gadis kolot dengan mulut pedas yang tak kenal takut.

...🍁🍁🍁🍁...

Berani memang sikap yang jarang di temukan di jaman sekarang. Orang bilang, mereka yang berani menghadapi kejamnya dunia pasti mampu mengendalikan takdir. Seolah semua yang mereka inginkan akan tercapai tanpa harus bersusah payah.

Hei hidup bukan tentang mendapat apa yang kita inginkan. Namun, menghargai apa yang kita miliki dan menanti yang akan menghampiri.

Tapi bagaimana jika keberanian itu membuat mu jatuh kedalam perangkap serigala berbulu domba? membuat mu terjebak dalam kisah cinta yang rumit dan hubungan pernikahan yang tidak berdasar dari hati ke hati.

Yah, itulah yang aku alami sekarang. Keberanian itu membuat ku masuk kedalam penjara cinta mafia kejam. Dimana hanya ada ancaman, bukan cinta, ataupun kelembutan.

Terlebih, sebuah tragedi terjadi dimana aku tidak sengaja menghabiskan malam bersama dengan pria itu karena pengaruh alkohol. Siapa sangka pria misterius itu menaruh kamera kecil yang merekam semua kejadian one night stand malam itu. Menggunakannya sebagai senjata untuk mengancam dan memeras ku.

Konyol, tapi faktanya pria misterius itu benar-benar berusaha mengikat ku dengan takdirnya melalui janji suci pernikahan.

Marah, kesal, takut, sedih semua bercampur aduk menjadi satu. Aku terpaksa menerima perjodohan itu dengan syarat semua salinan ataupun video asli harus dihancurkan setelah kami menikah. Apalagi setelah melihat wajah sendu ayahku, semakin memperkuat tekat ku untuk menghadapi pria arogan yang tidak berperasaan itu.

...🍁🍁🍁🍁...

"Tersenyum lah! seolah kau bahagia dengan pernikahan ini. Jika tidak, aku pastikan dimalam pertama kita kau akan menjerit meminta ampun!" lihat! alih-alih memintaku dengan suara lembut, dia lebih memilih mengancam dengan suara tajam.

Mau tidak mau, ku paksakan bibir yang menurun itu terangkat tinggi. Membentuk sebuah senyuman manis. Yang mampu membuat siapapun terpikat kala melihat wajah cantik ku yang terpancar bersamaan dengan senyuman manis ku.

Lalu, apakah jalan yang ku ambil ini sudah benar? ataukah malah menjerumuskan ku kedalam lubang hitam penuh penyesalan. Aku tidak tahu yang jelas hati ku yakin bahwa semua akan berjalan mulus.

Bercerai? entahlah aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Jika memungkinkan, aku akan tetap bersamanya jika aku merasa nyaman. Pernikahan bukanlah permainan, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Yang harus kulakukan sekarang adalah menunggu dan menunggu, membiarkan takdir berjalan sesuai dengan keinginan yang maha kuasa.

TBC

Warning!

cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius🙏

Awal mula(Revisi)

Rasa sepi bercampur sedih seolah menghempas pergi warna cerah yang mengelilingi keseharian Rachel. Warna ceria tersebut di gantikan dengan warna gelap yang mendominasi kini.

Senyum manis yang bisa membuat siapapun terpana itu tidak terlihat lagi setelah Grace di bawa pergi orang asing. Rasa bersalah terus menghantui lantaran ingatan akan kegagalannya dalam melindungi Grace menolak enyah.

Tidak hanya itu Rachel pun minder, enggan bergaul dengan orang-orang sekitar. Bukan karena sombong ataupun pilih-pilih teman. Namun, Rachel merasa tidak pantas mempunyai teman. Kepergian Grace benar-benar membuat kepercayaan dirinya hilang seutuhnya.

Rasa rindu kian membuncah seakan membunuhnya secara perlahan. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja terbuang sia-sia. Kala setiap malam Rachel habiskan dengan mendatangi klub malam.

Di sana Rachel membeli alkohol, mabuk membuat rasa bersalah dan rindunya hilang secara bersamaan. Memang sesaat, namun sudah cukup membantu meringankan beban yang memberatkan hati setiap saat.

Selepas pagi, Rachel duduk termenung. Menatap ponselnya yang bercasing hitam. Berharap Grace menelfon dan menayangkan kabarnya. Namun, semua itu hanya mimpi semata. Tidak ada satupun yang terkabul hingga membuat gadis itu menderita depresi ringan.

Darion Caesar- ayah gadis itu khawatir melihat keadaan putrinya yang menyedihkan. Takut Rachel jatuh sakit karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.

Karena itu, Darion datang ke kota London. Menjemput paksa Rachel dan membawanya pulang ke Valencia. Namun, bukannya keadaan Rachel bertambah baik malah tampak semakin buruk.

Setiap hari Rachel mengurung diri di dalam kamar. Menutup diri, enggan menyapa mentari. Darion membiarkannya, bukan karena tidak peduli. Putrinya itu perlu waktu untuk sembuh dan bangkit dari keterpurukan.

Bukan masalah jika gadis itu menolak keluar rumah. Asal segala macam alkohol tidak dikonsumsinya lagi sebagai bentuk pelampiasan tekanan batin.

Satu Minggu mengurung diri, Rachel keluar dari kamar dengan menarik koper berisikan pakaian sehari-hari. Penampilannya terlihat kacau, mata panda melingkar luas dikedua kelopak mata. Bibir kering yang semula bewarna pink natural kian memutih.

Gadis itu berniat merantau, pergi ke mancanegara dan mengunjungi tempat-tempat wisata. Kali ini Rachel membutuhkan waktu sendiri, melihat pemandangan ataupun mengunjungi tempat-tempat wisata mungkin bisa menghibur sekaligus menyembuhkan lukanya. Bukan luka fisik tapi luka batin.

Rasa sesak seolah Rachel rasakan tiada henti. Gadis itu tidak membiarkannya berlarut-larut. Tekatnya terlalu kuat, Rachel tidak akan menyerah sebelum dia bertemu dengan Grace.

Berlibur hanya alasan semata, yang sebenarnya terjadi Rachel pergi mencari Grace. Darion pun tidak menghentikan langkahnya. Malah mendukung keputusan putri tunggalnya itu.

Pria berusia setengah abad itu membiarkan Rachel menapakkan kaki di negeri orang asing tanpa penjagaan apapun. Dengan syarat Rachel harus mengabarinya setiap saat. Entah itu melalui telfon ataupun pesan singkat.

Berbekal satu black card pemberian sang ayah. Rachel menarik kopernya masuk kedalam bandara. Sebelum itu ia melambaikan tangan dan mengulum senyum seraya menatap pria paruh baya itu. Seolah berkata tidak usah khawatir semua akan baik-baik saja.

Darion yang melihat seutas senyuman itu mendadak membeku. Rasa bahagia menyebar dengan cepat ke seluruh bagian hatinya. Senyum manis yang begitu dia rindukan selama ini akhirnya bisa dia lihat sekarang. Darion membalas senyuman itu dan melambaikan tangan sampai putrinya benar-benar menghilang dari pandangan.

...🍁🍁🍁🍁...

Berbagai negara Rachel kunjungi mulai dari Perancis, Italia, dan Amerika. Hingga sampailah dia disini, salah satu kota di Amerika. Dikenal dengan istilah kota penuh dosa, yaitu Las Vegas.

Banyak tempat menarik di sini, termasuk kasino besar yang terpampang jelas di hadapannya sekarang. Yah, Rachel pergi ke Kasino terbesar dan terkenal se-kota Las Vegas. Kasino milik sahabat ayahnya, Dominic Abbey.

Tempat perjudian, apa yang dilakukan gadis itu di sana? tentu mencari kesenangan, berbeda dengan mereka yang menjadikan meja judi sebagai mata pencaharian.

Rachel suka mengobrol dengan lansia yang datang untuk menghabiskan masa tua bersama teman-teman sebayanya dengan bermain kartu.

Kerap kali mereka bercerita masa-masa muda mereka. Entah itu pertemuan pertama mereka dengan sang istri, ataupun gaya hidup masyarakat di masa itu. Seru, Rachel ikut merasa bernostalgia bersama.

...🍁🍁🍁🍁...

Suara tepukan tangan terdengar ricuh, saat orang-orang tahu Rachel berhasil mengalahkan pengusaha sombong dalam dua kali putaran permainan.

Hari ini Rachel pulang membawa satu tas penuh berisi jutaan dolar hasil perjudian. Uang itu tidak Rachel pakai untuk kepentingan pribadi. Namun, ia bagikan pada beberapa panti dan pengemis jalanan.

Memang caranya mendapatkan uang tersebut salah. Tapi, jika bisa berguna untuk orang lain, kenapa tidak. Setidaknya mereka bisa memakai uang tersebut untuk membeli pakaian ataupun makanan dan menyewa tempat tinggal yang layak.

"Re, aku akan mengantarmu!" seorang pria berambut blonde menghampiri dan menawarkan diri untuk mengantarnya kembali ke hotel.

"Tidak usah, aku bisa sendiri. Lagi pula hotel yang ku tempati tidak jauh dari Kasino ini, Ken. Hanya perlu menaiki taksi selama sepuluh menit!" tolak Rachel halus. Orang itu adalah Kenzo Michelin. teman yang Rachel jumpai satu Minggu lalu.

Mereka cukup akrab, namun Rachel masih enggan meminta bantuan darinya karena merasa tidak enak hati.

Mau tak mau, Kenzo membiarkan gadis tangguh itu pergi. Ia pun kembali bermain bersama teman-temannya membiarkan Rachel pergi seorang diri.

Terlalu senang dengan pendapatannya kali ini, Rachel sampai tidak memperhatikan jalan. Tak sengaja, Rachel menabrak dada tegap seseorang hingga membuatnya jatuh tersungkur ke belakang.

"Hei! kalau jalan pakai mata jangan pakai jidat!" teriak Rachel kesal.

Tidak kunjung mendapat jawaban, membuatnya mendongakkan kepala. Penasaran, orang sombong mana yang mengabaikan ucapannya.

"Hei kau bisu ya?" mata abunya menelusuri wajah orang tersebut, penerangan minim membuatnya kesulitan mengamati.

Enggan menjawab, orang tersebut malah melanjutkan langkahnya. Pergi meninggalkan Rachel tanpa sepatah katapun.

Kesal diabaikan, Rachel mengambil satu kaleng bekas dan menendangnya sampai mengenai punggung lebar pria tersebut.

Pria sialan! rasakan pembalasan ku. Dasar tidak tahu sopan santun!

Pria itu berbalik, bersamaan dengan Rachel yang melarikan diri. Matanya menatap dalam gadis yang berlari kencang menjauhinya.

"Tuan bukankah dia-"

"Yah, aku tahu!"

Dia gadis yang di jodohkan dengan ku, cinta pertama ku. Kau membuat masalah untuk dirimu sendiri, bersiaplah karena tidak mudah lepas dari jeratan ku, kucing liar!

Orang itu kembali melanjutkan langkah diikuti oleh asistennya masuk kedalam Kasino milik ayahnya yang telah diwariskan kepadanya.

...🍁🍁🍁🍁...

Dua Minggu berada di Las Vegas, Rachel mengepak pakaian berniat pergi mengunjungi New York city. Tentunya, setelah mendapatkan kepuasan disini.

Keajaiban terjadi di sana. Rachel bertemu dengan sahabat yang seperti adik baginya. Grace berada di kota itu. Rasa bahagia akan pertemuan tersebut membuat Rachel tidak henti-hentinya mengucap syukur.

gadis itu membantu Grace melarikan diri dan menetap di kota Paris. Dengan bantuan ayahnya, Rachel berhasil membuat identitas palsu dan bersembunyi.

Namun, semua itu tidak bertahan lama. Dua tahun setelah kejadian pelarian itu, tepatnya saat Grace mempunyai anak laki-laki berumur satu tahun. Damian berhasil menemukannya. Pria itu datang dan kembali membawa Grace pergi.

Lagi-lagi Rachel merasa kehilangan yang kedua kalinya. Tidak berhenti di situ, deretan masalah datang secara bergantian. Kembali ke Valencia merupakan kesalahan terbesarnya.

Matanya membulat, napasnya tercekat, begitu mendengar pernyataan ayahnya yang mengejutkan. Bantuan mengenai identitas palsu itu harus dibayarnya dengan harga mahal.

Sebuah perjodohan yang harus Rachel terima tanpa ada penolakan membuat darahnya berdesir hebat. Kesal dengan Dominic yang bertindak seenak jidat. Ternyata ayahnya meminta bantuan Dominic Abbey. Pantas saja Damian baru menemukan mereka dalam kurun waktu dua tahun.

"Sayang, jika kamu tidak ingin menikah tidak masalah. Daddy tidak memaksa, dari awal ini kesalahan daddy karena tidak mendengar permintaan Dominic sebagai pertukaran bantuan tersebut."

"Bagaimana jika paman Dominic mengincar kita, daddy tahu sendiri kan dia sangat mencintai bibi Kanaya. Apapun yang wanita itu mau, pasti akan langsung dituruti. Tak terkecuali meminta ku menikah dengan putranya."

"Kita bisa tinggal di pedesaan yang jauh dari jangkauan mereka dengan indentitas dan hidup yang baru!"

"Maksud daddy melarikan diri?" tanya Rachel.

"Iya!" jawab Darion singkat.

Rachel menghembuskan napas panjang, lelah harus melarikan diri setiap kali masalah datang menghampiri. Sekali ini saja, Rachel ingin menghadapi masalah itu.

"Tidak dad, aku akan menerima perjodohan ini. Tapi biarkan aku menemui anak paman Dominic lebih dulu!" pinta Rachel. Bibirnya berkata setuju, namun hatinya berkata tidak.

Hei dia tidak sama seperti Grace yang mau mengorbankan diri untuk kebahagiaan keluarga. Rachel lebih memilih jalan tengah, dimana tidak ada pihak yang dirugikan. Entah itu ayah ataupun dirinya.

Saat bertemu dengan calonnya nanti, Rachel akan menyuruh pria itu menolak perjodohan yang sudah ditetapkan. Lagi pula, pria mana yang mau dengan gadis buluk sepertinya.

"Re, daddy tidak memaksa. Jika kamu memang tidak mau menikah maka tolak saja permintaan mereka. Daddy tidak mau kau hidup di bawah tekanan tanpa ada kebahagiaan dan kesejahteraan." entah kenapa Rachel merasa ayahnya menginginkan penolakan.

Terlepas dari alasan apapun itu, Rachel tetap bersikeras menghadapi masalah ini. Dia lelah hidup dalam pelarian yang tak berujung.

"Tidak masalah dad, aku tidak ingin daddy hidup dengan hutang bantuan yang paman Dominic berikan sedari aku kecil! lagi pula perjodohan ini, bukankah sudah di tetapkan sejak aku lahir?" Darion diam di tempat. Mendengar penuturan putrinya membuat perasaan bersalah datang tanpa di undang.

Dominic melakukan segala cara termasuk mengungkit bantuan dan kekayaan yang Darion dapatkan sekarang untuk menekan Rachel agar mau menerima perjodohan itu dengan lapang dada.

"Iya sayang, mommy mu dan Kanaya lah yang menetapkan perjodohan itu karena Peter menginginkan mu. Daddy tak habis pikir, bagaimana bisa candaan seorang anak kecil di anggap serius oleh kedua orang itu."

"Candaan?"

"Yah, dulu saat kau lahir, mereka datang berkunjung membawa anaknya yang berusia 4 tahun. Peter melihat mu dalam ayunan kayu dan berkata ingin menikahi mu. Tentu saja mommy mu dan Kanaya langsung bersepakat menikahkan kalian saat sudah dewasa!" Rachel melebarkan mata, lagi-lagi wanita itu menjadi penyebab utama penderitaannya.

"Ah, jadi itu alasan bibi Kanaya ingin menjadikan aku menantu?" Darion mengangguk.

"Huh konyol sekali, lalu kapan aku bisa bertemu dengannya dad. Dan dimana? haruskah aku pergi ke Las Vegas lagi?"

"Tidak, mereka yang akan kemari nak. Kau hanya perlu menunggu saja. Dan sekali lagi, pikirkan masalah ini dengan bijak. Daddy tidak mau kau menyesal diakhir nanti. Setelah kau masuk kedalam keluarga Abbey, akan sulit bagi daddy untuk memantau ataupun melindungi mu!" jelas Darion, berkata penuh misteri membuat Rachel penasaran.

"Memangnya kenapa dad?" tanya Rachel heran, melihat wajah masam ayahnya membuat rasa penasarannya semakin tinggi.

"Kau akan tahu nanti sayang!"

TBC

Warning!

cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius🙏

Penolakan Rachel(Revisi)

Bak pembalap Juan Manuel Fangi, Rachel mengemudikan Lamborghini Veneno membelah jalanan kota Valencia. Dentuman musik meramaikan sepinya kota, mengingat malam memasuki larut.

Musik dan bulan setengah sempurna itu menemani perjalanan gadis berusia 26 tahun berdarah asli Spanyol itu. Malam ini, akan menjadi malam bersejarah. Dimana untuk yang pertama dan terakhir kalinya Rachel bertemu dengan calon suaminya.

Bibirnya terangkat kala melihat nama hotel terpampang jelas dilantai paling atas bangunan bercakar. Pertanda tempat tujuannya tidak jauh dari posisinya sekarang.

Membutuhkan waktu tempuh sekitar lima menit untuk sampai. Rachel membuka pintu mobil dan keluar seraya memakai kaca mata hitam.

Langkahnya berlenggak lenggok sambil menyunggingkan senyum tipis. Hingga di meja resepsionis pun, Rachel masih menyunggingkan senyum sumringah dengan wajah konyolnya.

"Selamat datang di hotel xxxx! ada yang bisa saya bantu, nona?" sapa resepsionis itu ramah.

"Aku sudah membuat janji dengan, Mr Abbey." satu kalimat pendek terucap. Namun, berhasil membuat resepsionis itu paham.

"Anda Mrs Caesar?" Rachel mengangguk lemah.

"Mr Peter menunggu anda di kamar presiden suite di lantai paling atas!" Rachel mengangguk tak lupa mengucapkan terimakasih sebelum pergi.

Beberapa orang menertawakan penampilannya. Baju heboh dengan riasan tebal. Tampak menyamakan Rachel dengan ibu-ibu arisan tukang ghibah.

Sengaja Rachel berdandan seperti ini, berniat membuat paprika atau apalah itu risih dan mengusirnya pergi. Hell, Rachel bahkan melupakan namanya sekarang.

...🍁🍁🍁🍁...

Di lantai paling atas...

Suara heels bertabrakan dengan lantai berbahan marmer sehingga terdengar menggema. Sepi tidak ada siapapun di lantai ini. Sepertinya lantai ini di khususkan untuk pemilik hotel ataupun tamu spesial.

Rachel berdiri di depan pintu ganda bewarna putih dengan ukiran sederhana sebagai hiasannya. Terdapat tulisan 'Presiden suite' pada bagian atas.

Tok! tok! tok!

Rachel mengetuk pintu tiga kali. Tidak kunjung mendapat jawaban. Rachel menekan bel secara berulang. Tidak peduli jika sang pemilik kamar merasa terganggu nanti. Salah sendiri tidak segera membuka pintu.

Berdiri selama 10 menit lamanya membuat kakinya mulai terasa kaku. Ceklek! akhirnya pintu terbuka menampakkan seorang pria berperawakan tinggi dengan balutan bathrobe putih berdiri menyambut kedatangannya.

Tercium bau alkohol yang amat menyengat menandakan pria itu tengah menikmati waktu istirahat. Rachel terdiam di tempat, menatap wajah tampan rupawan yang familiar itu.

Wajah menjengkelkan yang masih dia ingat sampai sekarang. Ternyata oh ternyata, calon suaminya adalah lelaki yang ditemuinya dua tahun silam.

Padahal, dilihat dari segi bentuk wajah. Ketampanan Peter tidak jauh dari kata sempurna. Siapapun langsung terpesona begitu melihat pahatan luar biasa itu. Mata coklat tajam, hidung mancung, dan rahang tegas dengan diselimuti rambut-rambut halus.

"Masuklah!" perintah Peter.

Peter menyunggingkan senyum miring saat mengamati penampilan Rachel dari atas sampai bawah. Apa Rachel benar-benar tidak ingin menikah dengannya sampai-sampai berdandan seperti ini.

"Langsung saja pada intinya, aku ingin kau membatalkan perjodohan itu!"

"Hm, kenapa aku harus menuruti mu?" Peter menautkan sebelah alisnya seraya menikmati segelas wine.

"Aku sudah punya pacar, aku bahkan tidak perawan. Kau masih mau menerima ku huh?" alibi Rachel melantur tanpa berpikir panjang.

Gelak tawa kecil terdengar samar. Sebelum bertemu Peter Sudah menyelidiki kehidupan gadis itu. Tadinya, Peter ingin membatalkan perjodohan itu. Tapi, setelah melihat sifat buruk Rachel dengan menendang kaleng kearahnya tempo lalu membuatnya mengurungkan niat.

Peter bertekad memberi gadis itu pelajaran setimpal dengan menjadikannya istri yang penurut. Bisa di bilang hukuman seumur hidup.

"Kau punya pacar, putuskan saja lagi pula kalian belum menikah bukan. Dan soal virgin atau tidaknya, aku tak peduli. Itu berarti kau sudah ahli dalam urusan ranjang. Aku tidak perlu mengajarimu nanti!" jawaban Peter barusan bagai petir yang menyambar Rachel di siang bolong.

"Ck! jujur saja aku tidak ingin menikah dengan orang sombong seperti mu," mengungkit pertemuan pertama mereka di kasino dua tahun yang lalu.

"Tapi aku ingin!" sahut Peter cepat, menatap Rachel penuh kemenangan dengan bibir tersenyum meremehkan.

Rachel membulatkan mata, bukankah perjodohan ini sempat terlupakan karena penolakannya. Kenapa tiba-tiba dia ingin melanjutkan. Apa dia ingin membalas dendam, karena tendangan kaleng itu. Konyol sekali.

"Apa karena kaleng itu?" seketika tawa Peter pecah, Rachel tidak sebodoh yang dia kira. Rachel cukup peka sebagai seorang wanita.

"Yah, kau benar, selain itu aku tertarik melihat keberanian mu, babe!" Peter berbisik, sambil menghembuskan napas hangatnya sebelum menjauhkan wajah.

"Kau gila? hanya karena kaleng bekas, kau ingin menikah dengan ku? perlu kau tahu, aku cukup liar dan suka minum."

"Liar? aku akan menjinakkan mu nanti!" Peter mengusap lembut kepala coklat Rachel. Kedua manik abu dan coklat mereka saling beradu cukup lama.

"Tetap saja, aku ingin kau menolaknya, tuan. Kau itu bukan tipeku, kau jelek, dan pemaksa. Aku tidak suka dengan mu!" ucap Rachel jujur, namun malah membuat Peter semakin tertarik.

Harga diri Peter terkoyak mendengar penolakan Rachel. Sebelumnya tidak ada wanita yang menolak dirinya. Hanya Rachel yang berani menolaknya mentah-mentah.

"Baiklah, tapi aku punya syarat!"

"Apa?"

"Minum bersamaku!" tersenyum penuh arti.

"What tapi-"

"Kalau kau tidak mau, maka perjodohan ini akan tetap berlanjut!" sanggah Peter memotong ucapan Rachel.

Sial dia menjebak ku. Tapi tidak masalah, segelas alkohol tidak akan membuatku mabuk berat bukan.

"Setuju!" Rachel duduk di sofa kamar, menatap datar Peter sembari menebak dalam diri. Menunggu rencana Peter selanjutnya.

Peter mengangkat sudut bibirnya, membentuk sebuah seringai tipis. Dia pergi mengambil sebotol red wine dan satu buah gelas kaca.

"Minumlah!" perintah Peter sambil meletakkan botol minuman dan dua buah gelas itu di atas meja depan Rachel.

Dengan kesal Rachel menyahut gelas tersebut dan menatap Peter dengan tatapan berapi-api. Peter menuangkan wine itu hingga penuh, lalu menyuruh Rachel menegaknya lewat isyarat mata.

Gluk! gluk! gluk! dengan sekali teguk Rachel menelan cairan merah darah itu sampai tandas tak tersisa.

Huek! pahit sekali.

"Sudahkan, sekarang aku bisa pulang. Ingat! kau harus membatalkan perjodohan itu!" Rachel hendak beranjak, namun Peter mencengkeram kuat pergelangan tangannya.

"Kenapa terburu-buru nona, kita perlu mengobrol sebentar." Rachel menautkan sebelah alisnya. Lalu, kembali menjatuhkan diri.

"Kau ingin bicara apa, jangan membuang-buang waktu berharga ku!" sinis Rachel.

"Tak perlu berteriak nona, bagaimana jika kita bicara santai. Jika tidak sebagai pasangan hidup, aku harap kita bisa menjalin hubungan sebagai teman."

"Yah, terserah kau saja!" Rachel menyandarkan punggungnya, kepalanya mulai terasa pening.

"Berapa usiamu nona?" tanya Peter, walaupun sebenarnya sudah tahu usia Rachel sekarang. Dia hanya mengulur waktu, sedang menunggu sesuatu.

"Tahun ini aku memasuki usia 26 tahun!"

"Lalu kau pernah berkuliah?"

"Iya, aku pernah menempuh sarjana pertama di London university."

"Kau tahu, London surga dunia. Di sana banyak pria tampan berbadan kekar. Aku suka melihat mereka. Entahlah, tapi jiwa pencinta pria tampan ku meronta-ronta saat melihat mereka. Tanganku gatal, ingin mengulurkan tangan dan berkenalan dengan mereka." racau Rachel.

Peter tersenyum penuh kemenangan.

Mulai mabuk!

Peter tahu kadar ketahanan Rachel terhadap alkohol sangatlah lemah. Karena itu Peter memberi Rachel red wine dengan kadar alkohol yang cukup tinggi. Apalagi gadis itu meminumnya dengan sekali teguk. Pasti memberikan efek yang lebih cepat dari pada menegaknya secara perlahan.

"Apa aku juga tampan, nona?"

"Hm?" Rachel mengamati wajah Peter, tidak sadar telah duduk dipangkuan pria itu.

Dia menepuk pipi Peter, lalu membolak-balikkan wajahnya. Seakan tengah menilai wajah tampan itu.

"Kau cukup tampan, tapi tubuhmu buncit seperti bapak-bapak!" ejek Rachel, lalu kembali ke tempatnya semula.

Langkahnya terlihat sempoyongan, kepalanya pun semakin terasa berat. Kesadarannya menghilang sepenuhnya.

"Benarkah, apa ini yang namanya buncit seperti bapak-bapak?" Peter membuka tali bathrobe-nya. Memperlihatkan perut sixpack dengan delapan roti sobek yang menggoda.

Rachel menatap otot-otot itu penuh minat. Tidak sadar mengulurkan tangan, menyentuh dengan liur yang sedikit menetes.

Mabuk benar-benar membuat kewarasannya menghilang. Bukan karena dia murahan, hanya saja alkohol mengambil alih akal sehatnya.

"Kau mau merasakannya, nona?" secepat kilat Rachel mengangguk, tidak tahu apa arti dari persetujuannya itu.

Kena kau!

"Kalau begitu kemari dan peluk aku, sayang!" Peter merentangkan kedua tangannya, menunggu Rachel masuk kedalam pelukannya.

Dengan erat Rachel memeluk Peter, menghirup aroma cool yang begitu menenangkan dan khas. Perlahan Peter menuntunnya tidur di atas ranjang.

Malam ini Peter membuat Rachel menjadi miliknya. mengeluarkan semua benih-benih kehidupan kedalam rahim gadis liar itu.

Kau tidak bisa lari lagi, Babe!

TBC

warning!

cerita ini hanya fiksi yang author buat sesuai dengan imajinasi author jadi mohon untuk tidak dianggap serius🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!