NovelToon NovelToon

Suamimu, Kekasihku

Bab 1

"Hallo, Mas? Jadi pergi hari ini?"

"Jadi, ini sebentar lagi jalan. Nanti Mas mampir ke apartement, ya?"

"Iya, aku tunggu ya, Mas." ucap Jihan, lalu menutup telepon.

Jihan Mhayra, gadis muda berusia Dua puluh Tujuh tahun. Ia seorang pemilik sebuah Cafe yang cukup besar, dan sering di kunjungi Angga beserta beberapa rekannya. Dari sanalah, mereka saling kenal dan akhirnya menambatkan hati satu sama lain.

Ia bukan tak tahu jika Angga telah memiliki istri. Tapi, Ia merasa begitu nyaman dan merasa begitu sulit untuk lepas dari bayang-bayang Pria bertubuh tinggi dan memiliki wajah tampan itu.

Berkali-kali, Ia pernah berusaha menjauh. Berkali-kali pula, Angga selalu hadir dalam bayangan dirinya. Tak kenal waktu dan tempat. Jihan bagai telah candu, dengan segala yang ada pada dirinya.

"Hubungan ini tak normal, aku tidak bisa seperti ini terus?" ucapnya, kala itu. Ketika berusaha menjauh darinya.

"Tak normal bagaimana? Toh, kita saling sayang. Aku tak bisa meninggalkanmu. Begitu juga kamu, yang tak pernah bisa lepas dariku."

Selalu seperti itu, ketika Jihan mulai ingin menjauh. Dan Angga akan memberikan pelukan hangat, yang kembali akan meluluhkan hatinya, lagi dan lagi.

Namun, hatinya juga sakit ketika membayangkan posisi diri, yang tak lain adalah seorang pelakor. Ya, Jihan sadar itu. Itu adalah beban, tapi begitu sulit untuk Ia lepaskan.

❤️❤️❤️

"Mas, perginya berapa hari?" tanya Anita pada Angga.

"Cuma Tiga hari, kenapa? Takut kangen?" goda sang suami padanya.

"Cuma mau ingetin, kalau minggu depan ada acara aqiqah anaknya Leni. Kita diundang soalnya." jawab Anita, yang kembali diam ketika membicarakan masalah anak.

Angga duduk di samping Istrinya, memeluk, dan mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang. Ia begitu mencintai wanita itu, hingga tak perduli dengan kekurangan yang ada padanya.

" Ngga usah berangkat, kalau kamu perih ketika di sana. Akan ku buat alasan, agar kamu tak menghadiri acara itu." ucap Angga.

"Ngga papa deh, ngga enak sama Leni. Siapa tahu, lama kelamaan ketularan hamil dan punya anak." jawab Anita dengan penuh harap.

Angga membelai rambut Anita dengan lembut. Terasa nyaman, dan Anita meraih tangan itu lalu menciumnya.

"Yasudah, Mas pergi dulu. Nanti, langsung Mas telepon kalau sudah sampai."

Anita mendampingi Angga turun, hingga kini tepat di samping mobilnya. Angga memasukkan kopernya di bagasi belakang, dan kembali mencium Anita sebelum benar-benar pergi dari rumah.

"Daaah sayang, hati-hati di rumah ya?" Angga melambaikan tangan.

Selepas kepergian Angga, Anita masuk ke rumah dan membereskan kamarnya. Ia adalah wanita yang perfectionist, bersih, dan selalu ingin tampak sempurna di hadapan suami dan orang di sekitarnya.

Anita dan Angga, sudah Tujuh tahun menikah, tapi belum juga mendapatkan momongan. Berbagai cara telah di lakukan, bahkan ketika harus berobat secara tradisional dengan dukun kampung. Tapi juga tak membuahkan hasil.

Wanita berusia Tiga puluh tahun itu, bahkan sempat ingin program bayi tabung demi mendapatkan keturunan. Tapi, sang suami masih belum mengizinkannya.

Hari-hari mereka tampak bahagia, saling menyayangi, dan saling dukung dalam setiap kegiatan. Dimana ada Angga, di sana lah Anita. Wanita itu yang akan selalu menggenggam tangan Angga dalam keadaan apapun.

"Sepi, kalau pas semuanya pergi. Andai ada anak, pasti akan beda rasanya."keluh Anita, yang berbaring di atas ranjangnya yang empuk.

Bab 2

❤️❤️❤️

Bunyi bel terdengar dari dalam kamar Jihan. Ia tahu, itu Angga dan Ia langsung keluar menyambutnya.

Jihan membuka pintu, Angga pun merentangkan tangannya untuk memeluk kekasihnya itundengan erat, dan tak lupa mengecup keningnya dengan hangat.

"Mas cuma mampir sebentar, soalnya pesawat sebentar lagi berangkat." ucapnya.

Jihan memperhatikan penampilannya yang begitu sempurna, begitu rapi, bahkan tak ada lipatan kusut sedikitpun di kemeja yang Ia pakai. Tak ada celah sama sekali, untuknya mencoba merapikan.

"Tahu 'kan, Anita? Aku sering menceritakannya padamu, jika Ia adalah seorang wanita yang begitu perfectionist."

"Iya, aku faham. Yasudah, berangkatlah. Hati-hati di jalan, Mas." ucap Jihan padanya, dengan menyelipkan setangkai bunga di sakunya.

Ia pun pergi, tanpa harus di antar ke mobil. Jihan hanya dapat menatap kepergiannya, melalui kaca jendela apartementnya yang berada di lantai Sepuluh. Ia tampak begitu kecil dari ketinggian itu, tapi masih tampak. Seperti halnya hubungan yang mereka jalani. Tak berarti, namun begitu sulit di tinggalkan.

Jihan bahkan sempat mengambil foto Kak Nita dari ponsel Angga. Ia menatapnya dengan seksama, memperhatikan dengan detail semua apa yang ada dalam dirinya. Sempurna, dengan rambut panjang, wajah yang tirus, dan berpembawaan dewasa. Bahkan tampak begitu anggun ketika Jihan melihat videonya di Hp itu.

"Aku penasaran, bagaimana istrimu sebenarnya? Aku ingin bertemu, dan mencari sedikit saja alasan, kenapa Mas Angga begitu keras mempertahankan hubunganku dengannya." gumamnya.

Jihan memang begitu penasaran. Pasalnya, selama bersamanya, Ia bahkan tak pernah membahas kejelekan Istrinya itu. Selalu Ia puji dengan segala kelebihannya. Tapi, kenapa masih bisa Ia duakan.

❤️❤️❤️

Perjalanan udara telah selesai. Angga telah turun dari pesawat, dan menepati janjinya untuk menelpon sang Istri.

"Iya, Mas_sudah sampai?" tanya Anita.

"Sudah sayang, ini baru sampai. Kamu lagi apa sekarang?"

"Lagi mau siapin makan malem, tapi males makan sendirian."

"Yasudah, makan aja di luar. Ngga usah terlalu repotlah. Aku kerja, cari uang 'kan buat kamu bahagia."

"Iya, aku nanti makan di luar. Tapi ngga ada temen juga."

"Udah, sendiri aja ngga papa. Nanti aku temenin diner via video call, oke?"

"Iya, makasih ya, Mas. Selamat bekerja." ucap Anita, lalu mematikan teleponnya.

Anita bahagia, jelas begitu bahagia. Apalagi, dengan semua yang Angga berikan untuknya. Kasih sayang, harta, dan semuanya tanpa kurang sedikitpun. Meski Ia sendiri merasa belum sempurna sebagai seorang istri.

"Bik, ngga usah masak makan malam, ya. Aku mau makan di luar aja. Yang udah terlanjur dimasak, bawa aja pulang buat anak-anak bibik." perintahnya pada sang pembantu.

"Baik, Nyonya." jawab Bi Luluk.

Anita pun kembali ke kamarnya, Ia membersihkan diri, dan bersiap untuk pergi. Ia akan meremajakan dirinya sebelum makan malam, sekaligus penghilang jenuh ketika Ia mulai memikirkan hal itu.

***

Angga berpindah lagi. Kali ini menelpon Jihan dan memberi kabar padanya. Jawaban kedua wanita itu sama, mereka sama-sama memberi doa yang terbaik untuk pasangan mereka yang sama.

"Hari ini ngga ke cafe?" tanya Angga pada Jihan.

"Iya, nih mau berangkat." jawab Jihan, yang telah rapi dengan tas di sandangnya.

"Yasudah deh, nanti aja telepon lagi. Takut ganggu kerjanya."

"Makasih sayang, pengertiannya.. Muaach." kecup Jihan dari kejauhan.

Intan pun keluar turun dari apartementnya, menuju mobilnya di bawah. Ia mulai menyetir, menuju cafenya yang terletak di tengah kota. Tapi, di jalan Ia melihat seorang wanita tengah di todong oleh segerombolan preman di tengah jalan yang sepi.

"Wah, jangan-jangan rampok. Tolongin ah." ucapnya, sembari menepikan mobilnya di bahu jalan.

Bab 3

"Kalian siapa? Kenapa cegat mobil saya?" tanya Anita pada pria di hadapannya.

"Ngga usah banyak tanya. Serahkan semua uang, perhiasan, dan barang berharga yang kamu punya. Cepat!" bentak salah satu dari rampok itu.

Tubuh Anita gemetaran, apalagi ketika Ia menyerahkan tasnya pada mereka. Dan pria itu langsung menggeledah tas Anita dan mengambil uang di dalamnya.

"Lumayan, banyak isinya." ucapnya dengan begitu bahagia.

"Woy.... Rampok! Beraninya keroyokan sama perempuan." pekik Jihan pada mereka.

"Siapa kamu, ngga usah ikut campur urusan kami!" sergah pria itu dengan lantang.

"Dek, jangan di lawan. Biar saja dia ambil uangnya, daripada kamu celaka." pinta Anita pada Jihan.

"Oh, ngga bisa. Preman kayak gini, harus di beri pelajaran, Kak."

Jihan pun mengeluarkan tongkat bisbol yang Ia bawa di mobilnya. Lalu Ia memukuli para perampok itu dengan membabi buta. Hingga babak belur tanpa sempat melawan. Dan mereka pun pergi dengan melpar tas Anita yang mereka sandera tadi.

" Nih, kak_ tasnya." ucap Jihan, yang memberikan tas anita kembali padanya.

"Terimakasih, kamu berani banget. Baik lagi, mau nolongin saya."

"Ngga papa. Kewajiban saya, nolongin kalau saya bisa."

Jihan pun memperhatikan sosok yang ada di hadapannya. Ia seperti mengenal wanita itu, meski belum pernah menyapa.

"Kak, saya Jihan." Ia memperkenalkan diri.

"Saya Anita."

Deg... Jantung Jihan berdesir hebat mendengar nama itu. Dialah Anita, istri dari Angga, kekasihnya.

"Akhirnya, kita benar-benar bertemu." ucapnya dalam hati.

Anita kembali berterimakasih, lalu pamit kearena telah ada janji sebelumnya. Jihan telah memberikan kesan pertama yang baik pada Anita, membuatnya kagum, dengan sosok yang tampak kuat dan tegas itu.

***

"Eh, Mba Anita. Apa kabar?" sapa pemilik salon langganannya.

"Kabar baik, Jeng. Saya mau perawatan seperti biasa, ya?"

"Owh, oke... Tumben sendiri, Mamasnya mana?"

"Lagi dinas ke luar kota. Saya jenuh di rumah, makanya kesini aja." jawabnya dengan santai.

Ia mengantri sebentar, dengan duduk di sofa dan membaca sebuah majalah. Seorang anak menghampiri, dan duduk di pangkuannya dengan manis.

"Eh, kok?" Anita terkejut.

"Shila, kok duduk disitu? Ngga sopan,. Tantenya kaget tuh." ucap sang Mama, yang tengah melakukan perawatan.

Ia hanya tersenyum, lalu membiarkan gadis kecil itu sesuka hatinya. Anita terus mengajaknya bercanda dan bermain berasama, bagai tiada jarak diantara mereka.

" Aduh, Mba... Maaf ya, anak saya ngerepotin."

"Iya, ngga papa. Buat temen saya nunggu antrian. Saya seneng, main sama Shila. Anaknya manis, anteng. Saya.... Ngga punya anak soalnya." jawab Anita, yang kembali tampak murung.

"Wah, semoga segera menyusul ya, Mba. Saya Ratih, kita sering ketemu, meskipun jarang nyapa." ucap wanita itu dengan mengulurkan tangan.

Mereka juga cepat akrab, dengan dintengahi Shila diantara mereka. Apalagi, mereka memiliki jadwal yang sama di salon itu. Yaitu, Seminggu sekali.

" Bisa bawa Shila kalau lagi nyalon? Biar saya yang asuh ngga papa, kan bisa gantian." pinta Anita.

"Loh, ya saya yang ngga enak. Masa iya, minta orang ngasuh anak saya. Ini karena Emba nya lagi izin aja, makanya saya bawa." ucap Ratih.

"Mba... Maaf, tapi saya memohon. Entah kenapa, hati saya cocok dengan Shila. Hanya seminggu sekali bertemu. Siapa tahu, melatih saya untuk mengurus anak."

Ratih terdiam sejenak, Ia memikirkan yang di katakan Anita padanya. Bukan ragu, hanya tak enak ketika harus merepotkan orang lain untuk putrinya. Tapi, melihat ketulusan Anita, Ia pun kasihan dan tak enak hati.

"Mba Ratih, kalau ngga percaya, bisa pegang kartu nama saya. Saya langganan di salon ini, udah Lima tahunan. Jadi, semua faham sama saya." bujuk Anita lagi.

"Sila mau, Ma. Main sama Tantenya." celoteh Shila.

"Hmmm, baiklah. Setiap seminggu sekali, sesuai jadwal kita. Saya akan bawa Shila kemari."jawab Ratih yang akhirnya luluh.

Semburat wajah Anita tampak begitu bahagia, seolah semangat dan harapannya kembali terpacu dengan semuanya.

Ratih pergi bersama Shila. Anita memulai semua treatmennya dengan semua urutan yang memang biasa Ia lakukan. Dari ujung kepala, sampai ujung kaki, semua di servis dengan begitu baik.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!