Sore hari biasanya ibu dan kakak perempuannya sedang sibuk menyiapkan makan malam. Namun, kali ini mereka berdua tidak terlihat ada di dapur. Seorang gadis manis dengan rambut sebahu dan dibiarkan terurai melirik kesana kemari untuk mencari keberadaan mereka.
Dia sama sekali tidak tau jika keduanya pergi ke sebuah toko kue yang ada di persimpangan dekat laundry milik seorang pria tua.
Gadis yang diketahui bernama alika itu memutuskan untuk menunggunya sambil membaca buku resep masakan yang terletak diatas meja makan. Karena alika merasa sedikit mengantuk dia pun membuat secangkir kopi.
Karena sebentar lagi matahari akan tenggelam. Alika menutup tirai-tirai jendela terlebih dahulu sebelum menikmati secangkir kopi.
Dep! tiba-tiba perasaannya tak enak saat dia tidak sengaja menatap foto ibu dan kakak perempuannya.
'Hanya perasaanku saja.' Batin alika. Dia harus menyelesaikan tugasnya sebelum kakak dan ibunya datang.
Gadis manis itu terus melirik jam di dinding. Karena yang ditunggu tidak kunjung datang. Dia mulai gelisah dan berusaha menghubungi kakak nya. Namun, tak ada jawaban.
Untuk membunuh perasaan gelisahnya. Alika mencoba memainkan game di hpnya. Bayangan ibu dan kakak nya tiba-tiba saja terlintas di benak alika.
Dan saat hendak beranjak dari tempat duduknya. Ponsel alika berbunyi tanda ada panggilan masuk.
Dia berhenti sejenak untuk mengangkat telepon.
"Hallo, selamat sore. apa benar ini dengan alika?" Ucap seseorang di seberang sana.
"iya benar." Alika mengerutkan keningnya berusaha mencerna suara dari sipenelepon.
"Maaf, sebelumnya karena telah menganggu waktunya. saya yumna dari rumah sakit harapan bunda. ingin memberitahukan jika sodari alya dan ibu riri telah mengalami kecelakaan. dan sekarang mereka berdua sedang ditangani oleh pihak rumah sakit. untuk itu sodari alika selaku wali dari keduanya diminta untuk segera datang ke rumah sakit." Saat mendengar kabar duka dari orang yang paling disayangi oleh alika. Seketika, hati nya hancur berkeping-keping. Dia terduduk lemas dengan ponsel ditangannya.
Begitu suara yang ada diseberang sana tidak terdengar lagi. Dia langsung berdiri dengan tenaganya yang tersisa. Alika berjalan agak sempoyongan menuju tempat penyimpanan sepatu. Dia ambil sepatu itu lalu, pergi kerumah sakit.
Matanya sembab karena tidak berhenti menangis. Mungkin, orang-orang yang saat itu melihat dirinya merasa kasian pada alika. Tapi, ia tidak peduli dengan pandangan mereka. Dia hanya ingin cepat sampai di ruangan tempat kakak dan ibu nya di tangani.
"Permisi Mbak, saya mau bertanya. Pasien atas nama alya dan ibu riri yang baru saja mengalami kecelakaan di tangani di ruang mana ya?" Tanya alika pada seseorang yang bertugas dibagian pendaftaran.
"Sebentar ya dek. Saya check dulu." Orang itu beralih pada komputer yang ada dihadapannya untuk mengecek nama pasien yang dimaksud.
Beberapa menit kemudian hasil pencarian nya keluar. Orang tersebut langsung memberitahukan pada alika.
"Mereka sekarang sedang ditangani diruang gawat darurat. Letaknya ada disebelah kiri ruang ini." Jelas nya .
Alika langsung mengerti dia harus pergi kemana. Tanpa banyak basa basi lagi ia segera beranjak dari tempat tersebut menuju Ruang gawat darurat.
***
Ketika tiba ia langsung melihat orang yang palimg disayangi nya sedang terbaring lemah di dalam sana dengan peralatan medis terpasang di bagian tertentu anggota tubuh mereka.
Alika menangis sejadi-jadinya karena hati nya sangat sakit. Sakit menyaksikan orang terkasih terluka. Padahal tadi pagi mereka nampak baik-baik saja. Bahkan, ibu nya sempat memberikan secangkir susu hangat saat dia masih malas-malasan dikamar nya.
'Kalau saja aku tau. Saat itu aku tidak akan membiarkan mereka pergi tanpa sepengetahuan ku.' Batin Alika terguncang saat ini. Dia menyesal karena tak sempat melarang mereka pergi keluar rumah.
Karena alika tidak sanggup melihat nya lagi. Ia pun duduk di tempat yang telah disediakan di luar ruangan tersebut. Dia ingin menenangkan diri lebih dulu.
Suasana dalam keadaan hening kala itu. Hanya terlihat beberapa petugas rumah sakit yang berlalu lalang.
Dan alika masih tetap ditempat nya sambil menangis sesegukan. Dia benar-benar tak kuat untuk menghampiri mereka.
Tiba-tiba saja seorang laki-laki duduk disamping diri nya tanpa suara. Dia sempat memperhatikan alika sebentar. Namun, kembali fokus dengan ponsel di tangan nya. Karena pria itu paham dengan situasi yang ada. Menegur atau bahkan berusaha menenangkan nya, Hanya akan semakin meratapi kesedihan nya.
"Nak, lebih baik kita pulang saja." Tak lama kemudian seorang wanita setengah baya atau lebih tepat nya ibu dari pria itu mengajak nya pulang. Tapi, tangisan alika berhasil mengambil perhatian nya.
Wanita tersebut menghampiri alika sambil berusaha menenangkan diri nya. Beliau tidak bertanya apapun mengenai kondisinya karena takut membuat alika semakin sedih.
Dia merasakan sentuhan lembut dari tangan seseorang. Alika pikir itu ibu nya yang sudah siuman.
"Bu.." Suara lirih nya mulai terdengar seolah benar orang yang menyentuh bahu nya itu adalah sang ibu.
"Nak, apa kau baik-baik saja?" Wanita setengah baya tersebut langsung menanyai diri nya.
Alika mengangkat kepala nya perlahan dengan beruraian air mata. Wanita itu nampak iba saat melihat nya. Beliau langsung mengerti saat menatap wajah alika yang penuh dengan kesedihan.
'Melihat orang yang paling disayangi terluka memang tidak mudah.' Wanita yang nampak jauh lebih tua itu paham betul bagaimana rasanya kehilangan hanya dengan melihat alika yang sedang menangis.
Kebetulan beliau dan anak nya juga baru saja kehilangan orang yang paling berharga dalam hidup mereka, suami nya.
Mereka berdua sedang menunggu proses penyerahan jenazah kepada pihak keluarga.
"Aku harus pergi sekarang. jaga dirimu disini baik-baik ya." Pamit nya saat anak lelaki nya memberitahu beliau karena yang urusan nya hampir selesai.
Dalam tangis nya alika menganggukkan kepala. Lelaki itu menatap gadis itu dengan tatapan iba juga. Namun, ia tidak bisa berkata apa-apa selain memperhatikan nya dengan penuh rasa peduli.
"Ayo, nak kita pergi sekarang." Ajak wanita itu pada anak nya. Dia mengangguk pelan menuruti keinginan nya.
Laki-laki tersebut menyempatkan diri untuk menoleh pada alika. Dan tanpa disengaja mereka saling bertatapan. kedua nya tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Disaat yang bersamaan seorang wanita muda mengenakan pakaian lengkap berwarna hijau keluar dari ruang gawat darurat untuk memanggilnya.
"Nona alika, apakah anda wali dari pasien yang sedang saya tangani?" Tanya nya dengan kedua tangan nya di masukkan kedalam saku.
"Iya...saya."
"Untuk saat ini anda harus bersabar terlebih dahulu. karena kedua pasien belum sadarkan diri. Kemungkinan besar kami akan melakukan tindakan lebih lanjut jika pasien masih dalam keadaan seperti itu." Ungkap nya
Seketika jantung alika berdegup sangat kencang dan tubuh nya nyaris jatuh kelantai kalau saja wanita muda itu tidak menangkap nya dengan cepat.
BERSAMBUNG ~~
Karena tak ingin larut dalam kesedihan. Alika memilih untuk menunggu dirumah nya. Rasa nya ia tidak sanggup jika masih berada disana. Air mata terus mengalir dan perasaan tak tenang karena memikirkan ibu dan kakak nya.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. Dan alika tetap berbaring di tempat tidur nya. Sebuah panggilan masuk saat alika memenjamkan mata. Sontak saja ia langsung mengambil ponsel yang ada disamping nya.
Nomor yang kembali menelepon kembali menghubungi nya. Dengan perasaan takut alika mencoba untuk mengangkat nya.
"Hallo selamat siang." Sapa alika lebih dulu.
"Iya selamat siang. Apa benar ini masih dengan nona alika?" Ucap seseorang diseberang sana.
"Benar."
"Maaf menganggu waktu nya. Tapi, saya menghubungi nona alika kembali untuk memberitahukan kabar duka kepada nona alika." Tanpa basa basi orang tersebut langsung menyampaikan maksud dan tujuan nya menghubungi lagi alika.
Kabar duka. Kata pertama yang diucapkan oleh orang itu saja sudah membuat nya mengerti. Dia tak perlu lagi banyak bertanya mengenai kondisi ibu dan kakak nya.
Tapi, ia tetap harus mendengarkan kalimat selanjut nya yang sempat terpotong.
"Maaf, sebelum nya. Tapi, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Nona alya dan bu riri sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Dikarenakan kondisi kedua nya yang sudah parah saat mengalami kecelakaan." Ungkap nya.
Tangis alika pecah dan sudah tak bisa dibendung lagi. Perasaan nya juga hancur dalam sekejap. Dia memanggil-manggil nama ibu dan kakak nya.
Tepat di hari ulang tahun gadis manis itu. Ia kehilangan ibu dan kakak perempuan nya. Ini adalah luka paling dalam yang di dapatkan setelah kepergiaan sang ayah saat diri nya masih anak-anak.
Orang-orang yang paling disayangi alika telah pergi meninggalkan nya. Tumpuan hidup nya sudah diambil oleh Tuhan. Nyata nya Tuhan lebih sayang pada mereka. Apa dunia terlalu kejam untuk orang baik seperti kedua orang tua dan kakak perempuan nya?
***
Sekarang rumah alika ramai oleh orang-orang yang sedang melayat. Sementara itu alika duduk diam di samping jenazah yang sudah diserahkan pihak rumah sakit tersebut. Air mata nya terus membajiri pipi nya. Disisi nya ada sang nenek yang tak pernah lelah menenangkan diri nya.
Sebentar lagi kedua jenazah akan dimakamkan. Semua orang yang hadir saat itu juga bersiap-siap untuk mengikuti acara prosesi pemakaman.
"Alika, kami turut berduka cita ya. Semoga kamu bisa kuat dan tabah. Mudah mudahan almarhum juga bisa di terima amal ibadah nya disisi Tuhan Yang Maha Esa." Ucap salah satu pelayat yang datang.
"Aamiin.. maaf ya alika masih belum bisa menyambut kalian dengan baik." Nenek alika mewakili tuan rumah untuk menyambut setiap pelayat yang datang. Karena kondisi alika yang sangat menyedihkan.
Proses pemakaman tiba juga. Disebuah pegunungan khusus untuk mengubur jenazah muslim yang meninggal. Alika digandeng oleh nenek nya yang setia mendampingi.
Nenek alika langsung datang jauh-jauh dari desa saat dikabari mengenai kematian anak dan cucu pertama nya. Ia juga sama sangat terpukul. Namun, Beliau harus tetap terlihat tegar supaya alika tidak semakin meratapi kesedihan nya.
Tak lama kemudia acara prosesi pemakaman selesai. Kerabat, sanak saudara dan para pelayat yang ikut mengantarpun pergi satu-persatu.
Hingga menyisakan alika dan nenek nya. Anak itu bersimpuh disamping pusara sang ibunda. Tangis nya malah semakin menjadi-jadi.
Melihat hal itu sang nenek hanya bisa memegang bahu nya untuk menguatkan alika.
"Tidak apa-apa luapkan saja emosi mu, cucu ku." Ucap nya.
Alika dan nenek nya cukup lama diam disana. Sampai akhir nya mereka pulang karena cuaca nampak mendung.
Sesampai nya dirumah alika berkata pada sang nenek.
"Nek, aku masih tidak percaya dengan apa yang kualami. Kalau saja aku tau akan jadi begini saat itu juga aku akan mencegah mereka untuk pergi. akan ku peluk mereka erat-erat." Alika mengungkapkan isi hati nya yang sangat terpukul atas kepergian sang ibu dan kakak yang mendadak.
"Jangan bilang begitu. Nenek paham apa yang kau rasakan ini sangat menyiksa batin mu. Tapi, jika Tuhan sudah berkehendak lain kita sebagai manusia bisa apa? Mulai detik ini kita pasrahkan semua nya pada Tuhan Yang Maha Kuasa." Ucap nya terdengar sangat bijaksana.
Alika hanya terdiam mendengar perkataan nenek nya tersebut.
"Jangan merasa sendirian disini. Nenek janji akan merawat mu sampai kamu bisa mencapai cita-cita mu. kau mau ikut bersama nenek kedesa? Disana banyak orang baik yang akan jadi temanmu." Mendengar nya membuat alika berpikir kembali jika hidup nya mungkin akan terasa mudah, Jika jauh dari hal-hal yang berhubungan dengan kedua orang tua dan kakak nya.
"Tapi, kan disana ada mbak mey." Ucap alika.
"Dia sedang pergi merantau." Jawab nenek nya.
"Kemana? untuk apa?" Tanya alika penuh dengan rasa penasaran.
"Ke kota X. Kata nya disana ada satu teman dekat yang menawarkan pekerjaan untuk nya." Jelas sang nenek.
Mey merupakan anak dari kakak ibu nya alika. Kedua orang tua mey masih ada. Namun, diri nya lebih memilih tinggal dengan sang nenek karena ingin menemani nya.
Setelah lulus SMA dia memang langsung bekerja di salah satu toko besar di kota nya. Tapi, karena toko itu bangkrut dia jadi merantau untuk mengadu nasib.
"Kenapa aku nenek tidak memberitahu kami saat itu." Alika sedikit kecewa karena tidak diberitahu mengenai mey.
"Kalau kalian tau. Pasti kalian akan melarangnya." Tukas nenek.
"Iya itu pasti. Karena kami sangat menyayangi nya." Ungkap alika.
Obrolan mereka berlanjut dan beralih topik. Sampai pada akhir nya ada suara ketukan pintu dari luar rumah.
"Permisi..." Samar-samar terdengar seseorang berteriak.
Nenek yang hendak membuka nya segera dicegah oleh alika. Ia tidak ingin merepotkan beliau.
"Biar aku saja yang membuka nya." Meskipun dalam kondisi yang kurang bagus, dia tidak ingin menyusahkan nenek nya.
Alika beranjak dari tempat duduk nya. Lalu, pergi untuk membuka pintu.
'Siapa yang bertamu disaat seperti ini.' Pikir nya.
Klek! pintu telah terbuka dan saat itu alika mendapati seorang wanita muda mengenakan cardigan berwarna pastel dengan rambut diikat seperti ekor kuda.
Sebelum menjelaskan maksud dan tujuan nya datang kemari. Dia tersenyum ramah pada alika. Alika dengan mata sembab nya membalas senyuman nya.
"Maaf kalau boleh tau kau siapa ya?" Tanya alika sambil mengerutkan kening nya.
"Oiya perkenalkan nama saya alifa. Saya adalah perawat dirumah sakit harapan bunda. Saya datang kemari hanya untuk mengantarkan barang milik Almarhumah yang tertinggal di sana." Wanita muda itu pun menyerahkan sebuah plastik berwarna putih kepada alika.
BERSAMBUNG ~~
Hidup harus tetap berjalan meski sekarang alika sedang berduka. Langkah nya menuju masa depan masih panjang. Dia tidak boleh lama-lama meratapi kesedihan nya. Sang nenek membawa nya ke tempat dimana beliau tinggal.
Beliau hanya ingin memberikan kehidupan yang baru pada nya. Sehari setelah nya alika memutuskan untuk menetap di sebuah desa kecil. Tempat dimana sang ibu lahir dan dibesarkan.
Pemandangan yang sangat indah sudah cukup membuat alika merasa terhibur. Walaupun setahun sekali dia dan keluarga nya sering berkunjung. Tapi, entah kenapa rasanya seperti baru pertama kali datang kesini.
"Whoa kapan terakhir kali aku kesini? Rumah nenek sudah banyak berubah jadi lebih bagus." Seperti biasa nya alika selalu menunjukkan wajah antusias saat melihat sesuatu yang menyenangkan nya.
"Sebelum mey pergi."
Alika menganggukkan kepala. Lalu, pergi ke kamar khusus yang disediakan oleh nenek nya.
Kamar kecil itu diapit oleh dua kamar lain nya. Ada stiker love dan beruang yang hampir mengelupas masih tertempel di pintu. Alika menyentuh stiker-stiker itu sambil mengingat saat dimana dia dan kak alya menempel nya.
Dia kembali mengingat kenangan bersama kak alya. Mereka adalah gadis-gadis periang yang selalu mencairkan suasana dimanapun kedua nya berada, terutama kak alya. Alya merupakan sosok kakak yang sangat kuat, baik hati, dan cantik.
Dia senang membantu orang-orang yang sedang kesusahan tanpa pamrih. Hidup nya juga sangat beruntung karena ia telah dipertemukan dengan laki-laki yang akan menikahi nya tahun depan.
Namun, harapan itu pupus saat Tuhan memanggil kak alya lebih cepat. Sang kekasih pun terpukul dengan kepergian nya. Rencana yang telah di susun rapi hancur dalam sekejap.
Tanpa alika sadari air mata nya menetes lagi. Terlalu banyak moment yang dilakukan bersama kakaknya. Jadi, sulit bagi alika untuk melupakan hal tersebut begitu saja.
"Sudahlah jangan diingat-ingat lagi. Lebih baik hapus air mata mu." Untuk kesekian kali nya sang nenek berusaha menghibur alika.
Alika menatap nya dengan tatapan pilu. Kehilangan seseorang yang disayangi memang tidak semudah itu. Terlebih lagi ia belum sempat mengucapkan kata maaf dan terima kasih pada sang ibunda tercinta.
Sang nenek memeluk cucu kesayangan nya tersebut.
***
Sudah sepekan alika berada dirumah nenek nya. Sebuah desa kecil nan indah penuh kenangan itu kini telah menjadi tempat berteduh untuk selama-lama nya.
Sebelum menuntut ilmu disekolah baru nya. Ia banyak menghabiskan waktu dengan membantu sang nenek bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah seorang ibu tunggal yang memiliki seorang anak lelaki. Tapi, anak nya sedang bekerja di kota. Alika jadi tak perlu merasa risih atau cemas karena keberadaan anak majikan nya tersebut.
"Sekarang nak alika kelas berapa?" Tanya ibu itu saat diri nya tengah membersihkan meja tamu. Beliau sudah mengenal alika dengan baik. Meski belum seluruh nya mengetahui identitas diri nya.
"Aku sudah kelas 3 bu. Sebentar lagi lulus." Sahut alika dengan sopan dan ramah.
"Aku sangat senang pada mu. Seandainya aku pumya menantu seperti mu." Ucap dengan raut wajah bahagia. Nampak nya beliau sangat menyukai alika.
"Ibu baru saja kehilangan suami. Tapi, anak ibu satu -satu nya belum sempat menemukan jodoh nya. Padahal usia nya hampir menginjak 30 tahun. Banyak wanita yang ibu kenalkan. Tapi, berakhir dengan kegagalan. Anak ibu sangat pemilih. Itu yang buat dia susah jodoh." Mendengar beliau bercerita alika sedikit membayangkan bagaimana sosok nya itu.
"Kamu mau tidak jadi menantu ibu?" Tiba-tiba kalimat itu keluar dari mulut beliau.
Alika membelalakan kedua mata nya. Dia tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar nya tersebut.
Melihat itu ibu lola langsung berkata. "Tidak usah takut, nak. Ibu tak memaksa mu."
"Eung.. tidak apa-apa bu. Aku mengerti keadaan ibu." Balas alika.
Kemudian ia izin untuk membersihkan dapur dan kamar mandi.
Baru seminggu kerja disini alika sudah bisa merasakan kebaikan bu lyla. Beliau tak pernah membebani apapun pada nya. Hanya pekerjaan ringan yang diri nya lakukan. Untuk urusan masak dan lain sebagai nya beliau kerap kali melakukan nya seorang diri. Disini, nenek alika juga hanya diberi tugas untuk menyapu dan mengepel.
Bahkan, bu lyla sering memberikan uang lebih pada nenek nya yang sudah bekerja selama 20 tahun. Meskipun, keluarga nya masih mampu memberikan uang pada beliau. Tapi, sang nenek tak terlalu mengharapkan nya.
"Nak, tadi bu lyla bicara apa saja?" Tanya nenek nya yang baru datang dari arah garasi.
"Hm.. gak nek, cuman ngobrol biasa aja."
"Oiya.. "
"Memang nya kenapa, nek?" Tanya alika yang mulai dihinggapi rasa penasaran.
"Bu lyla itu kasian banget.. Soalnya suaminya meninggal baru-baru ini. Terus beliau juga belum sempat menemukan jodoh untuk anak semata wayangnya yang sedang bekerja dikota." Ucapan sang nenek persis dengan apa yang tadi alika dengar dari bu lyla
"Memang nyaa usia anak bu lyla berapa nek?" Tanya alika. Dia pura-pura tidak mengetahui nya.
"Tahun depan mau 30 tahun." Jawab nya.
Alika semakin penasaran dengan sosok yang dimaksud. Di umur yang sudah terbilang matang itu kenapa anak bu lyla menikah.
"Dia anak nya agak pemilih. padahal ibu nya sering mengenalkan wanita yang usia nya tidak jauh dari nak adnan. Tapi, selalu gagal. Dia selalu beralasan tidak ada yang cocoklah, tidak nyamanlah. Padahal wanita-wanita yang dikenalkan oleh bu lyla dari keluarga baik-baik semua." Nenek nya kalau sedang menceritakan suatu hal pasti selalu serius.
Alika hanya terdiam mendengarkan cerita sang nenek. Tidak tau harus jawab apa? Karena sebelum nya dia sudah tau dari bu lyla.
"Tapi, beliau tidak pantang menyerah mencarikan jodoh untuk anaknya. Sebelum beliau meninggal beliau ingin melihat anak nya menikah." Lanjut nenek nya.
"Oiya, nek. Kasian bu lyla. Mudah mudahan suatu hari nanti keinginan nya terkabul." Ucap alika.
Obrolan mereka berakhir saat nenek nya dipanggil keruang tengah oleh bu lyla. Sementara itu, alika melanjutkan pekerjaan nya sampai selesai.
Hari sudah mulai siang dan dari pagi alika belum makan makanan yang berat. Hanya secangkir teh hangat dan gorengan yang baru masuk keperut nya.
Dia pun menyempatkan diri untuk mengisi perut nya yang keroncongan. Kebetulan masih ada lauk bekas tadi sarapan bu lyla dimeja makan. Saat hendak menyendok ikan dan tempe ke dalam piring. Bu lyla datang sambil menjinjing kantong kresek berisi makanan yang sudah dipesan nya lewat online.
"Alika, jangan dulu makan. Ini ibu bawakan makanan enak buat kamu. Semua ini makanan kesukaan anak ibu. Ayo kita cicipi bersama!"
Perhatian semacam ini membuat alika semakin mempertanyakan banyak hal.
BERSAMBUNG~~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!