NovelToon NovelToon

MY KETOS VS SAHABAT MASA KECILKU

BAB 1. HARI PERTAMA DI SEKOLAH

"Woi (minggir)! Halangin jalan aja!"

Suara klakson mobil dari gerbang sekolah mengejutkan Ve. Seorang gadis berkulit putih berteriak dari dalam mobilnya karena ada siswi lain dengan rambut lurus sebahu menghalangi jalan.

"Minggir nggak! Atau gue tabrak!" teriaknya sekali lagi.

"Iya-iya aku minggir," gerutu gadis berkulit kuning langsat dengan hidung mancung itu.

Ia memakai seragam putih abu-abu yang sama dengannya, bahkan dengan bet sekolah yang sama, bertuliskan "SMA TUNAS BANGSA"

Begitulah nama yang tersemat di bahu sebelah kanannya. Sebuah sekolah terfavorit dan populer di Ibu Kota.

“Yes, akhirnya aku bisa sekolah di sini,” gumam Ve senang setelah minggir dari jalan gerbang tadi.

Ve melangkah bahagia, ia segera berlari masuk dan membaurkan diri bersama siswa-siswa lainnya. Meski di dalam hati Ve, tetap menggerutu.

“Busyet, anak SMA berangkat sekolah aja diantar pakek mobil semua, mana mobilnya mewah-mewah,” batin Ve teriris ketika mendapati dirinya yang berbeda.

“Kuat-kuat, yang kuat, ya, Ve. Pasti lo bisa kek gitu.”

Tak mau berkecil hati, Ve tetap melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya. (Bagi Ve, tidak perlu menjadi seperti orang lain, selama ia mampu berdiri diatas kakinya sendiri.)

Karena asyik berjalan, tiba-tiba saja ia hampir (ditabrak) segerombolan anak gadis yang datang dari arah berlawanan.

Ve menoleh.

“Ganteng banget,” batinnya.

Karena Ve tidak minggir, tanpa bisa dihindari akhirnya ia ditabrak oleh sebagian remaja tadi.

Ve terjatuh. Mau tak mau ia pun jatuh terjungkal, untung saja kedua tangannya masih sempat menutupi segitiga bermuda miliknya. Kalau tidak bisa-bisa jadi santapan buaya di sekolah barunya.

“Asem! Asem bener deh, pagi-pagi dah diseruduk rombongan kambing aja!” umpatnya kesal.

Baru saja ia membersihkan sisa-sisa debu di roknya, ada tangan terulur padanya. Ve mendongak menatap lelaki di hadapannya, sejenak ia terpesona. Tak menyangka masih ada orang baik di sekolah ini. Kemudian ia meraih uluran tangan lelaki tampan itu, dan tersenyum.

"Terima kasih banyak, Kak," ucap Ve sopan sedikit menunduk.

“Hmm, sama-sama.”

Tanpa mau melihat Ve lagi, pemuda itu segera melangkahkan kaki pergi menuju kelasnya. Sebenarnya Ve ingin bertanya sesuatu padanya, tetapi sepertinya pemuda tadi sudah hilang dari pandangan dan menuju kelasnya.

"Hmm, untung ada cogan."

Tak mau bermonolog lebih lama akhirnya Ve kembali mencari kelasnya. Matanya menyisir ke kanan dan ke kiri sambil membaca papan nama yang menempel di setiap ruang kelas. Maklum saja saat ia dinyatakan lolos masuk sekolah, ia tidak bisa hadir karena neneknya sakit.

Ve bukan anak orang kaya, tetapi wajahnya cantik dan tubuhnya begitu proporsional, sehingga mampu menyihir mata para siswa laki-laki di sana.

Sayangnya, Ve adalah cewek tomboy yang sangat cuek terhadap lingkungan. Bahkan ia tergolong nekat tetapi mandiri.

Sekian lama mencari, akhirnya, kedua mata Ve terkunci pada sebuah kelas yang ramai, bahkan pintunya kelihatan penuh sesak disana. Ia pun melihat papan diatas pintu kelas tersebut.

“Kelas 1A, yes akhirnya ketemu,” ucapnya senang.

Ia pun segera berlari menuju kelas tersebut, lalu mulai mencari celah agar ia bisa masuk ke dalam sana.

“Bubar, bubar!” Terdengar instruksi lantang dari seorang guru yang tiba-tiba datang.

Akhirnya mau tak mau semua siswa segera membubarkan diri dan menuju kelas masing-masing.

Ve akhirnya mendapat angin segar karena kedatangan Guru tersebut bisa membantu ia masuk kelas. Sayangnya, tanpa permisi ia langsung nyelonong masuk ke dalam kelas.

“STOP!” ucap guru itu ketika melihat Ve masuk kelas.

Sorot mata guru tersebut seperti menelan**ngi tubuh Ve. Hingga Ve pun bergidik ngeri karenanya.

“Kamu siapa, kok, berani masuk kelas saya?” hardik sang Guru pada Ve.

Ve pun berbalik dan memberikan hormat pada gurunya terlebih dahulu.

“He he he, perkenalkan, saya Veeya Nazia Raya Pak, siswa kelas 1A.”

Kedua mata Bapak Guru tersebut berbinar senang untuk sesaat. Tapi entah sejak kapan sorot matanya sudah kembali normal seperti tidak terjadi apa-apa di sana.

"Kenalkan saya Pak Prapto, wali kelas 1A," ucapnya sambil mengulurkan tangan, sedangkan siswa di kelas sudah bersorak tidak karuan.

"Cie ... cie ... cie ...."

"Uwwu!"

"DIAM!" gertak Pak Prapto pada siswanya.

“Ah, iya ... kamu murid baru dengan nilai UN 58,6 itu, ya?”

Ve menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengangguk perlahan.

“I-iya, Pak, bagaimana Bapak bisa tahu?"

"Oh, ya, jelas, lah, wong saya gitu loh!" ucapnya bangga.

"Woi ... awas kemakan buaya!" seru anak-anak di kelas.

Tiba-tiba suasana kelas menjadi gaduh sejak kedatangan Ve. Apalagi melihat interaksi Ve dan Pak Prapto pagi itu.

"Ya ampun, kenapa nggak ngomong dari tadi, silakan duduk dimana kamu suka.”

“Terima kasih, Pak,” ucapnya sopan.

Ve mulai melihat seisi kelasnya. Hingga ahirnya sepasang mata Ve tertuju pada sebuah kursi kosong tepat di samping seorang siswa laki-laki. Tanpa menunggu lama, Ve segera menuju kursi kosong itu dan duduk disana.

"Misi, Mas, saya boleh, kan duduk di sini?" tanya Ve pada teman barunya.

Tiba-tiba saja siswi di belakangnya menggebrak mejanya. Sontak saja semua mata tertuju pada Ve dan gadis itu.

“Astaghfirullah, kenapa lagi si gadis itu?” tanya Ve dalam hatinya.

Tanpa sadar Salsa menggebrak meja, hal itu membuat perhatian seluruh anggota kelas tertuju padanya.

Pak Guru menurunkan kacamatanya.

“Ada apa Salsa?”

“Eh, tidak apa-apa, Pak, maaf tadi ada kecoa di meja saya, makanya saya geprek pakai buku,” ucapnya sambil meringis.

“Mana ada kecoa di kelas ini, sudah segera duduk kembali, pelajaran akan saya mulai segera, PAHAM!”

“Paham, Pak!” seru semua siswa.

Akhirnya Salsa kembali mendudukkan dirinya di kursi dengan hati yang masih tidak terima, karena ada siswa cewek yang berani duduk dengan pujaan hatinya.

“Beraninya dia duduk di dekat Al,” gumam Salsa yang sudah dibakar api cemburu.

"Sabar dulu Sal, nanti baru kita kerjain," ucap teman bangkunya.

Sementara itu Al masih cool bergeming. Kegiatan belajar pagi itu pun akhirnya dimulai. Padahal hari itu hanya perkenalan dan pembagian jadwal sekolah, tetapi sudah membuat Salsa dan gengnya sudah tidak betah.

Bel bunyi istirahat sudah berbunyi.

Semua siswa berhambur keluar kelas kecuali Ve, Al dan geng Salsa saja.

“Gimana kalau pas OSPEK besok, kita mulai kerjain tuh gadis,” tunjuk Salsa pada Ve yang masih betah duduk di kursinya.

"Boleh, ide yang bagus."

Ve memang masih duduk anteng di kursinya. Ia tak biasa pergi ke kantin. Ia sudah terbiasa membawa bekal dari rumah, dan akan memakannya saat istirahat tiba.

“Kenapa masih duduk di sini? Demen deket dengan saya, ya?” tanya Al masih dengan hawa dinginnya.

“Astaga, nih, cowok pede amat sih, makannya apaan coba? Sok kegantengan gitu,” caci Ve dalam hatinya.

Akan tetapi ia tidak mengutarakan isi hatinya, maklum masih jaga image. Sebenarnya Ve adalah gadis bar-bar, hanya saja sikapnya akan muncul di waktu dan tempat yang tepat.

“Maaf, Kak, saya tidak biasa pergi ke kantin, karena saya bukan orang kaya, jadi saya membawa bekal sendiri dari rumah.”

“Owh ....”

“Kakak mau cobain bekal punya saya, mungkin?”

Meski Ve enggan tetapi ia tetap menawari teman sebangkunya.

"Padahal enak, loh, Kak, serius," ucap Ve dengan wajah imut.

"Serius, emang muka saya becanda, ya!" gertak Al tidak suka.

"Slow, Men, gitu aja ngegas!"

.

.

 

...🌹Bersambung🌹...

...Alhamdulillah gak menyangka ahirnya karya ke sembilan meluncur sudah, semoga tidak bosan dengan karya milik Fany ya kak, semoga masih setia membaca kisah-kisah cinta remaja versi Fany.. semoga suka🙏🙏🙏...

...JANGAN LUPA LIKE, dan FAVORIT ya kak, makasih 🙏🙏...

BAB 2. BERTEMU DENGAN MU

"Beginikah sikap orang kaya, yang selalu berbuat sesuka hatinya, dan seenak jidatnya kek gitu?" batinnya.

Meski Ve tidak suka, tetapi ia masih bersikap sopan. Jangan ditanya lagi, ia pun sudah bersiap mengerjai Al.

"Kalau kamu bisa, kenapa aku enggak?" batin Ve.

Al sempat melirik bekal yang Ve bawa, tetapi ia amat gengsi untuk ikut menyantapnya. Padahal di dalam kotak bekal berwarna pink muda itu terdapat dua gulungan daun pisang yang panjang dan kelihatannya menggugah selera.

Tetapi Al tidak tau, isi dibalik bungkusan daun pisang tadi. Hanya saja bau wangi masakan sudah tercium sejak Ve membuka kotak bekalnya tadi. Tak disangka jawaban Al begitu simpel, hingga akhirnya Ve hanya melongo ketika mendapat penuturan dari Al.

“Tidak terima kasih, saya lagi puasa.”

“Waaawwww, keren, hari ini anak SMA masih mau puasa, cara berbohongnya berkelas sekali," gumamnya dalam hati.

Meski begitu ia tidak menunjukkan kalau dirinya sudah tahu akan kebohongan yang dilakukan oleh Al.

“Oh, maaf Kak, saya tidak tahu, padahal ini arem-arem paling enak buatan Nenek saya loh, tapi karena kakak puasa, jadi maaf, saya tetap makan disini ya, Kak, hehehe ....”

"Sue, nih anak kayaknya tau kebohongan gue!"

Al mengangguk perlahan. Ve memang sengaja mengetes persentasi kebohongan yang dilakukan siswa laki-laki di sampingnya ini. Terbukti ia berhasil melakukannya.

Tentu saja karena Ve sempat melihat Al menelan salivanya untuk beberapa kali, sesaat setelah Ve membuka bungkusan arem-arem miliknya dan mulai melahapnya.

"Hem, nyam-nyam, enak banget."

GLEK

Terdengar sebuah bunyi saliva yang begitu lirih tetapi masih bisa terdengar oleh Ve. Maklum saja gendang telinga Ve terlalu peka.

"Lama-lama disini, gue bakal ketahuan kalau bohong nih."

Akan tetapi, Al merasakan tubuhnya kaku dan tidak bisa beralih dari kursi itu. Sehingga, mau tidak mau ia menemani Ve melahap bekas makan siangnya hingga tandas tak tersisa, tetapi sorot matanya ia alihkan pada buku yang ia baca.

Ve sempat mengintip sekilas wajah teman sebangkunya itu sebelum ia melahap habis dua bungkus arem-arem besar miliknya. Apalagi Ve memakannya dengan sangat lahap.

Memang benar Al hanya berbohong, tetapi Ve memakluminya, mungkin karena ia sangat gengsi padanya, terlebih ia anak orang kaya.

“Alhamdulillah,” ucap Ve ketika bekalnya habis.

“Oh ya, Kakak namanya siapa, aku Ve,” ucapnya ramah sambil mengulurkan tangannya.

Tetapi dasarnya Al, ia hanya menjawab dengan suara saja tanpa membalas uluran tangan Ve.

“Panggil saja aku Al,” ucapnya singkat.

“Oke, kalau begitu aku panggil Kak Al saja ya.”

“Iya.”

Belum sempat Ve mengajaknya berbicara, Al sudah meninggalkannya sendirian di kelasnya.

“Dih sama saja bohong, tetap aja gue sendiri, sue!”

Sementara Al yang berjalan ke toilet merasakan hal aneh pada jantung dan pikirannya yang tiba-tiba tak sejalan.

"Kenapa pula jantung gue jedag-jedug kek gini, hanya berdekatan dengan gadis itu saja sudah membuatku pusing," keluh Al sepanjang jalan.

Sayangnya semua tingkah mereka berdua terekam oleh Salsa dan gengnya.

"Awas aja Lu berani deketin Al lagi, gue jamin Lu gak bakalan betah sekolah di sini!"

🍃Keesokan harinya.

“Selamat pagi anak-anak, sesuai kesepakatan hari kemarin, mulai hari ini kalian akan menjalani masa OSPEK selama satu minggu ke depan,” ucap Pak Prapto wali kelas Ve.

"Siap, Pak."

"Silakan kalian semua berbaris rapi di halaman sekolah!"

"Siap."

Hingga anak-anak kelas 1A mulai keluar dari kelas dan berjajar rapi di halaman sekolah. Hampir semua anak sudah memakai atribut untuk OSPEK hari ini, tak terkecuali Al dan Salsa. Sayangnya Ve belum terlihat pagi itu.

“Dimana anak itu?” batin Al

Sorot matanya masih menatap tajam ke arah gerbang sekolah, sayang, tidak ada tanda kehidupan disana ataupun tanda kedatangan siswa. Di saat semua siswa baru masih sibuk dan fokus mengikuti upacara pembukaan masa OSPEK, Al malah memikirkan Ve.

Hal itu sempat terlihat oleh Salsa yang kebetulan berada di dalam satu barisan bersama Al. Terlihat sekali mata Al sesekali melihat ke arah gerbang sekolah. Seperti seseorang yang sedang menunggu kehadiran orang lain disana, tetapi yang ditunggu tidak kunjung datang.

🍃Sementara itu di rumah Ve.

GEDUBRAK!

Ve jatuh terjungkal karena ia barusan mimpi buruk. Sedangkan dari arah dapur nenek sudah berteriak. Suaranya yang nyaring membuat ayam-ayam milik Ve kabur berlarian menyelamatkan diri. Tetapi tidak dengan Ve yang hobi molor.

“Astaghfirullah ....” keluhnya sambil memegangi kepalanya yang terantuk lantai.

Belum sempat ia berdiri, suara teriakan sang nenek sudah menggema di dalam rumah. Dengan segera Ve berlari keluar kamar untuk menghampiri nenek sebelum letusan Hiroshima meledak untuk kedua kali.

“Rayaaaa... !!" teriak nenek Safa.

“Iya, Nek,” jawab Ve setelah sampai di bibir dapur.

Raya adalah sebutan untuk Ve ketika berada di rumah. Sedangkan untuk teman sekolahnya ia biasa dipanggil dengan nama Ve.

“Jam berapa ini, segera mandi dan sekolah!” titah nenek.

“Haduh, telat lagi nih ... astaga!”

Dengan segera Ve mengambil handuk lalu segera mandi. Tanpa sarapan ia pun segera memakai atribut untuk OSPEK hari itu dan bergegas untuk berangkat sekolah.

“Ve berangkat dulu Nek, Assalamu’alaikum,” pamitnya pada nenek sembari menyambar sekotak bekal makanan yang sudah disiapkan nenek.

“Sepuluh menit lagi gerbang sekolah bakal ditutup nih,” gumamnya sambil berlari.

Beruntung ada sebuah mobil yang memberikan tumpangan padanya. Tetapi suara klakson begitu mengganggu gendang telinga milik Ve.

"Astaga, siapa lagi yang berisik, nggak tau apa gue lagi buru-buru," umpat Ve kesal.

.

.

Pagi itu Kenzo merasa kurang enak badan, hingga ia harus meminta ijin pada kedua orangtuanya untuk diantar sopir ke sekolah.

“Pa, Ma, aku ijin pakek sopir buat antar ke sekolah ya.”

“Memangnya kamu kenapa, Nak?”

“Kurang enak badan, Ma.”

“Ya sudah, kebetulan Pak Mamat bisa nganter kamu.”

“Oke Ma, aku berangkat dulu Ma, Pa, Assalamu’alaikum,” pamitnya.

"Wa'alaikum salam."

Setelah siap, ia bersama supir pergi menuju sekolah. Kebetulan saat di jalan ia melihat seorang siswi yang memakai atribut yang sama dengannya sedang berlari.

Melihat seorang gadis berlari sambil menenteng kotak makanan membuat Kenzo iba. Karena merasa kasihan, ia pun memberikan tumpangan padanya. 

TINT!!

"Berisik woi, sakit gendang telinga gue!" Ve berteriak menutup telinganya, ia merasa terganggu.

Sedangkan Kenzo tertawa di dalam mobilnya.

Merasa ada mobil yang berhenti, Ve mengeryitkan keningnya. Tanpa takut ia menghampiri mobil tersebut dan mengetuk pintu kaca mobil.

“Siapa?” tanya Ve sambil menempelkan wajahnya ke arah kaca mobil.

Kenzo hanya menurunkan kaca mobilnya.

“Masuk aja, nanti keburu telat.” Ajak Kenzo sambil membuka sedikit kaca mobilnya.

Melihat Ve ragu, ia pun menunjukkan atribut sekolah yang sama dengannya.

"Udah masuk aja, gue bukan orang jahat kok! Sans aja lagi!"

Tanpa berpikir panjang ia pun segera naik ke mobil itu, lagi pula ia bisa telat kalau menolak ajakan pemuda itu.

“Terima kasih, ucapnya saat ia baru saja duduk.”

“Sama-sama, eh kamu sekolah di SMA TUNAS BANGSA juga ya?”

“Iya, Kakak kok tau.”

“Kan keliatan dari bed sama atribut yang kamu pakek, kita sama 'kan?”

“Eh iya, kita sama, wkwkwk ....”

“Kenalkan aku Kenzo, kamu?” tanyanya sambil mengulurkan tangan.

“Veeya, panggil saja Ve.”

“Kakak juga ikut OSPEK juga kah?”

“Iya, kita sama-sama siswa baru nih kayaknya.”

“Ha ... ha ... semoga tidak telat ya.”

“Aamiin ....”

“Lagian kalau kena hukuman pun, ada kamu yang nemenin,” ucap Kenzo pun mulai mengakrabkan diri dengan Ve.

“Wkwkwk ... Kakak bisa aja.”

Sebenarnya pakaian Ve sudah sesuai standart, cuma karena pertumbuhannya terlalu cepat maka rok yang ia pakai pun terlihat cepat naik dan kelihatan pendek. Sehingga tanpa sengaja mata Kenzo melirik paha mulus milik Ve. Untung saja Ve peka, sehingga dengan spontan ia menutupinya.

“Bukankah di sekolah kita nggak boleh memakai rok pendek?” tanya Kenzo.

“Iya Kak, cuma karena belum ada uang, terpaksa aku memakai rok bekas saudaraku.”

“Ha-ah! Rok bekas?” tanya Kenzo dalam hati.

“Jaman begini masih ada hal seperti ini.”

Kenzo pun semakin ingin tau kehidupan gadis disampingnya ini.

“Ahirnya kita sampai, terima kasih, Kak.”

“Sama-sama, eh, tunggu aku ....”

Tak lama kemudian Kenzo sudah berdiri di samping Ve. Tetapi pandangan semua siswa dan siswi yang berada di tengah lapangan melihat mereka berdua.

“Eh, kita telat ya?”

Pandangan wali kelas mereka begitu tak terbaca. Hingga langkah kakinya berhasil mendekati Ve dan Kenzo yang masih mematung tepat di sebelah pos satpam.

“Kalian terlambat?” tanya Bapak Wali kelas.

“I-iya, Pak.”

.

.

...🌹Bersambung 🌹...

...Apakah Ve dan Kenzo akan dihukum? kita simak di bab selanjutnya, terimakasih sudah mampir....

...Jangan lupa VOTE/Kopi/atau kembangnya ya kak, makasih...

BAB 3. PERSAINGAN

“Taruh tas dan topi kalian di pinggir lapangan! Segera bergabung dengan teman-teman kalian untuk ikut OSPEK!”

“Ba-baik, Pak.”

“Tuh, 'kan, kita nggak dihukum,” bisik Kenzo tepat di telinga Ve.

Ve hanya mengangguk lalu mengikuti langkah Kenzo yang sudah lebih dulu bergabung dengan siswa lain.

"Semoga aja nggak di hukum, tapi feeling gue mengatakan hal lain, astaga! Amit-amit, deh."

Tak mau kena semprot dua kali, Ve bergegas bergabung dengan barisan teman satu kelasnya. Jangan ditanya tatapan Al terhadapnya, sebuah tatapan yang sulit diartikan tetapi berhasil membuat Salsa marah.

Lalu mereka berdua segera bergabung dengan barisan siswa-siswi yang ikut upacara pembukaan OSPEK. Tiga puluh menit kemudian, akhirnya upacara selesai. Semua siswa dibagi menjadi empat grup. Siswa laki-laki terpisah dengan siswa perempuan.

Di hari pertama OSPEK, Pak Prapto memberi tugas pada semua siswa untuk membuat sebuah prakarya yang terbuat dari barang bekas. Entah itu botol bekas ataupun plastik bekas snack.

"Ada yang ditanyakan? Semuanya sudah jelas, bukan?"

"Sudah, Pak!"

"Oke, kalau begitu, besok pagi karya tersebut harus dikumpulkan, mengerti!"

"Mengerti, Pak."

"Bubar jalan, GRAKK!"

Setelah latihan baris berbaris selesai, semua siswa segera berganti baju dan kembali ke kelas masing-masing.

Tepat pukul sembilan pagi, para siswa sudah masuk kelas untuk mengikuti pelajaran seperti biasa. Akan tetapi tidak untuk Ve dan Kenzo, yang mendapat hukuman berdiri di bawah tiang bendera selama jam istirahat.

"STOP! Kalian mau kemana?"

Sontak saja Kenzo dan Ve terdiam di tempat. Mereka pun menoleh.

"Selama jam istirahat, kalian berdua saya hukum untuk memberi hormat pada Sang Merah Putih!"

"Tuh, kan bener," batin Ve.

"Siap, Pak, laksanakan!"

Dengan sigap, mereka berdua segera berdiri di depan tiang bendera di tengah lapangan itu. Tak lupa dengan sikap sempurna. Salah satu tangan mereka kompak memberi hormat ke arah Bendera Merah Putih.

Tentu saja hal itu semakin membuat Kenzo dekat dengan Ve.

“Huu ... baru dua hari masuk sekolah, udah dapat hukuman!” Seru siswa lain yang melihat Ve dan Kenzo dihukum.

“Yang satu cantik, yang satu ganteng, kayaknya cocok tuh!” celetuk yang lain.

Begitulah fenomena yang terjadi di sekolah, ketika ada siswa yang terkena hukuman. Tetapi hukuman memang harus ditegakkan, agar siswa terbiasa hidup disiplin.

“Sa, lihat deh saingan lo, baru hari kedua masuk sekolah udah bikin masalah."

“Ho-oh tuh, Sa, kayaknya dia nggak pantes saingan sama lo buat dapatin Al, deh.”

“Ya jelas lah, jelas menang gue ketimbang dia,” ucap Salsa sombong.

Setelah puas mencemooh Ve, Salsa and the geng segera pergi dari area itu. Sedangkan Al baru saja kembali dari kantin. Tetapi ia geleng-geleng ketika melihat sahabatnya ikut-ikutan dihukum bersama Ve.

🍃Di tengah lapangan.

Ketika mendapat hukuman, Kenzo menanggapi dengan santai. Lain lagi dengan Ve yang di keningnya sudah keluar keringat sebesar biji jagung.

Maklum biasanya jam segini ia sudah makan bekalnya. Tetapi karena kena hukuman, alhasil kotak bekal makanan miliknya, hanya bisa melambai-lambai ke arahnya.

Untuk mengusir kecanggungan yang terjadi Kenzo mengajak ngobrol Ve.

“Ve, lo kenal sama anak tadi, nggak?”

“Hmm, yang mana?”

Ve mulai memicingkan matanya untuk mencari sosok yang dimaksud Ken.

“Aduh, kamu dari kelas berapa sih?”

“Kelas satu A,” jawab Ve.

“Harusnya kalau kamu kelas satu A kenal dong sama yang namanya Al.”

“Hmm, pemuda dengan wajah jutek 'kah?”

“Hahaha, jutek? Dia mah nggak jutek, cuma alergi sama wanita!"

“What's?” tanya Ve terkejut.

“Bukan dalam tanda kutip dia belok ya, cuma dia kurang peka terhadap perasaan wanita!”

"Oh," Ve manggut-manggut.

“Kenapa?”

“Karena dia teman gue, jadi gue lebih dekat dan paham sama dia.”

“Owh ... gitu, sayangnya gue nggak percaya tuh, Kak.”

“Asem, jadi buat apa gue cerita sama elu.”

“Wah kalau itu maaf, Ve nggak paham, sorry.”

Belum sempat mereka berbincang lebih lama, bel sekolah sudah berbunyi.

“Maaf, Kak, mau masuk dulu.”

“Oke, papay Ve.”

“Papay, Kak!”

Ve pun melambaikan tangannya ke arah Kenzo, begitu pula sebaliknya. Hingga akhirnya mereka sudah berada di kelas masing-masing. Tetapi sayangnya kedekatan Ve dengan beberapa lelaki idola di sekolah, membuat Salsa semakin tidak suka. Ia pun menyusun beberapa rencana untuk Ve.

Beberapa hari kemudian ternyata ada pemilihan ketua OSIS yang baru. Karena peraturan sekolah mewajibkan setiap tahun harus berganti pengurus OSIS. Hal itu agar setiap siswa yang menjadi OSIS bisa berlatih tanggungjawab.

"Sa, lihat deh, ada pemilihan ketua OSIS, kayaknya Al cocok di posisi itu deh!"

"Iya Sa, apalagi Al itu 'kan calon pacar kamu, kalau dia jadi KETOS, bukankah kamu bakal makin bersinar di sekolah."

Salsa pun membenarkan perkataan teman-teman gengnya. Sementara itu, kegiatan OSPEK masih berlangsung hingga satu minggu ke depan. Entah kenapa Al selalu memimpin dalam setiap kegiatan.

Seperti pagi itu, Al menegur Ve yang salah dalam melakukan gerakan gerak jalan.

“Siswi bernomor punggung delapan, silakan keluar barisan!” Titah Al pada Ve.

Dengan segera Ve keluar barisan. Ia bingung kenapa ia harus keluar dari barisan. Sayangnya ia langsung berhadapan dengan ketua tim. Siapa lagi kalau bukan Al.

Padahal ia mendengarkan baik-baik semua instruksi dari Al dengan baik.

“Sudah tau kesalahanmu?”

“Belum, Kak!”

“Sudah pernah ikut kegiatan baris berbaris?”

“Sudah.”

“Harusnya kamu tau, kalau kamu melakukan salah satu kesalahan, maka tim kamu juga akan menanggung akibatnya!” gertak Al.

Ve mengangguk.

"Kalau begitu, sudah tahu kesalahanmu?

"Belum."

"Makanya perhatikan baik-baik instruksi dari saya!" gertaknya.

“Maaf,” cicitnya.

“Sekali lagi kamu melakukan kesalahan, maka tim kamu akan kena imbasnya! Paham!”

“Paham!”

“Oke, kembali ke barisanmu, sekarang!”

"Siap, Kak."

Belum sempat Ve masuk dalam barisan, ia limbung dan terjatuh. Ve, jatuh pingsan.

Semua siswa yang melihat hal itu panik, terutama Al dan Kenzo. Tetapi nyatanya, Al lebih dulu bertindak, ia segera menggendong Ve untuk menuju ruang UKS.

Tetapi sebelumnya, Al dan Kenzo sudah sama-sama memegang tubuh Ve. Mereka berebut untuk membawa Ve ke UKS. Bahkan sorot mata keduanya sudah menunjukkan persaingan.

"Biar saya saja yang membawa Ve ke UKS!" gertak Al.

"Kamu 'kan pemimpin barisan, lebih baik kamu urus tim kamu! Biar aku saja yang membawanya!"

"Tapi saya lebih bertanggung jawab atas tim yang saya pimpin! Kamu kembali ke barisan, sekarang!"

Saat itu Kenzo hanya bisa mengepalkan kedua tangannya karena hal itu.

"Oke, kali ini aku mengalah, tapi lihat saja nanti!"

Lain halnya dengan Salsa yang melihat hal itu.

"Cewek itu lagi," sungut Salsa dari tempatnya.

"Kenapa dia dan dia lagi sih!"

.

.

...🌹Bersambung🌹...

...Kira-kira, rencana Salsa selanjutnya apa ya? Jangan lupa LIKE, KOMEN, and FAVORIT ya, makasih...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!