NovelToon NovelToon

TERJEBAK DI DUNIA NOVEL SISTEM

Kecelakaan Mobil

Takut, itu yang dirasakan Aluna kali ini. Rasa takut akan kehilangan tiba-tiba muncul dibenak Aluna. Ya, hanya Ara keluarga satu-satunya yang dimilikinya saat ini, sementara gadis itu sedang terbaring lemah tak sadarkan diri.

"Bertahanlah, Ara!" ucap Aluna dalam hati. Air mata yang dari tadi sudah menggenang akhirnya keluar juga.

Aluna gadis cantik berusia dua puluh tahun. Berpenampilan sedikit tomboi sedang duduk sambil memegang nota pembayaran rumah sakit yang sudah seminggu belum dibayar.

Tangan kirinya memegang erat tangan Arabela, Adiknya. Ara sedang tertidur pulas di kasur rumah sakit. Ara mengidap penyakit leukimia dan sudah menjalani pengobatan selama setahun di rumah sakit.

Rupanya sebelum tertidur, Ara keasyikan membaca novel di platform Mangatoon yang membuatnya mengantuk. Aluna mengambil Handphone di tangan Ara dan menaruhnya di atas nakas.

"Kamu tunggu di sini dulu, Ara. Kakak akan segera kembali beberapa jam lagi.” Aluna mengusap rambut Ara yang sedang tertidur.

Malam ini Aluna akan mengikuti balap mobil liar. Hadiah yang akan ia peroleh sangat besar, bahkan bisa membayar semua biaya rumah sakit yang sudah menunggak dan pengobatan kesembuhan adiknya. Nilainya lebih dari cukup bisa membiayai hidup mereka berdua setahun ke depan.

Sambil mengusap air matanya, Aluna berjalan keluar dari pintu ruang inap adiknya. Tangan kanannya memegang sebuah formulir balap mobil. "Aku akan melakukan apa pun untuk kesembuhan mu, Ara."

***

Demi mendapatkan uang satu miliar, Aluna yang masih seorang pembalap amatir berani mengambil tantangan mengikuti balap mobil liar di tengah malam ini.

Aluna gadis berambut lurus itu hanya tertarik dengan hadiah lomba yang akan ia menangkan. Aluna tidak peduli resiko yang akan diterimanya, Uang satu miliar baginya sangat berarti untuk kesembuhan adiknya.

"Sebentar lagi lombanya dimulai, Aku kira kamu tidak jadi ikut!" seru Hana pemilik mobil yang akan ia pinjamkan kepada Aluna.

Wanita dengan tinggi 165 cm itu mengambil kunci dari tangan Hana, sahabatnya.

"Terima kasih, Hana. Aku yakin akan memenangkan lomba kali ini." Aluna begitu optimis memenangkan balap liar kali ini. Walaupun modal nekat, Aluna yang sudah dua kali memenangkan balap liar sebelumnya, begitu sangat yakin kalau kali ini ia akan menang lagi.

"Selamat berjuang, Aluna." Hana melambaikan tangannya memberi semangat kepada Aluna yang sudah duduk di depan setir.

Semua sudah berkumpul, ada beberapa teman mereka yang akan menyaksikan jalannya perlombaan. Dua orang yang menjadi lawan Aluna sudah memasuki mobil masing-masing.

Malam ini Aluna akan melawan dua pria. Hana, temannya akan menjadi juri dalam perlombaan. Kabarnya orang yang mengadakan lomba adalah salah satu peserta yang menjadi lawan Aluna sekarang.

"Semangat! Kalau kamu menang, kamu akan mendapat uang satu miliar, Aluna!" seru Hana lagi sebelum Aluna menyalakan mesin mobilnya.

Aluna tersenyum menanggapi sembari mengangkat satu jempolnya.

Hana lalu berdiri di pinggir jalan memberikan kode kepada ketiga mobil yang akan mengikuti balap liar. Dalam hitungan ke tiga Hana mengangkat bendera di tangan kanannya pertanda lomba telah di mulai.

"Tiga ... dua ... satu ...," teriak Hana, “ayo Aluna kamu pasti menang!” tambahnya

Baru di mulai ketiga mobil sudah melaju sangat cepat. Aluna menancap gas dan mulai mengatur strategi agar mengalahkan kedua mobil yang berjalan di sampingnya. Kedua mobil lawannya tak kalah cepat dari mobil Aluna.

Arena yang mereka lalui adalah sebuah bandara yang sudah tidak terpakai. Aluna yang sudah paham arena itu yakin dirinya akan menang, ditambah dua orang yang menjadi lawannya adalah pembalap amatir sama seperti dirinya.

Ciiiitttt ....

Tepat di sebuah belokan, Aluna tidak sengaja menyenggol mobil berwarna merah yang dari tadi ingin menyalipnya. Aluna hampir saja kehilangan keseimbangan setelah menabraknya.

"Sial! Sepertinya dia tak bisa diragukan!" Aluna kembali menambah kecepatan mobilnya menjadi 200 Km/jam.

Dari kecil Aluna sudah ditinggal kedua orang tuanya membuat ia harus pintar mencari uang sendiri. Aluna tumbuh menjadi gadis pemberani dalam hal apa pun. Ia berani melakukan apa pun demi adiknya, walaupun taruhan nyawa sekalipun.

Mobil merah yang ada di belakangnya berhasil menyalip mobil yang dikendarai Aluna. Bahkan mobil hitam satunya berada tepat di belakangnya.

"Aku bisa kalah kalau begini." Aluna mendengus kesal. Ditambahnya lagi kecepatan mobilnya yang semula kecepatan 200 KM/jam sekarang menjadi 220 KM/jam.

Baru beberapa menit Aluna menambah kecepatan, Ia bisa menyalip kembali mobil merah di depannya. "Berhasil!" Aluna tersenyum senang.

Dua puluh menit berlalu mereka telah melalui empat putaran. Tinggal satu putaran lagi Aluna akan menang, Aluna yang masih amatir hanya mengandalkan emosinya di banding strategi yang sudah dirancang dari awal. Berkali-kali Aluna menutupi jalan mobil warna merah yang akan menyalipnya. Dengan begitu mobil merah di belakangnya akan terhalangi.

Tepat di putaran terakhir, Aluna tersenyum karena kedua lawannya sudah tertinggal jauh di belakang. Karena rasa gembiranya Aluna tak menyadari kalau mobilnya sudah harus belok.

Ciiiit ....

Aluna mendadak mengerem mobilnya, dalam hitungan detik ia tak sengaja menabrak pembatas jalan yang ada di depannya.

BRAKK!!

Mobil yang dikendarai Aluna menyeret pembatas jalan.

Srettttt ....

Bunyi besi yang ia seret dengan mobilnya menimbulkan suara nyaring. Kali ini ia tak bisa menyeimbangkan mobilnya.

"Aaaaaaaaaa!" teriak Aluna kencang.

DUARRRR!!

Mobil yang dikendarai Aluna akhirnya terguling ke samping. Mobil Aluna mengalami kecelakaan tunggal karena menabrak pembatas jalan.

Aluna masih belum sadar kalau sekarang ia tengah mengalami kecelakaan. Samar-samar matanya mulai menutup sempurna. Masih teringat di bayangan adiknya yang tengah tertidur di rumah sakit.

***

"Bangun ... bangun!"

Sebuah tangan dengan kasar menggoyangkan tubuh Aluna yang tengah tertidur.

Aluna membuka matanya perlahan. Pertama kali yang dilihatnya adalah cahaya lampu yang sangat terang menyilaukan matanya.

"Ara," kata Aluna pelan.

Aluna melihat adiknya Ara sedang berdiri sambil memalingkan mukanya. Aluna kaget melihat adiknya yang sangat sehat dan cantik, berbeda dengan terakhir yang dia lihat di rumah sakit.

Gadis yang dipanggil Ara melotot ke arahnya, "Bangun wanita bodoh. Hari sudah mulai siang!" ketus Helen, wanita yang dipanggil Ara oleh Aluna.

Helen menarik tangan Aluna dengan kasar. "Pantas saja Tuan Alvin hendak menceraikan mu! Wanita malas sepertimu memang pantas diceraikan!" ketus Helen.

"Ara, apa yang kamu maksud? Siapa Alvin?" Aluna semakin tidak mengerti dengan ucapan Helen yang masih ia anggap sebagai Ara.

Helen berkacak pinggang di depan Aluna. "Jangan pura-pura bodoh di hadapanku! Aku sudah muak!" serunya.

Aluna yang masih separuh sadar memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia belum menyadari sekarang ada di mana.

Kedua tangannya mengucek matanya, meyakinkan dirinya kalau sekarang bukan mimpi. Aluna yakin kalau yang di hadapannya adalah Arabella adiknya yang sakit, hanya saja penampilannya dah suaranya yang berbeda kali ini.

Aluna menengok ruangan di sekelilingnya, tampak asing baginya. Dilihatnya lagi Helen yang berdiri begitu angkuh.

"Sekarang aku ada di mana Ara?"

###

Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya. Bila berkenan berikan vote sebagai bentuk dukungan untuk author.

Terima kasih.

Hidup Kembali

Aluna memandangi ruangan di sekelilingnya. Ruangan itu lebih mirip seperti istana bagi Aluna. Baru sekarang ia menginjakkan kaki di ruangan semegah ini.

Aluna kembali mengingat lagi kapan terakhir kalinya ia sebelum berada di ruangan ini.

Bukankah terakhir aku sedang berada di Arena balap mobil liar? Kenapa tiba-tiba aku berada disini? Siapa yang membawaku kesini? Batin Aluna.

Banyak pertanyaan di benak Aluna, Di depannya masih berdiri gadis yang mukanya mirip sekali dengan Ara, adiknya.

"Ara, Apa kamu sudah sembuh?" tanya Aluna sambil terus memandangi wajah Helen di depannya.

"Siapa Ara? Beraninya kamu memanggilku dengan nama itu!" ketus Helen marah.

"Ara!" ucap Aluna sambil memegang lengan Helen. "Aku yakin kamu Ara, siapa yang membawa kita kesini?"

"Sudah gila rupanya kamu, lepaskan! Jangan sentuh aku! Aku bukan Ara." Helen mencoba menarik lengannya.

Terjadi tarik menarik antara Aluna dan Helen. "Aku kakakmu, Ara! Apa kamu mengalami amnesia?" Aluna mencoba meyakinkan Helen.

"Sudah aku bilang. Aku bukan Ara!"

Helen yang mencoba menarik tangannya akhirnya terjatuh karena Aluna mendadak melepas lengannya.

Suaranya sangat berbeda, mungkin benar dia bukan Ara, batin Aluna.

"Maaf sepertinya aku salah orang! Karena wajahmu sangat mirip dengan Ara, adikku!"

"Aduh!" seru Helen kesakitan karena tubuhnya terjatuh dilantai.

Tiba-tiba dari luar seorang pria masuk ke kamar. Dengan tatapan dingin, pria itu berjalan ke arah mereka.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Seorang pria mengagetkan mereka berdua.

"Tuan Alvin!" sahut Helen sambil mengelus lengannya.

Helen langsung berjalan mendekati Alvin, pria tampan yang sedang berdiri di hadapan mereka berdua.

Aluna yang masih kebingungan memandangi Helen dan Alvin secara bergantian. Dalam benak Aluna, pria di depannya sangat tampan bagaikan seorang pangeran. Wajah dan tubuhnya mendekati nilai sempurna untuk seorang laki-laki. Baru kali ini dia melihat pria setampan itu dalam hidupnya.

Aluna menatap takjub sosok pria yang berdiri di hadapannya.

Tampan sekali, gumam Aluna.

"Kau! Setelah membuat kekacauan kemarin! Sekarang kamu berani berulah lagi!" Hardik pria tampan itu kepada Aluna.

Bukannya takut, Aluna malah terus menatap matanya. Sementara Helen masih berada di sebelah Alvin.

"Lihat istri Anda, Tuan! Sudah jam segini dia baru bangun dari tidurnya. Sepertinya tadi malam Nona Luna telah melewatkan malam yang panas  bersama Devan." Adu Helen kepada Alvin.

Alvin menatap marah Aluna yang sedang berdiri memandangnya.

Dengan sangat emosi Alvin memegang kasar dagu Aluna. "Wanita murahan! Beraninya kamu mengkhianati ku! Kamu kira kamu adalah wanita istimewa untukku, Hah!"

Aluna tidak mengerti apa maksud dari ucapan pria di depannya. Aluna masih terus memandang takjub pria itu walaupun sekarang dagunya sedang dicengkeram kasar oleh tangan Alvin.

Sangat tampan! Batin Aluna.

Alvin balik menatap Aluna.

Kenapa cara dia menatapku tidak seperti biasanya? batin Alvin di dalam hati.

"Tanda tangani surat perceraian kita, aku tidak sudi wanita murahan sepertimu masih menjadi istriku!" ketus Alvin.

Alvin lalu memberikan kertas di tangan kirinya ke tangan Aluna. "Tanda tangani sekarang aku akan memberimu uang senilai 113 miliar sebagai kompensasi perceraian kita," ucapnya sambil menatap tajam Aluna.

Sudah dua kali ini Alvin menyuruh Luna agar mau  bercerai dengannya. Surat cerai pertama tidak berhasil ditandatanganinya dengan alasan karena Luna masih mencintainya.

Pernikahan mereka didasari karena perjodohan keluarga mereka berdua. Luna seorang gadis lugu pemalu dan tidak berani membantah suaminya, selalu tunduk setiap Alvin memarahinya. Luna yang mudah menangis selalu menuruti perkataan Alvin dengan alasan dia masih mencintai Alvin, walaupun Alvin sampai sekarang belum pernah mengatakan cinta kepadanya sekali pun.

 "Apa? se-seratus ti-tiga belas miliar?"

 Jumlah yang sangat besar bagi Aluna. Jangankan memegang uang sebesar itu, mengatakannya saja membuatnya gugup menyebutkan nilainya.

"Yah! Aku tidak suka dengan wanita yang sudah pernah tidur dengan laki-laki lain. Sekarang tanda tangani surat perceraian kita. Aku akan berikan 113 miliar untukmu!" ketus Alvin lagi.

Aluna kembali melihat kertas di tangannya dengan sangat takjub. Pria di depannya akan memberinya uang senilai 113 miliar dengan percuma.

"Benarkah kamu akan memberiku uang senilai 113 Miliar kepadaku?" tanya Aluna lagi masih tidak percaya.

Alvin tersenyum tipis menanggapi wanita di depannya.

"Nona Aluna, Tuan Alvin sudah mengatakannya tadi. Kenapa Anda lama sekali menandatanganinya?" Helen langsung memberikan bolpoin ke tangan Aluna.

Glek.

Aluna menelan ludahnya beberapa kali. Dia lalu menampar pipinya berulang kali meyakinkan kalau yang sedang dialaminya adalah nyata.

"Au!" teriak Aluna.

Ternyata sekarang adalah nyata, gumam Aluna.

"Baiklah, Tuan. Aku akan segera menandatangani surat ini. Di sebelah mana aku harus menandatanganinya?"

Aluna begitu takjub. Dengan memiliki uang sebanyak itu, dia bisa membayar biaya pengobatan adiknya di rumah sakit yang sudah menunggak.

Helen menunjuk di mana Aluna harus menandatangani berkas perceraiannya. Sedangkan Alvin masih yakin kalau wanita di depannya tidak akan menandatangani surat itu.

Aku yakin kamu keberatan lepas dariku, batin Alvin tersenyum tipis.

Dia yakin Aluna tidak akan tergiur dengan uang sebanyak itu mengingat ia adalah pewaris ketiga keluarga Hadinata yang memiliki kekayaan lebih dari satu triliun.

Nyatanya, dengan terburu-buru Aluna langsung menandatangani kertas itu. Ia begitu kegirangan.

"Keputusan Anda sangat tepat, Nona. Dengan Anda bercerai dengan Tuan Muda. Anda bisa leluasa berhubungan dengan Devan." Sindir Helen.

Perkataan Helen membuat Alvin berubah pikiran ketika mendengar nama "Devan" di telinganya.

"Apa? Jadi karena dia kamu mau bercerai dariku?" ketus Alvin marah.

Alvin masih tidak percaya, semudah itu Aluna menerima perceraiannya. Dia sangat tersinggung kenapa wanita itu begitu kegirangan sekarang.

"Kenapa kamu begitu senang bercerai denganku? Apa karena lelaki itu, Hah!" teriak Alvin keras.

Padahal Alvin menginginkan Aluna kembali memohon kepadanya agar tak di cerai olehnya.

"Tu-tuan, bukannya Anda menyuruhku menandatangani surat ini? Kenapa Anda malah memarahiku?" sahut Aluna bingung. Baru saja ia merasa senang mendadak kebingungan kembali.

Kertas yang berada di tangan Helen diambil paksa Alvin. Ia lalu menyobek kertas itu menjadi beberapa bagian.

Bret ... Bret.

"Aku tidak akan menceraikan mu kalau alasan lepas dariku karena Devan!"

Alvin membuang kertas itu didepan muka Aluna yang semakin kebingungan.

"Tuan? Aku tidak peduli Anda siapa! Sekarang mana uang yang kamu janjikan? Aku harus segera kembali menemui adikku yang sedang berada di rumah sakit," teriak Aluna menarik baju Alvin.

Alvin menatap tajam atas tindakan Aluna kepadanya.

"Sepertinya Nona Aluna terlalu banyak minum bersama Devan sehingga bicaranya ngelantur, Tuan!" Helen memanasi Alvin.

"Apa Anda benar yakin tidak ingin bercerai darinya?" tanya Helen lagi. Wanita itu merasa tidak senang dengan keputusan Alvin yang berubah.

Setiap mendengar nama Devan, Otak Alvin mendadak mendidih. "Berhentilah menyebut nama itu di depanku!"

Alvin mendekati Aluna yang masih terbengong.

"Mulai sekarang aku akan melarangmu keluar dari kamar ini! Aku tidak akan memberimu ijin keluar menemui siapa pun! Rasakan pembalasanku wanita murahan!" ketus Alvin mendorong tubuh Aluna ke kasur.

Bug.

Tubuh Aluna terhempas ke kasur. Tak ada perlakuan halus pun diterima Aluna saat itu. Wanita itu masih bingung dengan apa yang ia alami sekarang.

"Kunci dia di dalam kamar ini. Jangan biarkan dia keluar tanpa ijin ku!" ketus Alvin sambil berjalan keluar kamar diikuti Helen, Sekretaris pribadinya.

Brak.

Alvin menutup kamar lalu menguncinya.

"Berani-beraninya kamu mendorongku ke kasur," teriak Aluna berlari menuju pintu yang barusan tertutup.

Krek ... krek.

Berulang kali ia mencoba membuka pintu itu namun tetap tak bisa ia buka.

Tok ... tok... tok.

"Sebenarnya siapa kamu? Kenapa kamu mengunciku di dalam? Buka pintunya?" teriak Aluna keras.

###

 

Isekai

"Keluarkan aku dari sini," teriak Aluna keras.

Aluna semakin mengetuk dengan keras pintu itu. Namun, semakin keras ia mengetuk, tetap saja tak ada yang membukakan pintu untuknya.

Aluna semakin frustrasi sekaligus bingung kenapa ia sampai ada di tempat seperti ini. Tempat yang megah namun lebih mirip seperti penjara dibandingkan istana.

Aluna menghempaskan tubuhnya di kasur, dia mencoba mengingat kembali kejadian terakhir sebelum ia berada di sini.

Bukankah aku sedang berada di arena balap liar? Siapa yang membawaku kesini? batin Aluna kesal.

Aluna berpikir bagaimana caranya keluar dari kamar itu. Aluna mencari sebuah jendela namun tidak ketemu. Kamar itu tidak memiliki sebuah jendela.

"Kenapa aku harus terjebak disini?" gerutu Aluna.

"Siapa pun tolong aku! Aku harus datang menemui adikku yang sedang berada di rumah sakit," teriak Aluna keras di atas tempat tidur. Ia benar-benar ingin menangis kali ini.

Aluna memejamkan matanya sembari berpikir bagaimana caranya ia keluar dari kamar itu. Namun, baru beberapa menit berpikir, sebuah suara mengagetkan dia.

...[Selamat datang di dunia Novel yang menyedihkan. Kamu adalah pemeran utamanya]...

Aluna yang memejamkan matanya langsung terbangun. Dia terkaget mendengar sebuah suara yang sangat nyaring didengarnya.

"Siapa kamu?" teriak Aluna keras.

...[Perkenalkan namaku Miss K, aku agen yang akan memberikan misi untuk Anda, Nona Aluna.]...

Sebuah suara di dengar lagi oleh Aluna. Dia menengok kanan dan kiri mencari siapa pemilik suara itu.

"Siapa kamu? Tunjukan dirimu? Beritahu aku bagaimana caranya keluar dari sini!" ketus Aluna.

...[Aku akan memberitahu bagaimana caranya Anda keluar dari sini, Anda harus menyelesaikan misi yang telah kami buat untuk Anda.]...

Aluna semakin penasaran dengan pemilik suara.

"Haish, Aku tidak peduli! Keluarkan aku dari sini! Adikku sedang menungguku di rumah sakit," jerit Aluna keras.

...Sistem kemudian bersuara lagi, [Anda tidak akan kembali ke dunia Anda sebelum misi ini terselesaikan.]...

"Apa? Misi apa? Hal konyol apa ini?" Aluna mendengus kesal.

Aluna baru menyadari kalau suara itu berasal dari kalung yang ia pakai. Aluna mengambil kalung itu dari lehernya.

 "Apa aku tidak salah dengar tadi? Apa suaramu berasal dari kalung ini?" ketus Aluna.

...[Ha...ha..ha.. Anda benar Nona Aluna.] Sistem kembali bersuara....

Aluna yang mendengar suara dari kalung langsung   ketakutan kemudian melempar kalung itu ke lantai.

...[Jangan takut, Nona! Aku bukan hantu.] Miss K, suara dari sebuah kalung....

Aluna yang penasaran kembali mendekati kalung dan mengambilnya lagi. "Kalau kamu bukan hantu, Lalu apa?" tanya Aluna, tangannya secara pelan mengambil kalung itu kembali.

...[Aku akan menjelaskan sistem kami, Nona. Arahkan sensor yang terdapat dalam kalung itu ke depan cermin.]...

Aluna yang pasrah dengan keadaannya saat ini, menurut ketika kalung itu menyuruhnya mengarahkan sensor yang terdapat pada bagian bandul itu ke depan cermin.

Benar saja ternyata kalung itu mempunyai sensor berwarna merah ketika di hadapkan di depan cermin. Aluna yang terkaget, membulatkan matanya.

Di depan cermin Aluna melihat tulisan dan gambar seorang wanita yang lemah sedang diperlakukan kasar oleh seorang pria yang barusan mendorongnya tadi.

...[Nona Aluna, Anda telah masuk ke dalam sebuah novel, Anda sekarang sebagai peran utamanya. Gambar di depan Anda adalah sebuah ilustrasi dari novel ini.]...

Aluna semakin mengamati dan membaca beberapa tulisan di cermin.

Bukankah ini adalah Novel yang sering Ara baca dan ceritakan kepadaku? gumam Aluna.

Ia sedikit tahu bagaimana alur dari novel itu. Karena adiknya Ara adalah penggemar novel tersebut.

...[Tokoh utama wanita disini adalah seorang yang lemah, sedangkan tokoh utama prianya memiliki sifat yang mudah berubah dan paranoid. Karena kesalahpahaman, tokoh utama pria membenci sekaligus mencintai tokoh utama wanita. Lihatlah gambar di sebelahnya, Nona. Dia adalah Nona Helen, sekretaris pribadi Tuan Alvin. Dan pria di sebelahnya Helen adalah Tuan Alvin, Sebagai tokoh lelaki di novel ini dan akan menjadi suami Anda sekarang.]...

Miss K kembali menjelaskan secara detail dari gambar yang terdapat dalam Novel.

"Jadi aku sedang tidak ada dalam dunia nyata?" tanya Aluna kepada Miss K yang dari tadi mengoceh.

...[Anda benar, Nona. Anda sekarang menjadi peran utama wanita dalam Novel ini.]...

Aluna mengacak acak rambutnya semakin terlihat frustrasi. Jelas yang dialaminya sekarang bukan mimpi. "Apa?"

...[Anda tidak bisa kembali ke dunia nyata sebelum menyelesaikan misi dari sistem ini.]...

Aluna yang merasa geram lalu melempar kaca itu dengan vas bunga yang ada di sebelahnya.

Prankk.

"Aku tidak peduli dengan sistem yang kamu buat! Sekarang kembalikan aku ke dunia nyata, Aku harus menemui adikku di rumah sakit," teriak Aluna kesal.

Aluna yang kesal kembali menuju pintu dan mengetuknya agar ada yang membuka pintu untuknya.

Tok ... tok ... tok..

"Keluarkan aku dari sini!" teriak Aluna kesal.

...[Ha ... ha ... ha ... Anda tidak akan kembali ke dunia nyata sebelum menyelesaikan misi dari kami, Nona.]...

Aluna yang masih tidak percaya kembali mengetuk pintu itu, hampir tiga jam lamanya tetap pintu itu tidak terbuka.

"Sekarang katakan padaku misi apa yang harus aku selesaikan?" Aluna kembali mengetuk bandul kalung, terlihat putus asa.

...Miss K kembali bersuara, [Misi yang harus Anda jalankan adalah, Anda harus berkontak langsung dengan peran utama pria dalam novel ini selama 365 hari. Anda harus bisa merubah kisah novel yang menyedihkan ini agar berubah menjadi Novel yang romantis.]...

Mata Aluna membulat sempurna. "Apa? Jadi aku peran utama wanita dan pria angkuh tadi adalah peran utama prianya?" tanya Aluna.

...[Benar Nona Aluna, Anda sekarang berganti nama menjadi Nona Luna istri dari Tuan Muda Alvin yang memiliki sifat paranoid dan mengidap mysophobia.]...

"Jadi aku harus tinggal di dalam kisah sebuah Novel dalam 365 hari? Konyol!" gerutu Aluna.

...[Tentu, Nona. Anda tidak akan pulang sebelum menyelesaikan misi selama 365 hari. Setiap hari Anda akan mendapatkan misi dan harus menyelesaikannya di hari itu. Kalau tidak, Anda akan tetap berada di hari yang sama.]...

Aluna yang mendengarkan itu langsung terduduk tak berdaya di lantai. Ia tidak bisa membayangkan setahun ini ia akan berada di dunia Novel yang biasa di baca adiknya.

"Lalu bagaimana dengan adikku di dunia nyata?" tanya Aluna khawatir.

...[Adik Anda akan baik-baik saja selama 365 hari. Lebih dari hari itu kami tidak bisa menjamin keselamatannya.]...

Aluna kembali berpikir sejenak sambil terus membayangkan pria yang barusan mendorongnya ke kasur. Selama setahun ini, dia harus berkontak erat dengannya.

Aluna segera mengambil kalung itu lalu memakaikan lagi di lehernya. Kalung itu pemberian dari ibunya yang sudah meninggal, Aluna tidak mungkin membuangnya.

"Sekarang katakan padaku? Apa misi aku hari ini, Agar aku cepat kembali menemui adikku!” tanya Aluna pasrah.

Sistem kembali bersuara.

...[Anda harus menghabiskan uang yang terdapat di salah satu kartu bank milik Alvin hari ini.]...

 ###

Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya.

Terima kasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!