Suasana ramai terlihat biasa saja, tat kala Mall itu mulai beroperasi. Terlihat beberapa pengunjung mulai meramaikan Mall itu. Terdapat stand yang yang tersusun rapih sesuai aturan, dan tengah dijaga oleh SPG yang mulai menjajakan produknya.
SPG adalah singkatan dari Sales Product Girl. Biasanya pekerjaan mereka ialah menawarkan produk mereka, untuk menarik perhatian costumer. Biasanya SPG tersebut berpenampilan menarik dan berpakaian seksi.
Disalah satu stand, tampak seorang SPG yang tengah merapihkan produknya. Adelia Anggraini yang kerap disapa Lia adalah SPG kosmetik yang cukup terkenal kala itu.
Ia adalah wanita dari kalangan yang biasa-biasa saja. Namun, tiba-tiba kejadian itu bermula saat seseorang menabraknya.
"Aduh! Hei?! Kalau jalan pakai mata, dong!! Orang sebesar ini ditabrak aja. Hei?! Main kabur lagi. Minta maaf dulu kah. Ini nggak, main kabur aja. Huh!!" Ucap Lia seraya mengomeli pria kini telah berada cukup jauh dari tempatnya menabrak Lia.
Ketika ia hendak mengejarnya, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang. Ternyata itu adalah Manajer Mall tersebut, Hery.
"Hei!? Kamu mau mati, ya? Itu tuan muda dari perusahaan terbesar disini tau. Kamu jangan cari gara-gara dengannya. Bisa-bisa kamu nggak berumur panjang." Ujar pak Hery yang merupakan manajer Mall tersebut.
"Tapi dia menabrak saya, pak. Bisa-bisanya dia kabur gitu aja. Harusnya dia minta maaf terlebih dahulu, dong." Oceh Lia seraya memegang kakinya yang sedikit terluka akibat dari terjatuh tadi.
"Tapi kamu bisa kena masalah nanti." Sahut kembali pak Hery mencegah Lia.
"Bodo amat!!" Potong Lia dan mulai mengejar pria tersebut.
Terlihat dari kejauhan pria itu nampak akan meninggalkan Mall tersebut. Dengan tergesa-gesa, Lia mengejarnya dan setibanya Lia langsung menghadang pria tersebut.
Ketika ia hendak berbicara, tiba-tiba pria itu mengabaikannya dan melanjutkan langkah kakinya menuju teras halaman parkir Mall tersebut.
Sedetik kemudian, Lia mencengkram pergelangan tangan pria tersebut dan menariknya.
"Anda itu pria dewasa namun sungguh kekanak-kanakan. Ketika anda menabrak seorang wanita bukannya minta maaf, anda malah dengan entengnya meninggalkannya begitu saja. Anda benar-benar tak tau malu!" Oceh Lia masih mencengkram pergelangan tanga pria tersebut.
Pria itu tak menggubris ocehan Lia dan menarik paksa tangannya.
Membuat wanita bernama lengkap Adelia Anggraini itu, turut terjatuh tepat kedalam pelukan pria dihadapannya saat ini. Lia yang terkejut pun spontan membelalakan matanya.
'Dug.. Dug.. Dug..' Dapat ia dengar suara detak jantung, serta aroma maskulin yang menyeruak dari pakaian yang dikenakan oleh pria tersebut.
Hal tersebut membuat Lia merasa nyaman, dan tanpa sadar ia pun menyenderkan kepalanya kedada bidang milik pria misterius itu.
"Ehem.. Sudah puas?" Deheman kecil dari suara berat sang pria tersebut membuat Lia tersadar seketika. Dengan segera Lia melepaskan diri dari tubuh pria tersebut.
Dengan mendongak sedikit, Lia memberanikan diri menatap pria dengan kaos hitam serta blazer senada membungkus tubuh pria tersebut.
Serta kacamata hitam yang membuat penampilan pria itu lebih misterius namun berkharisma.
Ditambah dengan aromanya yang elegan, mampu membuat siapapun kaum hawa akan mendekat dan mencoba menarik perhatian pria tersebut.
Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Adelia.
"Begini ya, pak. Anda tadi menabrak saya, lalu anda pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa seolah tidak terjadi apa-apa!?" Ucap Lia dengan nada suara yang sedikit memekik.
"Kenapa saya harus minta maaf ke kamu? Kamu sendiri yang berdiri menghalangi jalan saya. Dan lagi, saya bukan pria tua yang bisa kamu panggil bapak seenakmu." Ujar pria tersebut seraya melepaskan kacamata hitamnya. Menampakan sepasang mata berwarna senada dengan pakaiannya.
Terlihat mengerikan, seakan-akan Lia hanyalah kelinci mungil yang tersesat dan dirinya adalah serigala yang tengah kelaparan dan siap menerkamnnya. Namun hal itu tak membuat Lia yang tengah memerah menahan amarah menjadi ciut.
"Begini ya, pak. Seingat saya, saya tadi berdiri tepat diarea stand saya ya pak. Kenapa bapak berkata itu salah saya. Jelas-jelas tadi adalah kesalahan dari bapak yang berjalan tidak lihat arah. Orang sebesar ini ditabrak begitu aja." Omel Lia dihadapan pria yang lebih tinggi beberapa centi dari dirinya itu.
Terdiam sesaat, pria itu menatap Lia sesaat sebelum akhirnya ia membuka mulutnya san mengucapkan perkataan yang membuat Lia semakin terbakar amarah.
"Jadi ini salah saya? Hem. Baiklah. Jadi berapa?" Tanya pria itu seraya merogoh isi dompetnya, dan mengeluarkan beberapa lembar uang 100ribuan.
"Apa segini cukup?" lanjut pria tersebut dengan nada arogannya. Seringainya semakin lebar tat kala ia melihat raut wajah Lia yang berad di hadapannya.
Lia yang mendapat perlakuan seperti itu meraih uang tersebut. Wajahnya yang terlapisi make up bak boneka cantik itu tampak tertunduk menatap lantai. Membuat pria itu tersenyum penuh dengan kemenangan.
Ia pun berjalan satu langkah mendekati Lia, dan membisikkan sebuah kalimat tepat di telinga Lia. Dimana kalimat tersebut membuat Lia membelalakan kedua bola matanya saat itu juga.
"Memang uang dapat mengalahkan segalanya. Masalah sebesar apapun akan selesai dengan adanya uang. Bahkan tubuhmu sekalipun dapat kubeli dengan uang." Ungkap pria tersebut seraya menatap Lia dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Senyuman yang merendahkan terpampang jelas di wajah sang pria. Membuat Lia semakin tertekan dengan perlakuan pria misterius ini.
"Tapi sayangnya, aku sudah bosan dengan wanita murahan yang suka cari perhatian sepertimu." Lanjut pria tersebut, namun kini tatapan jijik yang terukir diwajahnya yang terbilang sempurna itu.
Setelah mengucapkan kalimat itu, pria tersebut pun hendak kembali meninggalkan mall tersebut. Tanpa mempedulikan wanita yang menurutnya tidak menarik sama sekali baginya.
Namun sepertinya langkahnya terhenti saat suara itu kembali menghentikan langkahnya. Bahkan kini, Lia dengan wajahnya yang terbilang garang namun cukup imut itu, tak lantas merasa terintimidasi oleh sosok di depannya saat ini.
"Dengar ya, pak. Disini saya hanya berharap anda meminta maaf kepada saya karena anda telah menabrak saya tadi." Potong Lia menegaskan maksud dirinya sedari tadi mencegat pria tersebut.
"Dan uang ini, sepeserpun saya tidak butuh uang anda!" sambung Lia seraya melemparkan uang yang sedari tadi digenggamnya itu kearah pria tersebut. Dan membuat terkejut pria yang ada dihadapannya itu.
Terdiam dan masih mencerna apa yang di lakukan oleh wanita di hadapannya ini, pria itu masih memsang wajah terkejutnya.
Baru kali ini ia bertemu wanita yang tidak tertarik dengan pesonanya. Bahkan dengan uang yang selalu memenangkan segala macam urusan di dunia ini. Mungkin itu baginya, tapi tidak untuk Lia.
"Memang ada beberapa masalah yang dapat diselesaikan dengan uang. Namun tidak dengan harga diri. Apa anda pikir saya ini wanita murahan?! Uang anda tidak berlaku untuk saya. Semoga kedepannya kita tidak bertemu lagi." Seraya memalingkan tubuhnya, Lia meninggalkan pria tersebut dan menyudahi ocehannya sedari tadi.
Sembari berjalan, Lia mengulum senyumnya penuh dengan kemenangan. Ia merasa bangga sendiri atas apa yang baru saja ia lakukan kepda pria itu.
'Gila. Aku tadi keren banget, deh. Hehehe..' Batin Lia merasa bangga melanjutkan jalannya menuju kearah tempatnya berdiri tadi.
'Ganteng sih. Tapi sombong banget. Sayang banget tuh muka.' Batin Li dengan melanjutkan langkahnya menuju standnya tadi berada.
Namun rasa bangganya berhenti tat kala tangannya terasa ditarik dari belakang. Membuat tubuhnya sontak tertarik kebelakang. Menghadap pria itu lagi, membuat Lia lelah dan ingin cepat-cepat pergi dari situ.
"Hei, wanita! Akupun tak sudi menghabiskan waktuku untuk meladeni wanita sepertimu. Sudahlah, nggak usah munafik. Katakan saja berapa? Apa yang barusan kurang?!" Perkataan pria itu membuat beberapa orang yang tengah berada disana menatap Lia dengan pandangan jijik.
Pasalnya, kini mereka berda di tempat yang cukup ramai oleh pengunjung mall tersebut. Seakan seluruh mata menuju kearahnya, Lia mengepalkn kedua telapak tangannya.
Lia tahu bahwa ini siasat dari pria tersebut untuk merendahkan dirinya. Melihat hal itu, Lia tidak tinggal diam. Ia pun mulai menyusun strateginya menghadapi monster besar dihadapannya saat ini.
"Ooh sayangku. Aku tau hubungan kita hanya sesaat, tapi tolong jangan campakkan aku begini. Ingat anak kita dirumah. Hiks.. Hiks.." Sahut Lia dengan memasang akting menderitanya, dan mencoba memeluk pria yang tak ia kenal sebelumnya tersebut.
"Saya nggak akan diam saja saat anda mencoba mengusikku. Saya sudah bicara baik-baik, anda mau mempermalukan saya disini." Bisik Lia deengan menjinjitkan kedua kakinya yang dibalut sepatu pantopel, sembari mendekatkan wajahnya ditelinga pria yang lebih tinggi darinya itu.
Membuat pria itu menahan rasa geli disekitar tengkuknya serta rasa panas mengalir diwajahnya, saat Lia membisikkan kalimat tersebut tepat ditelinganya.
DEG!!
Seaaat pria itu merasa detakan jantungnya lebih kencang dari sebelumnya. Membuatnya seperti tak bisa bergerak untuk beberapa saat.
Dengan buru-buru pria itu mendorong tubuh Lia dan membuat Lia terjatuh kelantai.
"Aduh, sayangku. Kamu kenapa tega sekali kepadaku. Huhuhu." Seru Lia menambah ramai suasana di kawasan Mall tersebut.
"Ada apa sih? Kok sepertinya ramai sekali?" Ujar seorang pengunjung mall tersebut.
"Itu, lho. Ada pasangan yang lagi bertengkar." Jawabnya.
"Ya ampun. Bertengkar di mall? Bukannya itu memalukan, ya?" Timpal wanita itu kemudian.
"Yaahh. Mungkin karena ada yang selingkuh." Balasnya.
"Kalau dsri yang saya lihat, sepertinya si pria itu hendak meninggalkan wanita itu."
"Apakah dia istrinya?"
"Sepertinya begitu. Soalnya tadi ku dengar si wanita bilang anak gitu."
"Ya ampun. Tega sekali."
Bla... bla... bla...
Memdengar percakapan antara para pengunjung yang kebayakan adalah kaum wanita, membuat Lia tersenyum dalam kebohongannya saat ini.
'Yess!! Aktingku berhasil. Mampus kau. Pergi sana, pergi. Hush!! Hush!!' Teriak Lia gembira dalam hati.
Melihat suasana semakin ramai, serta tatapan yang kurang baik ditujukan kepadanya. Membuat pria itu menatap Lia dengan tajam seraya berkata,
"Saya akan melepaskanmu kali ini. Bila kelak kita berjumpa lagi, tidak ada lain kali bagimu." Kata pria itu, dan meninggalkan wanita yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
Dengan bergegas, ia menuju di area mobilnya terparkir dan meninggalkan area Mall tersebut dengan melepaskan kacamata miliknya, ia bergumam pada dirinya sendiri,
"Kamu akan saya tangkap, kelinci kecil." Gumamnya.
Sesaat Lia merasa lega masalahnya dengan pria itu dapat terselesaikan hari itu juga. Namun, ia tidak mengetahui bahwa masalah yang sebenarnya akan tiba sesaat lagi.
Tapi, dibalik masalah yang akan ia hadapi, apakah akan ada cinta di antara mereka?
Bersambung..
---------》》》》》》》》》》》》》》》》》---------
Halo teman-teman semua, jaga kesehatan selalu ya.
Meskipun belum banyak pembaca yang minat dengan novel ku ini, aku benar-benar menghargai kalian yang telah bersedia membacanya meskipun hanya beberapa bab saja.
Terus dukung aku untuk melanjutkan novel ini hingga tamat ya teman-teman. Satu komen dan satu like dari kalian sangat berharga bagi saya.
Terimakasih. See you da da bye bye.. 🥰🥰
Pria itu melesat laju mengendarai mobilnya. Didalam mobil ia menggerutu tak karuan. Ia teringat akan wanita yang baru saja merusak citranya ditempat umum barusan.
BRAKK!!
"Bagaimana bisa? Bagaimana bisa wanita murahan itu mempermalukan saya seperti itu?! Menjijikan!!" Teriaknya didalam mobil dan memukul setir mobilnya.
Namun kini ingatannya tertuju pada perlakuan wanita tadi kepada dirinya. Suara lembut yang terkesan di paksakan agar terdengar galak, serta hembusan nafas yang menyeruak diantara telinga dan tengkuknya.
Ia tak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya, sehingga ia merasa asing dengan indra peraba miliknya.
"Kenapa lagi saya ini?! Kenapa harus teringat hal yang menjengkelkan itu?!" Seru pria itu tanpa menyadari ada tikungan tepat disepanjang jalan itu. Membuatnya menginjak rem seketika dan menundukkan kepalanya disetir mobil yang tengah terparkir ditepi jalan itu.
Hhh... Hhh.. Hhh...
Mengambil nafas cepat, pria itu mengerjipkan kedua matanya. 'Bahaya sekali.' Batinnya.
Hingga aunan nada dering dari ponselnya seketika menyadarkannya. Melihat nama dari layar ponsel yang tengah berdering saat itu, membuatnya segera menjawab panggilan tersebut. "Baik. Saya akan segera tiba." Ucap pria itu dengan nada setenang yang ia bisa.
Ia menghambil ponselnya kembali dan menekan nama didalamnya. Memunculkan suara seorang pria yang terdengar cukup akrab dengannya.
"Iya, halo tuan muda. Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Ujar pria di balik panggilan itu.
"Cari tau tentang wanita murahan itu." perintah pria tersebut.
"Maaf tuan. Maksud tuan wanita yang mana ya tuan? Apa maksud tuan wanita yang-" belum selesai pria dari panggilan itu menyelesaikan bicaranya, pria didalam mobil itu telah memutus sambungan teleponnya.
"Padahal sudah tau, tapi masih tanya-tanya terus." Gumam pria itu dan menyalakan kembali mesin mobilnya, kembali melesat melaju meninggalkan jalanan tempat ia memarkirkan mobilnya sedari tadi.
"Sebaiknya segera kesana sebelum di omeli oleh kakek tua itu." Gumamnya di antara perjalan menuju kesuatu tempat.
****
Nampak seorang wanita yang terlihat cukup cantik menawarkan beberapa prduknya kepada seorang pembeli.
"Bedak ini sungguh ringan, kak. Cocok sekali untuk kulit kakak yang sensitif. Selain menutupi, bedak ini juga baik untuk mengurangi minyak di wajah anda. Harganya pun ramah di kantong. Bagaimana, kak?" Jelas wanuta yang kersp di sapa Lia itu, dengan bibir ranumnya yang selalu tersenyum sembari menjelaskan produk yang ia jajakan saat ini.
"Hhmm.. bagus juga. Saya beli deh, mbak." Jawab wanita itu.
Membuat Lia bernafas lega, dan segera menyerahkan produk berbentuk bedak itu kepada sang pembeli.
"Terimakasih, kak. Silahkan datang kembali." Ucap Lia yang masih menyunggingkan senyumnya, meslipun pembeli itu telah berjalan cukup jauh darinya.
Adelia yang baru saja menjajakan produknya tadi, pun melihat jam tangan yang ia kenakan saat ini. Jarum jamnya menunjukkan pukul tepat 12 siang. Kini tepat saatnya waktu istirahat baginya.
Berjalan meninggalkan standnya, ia menghampiri seorang wanita dengan rambut pirang yang ia gulung kebelakang kepalanya. Dan mata biru yang tenang seperti lautan itu.
"Jessica, aku mau istirahat. Aku titip stand dulu ya." Tegur Lia kepada seorang wanita bernama Jessica yang nampaknya seusianya, dimana ia terlihat tak jauh dari stand tempat Adelia bekerja.
"Oke say, buruan gih. Kayaknya pak Hery sudah duluan tuh. Hehehe" Jawab Jessica yang merupakan sahabat karib Lia.
Bukan rahasia lagi bagi mereka berdua, jika Lia menyimpan rasa tersendiri kepada menejer mall tersebut.
Mendengar perkataan Jessica, Lia hanya tersiou malu dengan menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.
"Apaan sih, Jess. Bikin malu aja.." Bisik Lia.
Sembari memberikan candaan ringan kepadanya, nampak senyuman manis terukir diwajah Jessica saat melihat wajah Lia memerah bagaikan kepiting rebus.
"Sudah sana. Istirahat, nanti gantian ya." Tutur Jessica kepada Lia.
Liapun segera bergegas menuju ruang istirahat disusul suara tawa menggema Jessica, melihat tingkah menggemaskan dari Lia.
Adelia yang sedari tadi disibukkan oleh berbagai macam pelanggan , akhirnya dapat beristirahat sejenak. Menjadi SPG bukanlah hal yang mudah. Terkadang Lia harus menjawab berbagai macam pertanyaan dari para pelanggan.
Namun kemudian dari para pelanggan-pelanggan tersebut hanya beberapa yang tertarik, dan sebagian ada yang hanya melihat-lihat saja. Bahkan, terkadang ada saja laki-laki yang mencoba menggodanya.
Namun Lia bertekad untuk tak menghiraukannya, dan berfokus dengan pekerjaannya. Disini prinsip Lia adalah menjual produk bukan menjual tubuh.
"Aku harus cepat makan bekalku, kemudian touch up make up dan kembali bekerja. Hari ini benar-benar melelahkan." Gumam Lia setibanya diruang istirahat, khusus untuk para karyawan Mall tersebut.
Terlihat suasana kantin tersebut sangat ramai, oleh beberapa karyawan yang terlihat bercanda ria bersama. Hingga gelak tawa mereka pun menggema dan dapat terdengar dari kejuhan. Hal itu bukanlah hal yang perlu di permasalahkan, krena memang selalu seperti itu.
"Duuhh.. Penuh.. Oh. Ada!!" Seru Lia gembira, di saat ia melihat sebuah kursi kosong di sebelh dinding itu.
Duduk dan membuka beklnya, Lia pun mulai menyantap makanannya itu dalam diam.
Hingga disaat Lia menguyah makanannya, ia dikagetkan oleh sepasang tangan memegang pundaknya secara tiba-tiba.
Refleks membuat Lia tersedak karena terkejut oleh seseorang di belakngnya. "Uhuk.. Uhuk.. Siapa sih?!! Kurang ajar banget!! Orang lagi makan malah di-" Perkataan Lia terpotong, tat kala mengetahui sosok yang tengah tertawa terbahak-bahak di hadapannya saat itu.
"Hahahaha!! Ekspresi kagetmu lucu banget. Hahahaha.." Ujarnya tanpa rasa bersalah sedikit pun kepda Lia.
Glek... Glek... Glek...
Mangambil botol minumnya, Lia pun meminumnya. Berharap dapat mengurangi rasa terkejutnya dan juga batuk yang akihat tersedak makanan dalam mulutnya itu.
Tatapannya kini tertuju kepada seorang pria, dengan setelan jas lengkapnya yang menambah aura kepemimpinannya.
"BAPAK!! Bapak itu kekanak-kanakan banget, deh!! Untung saja saya nggak jantungan. Huh!!" Maki Lia terhadap pria yang merupakan Manejer Mall tersebut.
"Iya, iya. Maaf.. Hahaha.. Maaf ya.. Hahaha.." Ucap Hery ditengah tawanya. "Kamu marah ya, Lia? Aku benar-benar hanya bercanda. Kamu jangan nangis, ya?" Seru Hery khawatir melihat wajah Lia tertunduk lesu seakan kehilangan energi.
"Tidak. Saya tidak marah dengan bapak. Saya hanya teringat pria tadi. Saya masih sebal banget sama pria sok keren itu." Ujar Lia mengungkapkan perasaannya terhadap pria yang ia hadapi tadi.
BRAAKK!!
Lia terperanjat kaget, saat Hery tiba-tiba menggebrak meja tempat Lia yang tengah asik memakan isi bekalnya saat itu.
Langsung saja Hery mendapat tatapan panik dari seluruh karyawan yang tengah beristirahat diruangan yang terbilang luas itu.
"Bapak ini kenapa lagi, sih?!!" Seru Lia dan beberapa karyawan disana.
"Iya. Bapak ini kenapa,sih? Bikin kita kaget aja. Kalo lagi caper ke kak Lia nggak gitu juga kali, pak." Perkataan dari Laura, salah satu karyawan di Mall itu langsung memecah suasana. Seruan dan tawa terdengar hingga luar ruangan itu.
"Eh. Kami nggak memiliki hubungan apa-apa, kok. Kalian jangan salah paham gini, ya." Jelas Hery membuat kecewa beberapa anak buahnya tersebut.
"Bukan begitu, Lia?" Ucap Hery dengan memberikan senyumannya kepada Lia.
"I-iya. Kami tidak memiliki hubungan apapun, selain atasan dan bawahan." Balas Lia.
Lia yang sedari tadi tersipu malu mendengar perkataan Laura, seketika menatap wajah Hery penuh dengan pandangan bertanya-tanya sekaligus kecewa.
'Kenapa? Kenapa kamu nggak nembak aku aja, sih? Aku sudah lama suka sama kamu. Apa kamu nggak punya perasaan yang sama ke aku?' Batin Lia.
Sudah cukup lama, Lia mencoba menutupi perasaannya terhadap Hery yang telah ia pendam sekian lama.
"Bapak tadi mau bicara apa ya, pak? Sampai gebrak-gebrak meja segala. Kaya ada hal penting yang ingin bapak sampaikan ke saya." Tanya Lia kepada Hery. Ia tak ingin perasaannya itu mengganggu kinerjanya dan Hery selama ini.
Mendengar pertanyaan Lia barusan, membuat Hery sontak mendekati Lia dan segera menatap bola mata coklat tua milik Lia dalam-dalam.
Dengan menarik nafas untuk menenangkan dirinya, Hery mulai membuka mulutnya.
"Pria yang kamu labrak tadi siang bukanlah pria sembarangan. Dia adalah Leonardo NusaJaya. Satu-satunya keturunan laki-laki dari keluarga NusaJaya. Kamu tau kan perusahaan NJ sudah sangat terkenal dari dulu. Mereka nggak akan segan-segan kepada siapapun bila ada yang merusak atau menggangu kehidupan maupun perusahaan mereka." Timpal Hery seraya menatap horor sekaligus khawatir kepada wanita berusia 22 tahun dihadapannya tersebut.
"Saya nggak tau dan nggak mau tau. Yang saya tau dia orang yang keras kepala. Dia sadar kalau sudah menabrak saya hingga terjatuh. Tapi dia tidak meminta maaf, malah dengan entengnya memberi saya uang dan menawarkan uangnya kepada saya. Emangnya saya perempuan gampangan apa?!" Oceh Lia seraya menutup kotak makan siangnya dan bergegas berdiri dari kursi tempat ia duduk tadi.
"Kamu jangan main-main ya, Lia!? Pokoknya bila nanti kamu bertemu lagi dengan pria itu, sesegegera mungkin kamu minta maaf kepadanya atas sikapmu hari ini. Saya tidak ingin terjadi apa-apa padamu. Karena itu, saya mohon lain kali berhati-hatilah bertindak." Imbuh Hery dan mendahului Lia meninggalkan ruangan itu bersamaan dengan beberapa karyawan lainnya.
"Apaan sih si Hery itu. Kayak orang tua aja, huh!" Sambung Lia dan bergegas merapihkan dandanan serta pakainnya. Ia menatap jam tangan yang terpasang dipergelangan tangan kirinya itu.
"Ya ampun!! Sudah 1 jam nggak terasa aku istirahat. Aku harus cepat-cepat kembali. Kasihan Jessica, dia pasti sudah nungguin aku." Ucap Lia dan bergegas menaiki tangga menuju lantai atas tempat ia menjajakan produknya di Mall tersebut.
Jadi, siapakah sosok pria tersebut sebenarnya, hingga membuat Hery begitu khawatir?
Bersambung..
-------》》》》》》》》》》》》》》》》》---------
Halo teman-teman semua, jaga kesehatan selalu ya.
Meskipun belum banyak pembaca yang minat dengan novel ku ini, aku benar-benar menghargai kalian yang telah bersedia membacanya meskipun hanya beberapa bab saja.
Terus dukung aku untuk melanjutkan novel ini hingga tamat ya teman-teman. Satu komen dan satu like dari kalian sangat berharga bagi saya.
Terimakasih. See you da da bye bye.. 🥰🥰
Setibanya Lia kembali ke tempat standnya, ia pun segera menghampiri sahabatnya semenjak masa SMA dulu.
"Maaf ya jes, aku sedikit lama. Sekarang giliranmu untuk istirahat." Sapa Lia kepada sahabatnya itu, dengan senyum manis terpampang diwajahnya yang bulat bak bola.
Bukannya menuruti perkataan Lia, Jessica berjalan kearahnya dan memberikan sebuah seringai di wajahnya. Dengan sedikit iseng, ia mengatakan sesuatu kepada sahabatnya tersebut.
"Jadi gimana? Apa pak Hery ada nyatain cinta ke kamu, Lia? Kok aku dengar dari anak-anak sini, kalau pak Hery lagi cari perhatian ke kamu." Tanya Jessica dengan rasa penasaran yang mendalam terhadap sahabatnya tersebut.
Mendengar perkataan yang terlontar dari mulut sahabatnya itu, sontak membuat Lia terkejut. Namun ia berusaha tenang agar tidak semakin di goda oleh Jessica.
"Apaan sih anak-anak itu. Hhh.. Bukan seperti itu. Pak Hery hanya ingin aku untuk berhati-hati kedepannya bila bertemu pria itu lagi." Sembari menghela nafas panjang, Lia menjelaskan hal yang terjadi diruang istirahat tadi.
Mengernyitkan kedua alianya, Jessica nampak penasaran dengan aa yang terjadi pada sahabatnya itu. Hingga bisa berurusan dengan orang lain, terutama seorang pria lebih tepatnya.
"Pria mana? Kamu ketemu siapa emangnya? Terus kenapa disuruh hati-hati, emangnya kamu tadi diapain dan kamu ngapain dia?" Ujar Jessica seraya menggoncang-goncangkan tubuh Adelia.
Namun dengan perlahan, Lia melepaskan tangan Jessica yang menggoncang-goncangkan tubuhnya sedari tadi.
"Aku nggak tau siapa pria itu. Tapi kata pak Hery, namanya Leonardo NusaJaya. Kalau nggak salah itu nama pria yang sok keren tadi." Ujar Lia santai sambil menata produknya.
Tiba-tiba tubuhnya kembali di cengkeram oleh Jessica dengan cukup kuat. Namun hal yang membuatnya lebih terkejut adalah, saat mendapati Jessica menatap dirinya dengan pandangan horor.
"Ke-kenapa melihatku seperti itu? Memangnya segitu seramnyakah nama pria itu?! Sampai-sampai kamu melihatku seperti itu?!" Sahut Lia menyadarkan Jessica yang masih memasang wajah horor.
Melepaskan cengkeramannya kepada Lia, air wajah Jessica kemudian berubah menjadi serius. Dengan cara bicaranya yang lebih tegas dari biasanya.
"Kamu, beneran nggak tau mengenai Leonardo NusaJaya itu? Beneran nggak tau?" Tanya Jessica seraya menatap tajam mata Lia, yang hanya bisa mengangguk disetiap pertanyaan yang dilontarkan oleh Jessica sedari tadi.
Pandangan mata Jessica berpaling, tat kala ia mengingat suatu hal mengenai nama yang cukup familiar tersebut.
Bola matanya yang berwarna biru muda nampak bergetar, tat kala ia memulai kisah yang cukup terkenal dikalangan beberapa masyarakat mengenai nama NusaJaya tersebut.
Lia yang melihat perubahan prilaku sahabatnya itu pun hanya diam sembari mengamatinya. Baru kali ini ia melihat Jessica menjadi pribadi yang serius dsri biasanya. Membuat Lia lebih tertarik mendengarkan penuturan yang di sampaikan oleh sahabatnya itu.
"Dulu, ada sebuah rumor. Rumor itu mengenai satu keluarga yang rumahnya habis dibakar oleh tuan muda NusaJaya. Hanya karena salah seorang putri keluarga tersebut, mengejek kemejanya yang lusuh." Suasana seakan terhenti sejenak ketika Jessica menceritakan hal tersebut.
"Lalu, mengenai putrinya. Perempuan malang itu kini-" Ketika Jessica hendak melanjutkan ceritanya, jari telunjuk lentik Lia menempel tepat diatas bibir lembut Jessica.
"Apaan sih kamu, Lia?!! Orang yang lihat bisa salah paham, tau!!" Imbuh Jessica mengomeli Lia karena perbuatannya barusan.
"Hehehe.. Maaf.. Tapi aku nggak percaya dengan kisah karanganmu itu. Toh itu cuma rumor aja. Mana ada orang yang tega membakar rumah seseorang hanya karena hal konyol begitu. Hedeh.. Bikin kisah kok gini amat ya.. Ckckck.." Sahut Lia seraya berdecak, mengomentari penggalan kisah mengenai pria misterius itu yang di sampaikan oleh Jessica kepadanya.
Jessica segera menghadang Lia yang ingin segera menyelesaikan pekerjaannya. Membuat Lia terhenti dan menatapnya.
"Ehh.. Kamu ini jangan sembarangan ya. Pokoknya kisah ini terkenal banget di kalangan masyarakat kita. Kedepannya jika kamu bertemu lagi dengan pria itu, segera minta maaf. Jika tidak maka keluargamu akan habis, seperti anak perempuan malang itu." Ucap Jessica seraya berjalan meninggalkan Lia yang mematung, melihat tingkah berlebihan dari sahabat dekatnya tersebut.
"Bodo amat, ah! Lanjut kerja aja lagi. Besok libur mau kerumah papah. Belikan martabak manis deh buat papah. Papahkan suka makanan manis. Hehehe.." Gumam Lia ditengah kesibukannya merapihkan produk yang berada di etalasenya.
****
Mobil mewah itu melaju di jalanan yaang terlihat senggang saat ini. Mobil itu pun kini berhenti tepat diparkiran gedung besar nan tinggi dihadapannya tersebut. Sebuah gedunh dengan sebuah kta NUSAJAYA Corp yang terpampang jelas di rooftop gedung tersebut.
Nampak sesosok pria tinggi mengenakan pakaian bernuansa hitam dengan kacamata senada, keluar dari dalam mobil seharga Miliaran rupiah itu.
Pria yang kerap dikenal sebagai predator itu, bernama Leonardo NusaJaya. Satu-satunya pewaris dari seluruh kekayaan NusaJaya. Namun diusianya yang telah menginjak kepala tiga, ia diharuskan menikah dan memiliki seorang anak laki-laki terlebuh dahulu. Setelah itu warisan jatuh ketangannya.
Untuk saat ini seluruh aset masih dipegang kakeknya, Edward NusaJaya. Seorang pria berusia 72 tahun, sekaligus pendiri Nusajaya corp. Bisnisnya telah mencapai kejayaan setelah di ambil alih oleh anak sulungnya.
Sebenarnya pria tua itu memiliki seorang anak laki-laki bernama Edwin NusaJaya dan Dwi Cahya NusaJaya. Edwin sendiri telah menikah dan dikaruniai dua putra bernama Leonardo NusaJaya dan juga Edi NusaJaya
Namun, sebuah kecelakaan memisahkan Leo dengan kedua orang tuanya selama-lamanya. Sehingga Dwi Cahya NusaJaya yang menjadi paman satu-satunya Leo, sekaligus rival abadi baginya.
Sebenarnya aset kekayaan dapat jatuh ketangan pamannya, Dwi. Namun karena pamannya yang terkenal suka mabuk-mabukkan, serta judi dan tak segan-segan menghamburkan uang. Sehingga kakek Edward berencana mewarisikan seluruh kekayaannya kepada Leo.
Hal tersebut pulalah yang membuat Leo dan pamannya sering bertikai, dan kesalahpahaman turut menghiasi kebersamaan paman dan keponakan tersebut.
Saat ini Leo tengah berjalan menuju area lobby gedung pencakar langit itu. Dan disambut beberapa pria dan wanita berpakaian formal yang dapat dipastikan sebagai karyawan gedung tersebut. Seketika mereka membungkukkan tubuhnya tat kala pria itu menuju pintu gedung tersebut.
"Selamat datang, Tuan Muda." Ucap seluruh pria berpakaian formal, yang berdiri menjadi dua barisan tersebut.
Tak ada balasan apapun dari sang tuan muda, membuat salah seorang pria dari karyawan itu mendongakkan kepalanya sedikit. Untuk mencari tahu apa yang terjadi pada tuan mudanya tersebut, hingga tak membalas sapa mereka saat ini.
Berusaha menatap pria yang disebut sebagai tuan muda itu. Rasa penasarannya kini telah sirna, tat kala ia mendapati sorotan mata tajam bak elang menatap dirinya balik.
Keringat dingin mengucur dari keningnya. Pakaiannya terlihat basah dibagian punggung serta tubuhnya nampak bergetar, ketika suara ketukan sepatu yang digunakan tuan mudanya itu menuju kearahnya.
Melihat sesuatu yang mengganjal, membuat kepala divisi keamanan atau sering disebut sebagai ajudan pun turun tangan.
"Ma-maafkan anak buah saya, tuan muda. Dia baru diterima disini kemarin." Ujar pria tersebut dengan membungkukkan tubuhnya beberap kali di jadapan seorang Leo.
"Hei kamu?! Cepat minta maaf kepada tuan muda!!" Titah salah seorang dari karyawan yang berada disana.
Dengan segera, ia bersimpuh di hadapan sang tuan muda. Berharap enerima pengampunan atas sikapnya barusan.
"Maafkan saya, tuan muda. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Ucap pria tersebut dengan nada terbata-bata.
Mengangkat sebelah alis tebalnya, Leo menatap datar pria tersebut.
"Siapa namamu?" Tanya Leo dengan nada dingin, seraya terus menerus menatap tajam kearah pria itu.
"N-nama s-saya Agus, tuan muda." Ucap pria yang kini dikenal Agus tersebut dengan terbata-bata. Seolah ada yang menusul-nusuk di punggungnya saat ini.
Merasa tak ada respon apapun, pria yang bernama Agus itu pun memberanikan diri mendongakkan kepalanya lagi. Namun yang ia lihat hanyalah teman-teman yang sedari tadi ia temui, dengan pndangan mereka yang tertuju kepadanya.
Dirinyapun menyadari bahwa, tuan mudanya telah pergi meninggalkannya yang dipenuhi dengan berbagai pertanyaan diotaknya.
'Kenapa tuan muda Leo pergi begitu saja? Apa aku melakukan sebuah kesalahan?' Batinnya yang semakin jauh pikirannya perihal sang tuan muda. Namun fikirannya itu sirna sesaat, ketika suara berat mengejutkannya.
"Kamu masih selamat sekarang.Lain kali jaga kelakuanmu. Ingat itu baik-baik!!" Seru atasan Agus dan membubarkan mereka untuk kembali ke posisi semula.
"Baik, pak!" Ucap Agus lantang dan menatap punggung Leo dari kejauhan. 'Dia tidak seseram seperti rumor yang beredar.' Batin Agus dan memulai pekerjaannya kembali, sebelum dirinya terkena masalah lagi.
****
Leo berjalan menuju lift gedung bertuliskan NusaJaya Corl tersebut, dan munuju lantai paling atas gedung tersebut. Tepat setelah pintu lift itj terbuka dan menampakkan dirinya, ternyata ia telah disambut beberapa wanita berbaris rapih dihadapannya. Berbagai macam bentuk wanita ada disana.
Mulai dari sebelah kiri, wanita dengan wajah cantik serta tubuh putih dan langsing. Rambut pirang bergelombang terurai panjang, membuat penampilannya bertambah seksi. Terutama di kala gaun tersebut ia sibakkan dan memperlihatkan paha putih mulus daan jenjang miliknya.
Sejenak Leo memperhatikan wanita-wanita itu dengan pandangan tidak tertarik. Dan seketika ia mengernyitkan alisnya, tat kala teringat sosok wanita SPG yang ia jumpai tadi siang. Membuatnya menghela nafas dan berusaha membuang fikiran anehnya barusan. Kembali ia berfokus tentang apa yang terjadi saat ini.
"Apalagi sekarang?" Ucap Leo seraya menatap tajam sesosok pria yang nampak lebih tua dari dirinya tengah berdiri dihadapannya.
Pandangan tajam dari kedua pria yang sama-sama mengenakan pakaian serba hitam itu saling bertemu. Membuat suasana ruangan tersebut terasa mencekam.
"Apa maksud dari semua hal ini?" Tanya Leo kepada pria tersebut.
"Kamu harus menikah dan memberikan keturunan pada keluarga kita." Ucap pria paruh baya dihadapan Leo dengan lantang.
Suaranya yang berat dan tegas serta pembawaannya yang teekesan bijaksana, tak menyulutkan ketakutan pada Leo.
Beberapa wanita yang tengah berdiri mematung dihadapan mereka nampak ketakutan, tat kala suasana diruangan itu semakin mencekik.
Suasana nampak hening dan canggung. Hingga suara Leo memecahkan kesunyian tersebut.
"Pernikahan saya bukanlah urusan anda. Urusi saja diri anda sendiri. Toh wanita-wanita ini bukanlah standar saya." Ucap Leo seraya meninggalkan ruangan itu dan bergegas keruang kerjanya. Meninggalkan para wanita-wanita cantik yang telah menunggunya sedari tadi.
Di dalam.ruangan kerjanya, Leo tak langsung mengjampiri kursi kebanggannya, melainkan ia bergumam.
"Menikah? Hm.. Tak semudah itu." Gumamnya dan memasuki ruang kerjanya.
Bersambung..
-------》》》》》》》》》》》》》》》》》---------
Halo teman-teman semua, jaga kesehatan selalu ya.
Meskipun belum banyak pembaca yang minat dengan novel ku ini, aku benar-benar menghargai kalian yang telah bersedia membacanya meskipun hanya beberapa bab saja.
Terus dukung aku untuk melanjutkan novel ini hingga tamat ya teman-teman. Satu komen dan satu like dari kalian sangat berharga bagi saya.
Terimakasih. See you da da bye bye.. 🥰🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!