NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Vera

Prolog

Sejarah keluarga

Ardana dan Aliya adalah pasangan bahagia. Mereka di karuniai dua orang putra bernama. Arya Ardana Saputra dan Arian Wijaya.

Setelah beberapa tahun melewati hari-hari penuh dengan suka cita, Ardana di kabarkan meninggal dunia karena kecelakaan.

Kabarnya sebelum Ardana meninggal di rumah sakit, entah dari mana asalnya laki-laki itu menyerahkan seorang bayi perempuan cantik berusia sekitar satu bulan.

Ardana memohon kepada Aliya agar menjaganya dan merawatnya dengan baik. Aliya menerima bayi itu dengan sepenuh hati serta jiwanya. Dan dia memberinya Nama Vera Nindya

Aliya membesarkan Vera seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan rasa sayangnya melebihi kedua putranya.

Vera mengetahui dirinya hanyalah anak angkat pada saat berusia 5 tahun. Walaupun begitu dia tetap menganggap Aliya sebagai orang tua kandungnya sendiri. Begitupula dengan kedua Kakaknya.

Sampai waktunya tiba Aliya tidak rela kehilangan putrinya. Ia terpaksa merencanakan pernikahan. Sebuah harapan yang sangat sulit ia raih bahkan rela melibatkan kedua putranya, demi kebahagiaan putri angkatnya di masa depan.

Karakter utama

Arya Ardana Saputra adalah putra pertama dari keluarga Ardana. Sosok pria yang sombong dan kasar, selalu menanggap dirinya paling benar.

Sedangkan Arian Wijaya adalah putra kedua, sosok pria yang hangat, dan baik hati, selalu mudah tersenyum, namun posesif.

Aliya adalah sosok wanita cantik yang hangat namun tegas. Dan terakhir Vera Nindya sosok gadis imut tapi keras kepala.

***

Awal cerita

Bell berbunyi tanda waktunya pulang sekolah, Siswa Siswi SMK di Kota Metropolitan mulai berhamburan menuju perjalanan pulang.

Di antara banyaknya kerumunan. Ada seorang Siswi kelas 3 Akuntansi bernama Vera Nindya atau biasa di panggil dengan sebutan Ve terlihat sedang berjalan melewati gerbang lalu duduk di kursi warung depan sekolah sambil menunggu angkot yang sudah terbiasa dia tumpangi setiap hari.

Saat angkot yang di tunggu sudah datang, dia bergegas naik dan masuk ke dalam.

Dia suka sekali duduk di kursi paling ujung, dekat kaca belakang angkot. Setelah angkot kembali berjalan, tanpa basa-basi dia mengeluarkan handphone dan headset dalam tas selempang nya.

Menekan pemutar musik dalam hp. Karena memang hobi gadis itu adalah mendengarkan musik, tanpa musik apalah arti hidup ini baginya.

Hanya musik yang mampu menenangkan hati dan pikiran di kala dia berhadapan dengan masalah apapun. 20 menit waktu berlalu sampailah dia di depan rumah dan membuka pintunya.

"Veve pulang" Vera masuk, kemudian dia mencium tangan Aliya lalu duduk di sofa, bersebelahan dengan Aliya yang sedang merapikan bunga dalam vasnya di meja ruang tamu "Lelahnya" Dia bersandar sambil melepas tas selempang kesayangannya.

"Bagaimana sekolahnya sayang?"

"Baik Mah. Paling teman-teman lagi pada sibuk tuh mengurusi acara perpisahan di sekolah."

"Kamu gak boleh ikut" Dengan santainya Aliya berkata seperti itu, mengingatkan sesuatu yang tidak akan mungkin terjadi

"Iya Mah tenang saja lagi. Vera juga sudah tau kok!" Jawabnya ketus karena hanya bisa menerima kata itu. Toh percuma saja, walau Vera mengeluh sekalipun Aliya tetap enggan memberinya izin.

"Mah, aku boleh tahu gak. Kenapa sih, Mama gak pernah beri Vera izin buat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun di sekolah?" Vera masih berusaha meminta penjelasan. Karena memang dasarnya, dia tidak pernah sekalipun di izinkan Aliya.

Aliya menatap Vera hangat "Karena Mamah gak mau kamu kenapa-napa"

Hhh!" Mendengus bosan mendengar alasan Aliya yang menurutnya tidak pernah masuk akal. Bukan Aliya saja bahkan kedua Kakaknya sekalipun tidak pernah memberinya sedikit pun penjelasan.

Pernah suatu hari, Vera nekat memaksakan diri mengikuti kegiatan paskibra di semester pertama. Karena latihan, dia yang seharusnya pulang sekolah di waktu yang tepat. Terlambat hingga 2 jam lamanya. Hp yang selalu di bawa sengaja di matikan di dalam tas.

Begitu Vera membuka pintu rumah, Aliya dan Arian sudah duduk di ruang tamu. Menunggu dengan wajah yang sama-sama khawatir tapi tidak ada satupun dari mereka yang bicara.

Alhasil, berhari-hari Vera di diamkan oleh keluarganya. Tidak ada yang mengajaknya bicara, mengajaknya curhat, mengajaknya nonton tv bahkan makan bersama.

Namun ironisnya, tidak ada satupun dari mereka yang memberikan penjelasan.

Jadi wajar sekarang jika gadis itu terdengar menggerutu.

"Selalu saja begitu, Mama gak pernah memberi ku kebebasan"

Aliya hanya diam sesaat melihat putrinya tiba-tiba berdiri lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas dengan wajah cemberut.

"Maaf sayang, Mama melakukannya karena mau melindungi kamu dengan baik. Karena kamu satu-satunya harta yang paling berharga di hati mama."

Sementara itu

Saat sudah sampai di depan kamar, Vera membuka pintu dan menutupnya kembali. Menyimpan tas di atas meja belajar. Tanpa basa-basi dia langsung menjatuhkan diri di tempat tidurnya.

Setiap hari Vera memang betah di kamar dan kamarnya yang bernuansa classic ini terlihat sangat indah di pandang.

Dengan dinding berwarna hitam putih serta abu-abu. Bahkan seprei tempat tidurnya terlihat berwarna abu-abu. Dia pencinta warna natural. Gadis itu mempunyai kebiasaan unik berbeda dengan gadis biasanya. Dandanan nya simple tidak ribet seperti gadis cantik pada umumnya. Hanya dengan menjaga wajahnya tetap bersih saja itu sudah cukup.

Dia juga tidak suka berpenampilan mencolok. Dan anehnya dia tidak suka memakai rok. Walaupun aneh tapi selalu menjadi pusat perhatian di manapun ia berada. Semua orang di sekitarnya selalu memperhatikannya.

Terbukti, dari pedagang bakso sampai pedangan es campur di sekitar rumahnya kenal sama dia. Karena setiap Vera lewat, dia selalu menebarkan senyum close-up nya.

Di samping itu, Vera memang mempunyai solidaritas yang tinggi. Dia tidak pernah memilih-milih teman. Apapun status nya, pasti dia temani. Selama orang itu cocok, Vera selalu berbuat baik padanya. Tapi sebaliknya, kalau orang itu rasanya kurang cocok dia tinggalkan.

Dan satu hal lagi meski ia berasal dari kelurga terpandang di negara ini. Vera merasa dirinya bukan siapa-siapa. Ia lebih suka di kenal orang biasa saja. Buktinya setiap berangkat dan pulang sekolah ia selalu naik angkot padahal ia memiliki beberapa mobil mewah berjejer rapih di tempat parkir rumahnya.

"Haahh, capek banget rasanya aku hari ini." Katanya sambil menatap langit kamar. "Hari ini Kak Arian pergi kemana ya? Ke kantor, atau pergi berbisnis sekalian bertemu Kak Arya di luar negeri? Kok, aku gak melihat dia dari pagi sepertinya. Hp nya juga di matiin lagi."

Katanya sambil meraih remote DVD Player di atas meja samping tempat tidur, menyetel musik dengan volume sedang. Dan musik pilihan pun sudah berputar.

Baru saja dia mau terlelap dari tidurnya, hp dalam tasnya bergetar hebat tanda panggilan masuk. Dengan malas Vera bangkit dari tidurnya, merogoh hp dalam tas. Lalu kembali lagi tiduran di tempat tidur sambil menjawab panggilannya.

_Halo sayang, kamu sudah pulang? Suara Arian terdengar lembut di seberang telepon

"Hmm, tumben masih siang begini Kakak menelepon. Ada apa?"

_Hehe.. gak ada apa-apa kok. Kakak cuma mau dengar suara kamu? Kamu sudah makan?"

"Belum, aku ngantuk Kak.., gak kuat mau tidur."

_Oh, ya sudah. Kamu tidur saja. Nanti Kakak bangunin kamu kalau sudah pulang.

"Hmm.."

Belum saja Arian selesai bicara, Vera sudah menutup teleponnya duluan. Dan dia pun terlelap dari tidurnya.

Kakak Yang Posesif

Seorang laki-laki terlihat turun dari mobilnya, penampilannya sungguh menakjubkan. Kulitnya putih, bulu matanya panjang, berbentuk seperti mata elang dengan perawakannya yang gantle, laki-laki seperti itu tidak perlu bersusah payah buat menggoda wanita bukan.

Hanya dengan cara melihatnya berjalan saja. Wanita manapun selalu mencari cara, agar bisa berdekatan dengannya.

Dan sekarang, laki-laki itu terlihat melangkahkan kakinya memasuki rumah mewah. Setelah melewati lorong-lorong dan melewati beberapa ruangan, akhirnya dia sampai di ruang keluarga.

Disana sudah ada seorang wanita cantik sedang membaca majalah, kemudian dia menyapa "Selamat sore mah."

"Sore.." Aliya mengangkat kepalanya "Arian! Kamu sudah pulang." Aliya menutup majalah lalu menaruhnya di meja "Tumben sayang, kamu pulang secepat ini."

Arian duduk bersandar di sofa setelah mencium punggung tangan Aliya. Melihat anaknya yang lelah, Aliya menuangkan segelas air putih, lalu di berikan pada Arian "Ini sayang minumlah, Mama tahu kamu lelah kan." Arian meraihnya dengan senyuman

"Terimakasih" Ujarnya lalu meneguknya

"Sayang bagaimana pekerjaan mu hari ini. Semuanya baik-baik saja kan?" Aliya bertanya lagi sesudah Arian menaruh kembali gelas kosongnya di meja

"Baik Mah" Jawabnya sambil menyeka bibir basahnya dengan tisu kering

"Syukurlah, Mama pikir ada apa-apa di kantor. Hhh " Aliya menghela nafas lega.

"Gak ada masalah apa-apa, mama tenang saja." Arian terdiam kembali sambil bersandar lengan di sofa. Menerawang langit-langit ruangan di sekelilingnya.

"Oya, sayang tadi siang Vera bicara sama Mama soal perpisahan di sekolah dan tentunya Mama sudah melarangnya. Untuk kali ini mama rasa sepertinya Vera marah besar. Arian tolong bantu Mama. Kamu bicarakan baik-baik padanya. Supaya dia gak marah lagi sama Mama yah. Kamu mau kan?"

Melihat reaksi wajah Aliya yang begitu panik, Arian memandangnya lembut lalu menggenggam tangannya.

"Baik Mah, aku yang akan bicara baik-baik padanya, Mama gak usah khawatir masih ada aku yang akan membujuknya."

"Terimakasih sayang." Aliya tersenyum

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke kamarnya sekarang ya mah." Arian bangun dari duduk sambil menggulung lengan kemeja panjangnya.

"Hmm, kalau begitu Mama mau menyiapkan makan malam. Nanti Mama tunggu kamu dan Vera di meja makan"

"Iya Mah."

Arian menjawab lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamar Vera. Setelah berhasil menaiki anak tangga paling atas, dia berjalan kembali melewati lorong-lorong dan akhirnya dia sampai juga di depan kamar Vera.

"Ve Kakak boleh masuk ya?" Katanya saat sudah mengetuk pintunya, tidak terdengar suara apapun dari dalam.

Merapatkan telinganya di pintu, sama saja, tidak ada suara. Setelah ketukan ketiga, dibukanya pintu kamar dan masuk.

Gadis yang di cari masih berbaring terlentang di tempat tidur. Seragam sekolah masih melekat erat di tubuhnya. Rambut lurusnya yang indah juga berhamburan entah kemana.

Dasar kebo! Pikirnya sambil berjalan mendekat lalu duduk di sebelah Vera, dia belai pipinya dengan usapan lembut.

"Ve bangun sayang."

Mungkin Arian lupa, hanya dengan pipinya yang di belai lembut penuh kasih sayang begitu, tentu tidak mempan bagi Vera. Yang ada dia malah semakin tenggelam dalam mimpinya.

Dia belai rambutnya, masih sama, dia goncang bahunya Vera belum bagun juga. Kesal, akhirnya Arian cubit saja hidungnya berulang-ulang baru mempan.

"Hemm" Vera marah sambil memalingkan wajah ke sisi lainnya, belum membuka mata "Mau apa sih Kak? Ganggu orang tidur saja." Lanjutnya dengan gaya bicaranya yang ketus itu

Arian melirik jam tangannya sebelum menarik nafas dalam, mengusir kegeraman yang tercipta demi menghadapi adik angkatnya yang satu ini. Yang terkenal paling kebo di keluarganya sampai lupa waktu begini.

"Vera apa kamu lupa waktu? Lihat ini sudah jam berapa sayang? Masa sudah sore begini kamu masih tidur."

Mendengar adanya waktu yang di sebutkan, akhirnya Vera membuka matanya, melirik jam di bawah lampu tidur. Sebagai tanda dia takut Arian mengadu pada Aliya. Iya sosok Mama yang perhatian namun tegas itu.

"Ku kira ini baru jam 3" Dia menguap, menggesek-gesek matanya, lalu dengan malasnya ia duduk dari tidur, bersandar sambil menekuk lututnya.

Melihat rambutnya yang acak-acakan entah kemana tangan Arian terulur menyelipkan rambut ke belakang telinganya.

"Bagaimana sekolah mu tadi. Apa begitu banyaknya kegiatan di sekolah? Sampai bikin kamu tidur selama ini sayang."

"Gak ada kegiatan apa-apa di sekolah. Memangnya, ada urusan apa Kakak masuk ke kamar ku?" Vera menguap lagi, Arian tahu Vera belum sadar sepenuhnya. Alias masih ngantuk.

"Tadi mama bilang sama Kakak. Katanya kamu gak di izinkan ikut pergi ke acara perpisahan sekolah mu di Bali ya?"

"Kalau sudah tahu. Kenapa masih bertanya Kak? Pasti Kakak di suruh mama bicara baik-baik pada ku ya, supaya aku gak marah lagi sama mama iya kan?"

Baru saja Arian bicara pada intinya, Vera sudah menantangnya tiada henti. Yang membuat Arian hanya bisa mengembuskan nafasnya panjang.

"Kamu gak boleh bilang begitu. Semua yang di lakukan mama karena mau menjaga kamu dengan baik sayang. Karena kamu adalah keindahan yang paling berharga bagi kami semua."

"Tapi, aku juga bisa menjaga diri dengan baik kan Kak? Lagipula kan, Bali itu letaknya gak jauh-jauh amat kok" Vera bersikeras

"Vera, dengar! Di dunia ini gak ada orang tua yang mau menempatkan anaknya dalam bahaya. Apalagi penderitaan. Instingnya kuat, selalu melakukan yang terbaik demi membuat anaknya bahagia."

"Iya iya, tapi bisa gak sih Kakak beritahu aku alasan mama yang sebenarnya. Paling tidak alasan yang bisa buat ku mengerti."

"Maaf sayang, mama dan Kakak gak bisa ceritakan sama kamu sekarang. Kami berdua butuh waktu yang sangat tepat buat menjelaskannya sama kamu." Sesudah menjawab Arian membelai rambut Vera dengan usapan lembut.

"Iya iya!" Vera menyerah "Selalu saja bilang begitu. Gak pernah sekali pun beri aku kesempatan." Dia menggerutu "Oya Kak, ada lagi yang mau aku tanyakan." Arian menatap Vera dengan serius "Setelah aku lulus nanti. Apa Kakak mau memberi ku izin mencari pekerjaan sesuai dengan kemauanku. Aku berencana mau mencari jati diri?"

"Maksud kamu?" Arian mengerutkan keningnya.

"Iya.. Kakak juga tahu kan, selama hidup aku selalu mengurung waktu di rumah ini. Tapi sekarang aku juga mau tahu bagaimana rasanya hidup dalam kebebasan. Selalu bermimpi ingin kuliah sambil bekerja. Dan satu lagi aku ingin menjalin hubungan dengan seorang aku cintai. Bagaimana apa boleh?" Vera memasang wajahnya dengan penuh harap menunggu jawaban Arian

Entah kenapa Arian hanya diam setelah mendengar adik angkatnya bicara seperti itu. Seolah tidak rela jika Vera menjalin hubungan dengan orang lain.

Faktanya, semasa sekolah Vera tidak pernah di izinkannya berteman dekat dengan siapapun apalagi laki-laki.

Pernah suatu hari Vera membawa teman ke rumah, mereka memang di perbolehkan masuk, sebelum akhirnya di usir secara halus. Dengan alasan yang hanya di ketahui oleh keluarganya saja.

Melihat Arian masih terdiam Vera mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa Kakak jadi bengong begini. Gak mungkin Kakak tiba-tiba sakit kan." Ujar Vera sambil menyentuh kening Arian, Ah suhunya masih normal pikirnya "Kakak jangan kebanyakan bengong. Nanti kesurupan loh.. kerasukan pocong hehe.."

Saat tersadar Arian di perlakukan seperti anak kecil, dia menarik nafas panjang sambil menghilangkan perasaan campur aduknya dalam hati.

"Kakak gak mungkin kerasukan sayang. Yang ada malah pocongnya yang takut sama Kakak hehe" Vera tertawa mendengar Arian bicara barusan "Ve, Kakak tahu kamu selalu bilang bahwa kamu ingin merasakan kebebasan dalam diri kamu. Tapi tentang kamu ingin menjalin hubungan dengan seorang yang kamu cintai. Sepertinya mamah dan Kakak tidak mau mengizinkan mu."

"Kenapa aku gak di izinin pacaran." Vera sewot sambil melihat wajah Arian sebal. "Kak! Lihat sekarang aku sudah besar. Umur ku saja sudah 18 tahun. Aku cuma ingin tahu bagaimana rasanya mencintai dan di cintai orang lain. Asal Kakak tahu saja, kalau di sekolah itu, aku selalu di jadikan bahan ejekan teman sekelas. Karena gak pernah tahu bagaimana rasanya mencintai''

Arian mengerutkan keningnya

"Loh kenapa? Menurut Kakak bukannya itu sangat bagus. Di sekolah itu daripada kamu pacaran lebih baik kamu belajar yang serius demi masa depan kamu. Kakak gak mau kamu menjadi korban dari orang yang tidak baik sekaligus orang tidak mau bertanggung jawab sayang."

Demi menjaga perasaan adik angkatnya Arian mengucapkan kalimat nya pelan dengan nada kasih sayang dan penuh perhatian

"Iyah aku tahu, tapi masalahnya apa peraturan itu masih berlaku? Lihat Kak sekarang aku sudah besar. Dan Kakak tenang saja. Aku sudah bisa menjaga diri dengan baik kok. Jadi, mohon izinkan aku ya Kak?"

Demi mencapai tujuan Vera rela mendekatkan wajah manja sambil memohon agar mendapatkan izin dari Arian. Namun sayang, Arian hanya diam, dan tatapannya dingin sekali seperti mengatakan. Jangan bermimpi!

"Kakak jahat!" Vera menyentak "Lihat saja, pasti aku akan mencari pacar ku diam-diam dan kalau sudah dapat aku akan merahasiakannya dari Kakak. Awas saja!"

"Yang itu juga gak boleh. Nanti saja kalau kamu sudah lulus kuliah sayang. Kakak berjanji kakak izinkan kamu."

Dan kamu tidak perlu bersusah payah mencarinya. Karena pacar mu adalah...

"Gak terima!" Vera menolak mentah-mentah lalu memunggungi Arian "Biar bagaimana pun caranya, kalau nanti aku punya pacar. Aku langsung merahasiakannya dari Kakak. Titik!"

Melihat sikap keras kepalanya yang muncul Arian naik pitam.

"Vera sayang kamu benar-benar susah di omongin yah. Jangan mentang-mentang sekarang kamu sudah besar. Kamu jadi berani melawan Kakak. Sekalinya kakak bilang gak ya enggak! Paham?" Kata Arian menggema di akhir kalimat karena geram, tapi sialnya tidak ada rasa takut sedikitpun yang terlukis di wajah Vera, yang ada malah aneh.

"Kakak kenapa sih? Setiap aku omongin soal ini, Kakak marah. Seperti aku yang ketahuan selingkuh saja dari Kakak. Sadar dong Kak, aku bukan pacar mu kan?"

Lagi-lagi Vera bersikap keras kepala meski ujung-ujungnya dia hanya mampu mematuhi apapun yang di perintahkan Arian lalu berceloteh tiada henti. Dan tentunya Arian sudah terbiasa dengan itu.

Vera aku ingin sekali kamu tahu, bahwa aku tidak rela melepaskan mu. Aku mau kamu tetap ada di sisiku selamanya.

Sambil mendengar Vera berceloteh Arian bicara dalam hatinya

Makan Malam

Makan malam

Setelah berbincang lama dengan Arian tadi sore, Vera bergegas ke kamar mandi. Setengah jam kemudian dia keluar lagi dari ruang berganti baju dengan setelan piyama celana pendeknya. Berjalan keluar kamar menuruni tangga menuju ruang makan. Saat tiba, dia melihat Arian duduk sambil menunggu, sementara Aliya sibuk menyajikan hidangan makan malam bersama Bik Minah kepala pelayan di meja makan.

"Malam sayang." Ujar Aliya sesosok wanita hangat namun tegas ini menyapanya. "Mari makan, mama dan Kakak mu sudah menunggu kamu dari tadi."

"Malam mah, malam Kak. Maaf sudah buat kalian nunggu lama" Vera menarik kursi lalu duduk bersebelahan dengan Arian

"Apa Mama tahu sama kelakuan Vera tadi? Tidurnya itu kan mirip banget sama anak kebo. Dan jika tidak di bangunkan, mungkin sampai malam juga, dia gak akan terbangun dari mimpinya." Arian mulai mengadu

Aliya menatap Vera tajam setelah mendengarnya. Ada rasa malu pada Arian dalam hatinya. Merasa dirinya kurang mendidik Vera dengan baik. Padahalmah kurang baik apanya coba. Dari sekian banyaknya orang di keluarga itu, hanya Aliya yang paling memperhatikannya. Sebagai seorang Ibu Aliya tentu rela melakukan apapun demi menjaga nama baik dan masa depannya.

"Hehe.." Melihatnya nyengir tanpa dosa Aliya langsung menarik pipinya tanpa aba-aba "Aaaaah sakit mah." Vera merengek

Rasain kamu. Kata Arian dalam hati sambil menyeringai

"Kamu ini yah. Mau sampai kapan tidur siang lama-lama begitu? Ingat Vera kamu sudah besar, sudah remaja. Apa kamu tidak malu sama Kakak mu. Terus kalau kamu nanti punya suami bagaimana? Apa kata suami kamu nanti hah?" Aliya berapi-api

"Ampun mah ampuuuun. Lagipula Vera kan gak sengaja.." Malah membela diri sambil memegang tangan Aliya agar melepaskan cubitannya.

"Gak sengaja kata mu?" Aliya melotot

"Iya" Jawabnya santai membuat Aliya semakin marah lagi.

"Tiap hari tidur siang selama itu, massa di bilang gak sengaja." Arian menimpali

"Hehe" Vera mengaku salah

Kenapa cubitannya semakin keras. A' sakit sekali, pipi ku sakit.

"Ampun maaah Vera janji. Vera gak akan ulanginya lagi. Sekarang lepasin tangannya ya mah, pipi Vera sakiiit" merengek lagi.

"Awas ya! Janji kamu jangan di ingkari. Kalau sampai terjadi lagi. Mamah gak mau bicara lagi sama kamu titik." Kata Aliya tegas

Vera mengangguk saja tidak berani melawan Mama yang lagi ngamuk ini. Dan Akhirnya Aliya melepaskan cubitannya lalu duduk berhadapan dengan kedua anaknya.

Lihat saja kamu Kak. Aku akan membalas mu nanti. Vera langsung mendelik sambil mengusap pipi yang sudah memerah dengan tangannya

"Hehe, lagi pula, siapa suruh kamu tidur siang lama-lama. Buat anak gadis itu gak baik. Apa kamu gak takut, kalau mata kamu busuk dan badan mu jadi gemuk gara-gara banyak tidur? Hm?"

"Hahaha! Kakak yang super menyebalkan. Bukannya Kakak tahu ya. Walaupun aku banyak makan dan tidur, badan ku tetap begini dan gak pernah jadi gemuk kan?"

Mungkin Vera memang di takdirkan begitu. Tubuhnya tetap stabil meski kebanyakan makan dan tidur, berat badannya tidak pernah bertambah atau menurun sekalipun. Karena itu alasannya kenapa badannya terlihat imut. Kalau saja Arian memeluk tubuhnya sangat pass sekali dalam dekapannya. Layaknya memeluk seekor anak kucing yang lagi kedinginan.

Tak!

Arian menyentil kening Vera

"A' sakit" Ujar Vera sambil mengusap keningnya berulang kali. "Iiiiih Kakak memang nyebelin" menggerutu

"Kalau Kakak lagi nasehati. Harusnya kamu dengar dan turuti apa yang Kakak bilang. Bukannya malah di bantah. Paham?" Kata Arian tegas

"Kalian berdua sudah jangan bertengkar lagi." Aliya menyela, membuat Vera dan Arian melihat kearahnya bersamaan "Lebih baik kalian habiskan dulu makanannya, nanti keburu dingin."

"Siap bos!" Jawab Vera singkat sambil melakukan hormat ala kapten. Sedangkan Arian hanya mengangguk saja. "Bik! Tolong buatkan aku susu coklat hangat dong" Ujar Vera lagi pada Bik Minah yang sedari tadi menunggu sambil berdiri di belakang meja makan.

"Baik Non." Jawab Bik Minah

"Aku juga mau dong Bik" Arian tidak mau kalah dengan Vera sepertinya

"Baik Tuan" Bik Minah menundukkan kepalanya sekali sebelum berbalik dan berjalan meninggalkan meja makan

"Huu dasar! Kakak selalu saja ngikutin semua kesukaan ku. Tapi.... untung saja sih Kakak gak mau ngikutin gaya penampilan ku. Dan kalau sampai itu terjadi! Aku gak bisa membayangkan deh. Bagaimana Kakak jadinya nanti." Ucapnya santai

"Siapa juga yang mau ngikutin semua kesukaan kamu" Arian sewot "Sedari dulu, Kakak memang kan suka sama susu coklat."

"Hmmm, ngeles terus"

Aliya tersenyum

"Vera dengar, daripada kamu ikut acara perpisahan di sekolah nanti. Lebih baik kamu ikut saja ke Raja Ampat temani Kakak kamu. Mama yakin kamu pasti lebih nyaman dan terhibur di sana. Bagaimana, kamu mau kan?" tanya Aliya antusias

Terhibur! Mimpi kali ya. Bukannya terhibur yang ada malah tertekan. Mamah selalu saja begini. Bahkan di saat terakhir kali bertemu dengan teman sekelas ku sekalipun. Mamah tetap egois gak pernah mau mengerti perasaan ku.

"Selalu saja begitu, Mama gak pernah izinkan aku pergi kemana-mana. Memangnya Vera ini bocah pingitan apa?" Vera menggerutu

Aliya menarik nafas dalam

"Di mata Mama kamu tetap anak kecil. Dan selamanya mama akan menganggap mu begitu. Karena mama gak mau kehilangan kamu!" Kata Aliya tegas

"Iya sayang, saran Kakak, lebih baik kamu ikut Kakak saja ke Raja Ampat, ada banyak pemandangan pulau yang indah loh disana. Kakak yakin kamu pasti suka." Arian berhenti sejenak, saat melihat Vera hanya diam sambil mengaduk nasi dengan sendok di piringnya berulang-ulang, sebal. "Dan Kakak mau kenalin kamu sama temen Kakak" Arian melanjutkan kalimatnya dengan tidak mau tahu.

"Kenalin aku?" Vera menoleh sebentar lalu kembali bermain lagi dengan nasinya. "Tumben, lagi pula... Vera kan canggung gak kenal lagi. Karena gak terbiasa di kenalkan sama orang. Apalagi keluarga sendiri. Gak ada sejarahnya. Jadi, percuma saja kan?"

"Vera sayang kamu tenang saja. Teman Kakak itu orangnya baik kok dan juga mudah akrab. Kamu pasti menyukainya"

"Vera gak mau! Dari pada ikut dengan Kakak, mending... Aku diam saja di rumah. Membosankan" Kata Vera dengan gaya manjanya.

Melihat tingkahnya yang semakin keras kepala, Arian meletakkan sendoknya meneguk cepat segelas air putihnya sampai kandas. Dan Aliya tahu itu artinya Arian lagi menahan amarahnya.

"Vera! Apa kamu yakin, kamu gak mau ikut sama Kakak kamu?" Aliya mulai beraksi dengan tatapannya yang menusuk.

Mama dan Kakak bisanya cuma ngancam! Gak peduli dengan apa yang aku mau. Menghadapi keluarga begini setiap hari. Rasanya bagaikan terkurung di kandang singa

"Iya iya aku mau" Jawab Vera dengan malasnya sambil melirik Arian. "Kenapa Kakak jadi senyum-senyum begitu?"

Arian masih tersenyum, tangannya terulur bersamaan dengan wajahnya yang mendekat, lalu membelai rambut Vera mengalirkan semua kasih sayangnya

"Adik yang baik selalu nurut kan?" Ucapnya lembut di barengi dengan pandangan tajam penuh mempesona

Degh degh

Gila! Kenapa Kakak melihat ku tajam begitu sih. Bikin aku malu saja.

Batin Vera dalam hatinya

"Ini susu coklatnya Non" Vera baru tersadar saat Bik Minah meletakkan segelas susu di sampingnya

"Makasih yah Bik" Ucap Arian setelah menerimanya

"Iya sama-sama Tuan." Jawab Bik Minah lalu berdiri lagi di belakang meja makan

"Arian nanti kalau kamu sudah selesai makan. Mama tunggu kamu di ruang kerja mu. Ada yang mau Mama bicarakan sama kamu." Aliya bicara.

"Iya Mah"

Vera mengerutkan keningnya aneh

"Bicara apa?" Meraih segelas susu lalu meneguknya sekali "Kok bicaranya di ruang kerja?" Tumben

"Kamu penasaran banget ya." Arian mengejek

"Enggak juga" Menjawab acuh sambil menaruh susu coklatnya kembali di meja

"Oya! Kalau enggak, kenapa bertanya barusan?" Ejek Arian lagi

Vera mendelik

"Siapa juga yang bertanya-tanya?'' Vera tidak mau kalah "A, sakit" Lagi-lagi kening mulusnya di sentil Arian gemas

"Itu hukuman mu" Arian tersenyum. "Karena kamu gak mau mengaku salah."

"Iiih nyebelin banget sih jadi Kakak"

Aliya menggeleng sambil senyum melihat keduanya yang mulai berceloteh kemana-mana. Sepasang anak yang begitu harmonis

***

Dalam ruang kerja

Saat Arian dan Aliya terlihat sedang berbincang terkait dengan bisnis perusaan mereka. Seorang pengawal pribadi Arian muncul tiba-tiba. Lelaki itu bernama Deni, dia ditugaskan mengawasi kegiatan apapun yang di lakukan Vera saat sedang di luar.

Dalam rumah gadis itu memang penurut, tapi siapa sangka jika di luar sangat berbeda. Dia adalah seorang gadis yang mandiri periang, pemberani dan penuh percaya diri. Tapi sayang, karena tidak di izinkan berteman dekat dengan siapapun oleh Keluarganya. Mau tidak mau dia selalu menjadi bahan ejekan teman perempuan sebangkunya. Karena tidak boleh merasa jatuh cinta maupun di cintai orang lain.

"Selamat malam Nyonya Besar dan Tuan Muda"

"Malam Den ada perlu apa?" Arian bertanya

"Maaf Tuan Muda, kedatangan saya kemari ingin memberikan Anda laporan tentang kegiatan Nona Vera hari ini." Setelah menjawab Deni menaruh amplop berwarna coklat di atas meja

"Bagaimana keadaanya? Dia baik-baik saja kan?" Sambil membuka amplopnya Arian bicara.

"Baik sekali Tuan, selebihnya Nona hanya bermain dengan temannya di sekolah. Namun saya heran, baru kali ini saya melihat Nona duduk termenung saat menunggu angkot di depan warung sekolah Tuan Muda." Berhenti "Saya rasa... sepertinya Nona lagi sedih."

Sedih! Pasti gara-gara dia merasa yakin. Kalau Mama dan aku tidak mau memberinya izin mengikuti acara perpisahan di sekolahnya itu.

"Baiklah. Sekarang kamu pulanglah dan istirahatlah di rumah mu." Jawab Arian lagi setelah selesai melihat beberapa lembaran foto yang di berikannya.

"Baik Tuan Muda, terimakasih. Saya permisi "Deni menundukkan kepala sekali sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.

"Kamu masih saja melakukan hal seperti ini sama Adikmu" Kata Aliya setelah Deni menghilang di balik pintu yang tertutup". Saran Mama setelah dia lulus nanti, biarkanlah dia menjadi dirinya sendiri. Dia sudah besar dan kamu tidak perlu mengawasinya dengan ketat lagi."

"Sampai sejauh ini Mama selalu menyerahkan semua urusan Vera pada ku kan. Jadi Mama gak usah khawatir, aku melakukan ini semuanya demi kebaikan Vera. Aku hanya ingin menjaga dan melindunginya dengan baik Ma."

"Mamah ngerti, kamu melakukannya karena kamu sayang sama Adik kamu." Aliya tersenyum "Baiklah, kalau itu memang mau kamu, mama gak bisa melarang kamu. Kalau begitu mamah tinggal dulu ya. Ini sudah larut Mama mau istirahat dan tidur. Selamat malam sayang."

"Malam Mah"

Aliya mencium kepala Arian dengan penuh kasih sayang. Setelahnya dia pergi meninggalkan Arian sendirian di ruang itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!