malam itu Yasmin menatap langit langit kamar sendirian, harus nya malam ini menjadi malam yang indah untuk nya sebagai pengganti baru, tapi justru malah berbanding terbalik.
Yasmin bangun dan memperhatikan dirinya di cermin, wajah nya sudah tak berhias makeup seperti tadi siang.air mata sedikit mengenang di pelupuk mata nya.
Hafiz, pria yang baru beberapa jam yang lalu menjadi suaminya pergi begitu saja saat mendapatkan telpon dari seseorang, entah siapa Yasmin juga tidak tahu. Hafiz bergegas pergi tanpa mengatakan apapun pada perempuan yang baru beberapa jam menjadi istri nya itu.
cantik sudah tidak di ragukan lagi, kulit nya yang putih, hidung mancung, matanya indah.
itu menjadi salah satu alasan Hafiz meminta Yasmin pada Rama. Ayah Yasmin yang sengaja mengambil keuntungan dari keinginan Hafiz kala itu, tapi saat ini apa yang terjadi Yasmin sendiri di malam pengantin mereka berdua.
waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi, terdengar suara adzan berkumandang dari masjid yang tak jauh dari kediaman nya, sore itu juga hafiz membawa Yasmin kerumah baru mereka. Yasmin pikir ia akan bermalam di rumah Rama, namun tidak.setelah Acara selesai hafiz langsung mengajak nya pindah.
'kemana ya bang Hafiz, kenapa belum kembali?'
gumam Yasmin sendiri, benaknya di penuhi banyak pertanyaan.
Yasmin pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh sendiri, harus nya subuh ini menjadi subuh pertama mereka berjamaah. Namun kenyataannya itu hanya lah angan angan semu.
'cek lek'
terdengar suara pintu dibuka.
"assalamualaikum...de" ucap hafiz menyembul dari balik pintu.
Yasmin tertegun menatap wajah hafiz yang tampak lelah.
"Abang dari mana?"
"Ada urusan penting tadi?!"
ucap hafiz memalingkan wajahnya Kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Yasmin menatap punggung yang menghilang di balik pintu,
Yasmin menghela nafas kemudian melangkah kan kakinya menuju dapur untuk membuat sarapan untuk mereka berdua.
Hafiz bilang kalau rumah ini hadiah pernikahan untuk nya,Rumah itu cukup besar. ada satu orang pembantu dan tukang kebun yang bekerja di rumah itu.
"eh non....!"
ucap bi Ina yang sedang berkutat di dapur sendirian.
"masak apa bi, Yasmin bantu!"
"gak usah,biar bibi saja non!"
"gak apa-apa bi, Yasmin biasa ke dapur cuma gak bisa masak...!" ucap Yasmin terkekeh.
"bibi ajarin Yasmin masak ya!"
ucap Yasmin mengambil beberapa sayuran yang sedang di bersihkan untuk di potong.
pikirnya tak menentu Hingga tak terasa tangan nya tergores pisau.
"astagfirullahaladzim..!"
ucap Yasmin merasa perih dan melihat tangan nya berdarah terkena pisau.
"ya ampun non!" ucap bi Ina panik mengambil lap yang tak jauh dari meja,terlihat darah berceceran di keramik dapur.
"kamu kok gak hati hati sih de?!" ucap Hafiz tiba tiba datang lalu menghisap jari manis Yasmin yang terluka, seketika itu Yasmin membeku.
Hafiz mendengar kegaduhan di dapur dan bergegas menghampiri, tangan nya replek langsung menarik tangan Yasmin dan menghisap jari nya yang berdarah.
pernikahan mereka bukan lah atas dasar perjodohan, karena Hafiz lah yang melamar Yasmin. hubungan mereka dekat, karena Yasmin dan Hafiz Beberapa kali bertemu, pertemuan pertama mereka membuat Hafiz jatuh hati pada Yasmin.
malam itu keluarga Hafiz sengaja datang ke rumah Rama untuk membicarakan keinginan Hafiz meminang Yasmin, Awalnya Yasmin ingin menolak karena ia ingin fokus dengan kuliah nya dulu. tak menyangka jika secepat itu Hafiz melamar nya.
Rama tidak pernah mau menyia-nyiakan kesempatan yang itu, Apa lagi Ibrahim ayah Hafiz menawarkan kerjasama perusahaan,tentu hal itu akan memberikan keuntungan besar untuk nya. Rama pun meminta Yasmin untuk menerima lamaran Hafiz.
"ayolah Yasmin.... kamu juga suka kan Sama Hafiz?"
ucap Rama Waktu itu.
"ya tapi apa nanti gak mengganggu kuliah Yasmin? kenapa gak pacaran aja dulu!"
ucap Yasmin ingin menunda rencana pernikahan itu.
"pacaran setelah menikah itu lebih indah... nanti ayah urus pernikahan kalian!"
tidak ada yang salah Hafiz tampan,ia juga mapan.perempuan mana yang tidak jatuh hati melihatnya.
"udah biar bi Ina aja yang masak!"
ucap Hafiz lembut menuntun tangan Yasmin untuk duduk di kursi makan.
Hafiz lembut ia juga baik, tidak ada alasan untuk tidak mempercayakan hatinya pada pria itu. Meskipun akhir akhir ini sikapnya sedikit berubah, tapi Yasmin sudah terlanjur terbuai oleh perhatian Hafiz sebelumnya.
"kamu diem aja de..marah ya sama Abang karena semalam Abang pergi?"
tanya Hafiz pada perempuan yang semalam ia tinggal sendiri.
"gak bang... Yasmin gak apa-apa!"k.
ucap Yasmin menyembunyikan kesedihannya.
'kenapa Abang gak peka seh'
gumam Yasmin sendiri.
"syukurlah kalau kamu ngerti, maaf ya...!"
ucap Hafiz tersenyum menatap wajah Yasmin.
tak lama ponsel Hafiz berdering,dan beranjak pergi menjauh dari Yasmin.
'seharusnya Abang ngerti, apa harus Yasmin marah baru Abang peka'
terlihat Hafiz hanya diam mendengar kan seseorang berbicara sambil memijat keningnya yang terasa pusing.
'sebenarnya siapa yang menelepon?'
ucap Yasmin kemudian beranjak pergi ke kamar. Rasanya tak lagi berselera untuk makan.
Yasmin beranjak dari ranjang saat mendengar deru mobil Hafiz yang keluar dari pintu gerbang, Hafiz pergi lagi dan tak pamit apapun padanya.
'ya Allah ajarkan aku untuk berprasangka baik pada pria yang baru sehari menjadi suami ku'
****
ditempat lain seseorang baru saja bangun dari tidurnya sambil memijat keningnya yang berdenyut pusing.
"mampus deh Lo fi,kalau sampai bunda tahu Lo mabok!"
ucap Hasan pada Lutfhi sepupu nya itu.
pria itu semalam tidak pulang ke rumah nya.
dua bulan yang lalu Lutfhi mengenal sosok Yasmin pada saat masa ospek di kampus, siapa sangka Lutfhi dengan mudahnya jatuh hati pada perempuan yang belum lama di kenalnya itu.
mereka cukup dekat karena satu jurusan meskipun Lutfhi kakak kelas namun hal itu justru membuat Yasmin banyak belajar dari Lutfhi.
Yasmin Sendiri tidak pernah menceritakan tentang rencana pernikahan nya dengan Hafiz, semua berjalan begitu cepat saat Lutfhi ingin mengungkapkan perasaan nya justru ia mendapat kejutan undangan pernikahan dari Yasmin.
Luthfi membeku menerima undangan tersebut yang baginya seperti sebuah pisau belati yang mencabik hati nya, ia tidak pernah tahu jika Yasmin calon istri orang.
"udah lupain tuh cewek! masih banyak cewek di luar sana,dunia ini gak selebar daun kelor"
ucap Hasan menepuk pundak Lutfhi menyadarkan saudara sekaligus sahabat nya itu.
"gue bahkan belum bilang kalau gue...." ucap Luthfi menahan rasa sesak di dada nya.
"Udah fi, gue rasa itu lebih baik...."
"gue harap ini yang pertama dan terakhir Lo mabok, kalau sampai bunda Lo tahu, gue yakin dia gak akan segan segan kirim Lo ke Amrik"
"tolong Lo Jangan kasih tahu soal ini sama bunda san, gue janji ini yang terakhir"
"ya lah...fi, jangan sia siakan hidup Lo Karena seorang perempuan. Lo bisa dapatin yang jauh lebih baik"
"tapi gak ada perempuan seperti Yasmin yang mampu menggetarkan hati gue san!"
"bukan gak ada, tapi belum Nemu lagi aja fi.
kenyataan nya sekarang dia udah jadi bini orang!"
Luthfi membisu mendengar penuturan Hasan.
"Lo gak niat jadi pebinor kan?"
"apaan pebinor?"
"perebut bini orang?"
Luthfi terdiam dan mengedikan bahunya tanda tidak tahu.
Luthfi mengusap wajah nya, kemudian beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
"gue masih gak percaya dengan kenyataan ini"
ucap Luthfi di bawah guyuran shower, berharap bisa sedikit meredakan pening di kepala nya.
bersambung..
terima kasih yang sudah mampir, ayo like and komentar.
mampir juga ke novel yang baru punya author 🤭
tiga hari ini Yasmin belajar dirumah karena ia memang mengambil libur tiga hari pasca pernikahan nya dengan Hafiz.
Yasmin bersiap siap untuk berangkat ke kampus menggunakan kendaraan roda dua miliknya, ia melihat mobil hafiz memasuki halaman rumah setelah dua hari hafiz tidak pulang.
"de... maaf ya Abang ada urusan mendadak jadi baru bisa pulang!" ucap hafiz tiba tiba saat keluar dari mobil.
"Abang dari mana?"
"Singapore!"
ucap Hafiz menatap penampilan Yasmin yang terlihat cantik.
gamis berwarna merah maroon dan kerudung pasmina diamond berwarna pink, membuat Hafiz tak henti menilik Yasmin. Sayang nya ia tidak bisa menikmati keindahan itu karena sesuatu hal.
"kamu mau berangkat?"
"ya bang!"
"sini dulu!"
ucap Hafiz meraih tangan Yasmin dan mengajak nya masuk ke dalam rumah.
jantung Yasmin berdetak kencang tak beraturan.
"ini buat kamu?"
ucap Hafiz memberikan dua buah ATM card bersama dengan nomor PIN nya.
"kamu bisa pakai buat kebutuhan kamu,kuliah kamu!"
Yasmin tertegun melihat dua buah ATM card yang di selipkan di tangan nya.
"kalau soal belanja, kamu gak usah mikirin. Aku langsung transfer ke bi Ina kok!"
ucap Hafiz mengusap pucuk kepala Yasmin.
Yasmin tertegun kemudian tersenyum tipis.
"terima kasih bang!"
"ya udah kamu hati hati ya,Maaf Abang gak bisa Anter kamu!"
ucap Hafiz mencium pucuk kepala Yasmin sekilas kemudian berlalu pergi.
Yasmin terpaku menatap kepergian Hafiz,lagi lagi ia ditinggal sendirian.kenapa Hafiz bersikap seolah olah Yasmin itu Adik nya bukan istrinya.
"maafkan de!"
ucap Hafiz dibalik pintu.
**
Yasmin beranjak dari sofa dan keluar dari rumah melanjutkan niat awalnya untuk pergi kuliah.
"Yas....!"
ucap Wulan menghampiri Yasmin yang baru turun dari motor.
"kok sendiri? gak di Anter bebep?"
ucap Wulan di ikuti sela menggoda sahabat nya itu.
"bebek ada juga!"
ucap Yasmin senyum sekilas, tidak ada yang tahu apa yang terjadi sesungguhnya.
"biasanya kalau pengantin baru tuh betah dirumah" ucap sela menimpali.
"ngapain?" ucap Yasmin mengernyitkan alisnya.
"hahaha!" tidak ada jawaban hanya gelak tawa dari kedua sahabatnya itu.
Yasmin berjalan sambil menggelengkan kepalanya,melihat tingkah laku kedua sahabat nya itu yang cukup rese.
Yasmin menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Luthfi, terlihat tatapan mata nya tak bersahabat.
Entah apa yang terjadi dengan pria yang sebelumnya selalu bersikap baik sekarang justru bersikap dingin dan acuh.
Lutfhi pergi begitu saja dari hadapan Yasmin tanpa sapaan atau senyuman, semua berubah saat setelah Yasmin memberikan kartu undangan. Luthfi juga tidak datang ke acara pernikahan nya.
"Kenapa yas?"
ucap Wulan dan sela yang Melihat Yasmin menatap punggung Lutfhi dan Hasan yang menjauh.
"gak apa-apa lan, ayo kita ke kelas!" ucap Yasmin yang mencoba menetralkan pikirannya.
sebenarnya Lutfhi ingin sekali menyapa Yasmin, namun lidah nya kelu tak mampu berbicara.Ia lebih memilih untuk menghindar dari gadis itu.
"eh tahu gak seh dosen kita sekarang baru loh!"
ucap Nadia mengobrol dengan teman teman nya.
"ya katanya perempuan loh, cantik!"
ucap wiro menimpali obrolan Nadia.
Yasmin duduk di tengah tengah Wulan dan sela,tak lama dosen baru itu masuk ke dalam kelas.
cantik, rambutnya tergerai indah panjang sepinggang. dengan rok berwarna Navy selutut dipadukan dengan kemeja berwarna pink, ditambah polesan make up yang natural. menambah daya tarik tersendiri bagi yang melihat nya.
"perkenalkan saya dosen baru nama saya kanza, kanza aurelia!"
ucap dosen itu memperkenalkan diri, kemudian memulai pelajaran.
Yasmin terdiam saat kanza menatap nya dengan tatapan tidak suka, selama pelajaran berlangsung kanza juga terus menerus memberikan Yasmin pertanyaan dan untungnya Yasmin pintar bisa mengingat apa yang sudah kanza jelaskan. Hal itu mempermudah Yasmin menjawab semua pertanyaan dari kanza.
"boleh juga!" ucap kanza menatap Yasmin. Ada perasaan tidak rela saat melihat Yasmin,
'harusnya aku?'
ucap kanza berusaha untuk tegar.
"tuh dosen perasaan rada rese ya?!"
ucap sela asal bicara saat kelas sudah bubar.
"ya muka nya tuh gak bersahabat banget!"
ucap Wulan menimpali.
"ya wajar, dia dosen.Mungkin ingin di hormati!" ucap Yasmin merapikan buku buku nya ke dalam tas.
"tapi Kenapa sama kamu doang yas?" ucap sela memangku wajah nya sendiri, ada perasaan iba melihat kanza yang terus mencecar Yasmin.
"untung Lo pintar yas?!"
ucap Wulan beranjak dari duduknya.
"ya udah kita kantin yu!" ucap sela ikut beranjak.
Yasmin mempercepat langkahnya saat melihat sebuah mobil yang melaju di depan gerbang kampus seperti milik Hafiz, tapi apa mungkin.
bergegas Yasmin mengecek ponselnya, Namun tidak ada panggilan masuk dari Hafiz.
"kenapa Yas?" ucap Wulan mengejar Yasmin
"gak tadi aku lihat mobil persis milik bang Hafiz"
"Mana?" sela dan Wulan celingukan mencari keberadaan mobil tersebut
.
"Udah pergi, tapi sepertinya bukan bang Hafiz.Mungkin sama!"
ucap Yasmin melangkah menuju kantin.
terlihat Lutfhi dan kawan kawan nya sedang makan bersama sambil bercanda.
"kasihan teman gue lagi patah hati!"
ucap seseorang dari mereka yang terdengar oleh Yasmin dan kedua sahabatnya itu.
Luthfi terdiam menatap tajam ke arah Yasmin yang sedikit menundukkan kepalanya.
raut wajahnya masih tetap sama,tak sedikit pun cahaya itu berkurang dari wajah perempuan cantik itu.
'apa mungkin mereka belum melakukan hal itu?' ucap Luthfi masih menatap wajah Yasmin.
'kenapa seh gue gak bisa berhenti mikirin dia?'
"sekarang kak Lutfhi jarang nyamperin kita ya" ucap Wulan saat hendak menyantap makanan nya.
Yasmin sendiri diam membisu tak menjawab pertanyaan Wulan, ia sendiri bingung bahkan Lutfhi tidak datang ke Acara pernikahan nya.
"mungkin jaga jarak karena sekarang Yasmin bini orang" ucap sela ngasal namun cukup masuk akal.
"bener Lo" ucap Wulan mengamati Yasmin yang sejak tadi diam.
"sebenarnya Lo ngerasa gak seh kalau kak Lutfhi itu suka sama kamu yas?" ucap Wulan.
"gak tahu....!" ucap Yasmin singkat karena ia sendiri bingung dan tidak paham, takut nya ia malah geer jika berpikiran Luthfi menyukai nya.
Dua bulan mengenal sosok Lutfhi yang begitu baik padanya, beberapa kali Lutfhi membantu nya. tapi sekarang justru Lutfhi menjauh dengan sendirinya.
kedua pandangan mata mereka bertemu, Yasmin melihat Lutfhi yang tengah menatap nya tajam tak bersahabat.
Yasmin menggigit bibirnya menunduk karena Lutfhi terus menatap nya intens, Hafiz saja tidak pernah seperti itu pada nya.Apa yang salah dengan dirinya?.
"dasar jelek..." ucap Luthfi jika bercanda dengan Yasmin kala itu, sebelum hubungan keduanya berubah seperti sekarang.
Yasmin melangkah bersama kedua sahabatnya menuju lahan parkiran kampus, terlihat Lutfhi juga berada di tempat itu Lebih dulu.
"ya Bun...ini juga mau balik!" ucap Lutfhi terdengar oleh Yasmin.
Yasmin bergegas menaiki kendaraan roda dua nya bersama sela yang ikut menumpang, sementara Wulan membawa motor sendiri.
Luthfi melewati Yasmin begitu saja,tak ada senyum sapa seperti dulu.
bersambung....
satu Minggu berlalu tak ada yang berubah di antara keduanya, mereka Tinggal satu atap namun Hafiz selalu pulang malam dengan alasan banyak pekerjaan.
"bang, udah makan?"
ucap Yasmin sambil membantu Hafiz membuka jas nya.
"belum de...!" ucap hafiz berbohong padahal ia baru pulang makan malam dengan seseorang.
"mau Yasmin bawakan makanan ke kamar bang?" ucap Yasmin menyimpan sepatu Hafiz ke rak.
"boleh de,kamu udah makan?"
"udah bang, tadi bareng bi ina!"
"oh ya udah,maaf ya de Abang sibuk !"
"gak apa-apa bang?"
ucap Yasmin berlalu pergi ke dapur.
ada perasaan bersalah dalam hati Hafiz, sungguh ia tak bermaksud melakukan hal ini pada Yasmin.
tak lama Yasmin datang membawakan makanan berpapasan dengan Hafiz yang baru keluar dari kamar mandi dengan hanya handuk yang melilit di pinggang nya.
terlihat tubuh Hafiz yang sis pack.. membuat keduanya sama sama tertegun.
"ini Yasmin simpan di meja..!" ucap Yasmin beranjak namun Hafiz menahan tangan nya.
tangan Hafiz begitu dingin, namun menjalarkan sesuatu yang aneh.kedua pandangan mereka bertemu, Hafiz menarik pinggang Yasmin mengikis jarak di antara keduanya.
jantung Yasmin berpacu dengan kencang seperti sedang berdisko.
Hafiz menatap wajah cantik istri nya itu, kalau saja hal bodoh itu tidak ia lakukan, mungkin saat ini ia menjadi pria yang paling bahagia memiliki istri secantik Yasmin.
"bang?!" ucap Yasmin menyentuh Dada bidang milik Hafiz yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu.
sebuah benda kenyal menempel di bibir Yasmin, membuat bulu kuduk nya meremang.
Awal nya diam, tapi sungguh Hafiz tidak bisa menahan hasrat nya untuk tidak menyentuh perempuan yang saat ini berada dalam dekapan hangat nya.
'tuuuut...tuuuuut..'
terdengar suara getaran ponsel Hafiz seketika menghentikan adegan ciuman mesra itu.
Hafiz mendengus dan pergi sesaat setelah melihat siapa yang menelepon nya. Meninggalkan Yasmin sendiri dengan hasrat yang tertahan.
cepat cepat Yasmin beranjak pergi melihat Hafiz yang sedang berbicara setengah marah dengan seseorang.
"ya, harus berapa kali aku berjanji..?"
hanya kata kata samar terdengar di telinga Yasmin, ia pun melengos pergi ke ranjang merebahkan tubuhnya yang kecewa.
"ya Tuhan salah kah aku yang mendambakan kasih nya?"
ucap Yasmin meremas sprei katun motif bunga itu.
***
Yasmin termenung sendiri duduk di kursi taman yang letaknya tak jauh dari kampus.
sampai pagi menjelang Hafiz tak kembali, entah kenapa ia memilih untuk tidur di ruang kerjanya.
"sebenarnya ada apa seh, kenapa aku merasa ada yang tidak beres?"
tanya Yasmin sendiri dalam hati mengingat kejadian semalam.
kelas berlangsung seperti biasa,kanza tak pernah melewatkan Yasmin.seperti mempunyai masalah kanza seakan tak pernah puas mencerca Yasmin, membuat Yasmin merasa sedikit aneh.
"kamu kumpulkan tugas teman teman kamu, terus simpan diruangan saya!" ucap kanza pada Yasmin dengan nada jutek nya.
"ya,Bu..!" ucap Yasmin mengumpulkan tugas teman teman yang lain nya.
niatnya ingin Melihat jelas mobil yang beberapa hari ini selalu berada di gerbang kampus, namun kanza selalu memberikan nya berbagai macam tugas.
Yasmin berjalan sendirian menuju ruangan kanza, karena Wulan dan sela sudah pulang terlebih dahulu.
pikirannya tidak menentu, banyak sekali pertanyaan dalam benak nya.
Yasmin terkesiap saat tiba tiba tubuh nya hendak terjengkang karena lantai berair, namun seseorang menahan tubuhnya.
'Lutfhi..'
cepat Yasmin beranjak dari tangan Lutfhi.
"kak... Lutfhi?"
tidak ada Jawaban, Lutfhi hanya diam menatap wajah Yasmin.
hening.....
"kamu gak apa-apa?" ucap Luthfi membuat Yasmin langsung membeku, begitu dingin pria yang kini berada di hadapan nya.
dulu Lutfhi selalu hangat padanya, entah apa alasannya Yasmin ingin tahu.
"kak.....!" ucap Yasmin meraih tangan Lutfhi yang hendak pergi.
Luthfi menoleh pada tangan yang mencegah langkah nya.
sebenarnya Lutfhi tidak tahan dengan keadaan saat ini, rasanya ingin sekali mendekap tubuh perempuan yang saat ini berstatus istri orang itu.
"kak..... Yasmin mau bicara boleh?" ucap Yasmin senyum menatap wajah Lutfhi.
jantung Lutfhi berdetak kencang tak kuasa menahan perasaan nya melihat Yasmin yang tersenyum manis pada nya.
"kak......apa Yasmin ada salah?"
ucap Yasmin saat mereka berdua duduk di kursi taman dekat kampus.
"gak ada!"
ucap Lutfhi singkat tanpa menoleh, ingin sekali rasanya meremas botol minum yang di genggaman nya,demi menyalurkan rasa kecewa yang masih menguasai hatinya.
"kak.... Yasmin bingung, kenapa kak Lutfhi...."
"emang harus nya aku kaya gimana?" ucap Luthfi mendekati Yasmin mengikis jarak di antara keduanya.
Yasmin terkesiap menjauh namun ada penghalang hingga ia terpojok, jantung Yasmin berdetak kencang karena Lutfhi terus mendesak nya.
"kak....!" ucap Yasmin menahan tubuh Lutfhi dan beranjak berdiri.
Lutfhi mendongak menatap wajah Yasmin yang memerah.
"sebenarnya kak Luthfi kenapa seh?"
ucap Yasmin merasa sedikit takut, karena keadaan saat ini sudah berbeda dengan yang dulu sebelum ia menikah,ia memang sering bercanda dengan Luthfi tapi tidak seperti ini.
terlihat kabut hasrat yang tertahan dari mata Lutfhi membuat Yasmin langsung menjauh.
"itu kenapa aku menjauh dari kamu?"
"maksud kak Luthfi?"
"aku ini gak bisa Yas dekat sama kamu karena sekarang kamu sudah Menikah, mana bisa aku bersikap seperti dulu!"
"tapi Yasmin merasa kehilangan sosok kakak!"
"kakak?"
"ya, Yasmin udah anggap kak Luthfi seperti kakak Yasmin sendiri!"
"tapi gimana kalau aku berharap lebih dari apa yang kamu anggap?"
Yasmin membisu mendengar penuturan Lutfhi yang baginya sangat membingungkan.
rasanya keadaan ini tidak aman untuk mereka apa lagi Lutfi, bergegas ia pergi meninggalkan Yasmin yang mematung sendiri.
dari jauh seseorang sudah merekam interaksi keduanya, dengan senyum mengembang perempuan itu menyimpan video tersebut.
Yasmin berjalan keluar menuju tempat halaman parkir, terlihat Lutfhi sedang merokok dekat warung yang tak jauh dari tempat itu.
Yasmin belum paham dengan perubahan pada diri Lutfhi, bertanya pun rasanya percuma jika keadaan nya berujung seperti tadi.
Luthfi menyulut sebatang rokok sambil memperhatikan Yasmin yang keluar mengendarai kendaraan roda dua nya, Lutfhi menggeleng kan kepalanya. Entah Kenapa justru Yasmin semakin menggiurkan setelah ia menjadi istri orang, hampir saja ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh perempuan itu.
"kenapa Lo?" ucap Hasan menghampiri Lutfhi yang sedang memijat keningnya.
"gue gak bisa kalau kayak gini terus? seperti nya gue lebih baik kuliah di Amrik kalau begini caranya..!"
"Yasmin terlalu parah ya buat Lo berangan,gila dasar Lo fi...kalau suami nya tahu gue yakin bisa dihajar Lo?"
"ya mungkin gue gak waras...!"
"sakit Lo....?" ucap Hasan terkekeh menepuk pundak Lutfhi.
"balik sana Lo berendam di kolam biar dingin Kepala Lo?" ucap Hasan terkekeh lagi.
lucu namun bagi nya itu hal bodoh..
bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!