NovelToon NovelToon

Dipinang CEO

Aku hanyalah beban bagi mereka

Karya ketiga 💐

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak dengan memberikan like dan komentar yang membangun 🌸

Terimakasih 🙏

Happy Reading 💖

POV Sharmila

Miskinnya diriku.

Salahkah jika aku terlahir dari keluarga miskin dan berantakan?

Ayahku seorang pemabok dan penjudi. Sementara ibuku adalah kupu-kupu malam.

Dan aku? Anak yang tidak diinginkan.

Kesepian adalah temanku setiap hari.

Ibuku sibuk dan ayahku menakutkan.

Aku selalu mengurung diri dikamar setiap kali kudengar pertengkaran mereka.

Aku tidak punya teman

Tidak ada yang akan berteman denganku karena aku jelek dan miskin.

Aku seperti sampah yang tidak berguna.

Dimata mereka aku tidak bernilai sama sekali.

Banyak ejekan dari tetangga kadang membuat panas telinga.

Tapi haruskah aku marah jika yang mereka katakan adalah kebenaran.

Saat mereka bermain dan aku mendekatinya maka mereka akan bubar, karena aku seperti noda bagi mereka.

Saat ini aku sedang sembunyi di semak-semak.

Aku berlari dari kejaran seorang teman lelaki ibuku yang mencarinya. Namun karena tidak menemukanya maka mata jahatnya langsung menatap tajam dan beringas kearahku.

Aku masih menggunakan seragam Sekolah Menengah Atas saat orang itu mendekatiku. Satu tahun lagi aku akan menanggalkan seragam ini dan mulai bekerja. Aku butuh berjuang satu tahun lagi agar aku bisa mendapatkan ijazah SMA.

Aku bersembunyi dibalik semak-semak tidak jauh dari rumahku.

Nafasku masih tersengal-sengal karena berlari melebihi kapasitas kecepatanku.

Aku melirik di atas ku yang ternyata ada sarang lebah disebuah ranting pohon.

Ohhhhh

deg

Aku mendongak keatas dan kulihat beberapa lebah mulai mengitariku. Aku menutupi wajahku dengan tanganku, agar terhindar dari sengatan lebah.

Ops!

Orang berewok itu tepat berada di depanku namun jarak kami terhalang semak-semak. Sampai akhirnya telingaku disengat tawon dan aku menjerit tanpa sengaja.

Akhhhhh!

Aku terlambat menyadari dan tiba-tiba saja laki-laki itu sudah berdiri dibelakangku.

Matilah aku

Aku bergumam dan meringis kesakitan karena kedua tanganku telah dipegang oleh satu tangan kekarnya.

Kemudian dia menyeretku kesebuah tempat yang sepi.

Aku gemetar dan ketakutan. Pikiranku sudah negatif seratus persen. Tidak tersisa lagi harapanku jika sampai jatuh ke tangan pria iblis ini dan dia menjadikanku kupu-kupu malam.

Aku berharap Tuhan memberikan sebuah keajaiban padaku dan aku bisa selamat dari cengkeraman pria jahat ini.

Impianku masih panjang. Aku masih ingin melanjutkan sekolah yang tinggal satu tahun lagi. Aku sudah berjuang berjualan koran setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Akankah mimpiku berakhir pada tangan kotornya yang bisa saja menodai ku saat ini?

Atau dia akan menjual ku sebagaimana dia menjual banyak gadis yang tidak berdosa dan menjadikanya kupu-kupu malam?

Dia terus menyeret ku dan membekap mulutku antah kemana dia akan membawaku. Aku terlalu kurus untuk melawan tenaganya. Tanganku bahkan tanpa daya dalam satu genggamanya.

Namun mataku masih bisa melihat sekeliling jalanan yang begitu sepi karena memang diperkampungan jika sore hari apalagi gerimis seperti ini maka tidak terlihat satu orangpun yang berlalu lalang.

Ya Tuhan selamatkanlah aku

Hanya itu yang terus aku ucapkan sepanjang jalan sambil airmata ku tidak berhenti mengalir deras.

Ibuku tidak mungkin mencariku, karena aku adalah penyebab hidupnya yang hancur dan berantakan. Aku hanya beban dan anak pembawa sial baginya. Karena mengandung diriku maka impian ibuku untuk menjadi seorang model telah hancur. Dan dia terpaksa harus menikah dengan ayahku yang seorang pemabok dan penjudi.

Suaminya sendiri yang telah menjualnya kepada salah seorang temanya karena tidak bisa melunasi hutang. Dari situlah awal tatapan sinis ibuku kepadaku dimulai. Akulah yang dia anggap pembawa sial.

Untuk melawan ayahku dia juga tidak berani. Karena berulang kali ibuku kabur dari rumah meninggalkanku seorang diri dan beberapa hari kemudian ayahku pasti sudah membawanya kembali pulang.

Ayahku juga tidak mempedulikan kehadiranku, karena dia menganggap aku bukan anaknya. Namun anak dari pacar ibuku atau selingkuhannya. Tidak akan ada yang mengkhawatirkan aku meskipun aku tidak pulang.

Dan saat ini aku tidak bisa mengharapkan mereka untuk mengingat dan mencariku. Aku dari kecil terbiasa hidup sendiri, makan dari pemberian tetanggaku yang iba melihat keadaanku.

Dan setelah remaja aku mulai mencari uang untuk biaya makan juga biaya kehidupanku.

Haruskah aku mengikuti jejak mereka? Salahkah jika aku punya impian dan keinginan untuk memperbaiki nasibku, takdirku, juga masa depanku?

Haruskah aku jatuh ke dunia hitam malam ini juga?

Ohh Tuhan....Selamatkanlah aku

Jika hanya untuk ini aku dilahirkan? Maka aku lebih baik tiada saja dan aku tidak pernah ingin dilahirkan ke dunia ini.

Aku mulai mengutuk kelahiranku kedunia ini. Aku mulai menyesali dan menyalahkan Tuhan karena membiarkan aku terlahir dari keluarga yang berantakan.

Tiba-tiba lelaki kekar itu memepetku ketembok dan menatap wajahku dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Boleh juga. Karena aku tidak menemukan ibumu. Maka kau yang akan menggantikanya. Nilai jualmu lebih tinggi lima kali lipat dari ibumu."

Ya Tuhan...

Takdir apa yang akan Kau tuliskan untuku.

Lelaki itu makin mendekat dan menarik kancing baju sekolahku hingga robek dan kancing bajunya tanggal. Hingga saat ini bagian dada dan perutku terbuka jelas tanpa penutup.

Aku mencoba menutupinya namun tanganya terlalu kuat dan tenagaku hanya seujung kuku baginya.

Air mataku mengalir semakin deras dan jatuh hingga menetes kedada dan perutku.

"Lepaskan aku...aku mohon...biarkan aku pergi...Tuan." Kataku memelas dan memohon.

Namun uang yang akan dia dapatkan lebih berharga baginya daripada mengasihani ku. Keuntungan menjual ku tanpa ada yang akan menuntutnya. Tentu sangat menguntungkan baginya.

Aku semakin gemetar.

Tanganku mulai dingin seperti es.

Aku sangat lapar saat ini. Badanku menjadi lemas dan kepalaku berkunang-kunang.

Namun aku tetap harus melawan meski aku harus kehilangan nyawa. Setidaknya mati lebih terhormat dari pada hidup berlumpur dosa.

Hanya itu keyakinanku dan aku mulai mengumpulkan sisa tenagaku.

Aku mulai bersiap untuk melawanya hidup atau mati. Semuanya tidak penting bagiku saat ini. Yang paling penting adalah melepaskan diri dari tangan besinya.

Kemudian saat ada kesempatan dan saat aku melihatnya lengah, dan cengkeraman nya mulai kendor, dengan sisa tenagaku, aku menendang senjatanya.

Duaggg!

Aaaaakkkkkhhhhhh

Dia menjerit dan melengking panjang.

Aku lihat dia sedang tertunduk dan meringis kesakitan.

Dengan cepat aku berlari ketempat keramaian dan berharap agar pria iblis tadi tidak mengenalku lagi.

Aku menoleh kebelakang dan kulihat dia menyeringai tepat dibelakangku dan hanya berjarak dua puluh langkah kaki saja.

Akhirnya aku menyeberang ditengah jalanan yang begitu ramai.

Buuukkkk

Duaaarrrr

Badanku tertabrak sebuah mobil mewah merk Ferrari berwarna merah.

Aku terpental dan aku sadar bahwa aku berada diantara hidup dan mati dengan sisa kesadaran ku.

Aku merasa darah membasahi bajuku. Semakin lama aku semakin kehilangan kesadaran ku. Dan aku hanya tersenyum andaikata ini adalah takdir ku. Aku akan mati dengan kehormatan melekat dalam diriku.

Mimpi panjangku

POV Sharmila

Aku terbangun dari mimpi panjangku. Aku merasa Malaikat terlalu mengasihaniku bahkan saat aku meminta padanya agar mencabut nyawaku, Malaikat hanya diam dan pergi meninggalkanku.

Aku memohon dalam tidur panjangku agar Malaikat itu datang kembali dan segera mengambil jiwaku dari raga ini. Tapi Malaikat tak pernah kembali. Hingga sebuah cahaya menyilaukan dan membuatku tersadar dari koma.

Aku masih bernyawa.

Cahaya itu terlalu menyilaukan hingga perlahan aku membuka mataku satu persatu. Kulihat sebuah wajah yang tampan nyaris sempurna sedang menatapku.

Diakah malaikat itu?

Kemudian kupejamkan mataku lagi. Aku merasa seluruh tubuhku seperti patah dan sangat ngilu.

Samar-samar aku mendengar suara dokter berbicara jika aku sudah melewati masa kritis. Kemudian Pria tampan itu duduk di sampingku. Tidak lama kemudian seorang wanita setengah baya datang. Dia menanyakan keadaanku. Mereka sepertinya sangat khawatir meskipun bukan keluargaku.

"Semoga dia lekas sembuh." Kata wanita itu. Aku masih belum ingin membuka mataku dan menjawab banyak pertanyaan dari mereka.

"Iya mami. Regan merasa bersalah karena sudah membuatnya terluka. Seandainya Regan bisa lebih cepat menyadari dan menginjak rem, maka semua ini tidak akan terjadi." Kata Pria yang menyebut dirinya Regan.

"Sudahlah Regan. Jangan disesali yang sudah terjadi. Semua ini terjadi karena sudah menjadi kehendakNya. Kita berdoa saja semoga gadis ini cepat pulih." Kata wanita itu, mungkin ibunya , karena wajah mereka sangat mirip sekali.

"Mami pergi dulu ya. Kedua adikmu akan membuat keributan jika tidak ada mami. Kasihan nenekmu harus menjaganya. Tidak ada satupun baby sitter yang betah menjaga kedua adikmu itu. Mami sampai kewalahan."

Kata ibu dari pria tampan yang sedang duduk menjagaku.

Senangnya terlahir di keluarga mereka. Bahkan percakapan hangat ibu dan anak yang terasa nyaman dalam pendengaran ku. Aku bahkan tidak setiap hari bisa berbicara pada ibuku. Jika aku bertanya, ibuku seperti enggan untuk menjawabnya. Sehingga jika tidak ada kepentingan yang sangat mendesak aku tidak berani berbicara dan menatap mata ibuku.

Setelah hanya tinggal pria tampan ini, perlahan aku membuka mataku.

"Hai...kau sudah siuman? Syukurlah. Aku akan segera memanggil dokter." Ujarnya.

Aku hanya terpana menatap sebuah senyuman yang begitu manis menambah wajahnya yang tampan menjadi sangat menarik di mata ku.

Selama ini tidak pernah kulihat pria setampan dirinya.

Kemudian dokter datang dan memeriksaku.

Dokter itu tersenyum dan mengatakan sesuatu kepada Pria disamping ku.

"Dia menunjukan banyak kemajuan. Dua Minggu lagi lukanya akan sembuh." Kata Dokter itu kemudian meninggalkan kami berdua.

"Terimakasih Dokter." Kata pria itu kepada Dokter yang akan memeriksa pasien yang lainya.

Aku diam saja tanpa bisa menggerakkan sedikitpun anggota badanku yang penuh dengan perban.

Tapi aku masih bisa tersenyum dan mengangguk juga menggelengkan kepalaku.

"Maafkan aku. Karena aku kamu jadi terluka seperti ini." Kata pria itu merasa bersalah.

"Bukan salahmu Tuan. Akulah yang telah bersalah karena membahayakan diriku sendiri."

"Terimakasih Tuan, karena telah menyelamatkan nyawa juga kehormatan saya." Aku berkata lirih padanya. Aku masih lemah sehingga aku tidak bisa berbicara terlalu keras.

Pria itu kemudian mendekatkan kepalanya karena tidak jelas mendengar perkataanku.

"Sekarang istirahatlah. Kamu masih harus dirawat dua Minggu lagi agar bisa pulih. Dimanakah keluargamu? Mungkin mereka sedang mengkhawatirkanmu." Kata pria itu.

Aku hanya menggelengkan kepala.

Aku tidak mungkin menceritakan keadaanku juga keluargaku kepadanya. Aku terlalu malu untuk menceritakanya. Aku juga tidak tahu bagaimana harus menjelaskanya.

"Kamu sendirian?" Katanya mencoba menebak arti dari bahasa isyarat ku.

Aku mengangguk pelan.

"Baiklah. Jika begitu maka aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian disini. Aku akan menjagamu hingga kau sembuh dan bisa beraktifitas dengan normal." Kata pria itu melihatku dengan tatapan iba.

Aku diam saja.

Aku meringis merasakan ngilu juga badanku rasanya pegal-pegal semua. Aku mungkin terlalu lama berbaring tanpa bisa miring ke kiri ataupun ke kanan. Seandainya bisa mengubah posisiku, mungkin aku tidak akan pegal seperti ini.

Aku hanya telentang seharian dan entah berapa hari aku ada disini.

Aku tidak bisa mengingatnya.

Aku lihat matahari mulai redup dari jendela kamarku. Hari hampir gelap. Tiba-tiba seorang suster masuk dan menghampiriku.

"Saya akan mengganti baju pasien. Mohon anda tunggu diluar." Kata suster itu.

Kemudian pria itupun keluar karena tidak mungkin kan dia melihatku tanpa busana?

Aku lega akhirnya dia keluar dan aku tidak akan malu. Akhirnya seorang suster menyeka tubuhku dengan air hangat, mengelapnya dan mengeringkannya. Aku sudah memakai baju ganti yang sudah disiapkan.

Rasanya aku seperti tidak berguna. Bahkan aku membutuhkan orang lain hanya untuk berganti pakaian saja. Biasanya semua masalahku mampu ku selesai kan sendiri. Tapi saat ini aku benar-benar tidak berdaya.

deg

Pria itu masuk setelah suster itu keluar dengan membawa baju kotor.

Berhari-hari aku dirawat sampai akhirnya aku sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang.

Aku akan kembali kepada kehidupanku sebelumnya. Jika ini mimpi, maka aku bermimpi terlalu lama, dan aku harus segera sadar dan kembali ke tempatku semula.

Aku sudah bisa berjalan dengan normal, karena aku beruntung tidak mengalami patah tulang. Hanya ada goresan bekas luka-luka saja.

Entah kenapa aku merasa ada yang hilang dalam diriku saat aku akan meninggalkan rumah sakit ini.

"Aku akan mengantarmu pulang." Kata Regan.

"Baiklah."

Terpaksa aku menyetujui diantar pulang olehnya. Karena aku tidak punya uang sama sekali untuk naik angkot. Berjalan kaki? Tidak mungkin! Rumahku terlalu jauh dari rumah sakit ini.

Kemudian aku turun bersama Regan tanpa menggunakan kursi roda karena kakiku sudah kuat untuk berjalan.

Aku melihat mobil Ferrari merah yang menabrakku dan terpaku sejenak. Mobil itu sudah mulus tanpa lecet sedikitpun. Bahkan seperti baru dibeli dari showroom.

Akhirnya aku punya kesempatan untuk naik mobil mewah dan mungkin ini adalah pertama kali dan terakhir kalinya seumur hidupku.

Aku memegang pintunya yang begitu kinclong dan mengkilap.

Kemudian Regan membukakan pintu untukku.

"Silahkan masuk." Katanya sangat ramah. Belum pernah aku diperlakukan sebaik ini oleh orang seumur hidupku.

Apalagi oleh mereka yang mengetahui latar belakang keluargaku. Keluarga sampah yang hanya mengotori dan mencemarkan masyarakat saja, itulah yang mereka pikirkan tentang kami.

Aku sering mendengarnya.

Jika ada yang menanyakan apakah keluargaku adalah tetangga mereka, maka mereka akan mengatakan bahwa mereka tidak mengenal keluarga kami.

Mereka tidak mau mengenal orang hina seperti kami. Dan bagi mereka keberadaan kami hanya seperti noda dalam sebuah masyarakat. Tidak ada yang menganggap kami bagian dari mereka.

Mereka akan pura-pura tidak melihat atau sengaja memalingkan wajahnya jika tidak sengaja berpapasan dengan salah satu dari kami.

Tidak terasa hati ini teriris jika mengingatnya.

Dan saat ini?

Aku diperlakukan layaknya manusia yang punya martabat juga harga diri.

Bahkan aku...punya kesempatan untuk naik mobil super mewah yang satupun dari masyarakat di kampung ku tidak sanggup membelinya.

Mungkin bahkan mereka belum pernah naik mobil semewah ini.

Mereka yang selalu menghinaku hari ini akan terbelalak melihatku naik mobil ini.

Dan biarlah mereka sadar bahwa didunia ini ada orang kaya yang hatinya mulia. Dan menganggap kami juga manusia yang derajatnya sama dimata Tuhan.

Ooohhhh Tetanggaku

POV Sharmila

Mobil Ferrari berwarna merah parkir didepan rumahku. Aku ragu untuk turun dari mobil. Aku masih berdiam dan mengamati setiap orang yang datang untuk melihat mobil mewah itu secara nyata. Biasanya mereka hanya melihatnya digambar dan melalui televisi saja.

Saat ini mereka bahkan bisa menyentuh mobil mewah itu. Mereka berbondong-bondong datang hanya untuk melihat dan memegang juga ingin tahu kenapa mobil mewah ini terparkir didepan kontrakan kami.

Tuan Regan menatapku dengan bingung. Pasti dalam hati dia bertanya-tanya kenapa aku tidak langsung turun.

Aku sedang menyiapkan keberanian untuk menghadapi kemarahan Ayah dan juga ibuku. Mereka setidaknya akan bertanya kemana saja aku selama dua Minggu ini.

Tuan Regan menatapku sesaat kemudian membuka pintu mobilnya. Setelah itu dia berjalan dan membukakan pintu untukku.

Aku kemudian turun dan kulihat mata mereka melebar dan mulut mereka ternganga melihat diriku seperti melihat hantu yang menjelma menjadi bidadari. Ya bagi mereka aku seperti hantu yang tidak pernah terlihat dimata mereka dan tidak pernah ada.

Dan saat ini hantu itu sedang reinkarnasi menjadi bidadari yang turun dari Ferrari merah.

Mata mereka semakin terbelalak saat Tuan Regan memapahmu kedalam.

"Jeng kau lihat itu siapa?" Kata seorang tetanggaku. Aku mendengar mereka berbisik-bisik di samping ku.

"Buka kacamata hitammu! Itu adalah Sharmila. Anaknya Pak Doni Johan."

"Siapa yang bersamanya itu? Saudaranya apa ya jeng? Mobilnya mewah sekali. Ngga nyangka ya, dia bisa naik mobil semewah ini. Seumur hidup aku belum pernah naik mobil semewah ini." Kata tetanggaku.

"Ya sama, aku juga belum pernah naik mobil semewah ini. Lihat saja baru sekarang! Tolong jeng fotoin aku....aku mau Selfi dulu." Kata Tetanggaku.

"Aku juga jeng. Fotonya yang bagus ya. Mobilnya harus kelihatan semua, jangan cuma separo. Dari samping saja jeng fotonya." Kata tetangga yang lainya.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah para tetanggaku.

Aku kemudian membuka pintu rumahku yang ternyata tidak terkunci.

Kreeek

Di rumah sepi dan sepertinya ayahku dan ibuku belum bangun. Mereka biasa pulang tengah malam atau hampir pagi hari dan bangun siang hampir mendekati waktu makan siang.

Itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dulu. Aku tidak pernah sarapan saat berangkat sekolah. Boro-boro sarapan, bahkan mereka juga belum bangun. Hingga aku pulang sekolah mereka baru saja bangun tidur.

"Rumahmu sepi sekali." Kata Tuan Regan.

"Eh Iya...silahkan duduk."

"ehhhmmm tidak usah." Kata Tuan Regan. "Aku akan langsung pulang. Aku harus segera kekantor." Kata Tuan Regan.

"Terimakasih Tuan. Karena sudah mengantar saya sampai dirumah."

Kemudian Tuan Regan tersenyum dan keluar dari kontrakan ku.

Dia langsung masuk kemobil dan menyalakan mesinnya.

Aku bangun dan mengintipnya dari balik pintu hingga mobil itu menghilang dan tetanggaku bubar.

Aku berjalan dan melihat ke kamar kedua orang tuaku.

Aku lihat kamar itu kosong ayahku tidak ada di rumah dan ibuku juga tidak ada di sana. Kemanakah mereka pergi kira-kira?

Kemudian aku membersihkan rumah yang sepertinya sangat kotor sekali sejak aku tidak pulang dua minggu yang lalu.

Aku kemudian mengelap seluruh jendela, pintu, kursi, kaca dan televisi.

Kemudian aku menyalakan televisi setelah selesai bersih-bersih.

Dan saat aku menyalakan televisi ternyata sedang ada berita tentang penangkapan yang dilakukan oleh beberapa anggota polisi di sebuah klub malam.

Polisi sudah mengintai mereka sejak lama dan saat itu mereka sedang mengadakan pesta narkoba.

Dan betapa terkejutnya aku

deg!

Ternyata ayah dan ibuku adalah salah satu yang terjaring razia oleh anggota kepolisian itu.

Kemudian aku mengeraskan suara televisi itu dan ingin tahu kenapa dan bagaimana semua itu bisa terjadi?

Antara sedih, kecewa dan aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong mereka.

Aku tidak punya uang sama sekali saat ini untuk pergi ke sana.

Kemudian aku melihat celenganku yang belum lama aku simpan di lemari baju ku.

Mungkin ini cukup untuk ongkos ke kantor polisi itu. Tapi aku tidak mungkin kesana hari ini, hari ini rasanya badanku capek sekali aku akan kesana besok untuk melihat keadaan mereka.

Kemudian aku ke dapur dan melihat toples beras yang tersisa, karena di rumah tidak ada apa-apa, terpaksa aku harus memasak menggunakan alat seadanya.

"Ya..... ternyata gasnya habis bagaimana ini?"

Aku tertegun dan tertunduk kelantai. Bagaimana aku akan memasak sementara tidak ada gas. Aku kemudian berfikir sejenak sambil berdiri mengamati gas yang kosong.

Bagaimana ya?

Apakah jika aku berhutang, tetangga akan percaya bahwa besok pasti akan aku bayar setelah berjualan koran?

Uang dicelenganku mungkin hanya cukup untuk ongkos kekantor polisi dan membawakan roti untuk ayah dan ibuku.

Jika aku menggunakan uang itu maka, bagaimana besok aku akan kesana?

Sebaiknya aku coba membawa gas kosong ini kerumah Mpok Ijah.

Aku kemudian berjalan ke warung Mpok Ijah yang tidak jauh dari rumahku, kira-kira jarak nya 100 meter.

Aku akan berhutang kepada tetangga ku yang berjualan tidak jauh dari sini yang tadi juga ikut selfie dengan mobil Ferrari yang mewah itu.

"Mpok?" Mpok Ijah tersenyum manis kepadaku. Aku sampai tertegun dan kaget. Tidak biasanya, karena biasanya muka juteknyalah yang langsung menyambutku.

"Ya ada apa?"

"Bisakah saya berhutang dulu besok akan saya bayar, gas saya habis, besok sepulang saya berjualan koran akan saya bayar."

"Baiklah ambil saja nak Mila kamu boleh membayarnya besok atau lusa."

Hah!

Boleehh?

Tumben Mpok Ijah mau memberikan hutang padaku, biasanya 1000 saja aku tidak boleh berhutang karena dia takut aku tidak bisa membayarnya.

"Ehmmmm boleh Mpok?" Aku menanyakanya lagi karena takut salah dengar.

"Ya tentu saja boleh. Oya lain kali bilang sama temanmu itu ya, aku sekali-kali mau naik mobil mewahnya." Kata Mpok Ijah.

Apaaaaa?

Tapi sudahlah!

Biarkan saja mereka berpikir bahwa Tuan Regan adalah teman, saudara atau siapapun menurut anggapan mereka. Aku tidak peduli.

"Ehhmm...Iya Mpok, lain kali Mpok Ijah boleh naik mobil temanku itu, hehe...." Aku tersenyum sedikit memaksa. Kemudian aku membawa pulang gas yang sudah terisi.

Gara-gara mobil Ferrari merah yang tadi aku naiki, maka mereka mulai menjadi lebih ramah kepadaku.

Ternyata kedatangan Tuhan Regan di kampungku dengan mobil mewahnya membawa keberuntungan tersendiri bagiku.

Aku menjadi mudah untuk berhutang saat tidak punya uang dan tetanggaku menjadi mulai ramah sejak saat itu.

Aku langsung memasangnya sebisaku. Aku mendengarkan dengan seksama dan tidak ada bunyi gas yang keluar, maka aku mulai menyalakan kompor.

Dan syukurlah kompor itu tidak ngadat seperti biasanya dan langsung menyala.

Aku kemudian mulai memasak beras untuk makan siang juga makan malam ku hari ini.

Detelah itu aku berpikir bahwa mungkin mulai sekarang aku harus lebih optimis lagi dan lebih bekerja keras agar aku bisa terbebas dari keadaan ini.

Satu jam berlalu dan nasiku sudah matang kemudian aku memakannya dengan kerupuk yang sudah tidak renyah lagi.

Mau makan pakai apa? Aku tidak punya uang dan dirumah hanya ada kerupuk yang aku goreng dua Minggu yang lalu.

Setelah kenyang kemudian aku melihat celengan itu dan aku goyang-goyangkan. Sepertinya isinya lumayan dan bisa kugunakan untuk menemui mereka di kepolisian.

Kemudian aku pecahkan celengan itu.

Pyaaarrr!

Celengan itu terbelah.

Dan aku tersenyum karena ternyata uang ini lumayan bisa untuk aku makan satu minggu dan juga untuk ongkos kekantor polisi. Aku pikir baru terkumpul Sepuluh Ribu Rupiah.

Ternyata sudah ada lima puluh ribu, dan itu cukup untuk makan satu Minggu.

Besok pagi-pagi sekali aku akan ke agen penjual koran dan aku akan mulai menjual koran lagi sebelum berangkat sekolah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!