NovelToon NovelToon

The Alpha

Pertunangan & Pernikahan

Bandara internasional, kota A.

"Selamat datang, Daniel" sapa pria tua berumur 70 tahun pada pemuda yang baru saja datang menghampirinya.

"Tuan Handoko, kenapa harus repot-repot menjemput saya di sini?"

Pria tua itu tersenyum sembari menggelengkan kepalanya, "Daniel, apa kau lupa yang aku katakan sebelumnya?"

"Maaf... kakek" jawab Daniel.

"Begitu lebih baik, sekarang ikut aku, aku akan mempertemukan mu dengan seseorang" ucap Yudi Handoko.

Yudi Handoko kemudian membawa Daniel meninggalkan bandara dengan mobil yang telah ia siapkan, lalu ia mengajak Daniel pergi ke kediaman keluarganya. Setibanya di sana, mereka disambut oleh seluruh anggota keluarga Handoko, namun sambutan itu bukan ditujukan untuk Daniel, melainkan Yudi Handoko.

"Baiklah, karena kalian semua sudah ada di sini, maka kita akan langsung membahas hal itu" ucap Yudi Handoko, kemudian mereka semua menuju ke ruang keluarga.

Ruang keluarga.

"Ayah aku tidak setuju!" ucap Dewi, putri tertua Yudi Handoko.

Saat ini, semua anggota keluarga Handoko tengah berkumpul di ruang keluarga, lalu, Yudi Handoko selaku pemimpin keluarga tersebut, kemudian menyampaikan maksudnya mengumpulkan mereka semua di sana, dan hal itu berhubungan dengan kedatangan Daniel.

Yudi Handoko bermaksud untuk menjodohkan cucu tertuanya, yaitu Alisha dengan Daniel, namun maksudnya itu langsung ditolak oleh Dewi, anak tertua Handoko sekaligus ibu kandung Alisha. Sedangkan anggota keluarga yang lain, mereka lebih memilih untuk diam dan tidak akan bicara sebelum diizinkan oleh Yudi Handoko.

"Alasannya?" tanya Tuan Handoko.

"Ayah, pemuda ini adalah pemuda yang tidak jelas asal-usulnya, jadi bagaimana mungkin aku mau menjodohkan putriku dengannya!" jawab Dewi.

"Johan, bagaimana menurutmu?" tanya Yudi Handoko pada pria yang berdiri di samping Dewi.

"Hah" Johan menghela napas panjang, "Jika menurut Ayah ini adalah pilihan yang terbaik, maka aku akan mengikuti keinginan Ayah" jawabnya.

"Apa? Tidak! Aku tetap tidak setuju!" sahut Dewi.

"Sudah! Jangan membantah lagi, aku tahu mana yang terbaik untuk cucuku!"

"Ayah, aku tidak bermaksud lancang, tapi bagaimana kalau kita tanya langsung pada Alisha? Bukankah yang akan dijodohkan adalah dia?" ucap Dani, anak kedua Tuan Handoko memberikan pendapat.

Tuan Handoko kemudian mengarahkan pandangannya pada cucunya yang sejak tadi hanya diam, "Alisha, bagaimana menurutmu?"

"Aku percaya pada pilihan kakek" jawab Alisha.

"Syukurlah, kalau begitu kita akan melangsungkan acara pertunangan dua hari lagi, undang semua kerabat dan rekan bisnis" sahut Tuan Handoko, kemudian beranjak dari ruangan itu bersama Daniel.

Sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu, Tuan Handoko menghentikan langkahnya, lalu berkata, "Pernikahan mereka akan dilangsungkan satu bulan lagi."

Perkataan Tuan Handoko ini sontak membuat seluruh anggota keluarga kaget, terutama Alisha dan khususnya Dewi. Meski sangat menentang keinginan ayahnya itu, tapi Dewi tidak bisa melakukan apapun, karena ia tahu bahwa ayahnya itu adalah orang yang sangat keras kepala, dan jika keinginannya tidak dituruti, maka akibatnya akan sangat buruk untuk semua orang.

Halaman belakang kediaman Tuan Handoko.

"Tuan Handoko, apa keputusan Anda tidak terlalu terburu-buru? Aku baru bertemu Alisha sekali dan belum sempat mengenalnya, tapi Anda sudah memutuskan untuk menikahkan kami" ucap Daniel.

"Apa kau tidak menyukai cucuku?" tanya Tuan Handoko.

"Bukan begitu, Alisha adalah gadis yang sangat cantik, dan aku yakin dia juga gadis yang sangat baik, tapi setidaknya, biarkan kami saling mengenal terlebih dahulu" jawab Daniel.

"Itulah tujuanku" sahut Tuan Handoko.

"Hah" Daniel menghela napas panjang, "Baiklah, tapi jangan sampai ada yang mengetahui tentang identitas ku."

"Kau tenang saja, aku sudah berjanji untuk menjaga rahasia ini."

***

Satu bulan telah berlalu, kini, Daniel dan Alisha telah resmi menjadi pasangan suami-istri. Meski pernikahan mereka dilangsungkan dengan acara yang sangat megah, namun tidak ada kebahagiaan sedikitpun yang terpancar di wajah Alisha, terutama Dewi, bahkan, sepanjang acara dilangsungkan ia tidak tersenyum sedikitpun.

Di dalam kamar.

"Daniel, untuk saat ini aku belum siap memberikan diriku sepenuhnya padamu, jadi aku harap kau bisa mengerti" ucap Alisha.

"Baiklah, aku bisa memahami perasaanmu" sahut Daniel, kemudian pindah ke sofa panjang yang ada di kamar tersebut, "Aku akan tidur di sini" lanjutnya.

Karena tidak ada respon apapun dari Alisha, Daniel kemudian merebahkan tubuhnya di sofa itu, lalu ia menutup matanya dan akhirnya tertidur karena sudah terlalu lelah.

Setelah Daniel tertidur, Alisha kemudian mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. Saat sambungan teleponnya terhubung, Alisha berbicara dengan sangat pelan agar tidak didengar oleh Daniel, namun sayangnya, sekecil apapun suara Alisha, Daniel tetap bisa mendengarnya dengan sangat jelas, bahkan ia bisa mendengar suara pria yang dihubungi oleh istrinya itu.

Dari pembicaraan mereka, Daniel mengetahui bahwa pria itu adalah kekasih Alisha, ia terdengar sangat marah saat Alisha mengatakan bahwa dirinya telah menikah dengan Daniel, tidak hanya itu saja, pria itu bahkan mengancam akan menghabisi Daniel saat bertemu dengannya nanti, ia juga memperingati Alisha untuk tidak melayani Daniel, karena yang pantas untuk mendapatkan Alisha hanyalah dirinya.

"Aku benar-benar minta maaf dan mulai saat ini, kita putus" ucap Alisha kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

Daniel tersenyum senang mendengar perkataan istrinya, padahal, Daniel sempat berpikir bahwa Alisha akan lebih memilih untuk bersama pacarnya, tapi apa yang ia pikirkan ternyata salah, karena Alisha jauh lebih memilih untuk bersama Daniel, meskipun sekarang ia masih belum bisa menerima Daniel sepenuhnya.

Alisha menghapus air matanya, kemudian menghampiri Daniel yang tengah pura-pura tidur di sofa, "Daniel, kau harus menunggu sampai aku benar-benar bisa membuka hati untukmu, dan sampai saatnya tiba, aku harap kau tidak kecewa padaku" ucapnya pelan, lalu kembali ke tempat tidur.

Meski belum bisa menerima Daniel sepenuhnya, tapi bukan berarti Alisha membenci Daniel, bahkan Alisha tidak memungkiri bahwa sekarang dirinya sudah menjadi istri Daniel yang sah, hanya saja, butuh waktu yang tidak sebentar baginya untuk membuka lembaran baru dan menerima Daniel sepenuhnya.

"Alisha, aku memang tidak mengetahui apa itu cinta, tapi jika kau ingin aku bersabar, maka itulah yang akan aku lakukan" batin Daniel.

Keesokan harinya.

"Daniel, mulai hari ini, kau akan kuliah ditempat Alisha" ucap Tuan Handoko.

"Baik, kakek" jawab Daniel.

"Alisha, apa kau tidak keberatan jika Daniel bersamamu?"

Alisha menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak, kakek. Lagipula, dia adalah suamiku" jawab Alisha.

"Bagus, setelah selesai sarapan, kalian bisa berangkat bersama. Satu lagi, gunakan mobil yang sudah kakek siapkan untuk kalian" sahut Tuan Handoko.

"Baik, kakek" jawab keduanya serempak.

Selesai sarapan, Daniel dan Alisha kemudian berpamitan kepada seluruh anggota keluarga, karena mereka berdua harus segera berangkat ke kampus, namun saat Daniel mengulurkan tangannya pada Dewi, wanita itu malah membuang muka dan langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Sudahlah, kalian harus berangkat sekarang atau kalian akan terlambat" ucap Tuan Handoko.

Dia adalah suamiku!

Sesampainya di kampus, Daniel dan Alisha langsung menjadi pusat perhatian, pasalnya, mereka semua mengetahui bahwa Alisha adalah kekasih David dan sekarang, mereka malah melihat Alisha datang ke kampus bersama dengan pria lain dan nampak asing bagi mereka.

"Siapa pria yang datang bersama Alisha itu?"

"Aku rasa dia pacar baru Alisha."

"Cihh, tampangnya saja yang sok suci, tapi di dalamnya sangat menjijikkan."

Kabar mengenai pernikahan Alisha memang tidak tersebar luas, oleh karena itu, teman-teman kampusnya tidak ada yang mengetahui bahwa pemuda yang datang bersamanya adalah suaminya sendiri.

"Alisha, apa kau tidak ingin meluruskan kesalahpahaman ini?" tanya Daniel yang mendengar percakapan orang-orang itu.

Alisha menggelengkan kepalanya, "Biarkan saja, aku tidak ingin menjelaskan apapun."

"Baiklah" sahut Daniel singkat, lalu mengikuti Alisha ke kelasnya.

Untuk saat ini, Daniel tidak perlu lagi mengurus data ataupun administrasi untuk masuk ke kampus tersebut, karena semuanya telah di urus oleh Tuan Handoko sejak jauh-jauh hari, bahkan ia sudah mempersiapkan semua ini sebelum Daniel datang ke kota A.

Tuan Handoko sendiri adalah sosok yang cukup berpengaruh di kota A ini, bahkan namanya sudah termasuk kedalam daftar lima teratas orang yang berpengaruh di kota A, oleh karena itu, Tuan Handoko dapat mengurus semuanya dengan mudah, apalagi hanya sekedar mengurus masalah sepele seperti ini, tentunya bukanlah hal yang sulit bagi Tuan Handoko.

Didalam kelas.

Hal yang sama kembali terjadi pada Daniel dan Alisha, dimana semua pasang mata yang ada di kelas itu menatap mereka dengan tatapan aneh, dan tentunya, para gadis di kelas itu mulai berbisik-bisik membicarakan Alisha, tapi yang mereka bicarakan bukanlah hal yang baik.

Daniel yang melihat hal ini hanya bisa menghela napas panjang, ingin rasanya ia membela Alisha dengan menjelaskan siapa dia sebenarnya kepada orang-orang itu, namun saat melihat Alisha yang tidak memberikan respon apapun, ia hanya bisa diam dan menahan kekesalannya.

Tidak lama kemudian, beberapa orang pemuda masuk ke kelas dan langsung menghampiri Alisha, salah seorang dari mereka menatap Daniel dengan tatapan tajam selama beberapa saat, lalu mengalihkan pandangannya lagi pada Alisha.

"Alisha, apa dia pemuda yang kau ceritakan semalam?" tanya pemuda itu, namun Alisha hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

Ketika mendengar perkataan pemuda itu, Daniel sangat yakin bahwa dia adalah kekasih Alisha, namun, Daniel masih lebih memilih untuk diam dan mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh kekasih Alisha itu.

Pemuda itu nampak sangat kesal ketika melihat Alisha yang hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya, ia kemudian menggerakkan tangannya dan hendak menyentuh Alisha, namun tindakannya langsung dihentikan oleh Daniel.

"Jangan menyentuhnya!" ucap Daniel dengan tatapan tajam.

"Cihh, memangnya siapa kau berani melarang ku!" sahut pemuda itu sembari menepis tangan Daniel.

"Cukup David, aku rasa semuanya sudah jelas saat aku menghubungimu semalam, dan mengenai siapa dia, dia adalah suamiku, tentu saja dia berhak untuk melarang mu."

Alisha yang sejak tadi hanya diam akhirnya berbicara dengan lantang, sehingga semua orang di kelas itu busa mendengar suaranya dengan sangat jelas, dan saat itu juga, suasana di ruangan kelas itu tiba-tiba menjadi hening, karena tidak seorangpun dari mereka yang bisa percaya dengan perkataan Alisha barusan.

"Hahahaha!" suara tawa pemuda bernama David itu berhasil memecah keheningan, "Bagus sekali, Alisha, bukankah aku sudah memperingatkan mu semalam? Dan karena kau sudah berani membantahku, maka bersiaplah untuk menerima akibatnya."

Daniel yang semula duduk langsung berdiri saat mendengar perkataan David, tatapan matanya sangat tajam seperti hendak membunuh pemuda bernama David itu saat itu juga, dan jika saja di sana tidak ada orang lain, ia pasti akan benar-benar membunuh pemuda itu.

"Wow, coba lihat tatapan itu, sepertinya dia akan memangsa ku" ucap David, kemudian disambut oleh suara tawa dari teman-temannya.

"Karena kau anak baru, aku akan memaklumi hal ini, tapi untuk kedepannya, jangan harap kau bisa menunjukkan tatapan itu lagi padaku" ancam David, lalu pergi meninggalkan mereka.

***

Setelah menyelesaikan dua mata kuliah, Daniel dan Alisha kemudian memutuskan untuk langsung pulang ke rumah, karena setelah ini, tidak ada lagi mata kuliah yang perlu mereka ikuti. Ditengah perjalanan, Daniel mencoba untuk mengajak Alisha mengobrol, namun usahanya hanya sia-sia, karena apapun yang ia katakan, jawaban yang Alisha berikan hanyalah anggukan dan gelengan kepala.

Setibanya di rumah, Alisha langsung kembali ke kamarnya, sedangkan Daniel, ia lebih memilih untuk mengobrol bersama Tuan Handoko, tapi sayangnya, ia tidak menemukan keberadaan Tuan Handoko dimana pun, tidak hanya Tuan Handoko saja, bahkan semua orang sepertinya sedang tidak berada di rumah, kecuali ibu mertuanya, Dewi.

"Ibu, kemana semua orang?" tanya Daniel dengan ramah.

"Bukan urusanmu" jawab Dewi tanpa menoleh sedikitpun.

Daniel menghela napas panjang, kemudian hendak pergi dari sana, namun Dewi menghentikannya, "Tunggu, cuci mobilku, sebentar lagi aku akan pergi menemui teman-temanku" ucapnya.

"Tapi, Bu..."

"Jangan membantah, ingatlah bahwa kau hanya menumpang di sini, jika kau tidak ingin diusir, sebaiknya lakukan apapun yang aku perintahkan!"

"Baik, Bu" jawab Daniel dengan patuh.

Meskipun mencuci mobil bukanlah tugasnya, tapi Daniel tetap menjalankan tugas dari ibu mertuanya itu dengan senang hati, dan tentunya, Daniel sangat berharap dengan ia menuruti keinginan ibu mertuanya, maka keberadaannya akan diterima oleh ibu mertuanya itu, namun sayangnya, Daniel tidak mengetahui bahwa Dewi telah memiliki segudang rencana untuk membuatnya angkat kaki dari rumah keluar Handoko.

Sebenarnya, semua anak Tuan Handoko sudah memiliki rumah mereka masing-masing, namun karena mereka baru saja melangsungkan pernikahan Alisha, jadi untuk sementara waktu ini, Tuan Handoko meminta semua anak serta cucunya tinggal di rumahnya, dan hal itu ia lakukan agar Daniel bisa lebih akrab dengan keluarga barunya.

Akan tetapi, keinginan Tuan Handoko ini akan sedikit sulit untuk tercapai, karena semua anak dan cucunya seperti tidak menyukai Daniel, terutama Dewi yang memang sudah membenci Daniel sejak Tuan Handoko menjodohkan Daniel dengan anaknya, tapi yang membedakannya adalah, anak serta cucu Tuan Handoko yang lain, tidak menunjukkan rasa tidak suka itu secara langsung.

Sedangkan Dewi, ia malah menunjukkan kebenciannya terhadap Daniel secara terang-terangan, bahkan ia tidak segan-segan untuk menghina Daniel didepan seluruh anggota keluarga, termasuk didepan ayahnya sendiri dan sudah sering kali, Dewi melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar oleh telinga.

"Daniel, apa yang kamu lakukan?" tanya Alisha.

"Ibu memintaku mencuci mobilnya, karena setelah ini, ibu akan pergi menemui teman-temannya, jadi mobilnya harus bersih" jawab Daniel.

"Ibu benar-benar keterlaluan!" ujar Alisha, kemudian hendak pergi dari sana, namun dihentikan oleh Daniel.

"Alisha, jangan dipermasalahkan lagi, lagipula aku melakukannya atas kemauanku sendiri dan tidak ada paksaan."

Sebuah ancaman.

Hari-hari kian berlalu, dan di setiap harinya selalu dilewati oleh Daniel dengan melakukan berbagai macam pekerjaan yang tidak seharusnya ia lakukan, mulai dari memasak, mencuci, membersihkan rumah dan masih banyak lagi pekerjaan lain yang ia kerjakan di setiap harinya.

Akan tetapi, semua pekerjaan itu hanya ia lakukan saat Tuan Handoko tidak berada di rumah, karena saat orang tua itu berada di rumah, ia selalu saja mengajak Daniel mengobrol dan hal itu membuat ibu mertuanya tidak bisa memberikan perintah apapun pada Daniel, jika tidak, ia akan mendapatkan resiko yang sangat besar atas perbuatannya itu.

Selain diperintahkan untuk mengerjakan berbagai macam hal, Daniel juga selalu disalahkan atas semua kesalahan yang sebenarnya tidak ia lakukan, dan satu-satunya asalan kenapa dia disalahkan oleh ibu mertuanya adalah, karena dia telah menikahi putrinya dan hal itu ia anggap sebagai kesalahan terbesar yang pernah dilakukan oleh Tuan Handoko.

Tidak hanya di rumah saja, Daniel juga sering mendapatkan tekanan saat berada di kampus, dan penyebabnya adalah David, mantan kekasih istrinya. Sebenarnya Daniel ingin melawan, namun Alisha selalu saja melarangnya, dengan mengatakan bahwa David adalah pemuda yang tidak bisa mereka singgung.

"Alisha, boleh aku menanyakan sesuatu?" tanya Daniel, namun hanya ditanggapi dengan anggukan oleh istrinya itu, karena ia tengah sibuk dengan ponselnya.

"Apa kau masih mencintai David?"

Alisha langsung menghentikan aktivitasnya ketika mendengar pertanyaan Daniel, ia kemudian mengalihkan pandangannya pada suaminya itu, "Apa maksud dari pertanyaan mu itu?"

"Bukan apa-apa, aku hanya bingung kerena kau selalu saja melarang ku untuk berurusan dengannya, jadi aku berpikir jika kau masih sangat mencintainya"

"Hah" Alisha menghela napas panjang, "Kau benar, aku memang masih memiliki rasa padanya, tapi..." sebelum Alisha sempat menyelesaikan perkataannya, Daniel telah lebih dulu memotong ucapannya.

"Ternyata begitu" ucap Daniel, kemudian berdiri dari tempat duduknya, "Aku lapar, jadi aku ingin ke kantin sekarang" lanjutnya, lalu pergi begitu saja.

Meski Alisha melihat Daniel tersenyum padanya sebelum pergi, tapi dari tatapan matanya, Alisha bisa menebak jika Daniel merasa kecewa padanya, "Maaf, Daniel" gumamnya.

Di kantin.

Saat Daniel hendak memesan makanan, ia malah dicegat oleh salah seorang pemuda yang merupakan bawahan David, kemudian pemuda itu mengajak Daniel menuju ke belakang gedung kampus, karena David ingin berbicara empat mata dengannya.

"Bagaimana jika aku menolak?"

"Kau tidak bisa menolak, karena pembicaraan ini akan menentukan nasibmu kedepannya" jawab pemuda itu dengan sombongnya.

Daniel mengerutkan alisnya, dari apa yang dikatakan oleh bawan David barusan, ia bisa menebak jika pembicaraan itu bukanlah pembicaraan empat mata, tidak hanya itu saja, Daniel bahkan sudah bisa menebak apa yang akan terjadi di belakang gedung kampus nantinya.

Meski begitu, Daniel tetap setuju untuk datang ke sana, lagipula, ia memang sedang merasa kesal dan harus segera melampiaskan kekesalannya itu, dan sangat kebetulan, orang yang membuatnya kesal malah mengundangnya untuk datang ke tempat yang sepi, jadi tidak ada alasan baginya untuk menolak.

"Baiklah, tunjukkan jalannya" ucap Daniel, kemudian mengikuti pemuda itu menuju ke gedung belakang kampus.

Setibanya di gedung belakang kampus, apa yang ditebak oleh Daniel ternyata memang benar, karena di sana tidak hanya adalah David seorang diri, melainkan ada beberapa pemuda lainnya yang merupakan bawahannya, akan tetapi, Daniel masih terlihat tenang dan santai, bahkan ia tidak terlalu menghiraukan orang-orang itu.

"David, apa yang kau inginkan?" tanya Daniel.

"Mudah saja, kau hanya perlu meninggalkan Alisha dan aku berjanji akan menjamin keselamatan dirimu dan keluargamu" jawab David.

"Oh, jadi kau mengancam ku?"

"Bisa dikatakan begitu."

"Maaf, sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan Alisha!"

"Kalau begitu, kau harus siap menanggung akibatnya, habisi dia!" ujar David.

Beberapa pemuda yang berdiri dibelakang David kemudian maju dan mengelilingi Daniel, lalu, pemuda yang sebelumnya datang bersama Daniel tiba-tiba saja melayangkan tinjunya pada Daniel, namun serangan itu berhasil dihindari dengan mudah olehnya.

"Jangan sampai kalian menyalahkan aku" ucap Daniel.

"Hahahaha, bocah tengik ini ternyata masih tidak tahu diri" sahut salah seorang dari mereka.

"Justru kalianlah yang tidak tahu diri!" ujar Daniel, lalu melangkah maju dan melayangkan tinjunya pada pemuda yang berada didepannya.

Gerakan Daniel yang sangat gesit dan serangannya yang begitu cepat, berhasil membuat pemuda itu tidak berkutik sedikitpun, alhasil, pukulan Daniel mendarat tepat di wajahnya hingga membuatnya terjungkal di tanah, tidak hanya itu saja, serangan yang dilancarkan oleh Daniel juga berhasil membuat darah segar mengalir dari hidung pemuda itu.

Setelah berhasil mendaratkan pukulan di wajah pemuda pertama, Daniel kemudian berputar sembari mengayunkan kakinya, dan serangan kedua yang ia lancarkan itu juga berhasil mendarat tepat di sasarannya, bahkan pemuda yang terkena tendangan Daniel langsung terpental cukup jauh.

Kejadian yang sama juga dialami oleh pemuda lainnya, dan tidak seorangpun dari mereka yang berhasil lolos dari serangan Daniel, bahkan, mereka langsung terkapar di tanah hanya karena satu serangan saja, "Cihh, dasar lemah!" ucap Daniel.

"Kau... jangan terlalu sombong kau, Daniel!" ujar David.

"Sombong? Kenapa jika aku sombong? Bukankah sejak awal kalian juga sombong? Terutama dirimu yang sangat tidak tahu diri!"

Daniel kemudian melangkah maju menghampiri David, lalu ia meraih kerah baju David dengan tangan kanannya, "Dengarkan aku baik-baik, jika kau tidak ingin berakhir seperti mereka, sebaiknya jangan menggangguku ataupun Alisha lagi, jika tidak, aku tidak akan segan-segan lagi denganmu"

Perkataan Daniel yang begitu tegas, serta tatapan matanya yang sangat tajam, berhasil membuat David gemetaran dan hampir pipis di celana, bagaimana tidak, pemuda yang selama ia anggap sebagai pemuda lemah, ternyata adalah harimau yang siap menerkam dirinya kapan saja.

"Kau... ji-jika kau berani melukaiku, maka keluarga Louis tidak akan pernah mengampuni nyawamu" ucap David.

Sama halnya dengan keluarga Handoko, keluarga Louis juga sangat terkenal di kota A ini, hanya saja, status mereka jelas masih jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan keluarga Handoko, karena ayah David adalah pengusaha yang menduduki peringkat pertama di kota A ini, dan sebenarnya, itulah alasan kenapa Alisha tidak ingin Daniel berurusan dengan David.

"Jangankan keluargamu, bahkan jika kau meminta bantuan dari empat keluarga besar lainnya, aku juga tidak akan takut sedikitpun, dan perlu kau ingat, aku bisa saja melenyapkan keluarga Louis dari kota A ini."

Setelah itu, Daniel melepaskan kerah baju David, lalu beranjak pergi meninggalkannya yang masih dalam keadaan gemetar, "Sialan! Karena kau sudah berani mengancam ku, maka bersiaplah untuk menerima akibatnya" gumam David.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!