NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Kakak Tiri Cinta Masa Laluku (Usia 17) Season 2

Pindah Ke Kota

4 tahun kemudian

Kini seorang gadis sedang menenteng tas besarnya dia baru sampai di kota J yang penuh hiruk pikuk, berbagai macam manusia ada disana kota yang keras dan kejam namun diminati banyak pengunjung untuk merubah nasib mereka, begitu juga dengan gadis itu yang ingin merubah nasibnya dan memulai hidup baru serta mengikhlaskan orang-orang yang disayanginya yang berada di kota kelahirannya.

Panasnya matahari disiang hari tak membuatnya lelah, debu polusi beriringan hilir mudik, dia menutupi kepalanya dengan hijab yang menutupi dadanya.

Kruuyuk

Tiba-tiba perutnya terasa lapar karena sejak pagi dia hanya mengisinya dengan sepotong roti dan air putih dia pun memutuskan untuk beristirahat dan makan sebelum mencari kost atau kontrakan.

****

Titi Zavania

Hai namaku Titi Zavania usiaku sekarang sudah 22 tahun sudah termasuk dewasa dan sekarang aku juga sudah berhijrah memakai hijab semenjak aku kehilangan orang-orang yang aku sayangi dan aku juga merubah nama panggilanku dari Titi menjadi Zava bukan karena aku tidak suka dengan nama itu, hanya saja... nama itu selalu mengingatkanku dengan orang-orang yang aku sayangi yang sudah tiada.

Aku juga memutuskan untuk pindah dari kota kelahiranku kekota ini untuk memulai hidup baru dan berharap aku bisa menemukan kebahagiaan untukku disini.

Aku memberanikan diri kesini dengan bekal tabungan yang sudah diberi Doni untukku dan hasil penjualan tanah dari orang tuaku, aku akan memulai usaha disini.

Mengingat nama Doni, dia adalah laki-laki yang sangat baik dan peduli padaku, dia juga laki-laki pertama yang mengisi hatiku dan mencintaiku dengan tulus.

Tapi takdir berkata lain aku memang tidak dijodohkan untuknya dia meninggalkanku duluan untuk selamanya dan tak kan pernah kembali.

Dia membuatku cantik dan dia juga membuatku jadi wanita yang berharga. Aku senang sekali mengenalmu walaupun kamu bukan milikku tapi aku bersyukur bisa menjadi wanita yang kamu cintai.

Selamat jalan kekasih hatiku, namamu akan selalu kukenang dalam sanubariku aku akan selalu tersenyum dan bahagia demi dirimu.

I Love you Doni.

*****

"Ah... itu dia?" Tunjuk Zava pada warteg yang tak jauh darinya.

Zava berjalan perlahan mendekati warteg itu setelah sampai dan masuklah dia.

"Bu... aku pesan makan!" Zava melongok mencari penjualnya.

"Ya neng silahkan mau mau makan sama apa?" jawab si ibu penjual nasi dari balik etalase.

"Em... aku pesan nasi sama ayam goreng yah Bu, jangan lupa kasih sambalnya!" Zava tersenyum pada si ibu penjual.

"Iya neng!" Si ibu pun dengan sigap mengambil nasi dan lauknya dan memberikannya kepada Zava.

"Ini neng selamat makan!"

"Terima kasih Bu!"

"Dan ini minumnya!" teh hangat tersedia disampingnya.

"Iya terima kasih!" mulailah Zava memakan makanan itu dengan lahap setelah membaca doa.

Setelah habis Zava ingin bertanya pada si ibu warteg untuk memberi tahukan kost atau kontrakan yang dekat dan murah.

"Em... Bu saya boleh bertanya?"

"Boleh, neng tanya apa?"

"Disini ada kost atau kontrakan yang dekat dan murah tidak, soalnya aku perantau Bu" Tanya Titi apa adanya.

Ibu warteg itu mengamati penampilan Titi yang memang seperti orang perantau kemudian berfikir.

"Sebentar neng, dikampung ibu sih tidak ada neng tapi sepertinya dikampung sebelah ada, neng jalan saja dari sini terus lurus ada gapura namanya kampung Cinta nah neng masuk tanya orang-orang disitu ya neng!" Si ibu menjelaskan dengan detail pada Zava yang hanya mengangguk-angguk.

"Oh.. terima kasih kalau begitu, ini bayarnya berapa Bu?"

"Cuma 15 ribu neng!" Zava menyodorkan uang pas dan berlalu dari warteg itu.

Dia sudah mengisi tenaganya saatnya melanjutkan perjalanan yang si ibu bilang tadi.

Lumayan jauh hampir 30 menit berjalan akhirnya sampai dia menyeka keringatnya.

Zava melihat gapura itu dia masuk dan mulai bertanya pada orang-orang disitu.

"Maaf pak numpang tanya? apa disini ada kost an atau kontrakan yang murah?" Tanyanya pada bapak-bapak yang sedang kumpul dipos jaga.

"Ade ini dari mana?" bukannya menjawab salah satu bapak itu malah bertanya.

"Saya dari kota c perantau pak!" jawab Zava dengan seramah mungkin.

"Oh... perantau toh!" Sibapak semua manggut-manggut.

Lalu lewatlah seorang pemuda dengan memakai motor maticnya, sibapak melihat langsung mencegat pemuda itu yang sepertinya seumuran dengan Zava.

"Eh berhenti...!" Pemuda itu mengerem mendadak saat dicegat tiba-tiba.

Si pemuda membuka helmnya dan marah-marah pada sibapak.

"Pak, apa-apaan sih! ngalangin motor saya?"

"Eh, saya sengaja sini neng!" Sibapak menyuruh Zava mendekat.

"Iya pak!" kata Zava.

"Nah neng! ikut sama dia, ibunya punya kontrakan yang lumayan murah cocoklah buat perantauan macam neng!" Sibapak menawarkan.

Sipemuda itu yang awalnya tak menghiraukan setelah melihat wajah Zava yang manis dan teduh dia jadi terpesona dan tidak berhenti memandang.

Sibapak tersenyum meledek "Nah kan barang udah lihat orangnya jadi patung kamu Wan".

Pemuda yang dipanggil Wan itu segera tersadar dan tersenyum kikuk.

"Habisnya kenapa bapak ngga bilang kalau saya harus mengantar bidadari ini!" Pemuda itu malu dan tersenyum canggung pada Zava.

"Sudah cepat kamu antarkan kekontrakanmu kalau cocok antarkan dia lapor ke pak Rt, jangan sampai ada gosip miring tentang kamu" Sibapak menyudahi dengan berkata apa adanya.

"Lah pak kenapa jadi bawa-bawa saya!" Sibapak tak menanggapi pemuda itu yang merungut kesal dia kembali bertanya pada Zava.

"Oh iya neng namanya siapa?" Pemuda berseri saat pertanyaan dibenaknya terwakili oleh bapak itu.

"Panggil saja aku Zava pak!" jawab Zava tersenyum ramah membuat pemuda itu makin terpesona dengan hanya melihat senyumannya saja.

"Aku Wawan, pemuda tertampan di komplek ini!" Sibapak langsung menoyor kepala pemuda yang bernama Wawan itu.

"Dasar genit, udah sana anterin ingat jangan diapa-apain!" Sibapak meledek membuat Wawan kesal.

"Yuk, neng Abang anterin kepelaminan!, eh salah kekontrakan Abang!"

Zava hanya tersenyum menanggapinya.

"Garing ya neng! hehe maklumlah bulan pelawak"

"Ngga kok kak, aku cuma lelah pengen cepet nyampe dikontrakkan kakak!"

"Oh maaf neng, neng pasti cape yah!"

Zava mengangguk kemudian mereka pergi kekontrakan yang dimaksud bapak itu.

Tak berapa lama sampailah dikontrakkan satu lantai yang terdapat 10 ruang berbaris dan satu rumah besar didepannya dapat dipastikan itu adalah rumah pemilik kontrakan.

"Nah, sudah sampai" Wawan memarkirkan motornya didepan rumahnya.

"Ini kontrakannya kebetulan ada yang kosong nomor 5 baru 1 Minggu." Terangnya menunjukan ruang no 5.

"Em... kalau boleh tau berapa perbulannya?" Zava bertanya takut-takut.

"Murah kok, hanya 600 ribu!" jawab Wawan sambil tersenyum.

Kemudian datanglah ibunya dari dalam rumahnya.

"Wawan... siapa lagi perempuan yang kamu bawa!" Teriak ibunya dari kejauhan membuat Wawan meringis malu dan Zava yang mengernyit heran.

"Hehehe dia ibuku, dia memang cerewet!"

"Wawan, siapa dia?" Ibunya bertanya lagi saat sudah dekat.

"Ini Bu, yang mau ngontrak!" jawab Wawan membuat ibunya yang tadinya ingin marah jadi tersenyum.

"Eh mau ngontrak, maaf ya neng soalnya anak ibu ini suka bawa perempuan seenaknya jadi ibu teriak-teriak tadi" Siibu kikuk dihadapan Zava, Wawan malah meniru ocehan ibunya dengan memalingkan wajah.

"Wawan...!" Ibunya kesal anaknya meledeknya ingin memukul tapi Wawan sudah menghindar.

"Zava aku pulang dulu takut diamuk!" Wawan berlari dari ibunya, Zava hanya terkekeh dibuatnya.

"Maafin anak Tante yah dia emang begitu, mari masuk, lihat kedalam!" Zava kedalam mengikuti ibu kontrakan itu.

Kenangan Yang Tiba-Tiba Muncul

"Nah gimana neng bagus kan tempatnya?" kata Ibu kontrakan, mereka keluar dari dalam.

"Iya Tante bagus, bersih lagi saya suka boleh langsung saya tempati?" Jawab Zava karena dia sudah lelah dan tak ingin mencari lagi.

"Oh... boleh dong tapi harus bayar uang muka dulu hehehe" Si ibu cengengesan saat menagih uang muka.

"Eh iya Bu!" Zava pun mengambil uang di dompetnya senilai 600ribu dan memberikannya kepada ibu kontrakan.

Si ibu dengan senyum sumringah semangat mengambil uang itu.

"Oh iya neng panggil tante dengan nama Tante Lusi yah!" Siibu yang bernama Lusi itu mengenalkan dirinya.

"Oh iya Tante Lusi terimakasih juga sudah memberikan bonus kasur dan lemari itu sangat bermanfaat sekali untukku"

"Iya sama-sama, ya sudah kamu istirahat dulu sana kamu pasti capek tante mau masuk dulu yah!"

"Iya Tante!"

Mereka pun berpisah Zava masuk kedalam kamarnya yang terpisah sebelum dia berganti pakaian dia membereskan pakaiannya terlebih dahulu ke lemari yang sudah tersedia, kemudian jatuhlah sebuah foto yang selalu dia bawa ternyata itu foto Doni dan keluarganya.

Dia memungutnya tiba-tiba saja meneteskan air mata masih jelas diingatannya pengorbanan mereka yang dilakukan untuknya hingga ajal menjemput. Tak menyangka dirinya akan ditinggalkan seorang diri.

Kakaknya juga tanpa alasan pergi meninggalkannya dan tak pernah kembali kemana dia sekarang? apakah dia mengkhawatirkan adik perempuannya kenapa dia tidak membawa adiknya pergi juga.

Zava langsung menyeka air matanya dia sudah berjanji untuk tetap tersenyum dan menyimpan kesedihan ini dia tidak boleh membuat mereka sedih.

Segera Zava menyelesaikan pekerjaannya agar dia bisa beristirahat.

*****

Dibelahan dunia lain seorang pria dewasa duduk dengan tenang dikursi kebesarannya pria yang berperawakan tegas dan berkarisma itu mampu membius setiap orang yang disekitarnya dengan hanya melihat auranya saja mereka dapat memastikan bahwa pria ini sangat berpengaruh belum lagi wajahnya yang tampan dengan alis tegas, mata tajam, hidung mancung, bibir tipis, rahang yang tegas disertai dengan rambut tipis-tipis dibagian pipi sampai dagu menambah kesan ketampanannya.

Dengan tubuh yang atletis bahu lebar dan dada bidang sudah pasti menjadi idaman setiap wanita, dan wanita rela mengantri hanya untuk berkencan dengannya.

Tapi pria ini begitu dingin dan cuek dan hampir tidak pernah tersenyum bersikap datar tanpa ekpresi.

Pria ini sedang mengecek laporan perusahaan yang ditinggalkan oleh ayahnya yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu yang hampir diambang kebangkrutan.

Ayahnya memberikan kuasa penuh pada anaknya yang satu ini karena sebenarnya perusahaan ini dia wariskan kepada anak keduanya tapi takdir berkata lain anak keduanya pergi mendahuluinya tanpa sempat memegang andil perusahaan.

"Tuan, apa saya harus mengirimkan orang kepercayaan kita untuk mengurus perusahaan dinegara I ?" Tanya sang asisten pribadi kepercayaan tuannya.

"Tidak perlu, biar aku saja yang menangani masalah ini?" Jawab pria itu datar tanpa mengalihkan matanya dari dokumennya.

"Baik tuan, saya sudah mempersiapkan keberangkatan kita sore ini dan saya juga sudah memerintahkan orang kepercayaan kita untuk mengurus perusahaan anda yang disini"

"Bagus, pastikan semuanya berjalan dengan baik jangan sampai ada kesalahan!" Ditatapnya asisten itu dengan tajam seolah mengisyaratkan dia tidak ingin kesalahan sekecil apapun.

Si asisten hanya mengangguk dengan tenang tanpa takut walaupun sudah ditatap setajam itu oleh tuannya, karena menurutnya mungkin sudah biasa.

"Baiklah kalau begitu saya permisi tuan,!" Kemudian pergi dari ruangan bos besarnya yang hanya menganggukkan kepala.

Setelah sang asisten pergi pria itu menutup dokumennya dan menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya kemudian memijat pangkal hidungnya yang mancung.

Sebenarnya pria itu bisa saja menyuruh orang lain menggantikannya untuk mengurus perusahaan yang hampir bangkrut itu tapi lagi-lagi kata-kata adiknya yang keramat yang sudah dipastikan olehnya adalah permintaan terakhirnya karena setelah pertemuan itu mereka tidak pernah bertemu lagi karena sang adik sudah tiada.

Dan kata-kata itu seperti wasiat untuknya agar dia mengabulkan permintaannya karena wasiat itu dia jadi tidak bisa tidur dengan tenang.

*****

*Flashback on

"Kakak.... !" Ucap seorang pemuda yang datang dirumah besar kakaknya.

Kakaknya hanya diam ditempat tanpa memberikan ekspresi apapun diadik langsung memeluk sang kakak erat seperti orang yang menahan rindu bertahun-tahun. Ya memang kenyataannya mereka tidak pernah bertemu bertahun-tahun .

"Aku senang sekali bisa bertemu denganmu kak! aku tidak menyangka hari ini benar-benar hari yang sangat membahagiakanku" si adik mulai berceloteh tapi sang kakak masih terdiam.

"Kak Dion, kenapa diam saja apa kakak tidak rindu denganku?"

Siadik sedih karena kakaknya tak menanggapi.

"Kenapa kau kesini?" Dion sang kakak akhirnya berbicara.

Sang adik yang ternyata Doni ini tersenyum mendengar kakaknya berbicara.

"Karena untuk bertemu denganmu kak dan ada hal lain juga yang ingin aku sampaikan pada kakak."

"Katakan!"

"Tapi nanti saja kakak baru pulang, aku tau kakak pasti lelah!"

Sang kakak malah duduk dengan menyilangkan kaki dan melonggarkan dasinya.

"Sekarang saja, kau tau ini kesempatan maka jangan kau sia-siakan karena siapa tau kau tidak bisa berkomunikasi denganku besok" ucap Dion dengan tegas karena dia tidak mau berbasa-basi walau dengan adiknya.

"Baiklah!" Doni duduk disamping kakaknya yang duduk dengan tenang auranya sangat terasa walau dalam keadaan lelah sekalipun.

"Cepat bicara jangan membuang waktuku" Doni sampai tercekat mendengarnya karena dia bingung ingin memulai dari mana sekaligus malu karena ini masalah pribadinya apakah kakaknya nanti akan menertawakannya.

"Satu..." kakaknya jengah mulai menghitung supaya Doni berbicara.

"Eh iya kak,, sebenarnya ini masalah pribadiku kak! tapi ini sangat serius dan semoga kakak bisa membantuku" ucap Doni dengan mulai serius.

"Apa yang bisa aku bantu?"

"Tolong jaga dan lindungi dia dari ibuku karena dia sangat berharga untukku"

Dion mengernyit mendengarnya.

"Apa kau menyuruhku menjaga pacarmu?"

"Bukan pacar sih kak hanya saja dia orang yang sangat berharga untukku aku takut tidak bisa menjaganya kedepannya maka aku meminta kakak untuk menggantikanku"

Dion tertawa terbahak mendengar permintaan konyol adiknya.

"Kau lucu sekali Doni, ini yang kau sebut penting hanya seorang gadis"

"Kakak tolong jangan menertawakanku mungkin ditelinga kakak memang ini terdengar konyol tapi bagiku ini sangat penting hargailah aku kok anggap saja ini adalah permintaan terakhirku"

"Baiklah, baiklah aku akan menuruti permintaanmu!" masih dengan menahan tawa.

"Jadi siapa gadis yang kau anggap penting itu?"

Doni mengambil ponselnya mencari gambar gadis itu dan memberikannya pada Dion.

"Itu kak namanya Titi Zavania".

Dion mengangkat sebelas alisnya tidak percaya kalau selera adiknya seperti ini.

"Apa kau yakin gadis ini yang kau maksud?" Dion memperlihatkan lagi takut Doni salah orang.

"Ya dia kak, aku tau pasti kakak ingin mengejekku tapi percayalah dia adalah gadis yang istimewa" ucap Doni serius.

Dion hanya menatap biasa.

"Baiklah sesuai keinginanmu aku akan menjaganya" Ucap Dion asal saja yang sebenarnya dia hanya ingin mengakhiri obrolannya dengan adiknya.

Dan dia berfikir tidak mungkin juga dia akan bertemu dengan gadis itu jadi dia hanya akan menganggap angin lalu saja, dia menyetujuinya hanya untuk membuat adiknya senang.

Berbeda dengan tanggapan Doni yang menganggapnya serius maka dia senang sekali karena kakaknya menyetujuinya.

Kemudian berakhirlah obrolan mereka, karena Dion ingin beristirahat dan benar saja besoknya mereka sulit sekali berbicara hanya saling sapa dan tersenyum saja.

Flashback of*.

Berbelanja

"Ahh sial... kenapa kata-kata itu selalu terngiang-ngiang didalam otakku setelah dia tidak ada!" Pria tampan yang bernama Dion Raditya Mahendra mengambil marga ibunya itu tampak frustasi mengingat masa lalunya.

"Apakah ini kutukan untukku karena aku tidak segera mengabulkannya?" Lagi-lagi pria itu tampak kesal terlihat dari wajahnya yang mengkerut tapi tetap saja terlihat tampan.

Hingga pintu tiba-tiba terbuka menampilkan seorang wanita cantik dengan pakaian seksi yang memperlihatkan bentuk tubuhnya, wanita itu berjalan dengan angkuh diikuti asisten pribadi Dion yang merasa gelisah tapi tetap tenang.

"Maaf tuan, saya tidak bisa mencegah nona ini masuk!" Asisten yang bernama Kevin itu membungkukkan badan pada tuannya karena telah membiarkan wanita itu menerobos masuk.

"Baby, dia ini melarang ku untuk menemuimu aku tidak terima makanya aku memaksa masuk!" ucap Wanita itu manja mendekati Dion dan menyentuh lengannya serta bergelayut manja.

"Biarkan dia Kevin, biar aku yang mengurusnya!" ucap Dion tegas dengan datar membuat wanita itu tersenyum puas.

"Baik tuan!" Asisten itu kemudian pergi dengan hormat dan tak lupa menutup pintu kembali.

"Baby, aku dengar kau ingin pergi yah!" Dion tak menjawab dia menyingkirkan tangan wanita itu dari lengannya kemudian fokus menatap berkasnya.

"Sayang, kenapa kau diam saja jawab aku?" wanita itu mengerucutkan bibirnya sebal karena dia tak ditanggapi lelaki tampan itu.

"Bukan urusanmu" jawab Dion dingin.

"Sayang, kenapa kau bicara begitu tak maukah kau mengajakku kesana untuk jalan-jalan, aku bosan disini" masih dengan nada yang dibuat-buat wanita itu berusaha merayu Dion.

Lalu berbisik ditelinga Dion dengan suara sensual.

"Dan aku juga bisa memuaskan mu!"

"Berhenti Monik, kau jangan menggangguku, kau pikir siapa dirimu hah! berani menggodaku. Sekarang kau keluar dari ruanganku sebelum aku mengusirmu!" ucap Dion dengan nada tinggi dan amarah yang masih tenang.

Walaupun seperti itu sudah membuat wanita seksi yang bernama Monik itu ketakutan dan terdiam ditempatnya hanya dengan melihat aura yang dipancarkan Dion.

"Aku hitung sampai tiga kalau kau masih disini...!"

"Baik aku pergi!" Monik langsung memotong kata-kata Dion sebelum Dion melepaskan ultimatumnya dan segera pergi dengan wajah yang kusut.

Wanita itu mengira kalau dirinya spesial dimata Dion karena pernah menjadi teman kencan pesta perusahaannya sehingga dia dengan berani datang keperusahaan Dion untuk mencoba merayunya.

Tapi nyatanya Dion hanya menjadikan model cantik dan seksi itu sebagai pemanis saja, setelah selesai maka tak digunakan lagi.

Walaupun Dion sudah begitu tapi semua wanita-wanita cantik masih terus saja mengantri dan menggodanya.

"Hah... membuat pusing saja!" Kata Dion menyandarkan tubuhnya dikursi kebesarannya.

"Kevin, masuklah!" ucapnya lagi memanggil Kevin lewat intercom.

"Ya tuan, ada apa?" Kevin masuk memenuhi panggilannya.

"Segera siapkan keberangkatanku sekarang juga!" ucap Dion dengan suara baritonnya.

"Baik tuan!".

*****

"Kak Wawan" Panggil Zava saat melihat Wawan sedang duduk santai sambil memainkan gitarnya.

Wawan menoleh senang "Eh Zava, iya ada apa?"

"Em... aku boleh minta tolong tidak?" Zava bertanya pelan.

"Boleh, minta tolong apa?" Wawan dengan sigap berdiri dan tersenyum senang.

"Aku mau ke pasar, boleh aku minta anter ke pasar karena aku kan baru disini, jadi aku tidak tau tempatnya"

"Oh dengan senang hati Wawan Gunawan akan mengantar neng kemana saja!" Wawan yang pecicilan bergaya seperti pelayan yang melayani tuan putrinya membuat Zava tersenyum.

"Makasih ya kak Wawan!"

"Tunggu sebentar ya neng Abang mau ambil motor dulu!".

"Iya kak!".

Zava menunggu Wawan dengan duduk santai dibawah pohon yang rindang yang sudah tersedia bangku panjang, sangat sejuk sekali udara disore hari itu kemudian tak lama datanglah Wawan dengan motornya dan sudah berpenampilan rapih bak seorang yang sedang menjemput kekasihnya.

"Ayo Zava kita berangkat!" Wawan berteriak diatas motornya.

Zava mengangguk dan duduk menyamping.

"Sudah neng,"

"Sudah!"

"Pegangan dong takut jatuh!" Wawan berteriak senang dalam hati yang sudah menyangka Zava akan berpegangan padanya nyatanya Zava berpegangan pada motor.

"Sudah kak!"

"Mana tidak kerasa! ya kok pegangan itu sih! ini dong!" Wawan menunjukkan pinggangnya.

"Sudah kak, bukan muhrim!" Jawabnya membuat Wawan langsung diam kecewa tapi tidak mengapa yang penting dia bisa berduaan dengan Zava pikirnya.

Sampailah ditempat tujuan

"Kak, aku mau beli peralatan dapur sama bahan-bahan masakan dimana yah tempatnya!" Zava turun dari motor kemudian melirik kanan dan kiri.

"Bang Wawan tau tempatnya, tenang saja ayo ikut Abang!" Wawan berjalan terlebih dulu setelah memarkirkan motornya dan diikuti Zava dibelakang.

Mereka berbelanja sesuai kebutuhan Zava karena Wawan hanya mengantar dan sekalian membawakan barang-barang Zava. Banyak sekali yang Zava beli karena Zava berniat ingin memulai usaha berjualan nasi kuning keliling.

"Va, belanjaan kamu banyak banget buat stok kah!" tanya Wawan mereka sudah selesai berbelanja. Wawan ngos-ngosan karena membawa belanjaan yang begitu banyak. Mereka kini ada diparkiran.

"Maaf yah kak Wawan aku ngerepotin yah!" Zava bukannya menjawab tapi malah merasa tak enak melihat Wawan kelelahan sampai berkeringat.

"Eh,, tidak apa-apa ini belum seberapa terkadang ibuku menyuruh membawa lebih dari ini bolak balik pula! hehehe!" Wawan tersenyum keki karena merasa Zava tak enak padanya.

"Beneran tidak papa, aku traktir minum es yah!"

"Wah iya bener banget tuh, aku haus"

"Tunggu sebentar yah kak! aku beli dulu"

"Eh dimana?" Tiba-tiba Wawan bereaksi karena mendengar Zava ingin langsung membeli minuman, karena dipikirannya gadis itu takut tersesat.

"Itu disana!" Tunjuk Zava pada penjual es cendol tak jauh darinya.

"Oh ya sudah!" Dan dia lega ternyata penjualnya tidak jauh.

Tak lama kemudian Zava kembali dengan membawa 2 cup minuman.

"Ini kak!"

"Terima kasih neng!".

Setelah menghabiskan minumannya mereka pulang dengan kesusahan karena banyak barang yang dibawa apalagi didepan sehingga membuat Wawan kewalahan, padahal Zava sudah minta untuk naik angkot saja tapi Wawan beralasan dia masih baru jadilah dia yang repot.

Sampailah mereka di kontrakan Zava segera turun dan membereskan barang belanjaannya dan memasukannya kedalam semua.

"Hah selesai, terimakasih yah kak Wawan atas bantuannya".

"Sama-sama tapi ngomong-ngomong ngomong itu semua buat apa?" Tanya Wawan lagi.

"Oh, aku mau coba jualan nasi kuning keliling kak, untuk mata pencaharianku" Jawab Zava tersenyum.

"Wah, enak nih! pasti kamu pinter masak yah!"

"Tidak juga kak, hanya bisa"

"Pokoknya, aku akan jadi orang pertama yang nyobain masakan kamu" Wawan bersemangat sekali.

"Aku juga akan kasih gratis buat kak Wawan yang sudah banyak membantuku"

"Wah,, beneran nih oke aku tunggu" Wawan tersenyum sumringah.

"Iya, sekarang aku masuk dulu yah mau beres-beresin ini!"

"Oh iya silahkan!"

"Aku tutup ya kak, assalamualaikum!"

"Wa Alaikum salam"

Didalam kontrakan Zava

"Semoga dengan usaha ini aku bisa bertahan hidup, jangan selalu mengandalkan uang yang diberi Doni yang pasti nanti akan habis!" Gumam Zava disela-sela membereskan barang belanjaannya, dia akan memulai bisnis kecil-kecilan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!