"pagi itu langit nampak cerah
secerah wajah Mayang yang berseri
seperti hari-hari yang sebelumnya
Dengan berbekalkan makanan
Mayang keluar dari pondok kecilnya
menuju hamparan sawah yang membentang di ujung desa yang bernama desa Tanjung sari"
"penduduk desa sekitar selain bertanam padi
juga bercocok tanam di ladang
tidak sedikit pula orang yang pergi ke kota besar seperti Kuta raja untuk mengadu nasib"
"sambil bersenandung ria Mayang berjalan di pematang sawah menuju sepetak sawah miliknya, meski hidup sebatang kara
Mayang sosok gadis tegar dan mandiri"
"setibanya di gubuk kecil tempat Mayang berteduh sambil mengusir burung-burung Pipit
yang biasa memakan padi-padinya
di tengah asiknya Mayang memandangi segerombolan burung Pipit tiba-tiba terdengar suara siulan lembut"
"Mayang menoleh ke arah suara siulan ituh
rumput-rumput semak yang membatasi
antara sawah dan ladang
sambil tersenyum simpuh Mayang berdiri lalu
melangkah menuju semak-semak itu
sepertinya Mayang tau betul siapa yang sedang menunggunya"
"di balik semak di atas tumpukan jerami kering
duduk seorang pemuda tampan yang bertubuh kekar, Mayang menatap pemuda itu lalu bertanya"
"kakang sudah lama menunggu ku"
pemuda itu menjawab
"berapa lama pun kakang menunggumu
bahkan sampai seumur hidup kakang
kakang akan selalu menunggumu Mayang"
"Mayang duduk di samping pemuda itu pandangannya lepas menatap ladang dihadapannya setengah keraguannya Mayang bicara"
"sampai kapan kita jalani hubungan gelap ini
dan sampai kapan pula aku mendapat kepastian". Mayang menoleh ke pemuda itu
"kakang giri apa tidak sebaiknya kakang bicara kepada kedua orang tua kakang tentang hubungan kita ini"
"Sidra giri itu nama pemuda tampan itu
putra seorang panglima besar kerajaan nareh
bernama juragan danda sokana seorang bangsawan berdarah ningrat"
"giri pun menjawab pertanyaan Mayang"
"bersabarlah Mayang jika sudah saatnya nanti kakang akan ceritakan hubungan kita ini"
Mayang memotong perkataan giri
"tapi sampai kapan kakang"
"apakah kamu siap menerima apapun resikonya jika kakang menceritakannya dalam waktu-waktu ini"
"aku butuh kepastian" jawab Mayang
"sudah setahun kita jalani hubungan gelap ini
aku sudah siap menerima apapun resikonya
apakah hubungan kita akan terus berlanjut
atau bahkan putus di tengah jalan"
Mayang menundukan kepalanya sambil bersedih
giri paham akan perasaan Mayang
"lalu giri mengelus kepala Mayang dengan lembut dan berkata, baiklah kakang akan coba bicarakan kepada kedua orang tua kakang"
"tidak terasa hari pun menjelang siang terik matahari terasa menyengat tubuh"
"Mayang berdiri di hadapan giri dan berkata"
"pulanglah kakang hari sudah siang nanti kakang akan dicari pengawal-pengawal kakang"
"giri tidak menjawab hanya senyuman ketus yang mengulas di bibirnya"
"tanpa menunggu jawaban Mayang berlalu di hadapan giri menuju kembali ke gubuknya
Mayang termenung tidak terasa air mata menetes di pipinya"
"tiba-tiba seorang laki-laki setengah baya berlari tergesa-gesa di tengah pematang sawah sambil berteriak"
Mayang Mayang
"Mayang suri menoleh sambil menghapus air matanya"
"ada apa Paman mengapa Paman tergesa-gesa"
"ada yang mencarimu Mayang" siapa paman,
"entahlah Paman pun tidak mengenalnya"
"dua orang laki-laki berwajah garang dan menyeramkan mereka mencarimu"
"Paman tidak pernah melihat kedua orang itu sebelumnya"
Mayang berdiri mematung pikirannya berkecamuk dalam hati dia bergumam
"siapa yang mencariku mungkinkah pengawal kakang giri atau suruhan orang tua nya
tapi untuk apa mereka belum tau hubunganku dengan kakang giri"
Mayang kembali tersadar dari lamunan nya
"ayolah Mayang lekas kau temui mereka
agar kau tau apa maksud dan tujuannya"
"baiklah Paman aku akan segera pulang untuk menemui mereka"
"apa Paman harus temani kamu Mayang"
"tidak usah Paman terimakasih" lebih baik Paman pulang saja,
BERSAMBUNG
"karena hari pun sudah siang dengan tergesa-gesa Mayang pun pulang"
setibanya di halaman rumah
"Mayang mendapati kedua orang laki-laki yang tidak di kenalnya sedang duduk di bale kecil melihat kedatangan Mayang"
"kedua laki-laki itu pun berdiri tanpa basa-basi salah satu dari mereka pun bertanya
apakah kau yang bernama Mayang suri"
"benar" Mayang suri menjawab sambil mengangguk
"kami utusan juragan demang datang kesini untuk menjemput mu"
Mayang mengerutkan keningnya tidak mengerti
Mayang pun bertanya
"siapa juragan demang aku tidak mengenalnya
mengapa dia meminta kalian untuk menjemput ku"
"jangan banyak bertanya tugasmu sekarang hanya mengikuti kami"
jawab salah satu laki-laki itu sambil membentak
"tidak" Mayang menjawab tegas
"aku tidak mengenal kalian sebelum kalian menjelaskan apa maksud dan tujuan kalian"
"sudah kami katakan kami utusan juragan demang untuk menjemput mu
ikut kami secara baik-baik atau kami paksa"
tubuh Mayang bergetar dengan nada yang putus-putus Mayang menjawab
"ba-baiklah a-aku ikut kalian tapi tunggu aku ganti pakaian dulu"
Mayang melangkah kedalam pondok untuk berganti pakaian
"tidak lama kemudian Mayang muncul di depan pintu dengan pakaian seadanya
setelah mengunci pintu Mayang melangkah sambil berkata"
"mari kisanak kita segera berangkat"
di perjalanan menuju Kademangan mekar jaya
tidak ada satu pun dari mereka yang bicara
suasana hening sepi
"Kuta raja Kademangan mekar jaya"
"selain luas suasananya sangat ramai bukan hanya warga mekar jaya yang hendak berbelanja ke pasar atau sekedar berjalan-jalan
tapi juga banyak penduduk desa lain yang berkunjung untuk menjual hasil panennya"
butuh waktu sekitar empat jam dari desa Tanjung sari ke Kademangan mekar jaya
"seperti halnya Mayang dan kedua utusan demang tiba di Kuta raja sekitar pukul lima sore"
"Mayang berdecak kagum melihat keramaian Kuta raja karena selama ini baru kali ini Mayang mengunjungi Kuta raja Kademangan mekar jaya"
"sebuah bangunan megah dan mewah berdiri kokoh di ujung jalan kota dengan gerbang berukirkan burung elang beterbangan
pekarangan rumah nampak bersih sepertinya sangat terawat di teras halaman berjejer
pot-pot bunga yang sedang mekar sebagian pot-pot itu di gantung di pelapon"
"Mayang kembali berdecak kagum hatinya bergumam"
"luar biasa andai saja aku pemiliknya mungkin hidupku tidak akan sengsara"
"Mayang kembali tersadar seketika mendengar panggilan penjaga bahwa mereka dipersilahkan untuk masuk"
"di pendopo Kademangan seorang laki-laki berbadan kekar berwajah garang duduk santai bertumpang kaki disebuah sofa sutra bludru bersulam benang emas telah menunggu mereka"
"Mayang tertegun melihat semua kemewahan ini"
"juragan karja itulah nama laki-laki tersebut
seorang demang terhormat terhormat
di Kademangan mekar jaya
namanya cukup terkenal bengis,keji, dan tak
kenal ampun"
karja pun berbicara
"kalian berdua memang kepercayaan ku
yang bisa diandalkan
untuk sekarang ini tugas kalian selesai
keluarlah tinggalkan kami berdua"
sepeninggal kedua utusannya
"karja melirik ke sekujur tubuh Mayang
dari ujung kaki sampai ke ujung rambut
sambil berdecak dan tertawa kecil"
"memang benar yang dikatakan orang-orang
bukan hanya sekedar isapan jempol belaka
kecantikan mu keindahan tubuhmu
sangat menggairahkan"
"Mayang bergidik ngeri dan jijik mendengar ocehan manusia itu namun Mayang tetap mematung sambil menundukan kepalanya"
karja kembali berbicara
"anak manis duduklah kau tau apa maksud dan tujuan ku mengundang dirimu"
Mayang menggdan tetap berdiri
"apa kau tau siapa aku,
akulah juragan karja demang mekar jaya
yang disegani, di takuti dan di hormati
bukan hanya oleh penduduk mekar jaya
tapi juga seluruh penduduk desa-desa sekitarnya
anak manis aku ingin menjadikanmu sebagai wanita terhormat dengan menjadi selirku"
"tubuh Mayang mendadak bergetar
jantungnya berdegup kencang
keringat dingin mengucur di dahinya"
"aku sudah menduganya" gumam hati Mayang
"HA ha ha"
karja tertawa di sela tawanya dia berkata
"kau tau aku tidak suka ditolak,
dan apakah kau tau apa akibatnya jika
dirimu menolak tawaran baik ku
asal kau tau anak manis
seluruh perempuan baik didalam Kademangan ataupun diluar Kademangan
mereka bersaing untuk menjadi selir-selir ku
karena dengan menjadi selirku
surga bagi mereka"
"Mayang suri semakin ketakutan tubuhnya terlihat semakin bergetar hebat
dengan bibir yang bergetar Mayang memberanikan diri untuk bicara"
"maafkan saya juragan bukan maksud saya menolak tawaran baik juragan tapi"
"tapi apa Mayang" karja memotong perkataan Mayang
"jangan menjadi orang bodoh
aku menawarkan surga untukmu
lihatlah rumahku yang megah ini dan lihatlah seisi rumah ini, semua serba mewah
dan tentu kau sudah bisa menebaknya
betapa mahal barang-barang yang ku miliki ini
bahkan lebih mahal dari dirimu"
karja berkata sombong seakan-akan dialah satu-satunya penguasa di jagat bumi ini
"Mayang kebingungan tapi dia harus bicara
masih dengan bibir bergetar Mayang kembali berkata"
"sekali lagi saya minta maaf juragan
bagaimana mungkin saya menerima tawaran juragan sedangkan saya sudah punya tunangan"
"HA HA HA HA HA"
karja tertawa terbahak-bahak
"dia nampak senang mendengar jawaban Mayang"
"baiklah anak manis aku terima penolakan mu
tapi"
"tapi apa juragan" Mayang bertanya
"katakan padaku siapa calon suami mu itu
barang kali aku mengenalnya"
Mayang berpikir sejenak dan bergumam dalam hati "apakah aku harus memberitahukan padanya, siapa yang aku cintai"
"kau tidak usah takut karena dengan kau mengatakan siapa calon suami mu
aku akan membiarkan mu keluar dari rumah ini dengan selamat"
hati Mayang merasa lega mendengar ucapan karja
"saya yakin juragan mengenalnya"
Mayang menjawab
"pemuda itu bernama Sidra giri putra tunggal seorang panglima kerajaan nareh"
"ya ya ya ya" karja kembali memotong perkataan Mayang
"bukan hanya mengenalnya tapi aku sangat dekat dengan keluarganya,
kakang panglima danda sokana
baiklah manis aku akan melepaskan mu
karena aku tidak mau ada masalah dengan
keluarga kakang panglima
pergilah sebelum pikiran ku berubah"
"tanpa menunggu perintah kedua kalinya
setengah berlari Mayang keluar dari pendopo Kademangan meninggalkan karja"
"setibanya di luar pendopo Mayang di hadang oleh para penjaga"
"tunggu" ucap penjaga
"apa kau mau kabur dari sini hah"
"ti-tidak aku pergi atas ijin dari juragan"
"bohong kamu pasti bohong
tidak mungkin juragan membiarkan kamu pergi"
"ti-tidak aku tidak bohong" jawab Mayang
sambil ketakutan
"hey kalian tangkap wanita itu"
"merekapun bergerak untuk menangkap Mayang tapi saat mereka ingin menangkap Mayang tiba-tiba mereka di kagetkan oleh suara yang berasal dari belakang mereka"
"tunggu" ucap karja
"ju-juragan kenapa juragan menghentikan kami
wanita ini ingin kabur"
"tidak biarkan dia pergi"
"tapi juragan"
"tidak ada tapi-tapian biarkan dia pergi"
karja bicara sambil melotot
"ba-baiklah juragan"
"anak manis pergilah"
karja bicara sambil tersenyum jahat
BERSAMBUNG
Maaf jika ada kata atau penulisan yang salah
ini dalam rangka belajar
mohon bimbingannya para senior🙏🙏
"di luar hari sudah gelap Mayang berdiri di depan luar gerbang kepalanya menoleh
ke kiri dan ke kanan Mayang nampak kebingungan rupanya Mayang tidak tau kemana arah jalan pulang ke desa Tanjung sari"
"di seberang jalan terlihat seorang laki-laki setengah baya pedagang kain
sedang membereskan kain-kain dagangannya
sepertinya pedagang itu hendak segera pulang"
Mayang bergegas menghampiri nya
"permisi Paman"
pedagang itu menoleh ke arah Mayang
"silahkan Nini di pilih dulu
Nini mau kain yang mana"
"maaf Paman" Mayang kembali bicara
"saya bukan hendak membeli kain ini Paman
tapi saya hendak bertanya"
"oh" jawab pedagang itu
"apa yang mau nini tanyakan, sepertinya Nini bukan orang sini, saya baru kali ini melihat Nini,
Nini dari mana atau hendak kemana"
"benar sekali Paman aku bukan warga sini
aku berasal dari desa Tanjung sari,
apa Paman tau arah jalan menuju desa Tanjung sari" tanya mayang
"tentu Paman tau Nini, tetapi yang jadi masalah
hari sudah gelap
sedangkan menuju ke desa Nini cukup jauh memakan waktu sekitar empat jam
jalan yang akan Nini lalui pun harus melewati hutan dan juga menyebrangi sungai"
"kalau Paman boleh tau sebetulnya sedang apa Nini disini, apa Nini sedang punya urusan"
si pedagang kain balik bertanya
"benar sekali Paman, aku mencari kerabat jauh ku yang kebetulan dulu tinggal di Kuta raja ini"
ternyata mereka sudah pindah ke desa lain
"oh begitu toh rupanya Nini"
ucap si pedagang kain
"Nini tidak baik Nini berjalan sendirian di malam hari, sebaiknya malam ini Nini menginap saja dulu
besok pagi baru melanjutkan perjalanan
di samping jalan sebelah Utara ada sebuah penginapan Nini menginap saja disana"
si pedagang kain menunjuk ke arah penginapan
Mayang tertunduk raut wajahnya sangat sedih
"tapi Paman saat ini aku tidak punya uang untuk membayar penginapan"
"Paman mengerti nini"
"bagaimana kalau malam ini Nini menginap saja di rumah paman, kebetulan di rumah hanya ada Paman dan istri paman saja"
"Mayang mengangkat kepalanya matanya menatap si pedagang kain hatinya pun merasa lega"
"terimakasih Paman, semoga hiyang Widhi
membalas kebaikan Paman"
Mayang pun membantu merapihkan kain-kain dagangan lalu di masukan kedalam keranjang rotan"
sesampainya di rumah si pedagang kain berteriak dari luar memanggil istrinya
"nyai nyai nyai, buka pintu aku pulang"
"masuk saja kakang pintu tidak di kunci
aku sedang membereskan pakaian"
jawab si nyai
si pedagang kain mempersilahkan Mayang untuk masuk
"masuklah Nini tapi mohon maaf keadaan rumah kami seperti ini"
"keadaan di dalam rumah sangat sederhana dengan hanya diterangi cahaya lentera seorang perempuan kira-kira berusia lima puluh tahun sedang duduk melipat pakaian"
nyai Rasmi menoleh ke arah Mayang
lalu ke arah suaminya sambil bertanya
"siapa dia kakang, mengapa kau ajak ke rumah kita"
"nanti aku jelaskan nyai" jawab si pedagang kain
"sekarang tolong ambilkan air untuk minum"
"Nini duduklah jangan sungkan itu istri paman namanya nyai Rasmi dia orang yang baik"
"terimakasih Paman" jawab Mayang sambil duduk
"tidak lama kemudian nyai Rasmi masuk dengan membawa minuman dan makanan
seadanya"
"silahkan Nini di minum maaf kami hanya bisa menyediakan makanan alakadarnya"
dengan ramah nyai Rasmi mempersilahkan Mayang untuk makan
"terimakasih nyai bagiku ini sudah lebih dari cukup"
"oh iya Nini" nyai Rasmi lalu bertanya
"siapa sebetulnya Nini ini dan dari mana Nini berasal"
sebelum menjawab pertanyaan nyai Rasmi Mayang menatap wajah Ki Suma si pedagang kain itu
"aku minta maaf Paman sebenarnya tadi itu aku berbohong pada Paman"
Ki Suma mengerutkan kening tidak mengerti
"namaku Mayang suri nyai"
Mayang menoleh ke arah nyai Rasmi
"aku berasal dari desa Tanjung sari aku disini atas undangan juragan karja"
Ki Suma manggut-manggut tanda mengerti
"siang tadi kedua suruhan juragan karja menjemput ku ke desa Tanjung sari"
"buat apa juragan karja meminta Nini datang"
nyai Rasmi memotong pembicaraan Mayang
"apa dia punya maksud tertentu pada Nini"
nyai Rasmi menebak-nebak
"betul sekali nyai" jawab Mayang
"juragan karja memintaku untuk menjadi selirnya"
"sudah ku duga" nyai Rasmi setengah berteriak
"tapi bagaimana Nini bisa lepas dari cengkraman juragan karja, karena yang kami tau juragan karja tidak semudah itu melepaskan mangsanya"
"rupanya warga Kademangan mekar jaya sudah hapal betul akan tabeat juragan karja"
"aku katakan padanya" Mayang buka suara
"sebetulnya aku sudah punya tunangan"
nyai Rasmi tersentak kaget
"apa Nini mengatakan kepada juragan karja tentang tunangan Nini"
"betul nyai" Mayang mengangguk
"nyai Rasmi semakin terkejut wajahnya penuh kekesalan, sambil menggeming-gemingkan badan suaminya yang sedari tadi hanya jadi pendengar saja"
"bagaimana ini kakang ini celaka ini pasti celaka kakang, aku tau betul siapa juragan karja dia pasti merencanakan sesuatu untuk
mencelakakan keluarga tunangan Nini Mayang aku yakin betul hal itu yang akan terjadi"
"wajah Mayang pucat pasi tubuhnya bergetar ketakutan keringat dingin mengucur di dahinya
mendengar penuturan nyai Rasmi"
Ki Suma pun akhirnya buka suara
"ya sudah nyai sekarang siapkan kamar untuk nini Mayang beristirahat,
besok pagi-pagi sekali aku akan mengantarkan nya ke perbatasan desa"
"malam itu tidak sekejap pun Mayang bisa memejamkan matanya ucapan nyai Rasmi terus terngiang di telinganya dan terus menghantui pikiran Mayang"
pagi-pagi setelah sarapan
"mari Nini kita berangkat, saya akan mengantar Nini ke perbatasan desa"
"iya Paman terimakasih sebelumnya"
jawab Mayang
"setibanya di perbatasan desa Mayang dan Ki Suma pun berpisah,
Mayang meneruskan perjalanan nya pulang ke desa Tanjung sari"
"di ujung perkampungan Mayang tidak menuju ke rumahnya melainkan berbelok ke arah pesawahan yang di tuju nya tempat dimana Mayang bertemu dengan kekasihnya"
"setibanya di balik rumpun semak Mayang menatap tumpukan jerami kering
bibirnya bergumam"
"dimana kau kakang mengapa kau tidak menunggu ku disini apakah kakang sudah mencampakkan ku"
"dalam keadaan tubuh yang lemas Mayang duduk di atas tumpukan jerami kering
trik matahari terasa sangat menyengat kulit Mayang, pertanda hari sudah siang
tetapi yang di tunggu Mayang tak kunjung datang"
"Mayang menghela napas panjang walau terasa berat akhirnya mayang pun bangkit
perlahan dia melangkah kan kaki"
"sepertinya kakang giri tidak datang hari ini
bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengan kakang giri untuk menyampaikan pesan nyai Rasmi,
sepertinya besok aku harus memberanikan diri untuk datang ke kediaman kakang giri"
"tidak terasa hari pun sudah menjelang sore
Mayang memutuskan untuk pulang ke rumah dan beristirahat"
"setibanya di rumah Mayang memberanikan diri dan berganti pakaian
setelah rapi Mayang pun makan
makanan yang seadanya, setelah semua selesai Mayang pun pergi ke kamar dan tidur"
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!