Sebening kembali memandang foto masa kecilnya bersama Daniel di saat usianya 6 tahun.Entah mengapa rasanya setiap menatap foto tersebut,ia akan merasa tenang.
"Bening ...sini nak..Ayo kenalan.Ini namanya kak Daniel,anak temannya papa.Orang tuanya mendadak pulang ke New York.Jadi,kak Daniel ini ia akan tinggal di sini sampai mereka pulang"begitulah sang ayah memperkenalkan mereka kala itu.
Sebening tersenyum jika mengingat bagaimana ia begitu terpaku menatap wajah tampan anak lelaki yang dibawa ayahnya ke rumah mereka di musim hujan bulan Desember.Tinggal di Bali dengan suasa alam yang sangat indah menambah keindahan pertemanan mereka.Ayah Daniel berkebangsaan Amerika menikah dengan ibunya seorang warga negara Indonesia.Kedua keluarga mereka sangat dekat dan kerab kali menghabiskan waktu bersama.
"Hari ini jangan sampe telat ke sekolahnya ya kak... Sarapannya udah aku siapin.." tak lupa Bening mengirim pesan untuk Daniel.
"Ben.....ayo nak..sarapan yuk" ucap ibunya dari luar pintu kamar.
"Oke ma...bentar ya" sahut bening kemudian bergegas keluar dari kamarnya dengan berpakaian putih abu-abu.Ia membiarkan rambutnya terurai.
"Bagaimana nak .... Sudah siap untuk ujiannya hari ini?"tanya ayahnya ketika mereka bertiga sudah duduk di ruang makan.Hari ini gadis itu akan mengikuti ujian kenaikan kelas.
"Will see.. " jawabnya tak yakin.
"Loh kok Will see,sih nak...kamu tidak belajar?" ujar sang ibu sambil menaruh roti pada piring suami dan putri semata wayang mereka.Sebening menatap orang tuanya.Sambil mengoles slai kacang pada rotinya ia tersenyum.
"Aku udah siap kok ma,udah belajar.Hanya semalam aku susah tidur pa... Padahal aku udah usaha buat tidur lebih cepat.."cerita Bening pada ayahnya yang berprofesi sebagai seorang dokter onkologi.Sang ayah menatap jeli padanya.
"Kok bisa?Emang belajarnya sampai jam berapa? Nggak minum kopi kan?"cerca ayahnya mengingat bagaimana sang putri telah jatuh cinta pada kopi.Bening menggelengkan kepalanya.
"Atau mungkin ada yang dipikirkan? Seorang pangeran ganteng misalnya..."goda pak Cahyo dengan memainkan alisnya naik turun.
"Nggak mikirin siapa siapa pa...Cuma semalam ngobrol dengan kak Daniel lumayan lama..
Pa... orangtuanya bertengkar ya?Om Darwin sakit,ya pa?"tanya bening mencari tahu.
"Ayah nggak tau.."jawab pak Cahyo dengan mengangkat bahunya.
"Lagian bukan urusan kita nak.Mungkin bukan bertengkar tapi berdebat" sambung ibunya.
"Iya sih ma.Semalam aku sempat dengar bunyi gebrakan kayak barang dibanting gitu ma.Tante Melia juga teriak - teriak hanya aku nggak dengar dia ngomong apa."Bening malah menambah keterangannya.
Sepertinya jika berkaitan dengan Daniel rasa ingin tahunya terus bergelora.Orangtuanya saling memandang kemudian diam dan melanjutkan sarapan.Handphone pak Cahyo berbunyi.
"Hello.... good morning Dar..." sapa pak Cahyo kemudian mereka pun tampak serius berbicara.Bening segera menyelesaikan sarapannya.Ia berusaha menyimak pembicaraan ayahnya.
"Ayo,nak...kita berangkat.." ajak bu Livia.
"Ma...itu pasti om Darwin yang nelpon papa.." terka bening.Ibunya tidak menjawab.Dia terus mempersiapkan barang2 yang akan ia bawa ke toko kue.Bu Livia adalah seorang patissier yang mempunyai toko kue yang terkenal di Bali.
Ia juga bertanggung jawab memasok kue dan roti untuk hotel milik pak Darwin, sehingga setiap hari ia akan pergi ke toko.
"Pa.....om Darwin gimana kabarnya?"tanya bening masih dengan mode penasarannya.
"Baik... nanti kalau papa pulang kita cerita ya" tutur pak Cahyo.Ia tahu, putrinya pasti penasaran dengan percakapan mereka barusan.
"Sampein salamnya aku ya,pa.."ungkap putrinya menitip pesan.
Pak Cahyo mengangguk dan tersenyum sambil mengacak rambut putrinya yang sudah rapi.
"Ih...pa.. jangan diacak... Nantinti aku lupa apa yang sudah aku pelajari....." protes bening dengan memanyunkan bibirnya.Ia merapikan kembali rambut hitam panjang miliknya.Ayahnya tertawa.
"Alasannya yang masuk akal dong nak...Apa kaitannya coba...calon dokter percaya sama mitos.." ucapnya terus tertawa.Bu Livia yang mendengar perbincangan mereka juga ikut tertawa.
"Tadi waktu kamu keramas nggak pake tangan ya.. nggak pegang-pegang kepala juga?"timpal ibunya.
"Ih....mama apa-apaan sih?"Bening merasa malu sendiri.Memang apa yang dikatakan sang bunda benar adanya.Kedua orang tuannya tersenyum melihat ekspresi anak semata wayang mereka.
"Ya udah... duluan ya...good luck buat ujiannya nak"Bening pun menyambut dukungan sang ayah dengan mencium punggung tangannya untuk berpamitan.Ia berangkat ke sekolah dengan diantar sang bunda karena mereka searah.
🌾🌾🍀🌾🌾
Sebening melangkah masuk ke halaman sekolanya.Ia menyalami teman- teman yang sudah terlebih dahulu tiba di kelas.Beberapa dari mereka sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian tengah semester.Mereka berkutat dengan buku mata pelajaran yang siap diuji hari ini.Bening keluar dari kelas mencari seseorang yang tak lain adalah temannya Widya.
"Apa dia di kelasnya kak Daniel ya,tapi masa sempat...kan udah mau ujian...Mudah mudahan mereka tidak terlambat lagi" gumamnya sambil menggosok gosokan tangannya.
Lonceng pun berbunyi.Semua murid masuk ke kelas mereka masing-masing.Tetap tak terlihat sosok Widya menampakkan batang hidungnya.Pak Danang masuk ke kelasnya dan mulai membagi soal ujian setelah ia mengabsen muridnya satu per satu.
"Sudah siap untuk ujian?" tanya guru tersebut.
Serempak semua siswa di kelas Bening menjawab ya.
"Baik anak- anak,kalian semua pasti sudah tau tata tertib mengikuti ujian dan sanksi jika melanggar.Jadi saya berharap, semuanya akan patuh pada peraturan tersebut.Selamat mengerjakan soal-soal kalian,jika ada soal yang tidak kalian pahami atau penulisannya yang tidak jelas,boleh mengangkat tangan." jelas pak Danang dengan tegas kemudian membagikan soal soalnya ke masing-masing meja siswa.
Tiga puluh menit berlalu,Widya muncul di pintu kelas.Ia mengetuk pintu.Pak Danang hanya memperhatikannya tanpa menjawab sapaan selamat pagi Widya.
"Permisi pak,mau minta soal ujian untuk saya" pinta Widya.Bening sesekali melihatnya tapi ia juga harus berkonsentrasi mengerjakan soal ujian.
"Saya tau kamu pintar Widya.Diberi waktu lima menit pun kamu pasti bisa mengerjakan 100 nomor soal.Tapi pintar saja tidak cukup.Harus seimbang juga dengan sikap kamu.Ini bukan kali pertamanya kamu terlambat.Semakin hari kami semakin tidak disiplin." tegur pak Danang sembari memberikan Widya kertas soal.
"Terima kasih pak...akan saya perbaiki sikap saya yang tidak disiplin" jawab Widya sedikit menundukkan kepalanya tanda dia menyesal sudah terlambat lagi tiba di sekolah.
Ia memilih untuk tidak menjelaskan alasan keterlambatannya,karena dirasanya hal itu percuma.Bukan kali pertamanya ia terlambat.Pak Danang tak mungkin mempercayai alasannya walau alasan itu benar sekalipun tapi tetap saja ia akan menerima hukuman.
Widya duduk di bangkunya dan mulai membuka lembaran soal.Bening yang berada di sampingnya tersenyum memberikan semangat pada sahabatnya itu.Bening yakin Widya bisa mengerjakan ujian dengan waktu yang tersisa.Bagaimana tidak,selain cantik Widya adalah murid yang pintar.Keduanya selalu bersaing merebut juara satu.
Bening mulai menerka nerka dengan siapa Widya terlambat.Yang ada dalam pikirannya adalah Daniel.Belakangan ini Widya selalu kompak dengan kakak kelasnya itu untuk terlambat karena keduanya berangkat bersama-sama.Bening menggeleng gelengkan kepalanya kembali setelah memikirkan mereka.Berapa menit sudah ia membuang waktunya.Diapun kembali berkonsentrasi mengerjakan ujian hingga waktu yang ditentukan selesai.
🌾🌾🍀🌾🌾
"Ben,aku mau ke kantin...kamu mau nitip?" tanya Widya saat jam istirahat.Bening berpikir sejenak.Ia ingin bertemu Daniel untuk memastikan apakah dia juga ikut terlambat atau tidak.
"Aku ikut saja wyd.Aku mau kasih ini ke kak Daniel.Biasa...dari mama.." Bening mengambil sebuah kotak roti keju kesukaan Daniel yang sudah disiapkan oleh ibunya sebelum berangkat ke sekolah.
"Kalau buat saya...?" celetuk Widya.
"Ada lah...nih.." Bening menunjukkan kotak makanan yang satunya.Wydya langsung membuka kotak tersebut dan langsung mencomot roti coklat kesukaannya.
"Hm.m.m.m.... yummy...pas banget aku belum sarapan.Tante Livia emang the best..sorry ben, sekarang aku jarang ke toko.Tolong bilang ke tante ya.."ujar Widya dengan wajah memelas.
"Kamu itu ya... kebiasaan banget nggak sarapan.Nanti bisa sakit loh kalau terlambat terus sarapannya.Anak sekolah itu wajib sarapan pagi biar lebih konsen belajar apalagi hari ini ujian.." omel bening yang gemes dengan kebiasaan sahabatnya itu.
"Iya bu dokter....Aku akan berusaha mulai besok untuk bangun lebih pagi dan tidak lupa sarapan.Kamu itu kayak pak Danang tau nggak lama lama"protes Widya.Ia juga memilih untuk tidak memberi tahu alasan sebenarnya, kenapa ia terlambat.Bening langsung terkekeh ketika ia disamain dengan pak Danang.
"By the way,gimana tadi?Cukup nggak waktunya buat nyelesain soalnya?"tanya Bening penasaran.Ia memberikan botol air mineral pada Widya ketika dilihatnya telah menelan roti yang ia kunyah.
"Semua soal saya kerjain kok Ben,cuma saya tidak yakin hasilnya sesuai harapan nyokap..."jelas Widya enteng.
Bening menatapnya dengan perasaan bersalah.Hampir setiap hari bening mendengarkan Widya yang mengeluhkan sikap ibunya padanya.Ya, Widya tumbuh dalam keluarga yang broken home.Orangtuanya telah bercerai.Alhasil, perceraian tersebut sangat berdampak pada Widya.
Tak jarang Widya kabur dari rumahnya dan menginap di rumah bening hingga berhari hari.Ia mengeluhkan sikap ibunya padanya.Widya yang dulu sangat periang kini berubah menjadi lebih pendiam.
"Kok ngomongnya gitu terus Wid...kita juga punya harapan kita sendiri kan..."timpal bening sambil memegang tangan Widya.Mereka berteman sejak sekolah dasar.Ia sangat mengenal Widya demikian pun sebaliknya.Widia hanya tersenyum kecut kemudian menghela nafas panjang.
"Eh ...jadi gimana...masih mau ke kantin?Jam istirahat udah mau selesai"Bening melirik jam di tangannya.
"Nggak jadi ah...Aku udah kenyang..." jawab Widya memegangi perutnya.
"Kalau gitu, aku ke kelasnya kak Daniel ya..." Bening pun melangkah cepat keluar dari kelasnya tanpa menunggu jawaban dari Widya.
"Hai baby... Cantik banget....Mau nyari Daniel ya...." tanya Bastian kakak kelasnya yang juga sekelas dengan Daniel.Ia menghadang langkah Bening di pintu kelas mereka.
"Sorry kak...Aku buru buru.Permisi ya...." kata bening dengan sopan.
"Oh iya,silahkan...Tuh pas banget...Orangnya lemes terus dari tadi.Pasti lapar.Kamu mau bawain dia sarapan,kan?"tunjuk Bastian.Bening segera menghampirinya.Tampak Daniel sedang membukakan tasnya.
"Nih ..."ujar Bening lalu meletakkan kotak rotinya di atas meja.
"Terlambat lagi?" tambah bening yang dilihatnya Daniel hanya memandanginya sambil memicingkan matanya.Dari ekspresinya ia sudah tahu jawabannya.
"Kok bisa?"Daniel hanya diam mendapat pertanyaan tersebut.
"Jangan lupa dimakan sarapannya... Nanti..."
"Rotinya menangis... " sambung Daniel yang sudah hafal betul kalimat andalan Bening jika memberinya bekal.Keduanya tersenyum kemudian Bening segera melangkah keluar.
"Ehm... romantis banget kamu...Aku jadi nggak sabar pengen cepat-cepat jadi pacar kamu beb.Pasti akan diperlakukan lebih istimewa lagi dari si bule itu...." kata Bastian ketika Bening keluar dari kelas.
Gadis itu hanya menatapnya.Ia memilih untuk terus melangkah dan tak mau meladeni perkataan pemuda tersebut.
Bening menunggu Daniel di depan pintu gerbang sekolahnya.Sesekali ia mendongakkan kepalanya kesana kemari mencari sosok yang ia tunggu.Widya sudah mendahuluinya.Ia sudah menahannya untuk pulang bersama tetapi Widya menolak.Karena tidak kunjung datang Bening berinisiatif untuk mencari Daniel di kelasnya.Tetap saja ia tak menemukannya di sana.Bening sampai membungkukkan badannya mencari di bawah kolong meja.Hatinya dilanda kegundahan.
"Hai baby...." sebuah suara dari belakang mengejutkannya .Bening sampai mengelus elus dadanya kaget.Ia menarik nafasnya perlahan.Siapa lagi kalau bukan Bastian yang selalu mencari perhatiannya.Laki laki itu menyunggingkan senyum terindahnya.
" Ngagetin aja kak....kak..." ucapnya menggeleng gelengkan kepala.
"Sorry beb... lagian kamu nyari apa sih..." ujar Bastian heran.
"Kak bas pasti taulah saya lagi cari siapa?" jawab Bening kesal.
"Iya.... sebenarnya aku tau sih kamu lagi cari siapa...tapi masa sampai nyarinya ke kolong meja? Emang Daniel udah bisa berubah wujud ya jadi kucing..."canda Bastian membuat Bening semakin bertambah kesal.
"Au...ah.... nggak lucu.Malas ngomong sama kakak...Aku duluan ya kak..." pamit Bening yang merasa malas untuk terlalu lama mendengar candaan Bastian.
"Daniel ngelanjutin hukumannyabeb...bersihin toilet siswa.."Bastian akhirnya memberi tahu yang sebenarnya.Bening yang sudah berjalan beberapa langkah, berhenti dan menoleh.
"Makasih infonya kak..." ucap Bening kemudian berlari menuju toilet.Benar saja,di sana sudah ada Daniel yang sedang memegang ember dan sikat lantai.Ia melangkah pelan mendekati laki laki itu.
"Hey...."sapanya lembut.Daniel yang sudah hafal betul suaranya merasa seperti seseorang yang tertangkap basah.
"Kok ke sini...kenapa nggak langsung pulang adja" tanya Daniel.
Bening tak menjawab.Meeskipun ia kesal karena Daniel kembali dihukum tetapi ia berbesar hati untuk membantunya menyelesaikan hukumannya.Padahal tadi pagi ia sudah mengirimnya pesan untuk tidak terlambat ke sekolah.
"Biar aku saja dek... Beneran...Kamu pulang duluan sana" cegah Daniel meskipun ia tahu larangannya tidak akan mempan.
"Cepetan kak... nggak usah banyak omong.."jawab Bening dengan ekspresinya yang sulit dibaca.
"Stop dek...I can do it... aku yang terlambat bukan kamu...." kata Daniel dengan penuh penekanan.Ia tahu gadis itu sangat peduli dengannya,tapi tetap saja ia merasa bersalah.
Bening menatapnya dengan wajah sedih.Daniel menyesal sudah mengeraskan suaranya.
"Please... ngerti...." Mohon Daniel.Ia berharap kali ini gadis itu mau mendengarnya.
"Hi baby...i'm coming.Aku bantuin kamu ya beb..."Bastian benar benar datang di saat yang tepat. Keduanya pun langsung menoleh ke sumber suara yang menyahut.Sesosok wajah yang tak asing lagi.
Seperti yang terjadi di hukuman sebelumnya jika ada Bening, Bastian akan memohon untuk ikut andil.Seolah olah gadis itu yang sedang dihukum.Padahal ia sendiri adalah seorang siswa yang cukup teladan.Di tengah sikapnya yang selalu membuat Bening kesal ia tak pernah ada catatan merah tentang kedisiplinan hingga satu semester lagi akan tamat dari sekolah itu.Rasa sukanya kepada gadis itu membuatnya selalu ingin berkorban.
Bastian menyambar peralatan kebersihan yang sudah tersedia dan mulai beraksi.Biasanya Bening dan terutama Bastian akan lebih banyak jatah kerjanya dibandingkan Daniel.
Meskipun Bening menolak bantuannya tapi Bastian tetap ngotot.Persis sama seperti dirinya.
"Elo kok hobi banget bikin masalah bro....nggak kasian apa sama dia.. Bentar lagi tamat,kenapa nggak buat kenangan yang indah saja...Kalo seperti ini,namanya kenangan pahit..." omel Bastian setelah dilihatnya bening masuk ke dalam toilet.Sejak tadi ia berusaha menahan diri untuk tidak berulah di depan Bening.Yang ditanya malah enggan untuk menjawab.
"Kalau nanti Bening mau jadi pacar gue,nggak akan gue biarin dia berteman sama trouble maker kayak elo..." tandas Bastian yang sontak membuat Daniel naik pitam.Bukan karena ia cemburu, tetapi karena julukan yang diberikan oleh Bastian padanya.Si trouble maker.
"Ngomong apa lu..?atas dasar apa lu bilangin gue trouble maker? hanya karena gue dihukum bersihin toilet?Atau karena lu ngelihat gue ngerokok di belakang sekolah waktu itu?Emang lu enggak?" tanya Daniel masih berusaha mengontrol emosinya.
Baru saja Bastian hendak menjawab terdengar suara pintu terbuka.Bening keluar dari toilet.Dengan gesit Bastian melanjutkan pekerjaannya.Gadis itu menangkap ekspresi yang aneh di antara keduanya.
Tak butuh waktu yang lama ketiganya tuntas membersihkan toilet.
"Makasih kak...tapi lain kali jangan dibantu lagi ya.."pinta Bening ketika mereka tiba di parkiran.
"Emang masih niat bro untuk terlambat lagi...atau nongkrong di belakang lagi trus kedapatan guru... " sindir Bastian membuat Daniel mempelototkan matanya.Sepertinya dia sengaja memancing emosi Daniel.
"Ngapain bilang terima kasih sih,dek?Kan dia yang datang sendiri.Aku nggak minta.. Kamu juga..."Daniel benci gadis itu berterima kasih pada Bastian.
"By the way ... bukannya tadi pagi lu telatnya barengan Widya kan? kemana anak itu? kok nggak kelihatan? Kenapa nggak barengan juga dihukum..." mulut Bastian benar benar bocor.
Bukannya menanggapi omongan Daniel ia malah ke topik lain.Tapi pertanyaan yang sama itu juga sudah menari nari di kepala Bening hanya ia merasa tidak enak hati untuk menanyakannya.
"Widya nggak minta tolong kamu buat gantiin kan beb...? tambah Bastian kali ini sontak membuat Bening bingung harus menjawab apa.Ia hanya menggeleng dan menoleh ke arah Daniel.
"Benar....Gue emang terlambatnya bareng Widya.Tapi dia sakit... kasihan kalo ikut dihukum juga" Jawab Daniel memberi alasan.
"Good reason.... Tragis....Sama dia lu kasihan tapi sama baby nggak..mau aja dibantuin.Dia yang berulah,baby yang kena imbas "Bastian terus saja nyerocos.
"Bisa diam nggak lu?Elo nggak tau apa-apa" kata Daniel dengan penuh penekanan.
"You are very funny..."sedikitpun Bastian tak mau mengalah.Daniel menjadi geram.
"Udah... udah ya....kita pulang aja..kak Bas mau pulang bareng kita nggak?"tawar Bening menyudahi ketegangan di antara mereka.
"Nggak beb...aku bawa motor.. kecuali kalau kamu mau aku yang anterin..." tawar Bastian dengan senyuman khasnya.
"Nggak...dia sama gue pulangnya.." tegas Daniel kemudian menarik tangan Bening menuju mobilnya.
"Kamu nggak risih dek,si monyong itu panggil kamu baby.." Daniel membuka percakapan.Wajahnya fokus ke jalanan yang di depan mata.Bening tersenyum.Ia merasa senang melihat wajah Daniel yang tampak kesal walau hanya dari samping.
"Dilarang juga nggak bakalan mempan kak... Aku udah terbiasa...jadi biarin aja selagi nggak merugikan.." jelas Bening.
"Udah terbiasa.. berarti kamu senang dong?" tanya Daniel tanpa menoleh sedikitpun.
"Nggak juga...cuma ya...nggak mau berdebat lagi soal panggilan itu." Bening juga bingung harus menjawab bagaimana.Awalnya dia kesal Bastian memanggilnya baby tapi setelah dipikir pikir yang terpenting dia tidak merasa spesial hanya dengan panggilan itu.
"Om Darwin gimana kabarnya kak? " tanya Bening mengalihkan pembicaraan.
"Good.... hari ini dia mau check up.. janjian sama om Cahyo tadi pagi.." jelas Daniel.
"Oh... mudah mudahan hasilnya baik baik aja ya kak... Tante melia ikut? " ujar Bening lagi.
"No... semalam mommy pamit ..mau ke tempat eyang katanya.Mungkin Minggu depan baru balik."
kata Daniel dengan wajah datar membuat otak Bening traveling dan menduga dari apa yang ia dengar semalam ia bisa menebak jika mereka bertengkar lagi.Ia merasa kasihan pada Daniel, harus menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya.
Keduanya sudah sampai di depan rumah Bening.Gadis itu minta untuk diantar ke rumahnya saja mengingat kata sang mama yang melarangnya ke toko sampai ujian tengah semester selesai.Biar dia lebih fokus untuk belajar dan punya waktu istirahat yang cukup.Di toko terlalu ramai pembeli.
"Mampir dulu kak... makan siang.." tawar Bening saat ia turun dari mobil Daniel.
"Lain kali aja dek...aku buru buru mau ketemu papa...pengen tahu hasilnya..." tolak Daniel.
"May I go with you? please..." mohon bening dan Daniel tampak berpikir.Mungkin kalau situasinya bukan lagi ujian ia akan mau mengiyakan permintaan adiknya itu.
"Lain kali aja ya dek..., ya?Nanti setelah ujian kelar.Aku perginya sama Widya saja dulu.Tapi nanti aku kabari,kok...oke?Kakak janji..." Daniel seperti sedang membujuk seorang anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan.
"Ya udah....oke... jangan lupa kabari aku kak? " kata Bening akhirnya mengalah.Dengan langkah gontai ia masuk ke dalam rumah.
Ia jadi berpikir, bukannya Widya lagi sakit? atau Widya juga minta ditemani Daniel untuk ke rumah sakit,berobat dan kebetulan ayahnya sedang check up jadi mereka bersama saja perginya.Tapi tadi di sekolah Widya baik baik saja.Tak ada tanda tanda atau keluhan apapun yang menerangkan bahwa dia sedang sakit.Tidak sesak, tidak pucat juga.Atau karena dia sudah meminum obatnya?
Bening menggeleng gelengkan kepalanya.Ia mengambil handphone-nya hendak menghubungi sahabatnya itu tetapi kemudian niat itu diurungnya.Biasanya kalau ada apa-apa pasti Widya mengabarinya.
🌾🌾🍀🌾🌾
"Hi dad...are you oke..,,,?" tanya Daniel saat menemui ayahnya di salah satu vila mereka.Keduanya berpelukan.
"Hallo om..." sapa Widya sambil menyalami tangan pak Darwin.
"I am okay..." ujarnya menenangkan hati sang putra.
"Thank you God.Berarti hasil check upnya juga bagus dad?"ucapnya penuh syukur sambil mengatupkan kedua tangannya.
"Ayo duduk dulu nak... Bening tidak ikut?"tanyanya setelah dilihatnya Daniel hanya datang dengan Widya.Keduanya berpandangan.
"Nggak dad...nggak enak sama tante livia kalau ajak dia ke sini.. nantilah kalau ujian kelar.Tapi tadinya kalo daddy masih di rumah sakit, dirawat, dia mau jengukin." jawab Daniel.
"Belum kok...saya masih harus menjalani beberapa pemeriksaan,untuk memastikan yang di sini ini isinya apa? mudah-mudahan bukan cancer ya..." harap pak Darwin sambil memegang lehernya yang sedikit membesar.
"Mudah mudahan tidak om...," Widya menimpali.
"Amin....thank you Wid..." tutur pak Darwin sembari tersenyum.
"Emang tadi nggak diperiksa dad?"tanya Daniel.
"Tadi hanya dirontgen saja,untuk tulang belakang saya"meskipun Daniel bingung dengan jawaban ayahnya tapi ia tak mau bertanya lagi.
Sambil minum teh, tidak lupa Daniel menceritakan semangatnya mengikuti ujian hari pertamanya dan cerita tentang hukuman serta terlambat yang dilewatinya.Ia tak ingin ayahnya kecewa.
Begitupun Widya yang adalah adik setingkat dibawahnya turut menambahkan cerita.Mereka berbincang cukup lama,menghabiskan senja itu dengan menatap sunset yang teramat indah.Kebetulan letak vilanya yang view laut, membuat mereka bisa menikmati pemandangan indah yang disuguhkan.Ada kelegaan hati saat menatapnya.
Jauh di lubuk hatinya, Daniel juga mengharapkan ibunya ada di sana menemani sang ayah yang sedang menepi di vila itu.Ia tahu orangtuanya sedang menghadapi masa-masa sulit dan sering kali bertengkar tetapi ia juga yakin bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Meski dalam hatinya dia merasa kacau,sebisa mungkin tidak dia tunjukkan kekecewaannya di depan orang tuannya.Daniel sedih ayahnya sedang sakit.Ayahnya juga mengatakan dia akan menjalani serangkaian pemeriksaan untuk memastikan penyakitnya.Daniel hanya ingin fokus pada ayahnya, untuk kesembuhan ayahnya.
Daniel melirik jam di tangannya.Sudah waktunya dia pamit dan mengantarkan Widya pulang.
"Kami pamit dad... sorry nggak bisa temenin... " ucap Daniel saat hendak berpamitan pulang.
"It,s oke... nggak apa-apa..kamu fokus ujian saja dulu..."jawab Darwin sambil merangkul pundak putranya.
"Take care...dad..." Daniel melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam mobil.Sang ayah hanya mengangkat jari jempolnya sambil melambaikan tangan.
Bening membolak balikan buku pelajaran yang siap diuji esok harinya.Ia melihat jam di dinding kamarnya.Waktu menunjukkan pukul 20.00.Setelah dirasa cukup apa yang ia pelajari,ia memasukkan semua buku dan perlengkapan yang siap dibawa esok.Rasa haus menyerangnya.Ia mengambil botol minum di atas nakas lalu keluar menuju dapur.Kedua orangtuanya masih duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi.
Ibunya menoleh ke arahnya." Belum tidur,nak...?" ujarnya.
"Belum ma... bentar lagi.." jawabnya kemudian melangkah mengisi air minum di botol yang ia bawa.Setelah penuh Bening tak langsung kembali ke kamarnya.Ia memilih duduk sebentar bersama kedua orang tuanya.
"Tadi om Darwin nitip salam buat kamu..." ucap pak Cahyo sembari membelai rambut putrinya.
" Oh ya... Jadi om Darwin sakit apa pa..?"tanya Bening kembali dengan wajah penasarannya.
"Pak Darwin akan menjalani beberapa pemeriksaan ke depannya untuk mastiin sakitnya..."jelas ayahnya.
"Berapa lama, pa?"tanya bening lagi.
" Bisa seminggu.. tergantung waktunya pak Darwin, dia mau diperiksa kapan.."
" Trus tadi pa...?"Bening terus saja mencari tahu.
" Tadi ada pemeriksaan radiologi..." lanjut ayahnya.Bening menatap ayahnya bingung.
"Radiologi itu pemeriksaan apa pa...? tanya sang putri.
"Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari organ dalam tubuh manusia menggunakan teknik pencitraan dengan gelombang elektromagnetik.Ada X-ray,CT- Scan,USG,MRI...
tadi Darwin di X-ray karena mengeluh nyeri di tulang belakannya... sempat jatuh dari sepeda kan minggu lalu...tapi syukurlah hasilnya baik baik saja.. mungkin karena benturan saja... udah dikasih obat juga tadi..."pak Cahyo begitu tenang memberi penjelasan medis kepada putrinya mengingat sang putri juga bercita cita menjadi seorang dokter jadi tidaklah salah jika ia menjelaskan lebih dini perihal segala yang berkaitan dengan cita citanya kelak.
Bening menyimak penjelasan itu walaupun terasa asing baginya tapi ia juga mau mengenal dunia impiannya nanti.
" Terus,yang tadi papa bilang ke depannya om Darwin akan menjalani rangkaian pemeriksaan lagi,itu gimana pa? kan tadi udah kan? nggak cukup? mau pemeriksaan apa lagi?"Ayahnya menyambut pertanyaan itu dengan senyum yang lebar.Ia senang mendengarnya.Dengan demikian ia bisa lebih mudah mengenalkan dunianya secara perlahan.Apalalagi itu menjadi cita cita sang anak.
"Nyeri tulang belakang itu bukan keluhan utama pak Darwin nak....ada lagi keluhan yang lainnya...kamu terakhir ketemu pak Darwin, kapan?" tanya ayahnya.
Bening tampak berpikir sejenak.
" Minggu lalu pa...yang waktu sama mama di meat lovers...tapi waktu itu om Darwin kayak nggak selera makan gitu atau nyeri telan kali ya... ingat nggak ma? " tanya Bening pada ibunya yang sejak tadi hanya diam dan fokus menonton televisi.
Ibunya sedang asyik asyiknya tertawa karena yang ia tonton adalah komedi show.Bening kembali memanggilnya,tampak sang ibu sedang dalam konsentrasi yang cukup hingga sang putri membisikkan sesuatu di telinga ayahnya.
"Cup..." pak Cahyo dengan aksi kocaknya menciumi pipi sang istri.
"Apaan sih pa... ganggu konsentrasi aku saja" sewot istrinya sontak membuat ayah dan anak tertawa geli melihat tingkah Bu Livia.
" Habis mama konsen banget...ketawa sendiri sampe nggak dengar dipanggil.." ujar suaminya membela diri.
" Siapa yang manggil? " tanya bu Livia dengan nada yang pelan.
" Tadi ada yang lewat..." bisik pak Cahyo tak kalan pelan dan mulai jahil.
"Apaan sih yah... mulai lagi deh..." timpal istrinya yang lumayan ngilu jika dicandai dengan hal hal serem.
"Aku yang manggil ma...tadi itu papa nanya kapan terakhir ketemu om Darwin...nah aku bilang terakhir ketemu om Darwin waktu kita makan di meat lovers,iya kan ma?" Bening mengingatkan memori ibunya.Sang ibu mengangguk tanda setuju.
"Iya, terus kenapa?" ujarnya tiba tiba penasaran.
Bening yang meringkuk di bawah ketiak ayahnya mendongakkan kepalanya menatap sang ayah.
Sepertinya ia mau meminta penjelasan perihal ayahnya bertanya demikian.
"Kamu perhatiin nggak,nak.... lehernya pak Darwin kayak ada benjolan gitu" Ayahnya memegangi lehernya memberi contoh tepat di bagian laring.Biar memudahkan anak dan istrinya paham maksudnya.
"Iya,sih...dikit..trus dia sempat ngeluh nyeri telan dan susah makan gitu, makanya waktu itu dia hanya minum saja...kamu ingat kan?" Bu Livia menimpali.Ia balik bertanya kepada putrinya.Beningpun mengangguk.
"Nah...yang mau diperiksa dengan detail itu benjolannya itu...kita doakan saja mudah mudahan bukan tumor ganas ya..."ucap pak Cahyo.
"Amin....." istri dan anaknya serempak berucap.
" Melia tau nggak,pa....aku kabari dia ya.. siapa tahu kalau kita bilang suaminya sakit dia akan tergerak hatinya dan mau untuk pulang ke rumah mereka.. kasihan Daniel juga kalau sampai mereka jadi cerai" ide bu Livia dengan antusias.Ia meraih Handphone nya.
Bening kaget mendengar penuturan ibunya.Apa yang ia dengar barusan membuat hatinya bergetar.Pikirannya tertuju pada Daniel, pria yang selalu ingin ia lihat senyumnya.Belum bercerai saja sudah membuatnya sedikit kacau apalagi jika kenyataan pahit itu.Pak Cahyo mengernyitkan sebelah matanya, berusaha memberikan kode kepada istrinya untuk tidak membicarakan hal itu di depan putri mereka.
"Ih....amit amit ma..." Bening menyangkal ucapan ibunya.
"Nggaklah... mereka nggak mungkin cerai kan ma.." tambahnya.
" Kita berdoa saja yang terbaik untuk keluarga mereka nak... mudah mudahan semuanya bisa kembali seperti sedia kala, sakit penyakit disembuhkan, semua masalah terselesaikan..." kata pak Cahyo dengan penuh harap.Mereka mengamini ucapan itu.
"Masalah mereka berat ya pa? mama sama papa nggak bisa bantuin mereka ya?" Kembali lagi Bening meracau.Gadis itu masih belum merasa tenang.
"Dalam hidup ini,ada banyak persoalan yang terjadi di luar kendali kita nak...dan ada banyak hal juga yang akan terjadi tidak semudah yang kita pikirkan.." jelas ayahnya dengan penuh kasih.
"Dengar nak... orang-orang tua punya masalah mereka sendiri yang belum bisa kamu pahami.Tolong kamu jangan membebani isi pikiran kamu..iya,kita berharap semuanya baik baik saja, karena kita sayang mereka, kita mengasihi mereka.Tetapi kita juga tidak bisa terlalu jauh mencampuri ..jadi sekarang kamu fokus yah dengan sekolah kamu .. kita berdoa saja, Tuhan yang akan bekerja untuk masalah mereka.Oke?" Bening mengangguk anggukan kepalanya berusaha untuk memahami setiap kalimat yang disampaikan ibunya.
" Sekarang kita istirahat ya... udah jam 21.00,," kata pak Cahyo akhirnya.Bening berdiri dari tempat duduknya.
" Oke pa ...good night.." kata Bening lalu berlalu dari hadapan kedua orang tuanya.
"Sweet dream.."balas ayahnya sambil tersenyum.
🌾🌾🍀🌾🌾
Di depan toko kue sang ibunda,Bening duduk termangu dengan handphone di tangannya.Hingga tak ia sadari seseorang berdiri setengah membungkuk di hadapannya.
"Hallo nak... kok duduk di luar... nungguin putra saya,ya? " ujar Bu Melia mengagetkannya.Sontak saja ia langsung berdiri menyambut kedatangan sosok itu.Sosok yang sudah seminggu tidak ia jumpai.Dengan erat dipeluknya bu Melia hingga meneteskan air mata.Rasa haru memuncaki dadanya.
" Tante ke mana saja... kok baru kelihatan... Bening kangen.." ujar Bening mengutarakan isi hatinya.
" Emmm... putri cantiknya tante...maaf ya..pergi nggak ngasih kabar... eyang sakit..jadi tante pulang deh ke Jakarta... Tante janji kalau pergi lagi Tante akan izin dulu sama putri kesayangannya Tante yang satu ini..." Bu Melia mengusap usap rambut Bening dengan penuh kasih sayang.
Keduanya masuk ke dalam toko sambil bergandengan tangan.Bu Livia yang melihat kedatangan mereka menyunggingkan senyum.Ia merentangkan tangannya untuk menyambut kedatangan temannya itu.
"Hi....how are you...?" sambut Bu Livia.
" Great..." jawab Bu Melia dengan penuh suka.
"Kangen......" ujar keduanya bersamaan lalu kembali berpelukan.Bening tersenyum bahagia melihat keduanya yang tampak bahagia.
"Silahkan duduk...mau minum apa? kuenya mau yang biasa atau? aku ada varian yang baru loh... cobain ya..."tawar Bu Livia antusias memperkenalkannya pada temannya.
"Hmmmm...mau banget...tapi aku lagi diet... gimana dong,bu..."ucap Bu Melia halus.Ia tak mau mengecewakan Bu Livia.
" Dikit aja... sugar free... safety kok..." Bu Livia kembali meyakinkan temannya itu bahwa semua nya aman dan tak merusak program dietnya.Temannya pun tak kuasa menolak, apalagi saat minuman dan kuenya sudah terpampang di depan mata, benar benar menggugah selera.
" Silahkan...." tawar Bu Livia dengan senyum sumringah.Suasana toko yang tidak terlalu ramai membuat mereka bisa menikmati kebersamaan dengan penuh canda.
" By the way,kenapa diet... segini udah pas kok... cantik...awet muda... seksi" ucap Bu Livia yang disambut tawa dari mulut temannya..
Ia menghela nafas panjang.
"Kali aja nanti setelah Cerai masih ada yang melirik... makanya diet..." kata nya setengah bercanda.
"Issh... ngomong apaan sih .. nggak boleh ngomong gitu ah...kata kata adalah..."
"Doa..." sambung Bu Melia menengahi temannya.Bu Livia hanya memanyunkan bibirnya dengan guratan sedih.Ia mengelus elus tangan Bu Melia berusaha memberikan ketenangan.
"Ma...tante...aku keluar sebentar ya..." pamit Bening mengalihkan suasana.Tanpa mereka sadari gadis itu sempat mendengar obrolan keduanya dan memilih menjauh karena ia sendiri belum siap untuk mendengarkan kenyataan yang lainnya yang akan keluar dari mulut Bu Melia.
Bening menghirup udara sebanyak banyaknya ketika sudah berada di luar toko.Diraihnya handphone dari tas selempangnya.Daniel mengirimkannya pesan.Ia kembali tersenyum.Laki laki itu mengajaknya untuk berjalan jalan apalagi ujian sekolah sudah usai.
Mereka hanya tinggal menunggu pembagian raport untuk mengetahui hasilnya.Ia berpamitan pada ibunya melalui SMS karena enggan untuk kembali masuk,kali saja mereka sedang curhat tentang hal hal yang tidak perlu ia ketahui.Curhatan orang dewasa, orang tua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!