NovelToon NovelToon

Luka Duchess

Kenyataan Pahit

Khusus Season 1 kak, silahkan di beli kak😊🙏

Open PO

Judul: Permaisuri Sang Penguasa

Penulis : Sayonk

(289 halaman)

Rp. 88.000

Sinopsis :

Permaisuri yang dicampakan oleh Kaisar. Seorang anak yang di buang oleh ayah nya sendiri. Pulang ke istana menggerakkan hati kaisar, memberikan kesempatan bagi kaisar. Namun, lagi-lagi dikecewakan. Bagaimana kehidupan kaisar setelah di tinggalkan permaisurinya? mampukah sang Permaisuri memberikan kesempatan lagi atau memilih mengabaikannya?

#PermaisuriSangPenguasa #Sayonk #NovelindoPublishing #Noveltoon

Format pemesanan

Nama

Alamat

Kota

Kelurahan

Kecamatan

Kode pos

Nomer hp

Judul buku

Transfer ke rek 0560368836 an Diana bank bca

Online Order

https://api.whatsapp.com/send?phone\=62818331696

Bisa lewat Via Shopee

https://shopee.co.id/product/6676217/14665510909?smtt\=0.6677532-1647931679.9

"Aku tidak mencintai Duchess Natalie. Hati ku tersiksa membohonginya. Aku hanya mencintai dia, bukan Duchess Natalie."

Nyes

Ribuan pedang itu menancap tepat di hatinya, bahkan dadanya merasakan panas. Tenggorokannya terasa tercekat. Tangannya gemetar memutar handle pintu itu. Seketika tangan itu terasa mati rasa.

"Duke... Cobalah untuk bersabar. Duchess tidak tahu apa-apa," ujar seorang laki-laki. Ia mencoba menenangkan sang majikan.

"Aku tidak bisa! aku tidak bisa membohongi perasaan ku. Aku mencintai kekasih ku, bukan mencintai Duchess Natalie. Aku terpaksa menikah dengannya."

Duchess Natalie langsung berlari dengan air mata yang merembes di pipinya itu. Hatinya kesakitan, pantas saja setelah pernikahan sikap Duke Marcello berubah dan tidak sehangat sewaktu keduanya memiliki hubungan.

Brak

"Nyonya!" Seru pelayan Lily. "Saya mohon buka pintunya Nyonya!"

"Jangan bilang pada siapapun dan aku tidak ingin di ganggu. Biarkan aku sendiri Lily!" bentak Duchess Natalie.

*Lalu apa artinya ucapan cinta itu?

Lalu apa arti kehangatan itu, senyuman dan kenangan itu*.

"Apa alasannya? Aku harus mencari tahu alasannya.

Duchess Natalie menghapus air matanya. Ia hendak pergi, namun langkahnya berhenti. "Tidak-tidak, aku tidak bisa menanyakannya. Aku harus cari tahu siapa wanita itu. Aku harus mempertahankan Duke Marcello. Aku tidak bisa hidup tanpanya."

Tubuh itu pun jatuh ke lantai marmer itu. Duchess Natalie meremas seprai sisi ranjangnya. Kemudian menyandarkan dahinya ke sisi ranjang dan menangis tersedu-sedu. Tangan memukul kasur di atas ranjang itu seraya menggumamkan nama Duke Marcello.

Sedangkan di sisi lain.

Duke Marcello pun memasuki sebuah rumah berlantai dua yang di jaga ketat oleh para pengawal kediaman Duke. Langkahnya terburu-buru menaiki anak tangga menuju lantai atas. Ia harus menyelesaikan kerumitan hidupnya.

Ceklek

Seorang laki-laki setengah baya sudah selesai memeriksa laki-laki yang terbaring lemah itu. Sudah beberapa bulan dia mengalami batuk di iringi darah dan tubuhnya pun menurun.

"Tuan."

Laki-laki berjas putih itu pun berpamitan keluar yang di balas anggukan oleh Duke Marcello.

"Sampai kapan?" tanya Duke Marcello. Ia menahan amarah sampai di ubun-ubunya. Setiap saat dan setiap waktu, ia hanya melihat laki-laki di depannya mengelus sebuah lukisan Duchess Natalie.

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada Natalie?" tanya laki-laki itu lemah. Bibir pucatnya tersenyum melihat wanita keindahan lukisan di tangannya.

"Aku lelah, aku ingin mengakhiri sandiwara ini," ungkap Duke Marcello.

"Metteo! Aku kakak mu, aku tidak meminta apapun pada mu. Cukup kamu menjaga Natalie."

"Tapi aku mencintai gadis lain kak,. aku tidak bisa terus berbohong. Duchess Natalie harus tahu, bahwa aku Metteo adik mu, saudara kembar mu. Duchess Natalie akan sedih dan kecewa."

"Maka dari itu aku tidak ingin membuatnya kecewa dan sedih Metteo." ujar Duke Marcello. Dia menatap lekat wajah adiknya, Metteo, yang ia suruh untuk menggantikan dirinya di pesta pernikahannya. Hatinya juga sakit, tapi hatinya akan lebih sakit jika Duchess Natalie tahu tentang penyakitnya.

"Aku mohon Metteo."

Duke Marcello tersenyum di iringi air mata yang keluar dari pipinya. Ia mengingat kejadian dulu.

Dimana ia selalu bermain dengan Metteo. Namun na'as, kecelakaan itu menimpanya dan yang di salahkan adalah adiknya. Hingga adiknya di asingkan, jauh dari ibu kota. Semenjak itu, ia diam-diam menemui adiknya. Ia sudah beberapa kali mencoba meyakinkan kedua orang tuanya. Namun tetap saja, kedua orang tuanya mempercayai bahwa adiknya pembawa sial.

Semenjak hubungan ia dan Metteo berjauhan. Hingga penyakit itu mengorogoti tubuhnya dan menyebabkan posisinya harus di gantikan dengan sang adik.

"Hanya untuk sementara, kak. Aku tidak yakin bisa menjalaninya lebih lama."

"Aku yakin suatu saat kamu akan mencintainya Metteo, mungkin saat ini kamu belum terbiasa."

"Aku mohon jangan membahasnya, kak. Aku tidak akan mencintai Duchess karena dirimu lah yang berhak untuknya."

"Kalau kakak tidak bisa mengambil keputusan. Aku akan tidak berjanji untuk merahasiakannya."

"Tunggu Metteo." Langkah kaki itu berhenti.

"Tunggulah saat aku tidak bisa lagi melihatnya. Setelah itu, kamu boleh memberitahukan semuanya. Kamu boleh mengungkapkan kebenaran ini. Aku belum sanggup melihat kesedihannya."

Metteo memejamkan matanya, tanpa menunggu jawaban sang kakak. Dia pun pergi, entah status Metteo atau Duke Marcello.

Sebuah Bukti

"Keyna."

Suara langkah kaki dan panggilan itu membuat wanita berambut hitam itu menoleh dengan senyuman. Dia beranjak dari kursi kayu itu, menaruh sulamannya dan berjalan ke arah Metteo.

"Duke!"

"Jangan memanggil ku Duke, aku bukan seorang Duke. Gelar itu hanya untuk kakak ku, Marcello. Jika bersama ku, cukup kau memanggil ku dengan nama Metteo."

Wanita itu tersenyum, ia sangat mencintai Metteo. Sudah lima tahun lamanya ia menjalin kekasih dan akan melangsungkan pernikahan. Namun pernikahan yang di tunggu-tunggu pun gagal. Metteo memberikan penjelasan padanya. Sungguh ia tidak terima, tapi kepercayaannya pada Metteo membuatnya yakin untuk menjalani hubungannya.

"Aku membuatkan sup sayur untuk mu, kau pasti sangat menyukainya," ujar Keyna. Dia mengusap kedua dada Duke Marcello.

"Kesukaan ku tidak pernah berubah, termasuk dirimu," ungkap Duke Marcello seraya mencubit pelan hidung mancung Keyna.

"Baiklah, Ayo!"

Dengan cekatan wanita itu melayani makan malam Duke Marcello, karena jarak dari persembunyian sang kakak dengan rumah kekasihnya sangat dekat. Sehingga ia bisa dengan mudah menemui sang kekasih jika sedang menjenguk sang kakak.

"Maafkan aku Keyna."

"Aku tahu, kau sangat menyayangi Duke, tapi aku mohon jangan pernah menyentuh Duchess. Ingatlah dia kekasih kakak mu dan bersikaplah dingin padanya. Kau tau Metteo, tidak ada seorang wanita yang ingin melihat kekasihnya bersama orang lain."

"Aku sudah meyakinkan kakak ku untuk bercerai dengan Duchess. Namun kakak ku mengatakan pada saat dia pergi, aku ingin kakak ku sembuh."

Keyna tersenyum, ia menggenggam tangan Duke Marcello. percuma ia marah, yang terpenting Metteo tidak menyentuh Duchess. "Aku yakin Duke pasti sembuh dan mereka akan hidup bahagia. Sama dengan kita."

"Iya! aku pun berharap seperti itu," ujar Duke Marcello. Keduanya pun lahap menyantap makanan sederhana itu. Ia begitu senang melihat ada sup sayur, daging panggang dan beberapa makanan lainnya. Jika dulu ia dan kekasihnya hanya bisa makan sup sayur saja. Keyna berkerja di salah satu rumah bangsawan. Sedangkan ia tidak bisa berkerja karena wajahnya yang mirip dan keluarga Duke tidak mengijinkan itu. Mereka takut akan mencoreng nama mereka. Sehingga segala kebutuhannya di tanggung, namun tidak seberapa.

"Apa kau akan kembali?"

"Tidak! mungkin satu minggu atau lebih, aku tidak akan kembali. Karena aku di beri tugas untuk mengecek kota utara."

"Berhati-hatilah, aku tidak mau kau kenapa-napa."

"Terima kasih karena telah mengkhawatirkan ku."

Tanpa mereka ketahui, Duchess Natalie terjatuh dari tangga dan menyebabkan koma. Hingga beberapa hari kemudian, sikap dan perubahannya berubah bagaikan singa yang siap menerkam siapa saja jika di salahkan.

prank

Pelayan Lily terkejut, air di dalam vas bunga itu terciprat ke kakinya.

"Apa-apaan ini? baru beberapa hari aku sadar dan aku harus mendengarkan sebuah kenyataan, yang benar saja. Aku datang kesini menjadi istri yang tidak di anggap."

"Sungguh menyebalkan!" imbuhnya.

Dia melihat ke arah Lily yang menunduk, ia tidak suka dengan tempat. Namun bagaimana lagi, ia mengalami kecelakaan saat sebuah truk menerobos lampu merah.

Namanya Luciana seorang mahasiswi di salah satu universitas Inggris. Hidupnya sangat bahagia. Kedua orang tuanya begitu menyayanginya termasuk kakak laki-lakinya. Namun naas, kecelakaan itu membuat dirinya harus melintasi waktu. Sudah seminggu ia hidup sebagai wanita asing dan mencoba berdamai dengan keadaan. Entah ia mati atau tidak, yang jelas ia harus menjalani hidup barunya. Mau tidak mau, ia harus menerimanya.

"Nyonya! saya yakin Tuan pasti mencintai Nyonya."

"Heh, Llly! kau jangan membohongi ku. Aku mendengarkan sendiri kata pelayan tadi. Makanya aku meminta penjelasan yang lurus pada mu. O iya, tadi kamu bilang aku menjalani hubungan kekasih dengan Duke. Apa aku bahagia pada saat itu?"

"Tentu Nyonya, semua orang bilang Nyonya dan Tuan Duke adalah pasangan yang serasi, siapa menyangka akan seperti ini Nyonya."

"Apa kamu tahu tentang Duke?"

"Saya tidak tahu Nyonya."

Ck

Duchess Natalie berdecak, ia harus mencari tahu hubungannya lebih dulu. Apa karena kesalahpahaman atau memang Duke Marcello hanya memanfaatkannya saja.

"Apa kamu tahu ruang kerja Duke? aku ingin kesana."

"Mari saya antar Nyonya."

Duchess Natalie pun di antar oleh pelayan Lily. Sampai di pintu kokoh bercat putih itu. Pelayan Lily membukakan pintu. Duchess Natalie memasuki ruangan itu, di sana terlihat sebuah meja yang berukuran besar dan beberapa berkas di atas meja itu. Ada juga sebuah sofa dan rak buku. Duchess Natalie menyapu ruangan itu lewat dari kedua matanya. Sebuah lukisan keluarga dan wajah seorang laki-laki yang ia yakini adalah istri dari pemilik tubuh aslinya.

Seminggu ini ia hanya berdiam diri di kamarnya. Mencerna dan mencoba berdamai dengan keadaannya, sehingga sekarang ia akan mengorek informasi itu. Pelayan Lilly memang tidak mengatakan apapun dan ia tidak mau bertanya, karena menurutnya semuanya hanyalah mimpi.

"Nyonya ingin mencari apa?"

"Sebuah bukti dan yang akan menjadi alasan semuanya."

Metteo

Duchess Natalie berdecak pinggang, dia berjalan seraya menajamkan matanya melihat tumpukan berkas-berkas di atas meja itu. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja itu sambil berjalan menuju kursi bercat putih itu. Sebelum memulai pencariannya, ia melihat sekeliling ruangan itu. Sebuah lukisan laki-laki gagah, tersenyum dan beberapa lukisan seorang wanita dan laki-laki yang ia yakini orang tua dari Duke Marcello.

Duchess Natalie duduk, dia mengambil beberapa berkas di hadapannya. Tidak ada jawaban, ia melihat ke arah laci. Dibuka laci itu, mengeluarkan semua berkas di dalamnya. Namun nihil, jawabannya tidak dapat ia temukan.

"Kemana aku harus mencari bukti-bukti itu?" tanya Duchess Natalie. Ia melihat berkas-berkas putih itu berserakah di atas meja. Pelayan Lily pun segera membereskannya kembali.

"Bagaimana kalau Nyonya tanyakan saja pada Tuan?"

"Huft..."

"Iya, kamu benar. Aku harus menanyakannya. Alasannya selama ini.... "

"Pasti ada alasannya Nyonya. Saya yakin ada alasannya, kalau melihat perhatian Tuan pada saat menjadi kekasih, rasanya tidak mungkin Tuan mengkhianati Nyonya. Saya merasa, Tuan berubah seratus persen. Dari tatapannya dan sikapnya, seolah saya merasa. Tuan Duke bukan Tuan yang saya kenal," jelas pelayan Lilly panjang lebar.

"Ada alasannya, kalau seperti ini terus. Kenapa tidak bercerai saja?"

"Apa Nyonya tidak mencintai Tuan?"

"Cinta?"

"Kau membuat ku terkekeh saja."

Duchess Natalie berdiri, dia berjalan keluar setelah melihat Natalie membereskan berkas-berkas yang ia bongkar tanpa membatunya.

Duchess Natalie dan pelayan Lily keluar, tanpa mereka sadari ada seseorang yang mengintip di balik tiang beton berwarna putih itu. Laki-laki itu menatap punggung Duchess Natalie dengan tatapan menyelidik. Dia pun berlalu pergi.

Duchess Natalie menghentikan langkahnya. Dia merasa memang ada yang mengawasinya, ia memutar tubuhnya melihat seluruh koridor itu, namun tidak ada orang.

Sebaiknya aku berhati-hati kediaman ini tidak semudah yang aku bayangkan. Bisa saja kediaman ini banyak mata-mata Duke.

Dan orang itu, kemana dia? apa dia menemui kekasihnya? sudah seminggu dia tidak pulang.

Di tempat lain.

Terlihat seorang laki-laki menyandarkan punggungnya, Syal yang melilit di lehernya dan memakai pakaian rajut berwarna cokelat.

Bibir pucatnya selalu tersenyum melihat lukisan di tangannya, berharap suatu hari ia bisa memeluknya seperti dulu. Namun suara ketukan pintu itu membuat seorang laki-laki yang tengah melamun langsung ambyar.

Dia menoleh ke arah pintu. "Masuk!" perintahnya.

Tap

Tap

Tap

Seorang laki-laki berpakaian pelayan memberikan hormat. "Tuan!"

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada Duchess?"

"Saya tadi melihat Nyonya keluar dari ruang kerja Tuan dan saya melihat wajah Nyonya sepertinya mencari sesuatu."

"Mungkin Duchess mencari saudara kembar ku," ujar Duke Marcello. Ia sama sekali tidak curiga pada Duchess, karena selama ini baik ia atau pun adiknya tidak ada yang tahu dan hanya ada beberapa orang kepercayaannya yang tahu, termasuk pelayan di depannya itu sekaligus satu kesatria yang bersama dengan adik kembarnya.

"Tapi Tuan bagaimana kalau Nyonya tahu?"

"Dia tidak akan tahu, pergilah! sebelum ada orang yang melihat mu."

Pelayan laki-laki itu pun memberikan hormat, kedua kakinya melangkah untuk keluar dari ruangan itu.

"Duchess aku merindukan mu, mungkinkah kamu sadar. Laki-laki di hadapan mu itu, bukan aku... Bukan aku melainkan adik ku. Apakah kamu bisa merasakannya."

"Maaf Duchess, setelah aku pergi. Kamu akan tahu semuanya dan kamu tidak akan merasa sedih."

Duke Marcello menghapus air matanya, ia mengelus lukisan wanita yang begitu ia cintai.

Tak jauh dari persembunyian Duke Marcello, seorang laki-laki tengah tersenyum melihat seorang wanita yang tengah fokus menyulam. Laki-laki itu menghampirinya dengan melangkah hati-hati, sehingga wanita di hadapannya tidak menyadari kedatangannya. Kedua tangannya pun menutup kedua mata wanita itu.

"Metteo!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!